Anda di halaman 1dari 41

MODUL 20

KEGAWATDARURATAN MEDIK

- SKENARIO 3 -
PENURUNAN KESADARAN DISEBABKAN
OLEH MENINGITIS TB

SGD 14
Seorang anak laki – laki usia 7 tahun dibawa
orang tuanya datang ke IGD rumah sakit dengan
keluhan utama penurunan kesadaran. Berat badan
pasien saat ini 17 kg. Penurunan kesadaran dialami
pasien dalam waktu 1 hari ini dengan sebelumnya
pasien mengalami kejang dengan frekuensi 5 kali
SKENARIO 3 dalam sehari. Pasien mengalami demam, mual
muntah dengan frekuensi 4 kali dalam sehari
- Penurunan Kesadaran disebabkan selama 1 minggu serta batuk selama 1 bulan
terakhir. Ibu pasien mengeluhkan dalam waktu 2
oleh Meningitis TB - bulan ini berat badan anaknya mengalami
penurunan.
Berdasarkan anamnesis dari ibu pasien
diperoleh informasi bahwa di keluarga ada yang
mengalami batuk kronis. Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan kaku kuduk dan ada pembengkakan
kelenjar getah bening di daerah leher.
Step 1 : terminologi
1. Meningitis TB adalah bentuk infeksi berat yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan infeksi yang paling umum terjadi pada sistem saraf pusat.
Meningitis TB adalah bentuk tuberkulosis ekstra paru dengan adanya kelainan neurologis.
2. Pemeriksaan kaku kuduk adalah salah satu pemeriksaan tanda rangsangan meningel yang
dilakukan pada pasien dengan gejala dan tanda gangguan sistem saraf pusat seperti
meningitis. Pemeriksaan tanda rangsangan ini ada 4, yaitu :
a. Pemeriksaan kaku kuduk : dilakukan dengan menekukkan kepala pasien (flexi) dan
diusahakan agar dagu mencapai ke dada. Misal ada tahanan kaku kuduk dikatakan (+) yang
berarti adanya iritasi meningeal (meningitis).
b. Pemeriksaan brudzinski I
c. Pemeriksaan brudzunski II
d. Pemeriksaan kernig
Step 2 : identifikasi masalah

1. Seorang anak laki-laki usia 7 tahun datang ke RS dengan keluhan utama penurunan
kesadaran.
2. Penurunan kesadaran pasien dialami pasien dalam waktu 1 hari ini dengan sebelumnya
pasien mengalami kejang dengan frekuensi 5 kali dalam sehari.
3. Pasien mengalami demam, mual muntah dengan frekuensi 4 kali dalam sehari selama
1 minggu serta batuk selama satu bulan terakhir.
4. Dalam waktu dua bulan ini BB pasien mengalami penurunan yang mana BB sekarang
17 kg.
5. Berdasarkan anamnesis diperoleh informasi bahwa di keluarga ada yang mengalami
batuk kronis.
Step 3 : Analisa masalah
1. Apa penyebab anak mengalami penurunan kesadaran?
2. Berapa seharusnya BB anak tersebut?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya meningitis TB pada anak?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada meningitis TB?
5. Apakah pasien dengan meningitis TB juga mengalami TB paru? Apakah bisa bersamaan atau
hanya salah satunya?
6. Apakah ada hubungan penurunan kesadaran dengan meningitis TB?
7. Bagaimana menegakkan diagnosis meningitis TB pada anak?
8. Apa penanganan awal yang dapat diberikan?
1. Apa penyebab anak mengalami penurunan kesadaran?
Kemungkinan adanya gangguan pada kardiovaskular dengan penurunan aliran darah ke otak secara
akut (sincop) ataupun ada gangguan dari aktivitas elektrik pada otak atau kejang.
2. Berapa seharusnya BB anak tersebut?
BB anak normal pada usianya sekitar 23 kg.
3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya meningitis TB pada anak?
Anak yang mengalami malnutrisi, batuk rejan, riwayat keluarga yang mengalami TB
4. Bagaimana manifestasi klinis pada meningitis TB?
Demam, nyeri kepala lebih dari 14 hari, penurunan kesadaran, mual muntah, pemeriksaan kaku
kuduk (+), pada anak biasanya kejang
5. Apakah pasien dengan meningitis TB juga mengalami TB paru? Apakah bisa bersamaan atau
hanya salah satunya?
Foto thorax pada pasien meningitis TB : 30-50% pada pasien TB paru. Untuk patogenesis
dikarenakan adanya infeksi primer dari TB paru nya sendiri.
6. Apakah ada hubungan penurunan kesadaran dengan meningitis TB?
Ada hubungannya, karena berkaitan dengan gangguan aktivitas elektrik pada otak atau kejang.
7. Bagaimana menegakkan diagnosis meningitis TB pada anak?
Anamensis : nyeri kepala pada anak, penurunan BB, batuk lebih dari 1 bulan, kejang

Pemeriksaan Pemeriksaan kaku kuduk yang dilakukan dengan


fisik :
menekukkan kepala pasien (flexi) dan diusahakan agar dagu mencapai ke
dada. Misal ada tahanan kaku kuduk dikatakan (+) yang berarti adanya
iritasi meningeal (meningitis), Pemeriksaan brudzinski I, Pemeriksaan
brudzunski II,Pemeriksaan kernig
Pemeriksaan tambahan : foto thorax, kultur, pemeriksaan elektrolit (ada tanda dehidrasi), CT scan pada
kepala (ada tanda hidrosephalus)

8. Apa penanganan awal yang dapat diberikan?


Tatalaksana pada etiologi nya dengan memberikan OAT dan penambahan
kortikosteroid, apabila kejang diberikan obat antikovulsan, jika ada tanda
hidrosefalus segera rujuk ke spesialis bedah saraf
Step 4 : skema
Meningitis TB

Penegakan
Tanda dan gejala penatalaksanaan
diagnosis

Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
STEP 5
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang
meningitis TB:
1. Defenisi

(LO)
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
Learning 4. Patogenesis

Objectives 5.
6.
Penatalaksanaan
Komplikasi dan prognosis
7. Penegakan diagnosis
8. Kegawatdaruratan pada kasus meningitis TB
dan penanganannya
Definisi Meningitis TB
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi global dengan prevalensi tinggi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis adalah
penyakit infeksi sistem saraf pusat yang mengenai meningen, sedangkan
meningitis tuberkulosis sendiri adalah infeksi pada meningen yang disebabkan
oleh basil tahan asam Mycobacterium Tuberculosis. Peradangan pada
duramater umumnya disebut dengan pakimeningitis, peradangan pada piamater
dan arachnoid dikenal dengan istilah leptomeningitis, tetapi lebih sering
disebut dengan meningitis saja.
Anatomi Meningen
Otak dilapisi oleh jaringan mesodermal yakni meningen. Meningen terdiri dari tiga
buah lapisan, lapisan paling luar adalah pakhimenings atau duramater dan lapisan paling
dalam adalah leptomenings yang terbagi atas dua bagian yaitu arakhnoid dan piamater.
Duramater adalah lapisan meningen yang paling kuat dan tidak lentur yang terdiri
dari dua lapisan pada saat melapisi otak dan satu lapisan saat menutupi medula spinalis.
Lapisan luar duramater adalah jaringan fibrosa atau periostium yang melekat pada tulang
kranium. Sedangkan lapisan dalam membentuk beberapa septa yang kokoh yang
menyusup ke bagian dalam rongga tengkorak.
Arakhnoid adalah lapisan tengah yang tipis yang melekat erat pada permukaan dalam
duramater, mengikuti setiap lekukan dari duramater dan hanya terpisah oleh suatu celah
potensial yaitu ruang subdural. Arakhnoid menutupi ruang subarakhnoid yang
mengandung cairan serebrospinal yang berfungsi menahan getaran. Arakhnoid
berhubungan dengan piamater melalui trabekula dan septa yang membentuk jaring –
jaring padat.
Piamater adalah lapisan dalam meningen yang melekat pada otak dan medula
spinalis, mengikuti lekukan fisura dan sulkus, mengandung pembuluh darah kecil yang
memberi makan jaringan saraf. Piamater berfungsi sebagai pelindung atau barier pia-gllia
untuk mencegah masuknya benda dan organisme yang berbahaya kedalam otak.2
Cairan serebrospinalis adalah cairan jernih dan tidak berwarna yang dibentuk oleh
pleksus koroideus dalam ventrikel otak. Aliran cairan serebrospinalis ini disebarkan
melalui ruang subrakhnoid keseluruh permukaan otak dan medula spinalis.
Etiologi Meningitis TB
Mycobacterium Tuberculosis termasuk golongan ordo
Actinomycetales, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.
Kuman Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang, ramping, tidak
bergerak, berukuran panjang 1-4 mikrometer dan lebar 0,3-0,6
mikrometer. Kuman ini hidup dalam lingkungan aerob dan tidak
menghasilkan spora. Kuman ini tumbuh optimal pada suhu rata-rata
berkisar 33 – 39℃ dan maksimal tumbuh di lingkungan dengan pH 6,6 –
6,8.
Bakteri tuberkulosis mengandung banyak lemak karena itu bila
Mycobacterium Tuberculosa telah mengalami pewarnaan tidak akan
kehilangan warnanya (decolorization) walaupun dengan pemberian
alkohol asam sehingga dikenal istilah basil tahan asam. Kuman TB ini
terdiri dari lemak dan protein. Komponen protein utamanya dikenal
dengan istilah tuberkuloprotein (tuberculin).
Manifestasi Klinis Meningitis TB
 Tanda dan gejala meningitis TB
Tanda-tanda dan gejala meningitis tuberkulosis biasanya akan muncul
secara perlahan dan bertahap. Gejala-gejala dapat berkembang menjadi semakin
parah setelah beberapa minggu.

Dalam beberapa kasus, penderita meningitis TB mungkin akan


menunjukkan gejala meningitis secara umum seperti:
Sakit kepala
Demam
Mual dan muntah
Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
Kebingungan
Sering mengantuk
Nyeri otot
Penurunan kesadaran
Patogenesis Meningitis TB
Patogenesis dari meningitis tuberkulosa dimulai dari adanya infeksi primer dari
tuberkulosis dibagian tubuh manusia, terutama sekali pada bagian paru-paru. Hal ini
terjadi sebagai akibat komplikasi dari tuberkulosis milier yang menyebabkan perluasan
ke meningen atau akibat mikroembolism otak dan lintasan yang melalui dinding dari
small arteries.
Infeksi Mikobacterium tuberkulosis pada sistem saraf pusat dimulai per inhalasi
dengan menghisap partikel yang infeksius. Droplet yang berukuran satu sampai sepuluh
mikrometer akan mencapai bronkhioli terminalis atau alveoli. Setelah mencapai alveoli,
organisme ini akan bermultiplikasi didalam ruang alveoli atau difagosit (dimakan) oleh
makrofag yang berasal dari sirkulasi. Dari alveoli paru, makrofag ini akan bermigrasi
melalui jalur limfatikus ke nodus limfatikus pada hilus. Ikut sertanya makrofag akan
menghasilkan dua substansi yakni Interleukin-I (IL-1) dan tumor necrosis factors (TNF).
Substansi IL-1 akan bekerja sebagai mediator demam, TNF atau kahektin akan
mempengaruhi metabolisme lipid dan menyebabkan penurunan berat badan.
Pada stadium awal dalam dua sampai empat minggu pertama, infeksi menyebar secara
hematogen ke seluruh tubuh. Organ paru, hati, limpa dan sumsum tulang akan menjaring
mikroorganisme ini dari darah. Organ-organ lain yang tidak termasuk dalam sistem retikuler
endotelial seperti otak dan sumsum tulang akan menjaring sedikit mikroorganima ini. Pada stadium
ini belum terjadi respons terhadap infeksi. Dua sampai empat minggu atau dalam 30 hari setelah
infeksi tersebut baru akan terbentuk imunitas seluler terhadap organisme, limfosit T akan
dirangsang oleh antigen bakteri untuk menghasilkan limfokin, yang kemudian akan menarik dan
mengaktifkan fagosit mononuklear dari aliran darah.
Respons imun yang didominasi oleh sel T helper ini berkembang dari nodus limfatikus pada
hilus kebeberapa tempat. Pada saat ini test tuberkulin pada kulit akan menjadi positif, dan pada foto
toraks akan tampak bercak-bercak densitas. Respons pertahanan immunologis akan menghambat
proliferasi organisme dan menghambat penyebaran lokal, sementara makrofag yang diaktivasi oleh
sel T akan mulai membunuh organisme atau menghambat pertumbuhannya. Pada saat ini sejumlah
bakteri sudah tersebar keseluruh tubuh ( terutama pada nodus limfatikus didaerah hilus),
membentuk
tuberkel yakni granuloma kecil yang terdiri sari sel epitel, giant sel, makrofag dan limfosit yang
mengelilingi ini kaseosa dan jaringan nekrotik, dikenal dengan istilah fokus Rich.
Pada otak, granuloma terletak dekat ventrikel ini akan melepaskan basil
Mikobacterium tuberkulosis kedalam CSS, organisme ini kemudian menyeberang ke ruang
subarchnoid terutama didaerah sisterna basalis. Granuloma yang terletak disekitar saraf
kranial akan menyebabkan disfungsi saraf kranial. Selain itu juga meningitis basalis akan
menimbulkan infark karena penyumbatan arteri dan vena, hidrosefalus internus,
perlengketan kanalis sentralis yang akan menyebabkan spinal block dan paraplegia.11,17
Berdasarkan penelitian secara klinis Rich dan Mc Cordock, menemukan bahwa
tuberkulosis SSP terjadi dalam dua stadium yakni:
1. Stadium awal
Lesi tuberkulosis yang kecil (Fokus Rich) timbul di dalam SSP bersamaan dengan
stadium bakteriemi dan infeksi TB primer atau segera setelahnya. Lesi awal ini dapat
ditemukan di meningen, permukaan subpial atau subependimal dari otak atau medula
spinalis dan tetap dorman dalam beberapa tahun setelah infeksi pertama.
2. Stadium lanjut
Terjadinya ruptur atau pembesaran dari satu atau lebih lesi Rich Focus ini yang akan
menimbulkan berbagai keadaan tuberkulosis SSP.
Penatalaksanaan Meningitis TB
Menurut American Thoracic Society, harus segera diterapi dengan
sekurangkurangnya 3 obat anti tuberkulosa untuk 2 bulan pertama yakni
rifampicin 450-600 mg/hari, isoniazide 300-400 mg/hari, pyrazinamide
1000-1500 mg/hari atau ditambahkan streptomycin 15-40 mg/kg/day,
kemudian 10 bulan berikutnya menggunakan INH dengan rifampicin.

Bila didapat ensefalopati ( kesadaran menurun, tanda babinski


bilateral positif), kortikosteroid dapat diberikan (deksamethason/
prednison). Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi edema serebri,
pembentukan jaringan fibrosa dengan harapan akan mencegah sekuele
neurologis seperti parese saraf kranialis, hidrosefalus dan blok spinal.
Dosis yang digunakan dexamethasone (dewasa 12-16 mg/kg/hari; anak-
anak 8 mg/kg/hari) dan prednisone anak-anak 4 mg/kg/hari untuk 1-2
bulan pertama.
Komplikasi dan Prognosis Meningitis TB
prognosis
Pasien meningitis tuberkulosa yang tidak diobati bisanya meninggal dunia.
Prognosis tergantung kepada factor stadium penyakit saat pengobatan dimulai dan umur
pasien. Pasien yang berumur lebih muda dari 3 tahun mempunyai prognosis lebih buruk
daripada yang lebih tua. Hanya 18% dari yang hidup mempunyai neurologis dan intelek
normal.
Gejala sisa neurologis yang terbanyak adalah paresis spastik,kejang, paraplegia,
dangangguan sensori ekstremitas. Komplikasi pada mata berupa atrofi optic dan
kebutaan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin
atau oleh penyakitnya sendiri.
Gejala sisa neurologis minor berupa kelianan saraf,nystagmus, ataksia, gangguan
ringan pada koordinasi dan spastisitas. Gangguan intelektual terjadi kira kira pada dua
pertiga pasien yang hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang
berhubungan dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal.
Klasifikasi intracranial terjadi pada kira kira sepertiga pasien yang sembuh. Seperlima
pasien yang sembuh mempunyai kelainan pituitary dan hipotalamus, dan akan yterjadi
prekoks seksual, hiperpprolaktinemia, dan defisiensi ADH, hormone pertumbuhan,
kortikotropin dan gonadotropin.
Prognosis pasien meningitis tuberculosis ditentukan
terutama oleh faktor usia, stadium penyakit pada saat
pengobatan dan terdapatnya tb milier.
Bila di grading berdasar British Medical Reserch Council :
•-  Grade 1: kematian , 7%, kebanyakan sembuh tanpa
sequele
•-  Grade 2: kematian 25%, banyak sembuh dengan sequele
•-  Grade 3: kematian > 50%, yang sembuh umumnya
dengan sequele berat.
KOMPLIKASI TUBERKULOSIS DALAM BIDANG NEUROLOGI
Ada beberapa macam komplikasi TB dalam bidang neurologi. Acute toxic
encephalopathy syndrome merupakan adanya gangguan kesadaran, dijumpainya
rangsang meningeal tanpa perubahan cairan spinal, serta dijumpainya tanda-tanda
epileptic seizures dan DIC ( Disseminated Intravascular Coagulation). Selain itu
juga dijumpai mono dan polineuropati dengan predominan pada ekstremitas bawah,
diakibatkan penggunaan alkohol, diabetes mellitus dan penggunan terapi
isoniazide. Diperkirakan 3% dari penderita TB dijumpai gejala Parkinsonism dan
0,2% dijumpai adanya vaskular demensia dan stroke. Selain itu juga ditemukan
penderita TB dengan gangguan ekstrapiramidal seperti Distonia.4 Ravindra KG
pada tahun 1999, mengatakan tuberkulosa pada SSP terbagi dua yakni Intrakranial
dan Spinal. Pada intrakranial TB termasuk kedalamnya meningitis TB, meningitis
TB dengan TB milier, tb ensefalopati, TB vaskulopati, dan space occupying
lesions; sedangkan Spinal TB temasuk kedalamnya pott’s paraplegia, tb
arachnoiditis, non osseous spinal tuberkuloma serta spinal meningitis.
Penegakan Diagnosis Meningitis TB
A.Anamnesis
B.Pemeriksaan fisik
C.Pemeriksaan penunjang
 Anamnesis
Pasien dengan meningitis biasanya akan memperlihatkan trias klasik, yaitu demam,
nyeri kepala, dan kaku kuduk. Keluhan ini akan terjadi beberapa jam sampai 2 hari
setelah onset. Keluhan lain yang dapat timbul pada pasien dengan kecurigaan
meningitis adalah mual, muntah, fotofobia, penurunan kesadaran atau disorientasi.
Pada tahap awal meningitis, pasien bisa datang hanya dengan keluhan seperti flu. Hal
ini terkadang sulit dibedakan dengan diagnosis banding seperti 
infeksi saluran napas atas atau influenza.
Pasien dengan meningitis bakteri biasanya memiliki riwayat otitis, sinusitis, atau
pneumonia. Pada pasien dengan meningitis virus biasanya didapatkan keluhan
neurologis dalam 1-7 hari setelah onset. Keluhan sistemik yang dapat timbul dengan
kecurigaan meningitis virus adalah myalgia, fatigue, atau anoreksia. Pasien juga dapat
memiliki riwayat gondongan atau parotitis.
Sekitar 30-40% pasien anak maupun dewasa dapat mengalami kejang pada meningitis
bakteri tingkat lanjut. Pada bayi, keluhan dapat berupa bayi menjadi kurang aktif,
malas menyusu, muntah-muntah, high-pitch crying, dan adanya instabilitas suhu tubuh.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kaku kuduk adalah salah satu pemeriksaan tanda
rangsangan meningel yang dilakukan pada pasien dengan gejala dan
tanda gangguan sistem saraf pusat seperti meningitis. Pemeriksaan tanda
rangsangan ini ada 4, yaitu :
a. Pemeriksaan kaku kuduk : dilakukan dengan menekukkan kepala
pasien (flexi) dan diusahakan agar dagu mencapai ke dada. Misal ada
tahanan kaku kuduk dikatakan (+) yang berarti adanya iritasi
meningeal (meningitis).
b. Pemeriksaan brudzinski I
c. Pemeriksaan brudzunski II
d. Pemeriksaan kernig
Pemeriksaan Fisik Generalis
Pada pemeriksaan fisik generalis dapat ditemukan adanya tanda-tanda
penyakit infeksi lokal berupa otitis, sinusitis, atau pneumonia. Pada
pemeriksaan tanda vital yang akan ditemui adalah suhu tubuh yang
meningkat).
Pada pemeriksaan kesadaran dapat ditemui penurunan status mental
(GCS <14).
Pada bayi dapat ditemukan adanya bulging fontanelle, high-pitch crying,
hipotonia, dan iritabel atau tidak aktif.
Pemeriksaan Neurologis Fokal
Sekitar 10-20% pasien dapat ditemui adanya abnormalitas neurologis
fokal berupa abnormalitas nervus kranial (III, IV, VI, dan VII). Dapat
ditemukan adanya papil edema pada 1% pasien yang mengindikasikan
adanya peningkatan tekanan intrakranial. 
Tanda-Tanda Iritasi Meningeal
Terdapat beberapa pemeriksaan untuk menilai adanya iritasi meningeal, yaitu kaku
kuduk, Laseque sign, Kernig sign, dan Brudzinski sign.
Pemeriksaan kaku kuduk dilakukan dengan menekukkan kepala pasien (fleksi)
yang sedang berbaring dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Apabila terdapat
tahanan dan dagu tidak mencapai dada dikatakan kaku kuduk positif yang
menandakan ada kemungkinan iritasi meninges. Perhatikan pula apakah terdapat
fleksi pada kedua tungkai, jika terdapat fleksi maka dikatakan pemeriksaan
Brudzinski I positif.
Pemeriksaan Laseque dilakukan dengan pasien berbaring lurus dan ekstensi pada
kedua tungkai. Pemeriksaan dikatakan positif apabila timbul tahanan atau rasa
nyeri pada tungkai yang difleksikan sebelum mencapai 70 derajat.
Pemeriksaan Kernig dilakukan ketika pasien berbaring lurus dan dilakukan fleksi
paha pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 derajat, setelah itu tungkai
bawah diekstensikan pada persendian lutut. Kernig positif apabila terdapat tahanan
dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135 derajat.
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Analisa cairan serebrospinal.


■ warna : jernih atau opalescent.
■ tekanan : tekanan CSS akan meningkat secara bermakna berkisar antara
40-75% pada anak-anak dan 50% pada dewasa.
■ glukosa : penurunan kadar glukosa dan peningkatan kadar protein.
Dikatakan kadar glukosa 30-45 mg/dl atau kurang dari 50% kadar
glukosa darah, dapat pula lebih rendah sampai kurang dari 10 mg/dl
■ protein : akan meningkat mencapai 150-200mg%.
■ sel : pleositosis yang moderat karakteristik pada meningitis TB, pada 90-
100% kasus terdapat lebih dari 5 sel darah putih per mm3 cairan
serebrospinalis, umumnya mencapai 300/mm3.
■ mikroorganisme : 10-25% yang dapat menunjukkan preparat apus yang
positif.
2. Laju Endap darah (LED).
hanya menunjukkan sedikit peningkatan yakni 18-90 mm/jam, rata-rata 57
mm/jam.7-12.

3. Pemeriksaan Radiologik.
3.1. Head CT scan: dapat menunjukkan gambaran ‘isoatenuasi’ atau
‘hiperatenuasi’ pada sisterna basalis pada pemeriksaan tanpa zat kontras dan
memberikan penyengatan yang homogen setelah pemberian zat kontras. Head CT
scan serial berguna untuk identifikasi komplikasi yang baru terjadi seperti
hidrosefalus, area kalsifikasi, ensefalomalasia, osteitis tuberkulosa dari kranium,
dan osteomastoiditis tb.

3.2. MRI lebih sensitif daripada Head CT untuk mendeteksi adanya meningitis
basal, infark serebri, hidrosefalus dan tuberkuloma pada parenkim.18 4.
Arteriografi dapat menunjukkan adanya arteritis pada sirkulus Willisi atau cabang-
cabangnya yang terlibat dalam proses meningitis basal. Pembuluh darah yang
terkena ditemukan adanya penyempitan dan oklusi yang ditandai dengan area yang
irregular.
5. Reaksi imunologis.
terhadap tuberculosis diperlihatkan oleh test kulit
tuberculin ( Test Mantoux).Tuberkulin sendiri adalah
material protein yang dibentuk oleh mikobakterium
tuberkulosa. Campuran protein ini dikenal sebagai PPD
(Purified Protein Derivate). Test Mantoux umumnya positif,
tetapi pada 25% kasus dapat memberikan reaksi negatif,
terutama pada kasus lanjut, pasien yang mendapat
pengobatan kortikosteroid atau pada keadaan umum yang
buruk, keadaan malnutrisi, kelemahan umum dan
imunosupresi oleh penyakit sistemik yang berat.
Kegawatdaruratan pada Kasus Meningitis TB
dan Penanganannya
PENANGANAN AWAL KEJANG & PENURUNAN KESADARAN

Penurunan Kesadaran
■ Prinsip pendekatan diagnostik penurunan kesadaran pada anak dimulai dengan evaluasi
diagnosis tingkat gangguan kesadaran berdasarkan:
■ Respon motorik,
■ Besar dan reaksi pupil,
■ Gerak bola mata
■ Pola pernapasan.
■ Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah menjaga oksigenisasi jaringan otak.
Evaluasi riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang khusus merupakan
langkah selanjutnya dalam menentukan tata laksana khusus berdasarkan etiologinya.
Pemantauan berkala tingkat gangguan kesadaran dan tata laksana yang tepat akan menentukan
prognosis pasien selanjutnya.
PENANGANAN AWAL KEJANG & PENURUNAN KESADARAN

■ Kejang pada Anak


■ Pasien harus diberi oksigen
■ Dipasangi alat monitor jantung
■ Cari akses intra vena yang dapat di andalkan
■ Dan periksa kadar glukosanya.

Untuk terapi farmakologik awal harus terdiri dari benzodiazepin parenteral (Diazepam parenteral bisa
diberikan pada kasus kejang atau status epilepticus secara intravena atau intramuskular dengan dosis 5-10
mg, dapat diulang setelah 10-15 menit menit sesuai kebutuhan hingga dosis maksimal 30 mg.).  
Pasien dengan aktivitas serangan kejang terus menerus saluran napasnya harus dikontrol dan di obati
dengan feniitoin/fosfenitoin, diikuti barbiturat dan propofol.

Anda mungkin juga menyukai