Anda di halaman 1dari 21

Luka Tusuk dan Luka Sayat yang lain

Meskipun bab ini diawali dengan ‘Luka Tusuk dan Luka Sayat yang lain’, hal itu berguna untuk
memisahkan luka-luka tusuk dari luka-luka sayat karena kedua kelompok itu mempunyai ciri
karakteristik yang berbeda dan seharusnya tidak disamakan satu dengan yang lainnya. Alat-alat
yang menyebabkan kedua tipe luka-luka tersebut mungkin berbeda dan luka-luka yang
dihasilkan cenderung berbeda. Menurut salah satu gambarannya luka-luka tersebut biasanya
diklasifikasikan menjadi dua jenis luka.

Suatu luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada seluruh ketebalan
kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu mungkin bisa
mengancam kehidupan dan, hampir selalu, mengakibatkan jaringan parut. Ketika petugas medis
kemungkinan sedang merawat semua luka-luka dan dan cedera yang umumnya dilakukan
dengan menggunakan cara yang sama yaitu dengan metode pembalutan dan dengan obat-obatan,
ketentuan hukum yang membuat suatu perbedaan yang tajam antara suatu luka dan cedera non
invasif seperti suatu luka memar atau suatu tulang yang fraktur. Dalam hukum, suatu luka
merupakan suatu cedera invasif pada tubuh dan luka tusuk dan luka sayat yang masuk kedalam
kategori.

Luka tusuk

Luka ini tidaklah menguntungkan sebab penetrasi luka ini biasanya berhubungan dengan
suatu luka tusuk karena hal itu mempunyai arti yang lain yang disebabkan oleh sebuah pisau. Ide
yang popular adalah bahwa pisau adalah senjata yang bertanggung jawab atas terjadinya luka
tusuk tetapi alat-alat yang lainnya kebanyakan juga mengakibatkan luka penetrasi yang sama.
Yang juga termasuk, disebutkan, sebuah pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah
kayu yang ujungnya tajam; semua benda yang dimiliki : sesuatu yang mempunyai ujung yang
tajam yang mengakibatkan penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya. Luka
tusuk yang parah menurut medico-legal diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat
atau suatu dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam, hal ini seharusnya
tidak diabaikan bahwa terdapat kemungkinan luka-luka tersebut diakibatkan oleh sesuatu yang
pasif seperti pada kecelakaan di bidang industri atau akibat terjatuh dari suatu ketinggian dan
tertusuk pada benda seperti pagar halaman. Ada juga luka yang diakibatkan oleh diri sendiri.

Luka tusuk bisa tunggal ataupun ganda, dan pada kesempatan itu, tubuh telah diperiksa
dimana terdapat sejumlah luka yang sangat lebar. Biasanya terjadi dalam serangan seksual,
terutama mereka yang bersifat homoseksual. Pada kebanyakan orang tipe luka yang multiple itu
kemungkinan terjadi setelah meninggal. Hal itu mungkin berhubungan dengan pembunuhan
terhadap manusia – pembunuh melakukan itu untuk memastikan kematian dari korbannya. Luka
post mortem yang lain mungkin diakibatkan oleh kesengajaan – dorongan psikis yang akan
melanjutkannya.

Karakteristik luka tusuk

Kedalaman luka

Pemakaian istilah ‘luka penetrasi’ ditunjukkan bahwa kedalaman luka yang diakibatkan
oleh instrument itu lebih besar daripada panjangnya yang tampak pada permukaan kulit. Hal ini
terlatak dalam perbedaan yang jelas – yang akan dipertimbangkan lagi – dimana panjang
permukaan luka kemungkinan lebih besar dari pada dalamnya. Keduanya biasanya dapat
dibedakan dengan jelas, ada saat-saat ketika suatu luka sudah mulai memotong kulit dengan cara
sayatan tetapi kemudian terus menembus kedalam lapisan yang lebih dalam. Hal itu merupakan
aksi kombinasi dan pemeriksaan yang teliti diwajibkan untuk mencari unsur apakah yang penting
dari sayatan atau tusukan itu dan biasanya dapat diidentifikasi tanpa banyak kesulitan.

Internal injury

Suatu luka tusuk hampir selalu menyebabkan kerusakan luas pada struktur-struktur yang
ada dibawahnya. Kematian sering terjadi cepat sebagai akibat perdarahan yang terjadi atau
emboli udara yang mungkin diakibatkan oleh terbukanya vena yang ada dibawahnya dengan
udara luar.

Para anggota persaudaraan dalam bidang kriminalitas jarang mempunyai pengetahuan


biologi yang cukup untuk mengenali secara dekat mengenai struktur-struktur dasar yang penting
pada permukaan kulit. Ketika berhadapan dengan sebuah tugas pembunuhan yang
mengakibatkan luka tusuk pada jantung, pada liver atau pada beberapa pembuluh darah besar,
hal itu sering dinyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bisa menduga bahwa organ vital yang
terluka terletak dalam lapisan yang sangat dekat dengan permukaan. Beberapa luka tusuk
mempunyai potensi untuk menyebabkan luka internal injury yang luas, biasanya dalam bentuk
perdarahan massif. Bahaya itu ditambah dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari darah yang
keluar dari organ atau pembuluh darah yang rusak mengisi kedalam salah satu rongga-rongga
tubuh yang utama dan kemungkinan ada sedikit cara melepaskan darah untuk mengetahui
keparahan luka yang disebabkannya. Oleh karena itu, semua luka tusuk yang diijinkan dirawat
di Casualty Departements of Hospital harus diperkirakan dengan hati-hati; intervensi
pembedahan untuk menentukan derajat dari luka dan konsekuensinya biasanya ditunjukkan.
Lokasi – lokasi yang paling umum terjadi luka tusuk yang memerlukan tindakan pembedahan
dengan segera diungkapkan dalam suatu studi yang dilakukan di Glasgow Royal Infirmary yang
menyebutkan pada dada (43%) dan abdomen (13%). Penggunaan pisau dalam tindakan criminal
yang serius ditemukan telah meningkat dari 16% menjadi 23% ketika dibandingkan dengan studi
1
yang sama yang dibuat 5 tahun sebelumnya – suatu kecenderungan yang dicatat pada waktu
yang hampir sama di London. 2

Panjang luka

Kebanyakan luka tusuk akan menganga – bukan karena sifat instrument yang menyisip
tetapi sebagai akibat kekenyalan yang alami dari kulit. Banyak luka yang akan nampak, oleh
karena itu, seperti luka terbuka berbentuk oval pada kulit dan mungkin juga sebagai luka
berbentuk bulat (Gambar 8.2). Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa
tulang atau serat otot yang penting, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Foto dari
suatu luka akan menunjukkan dengan jelas sifatnya yang menganga, tetapi ketika suatu luka
tusuk diukur, sisi lukanya harus dirapatkan terlebih dahulu sehingga luka itu sekarang akan
menyerupai garis linear yang memotong kulit. Hal ini akan memberikan ukuran yang tepat dari
luka. Perbedaan itu kemungkinan menjadi kecil, tetapi pada saat itu, mungkin saja pantas untuk
dipertimbangkan dan berhubungan erat dengan sifat alaminya dan identitas senjata yang
ditemukan kemudian yang telah menyebabkan luka. Ketika deskripsi panjang luka dibawa ke
pengadilan, hal itu harus dibuat cukup jelas yang salah satunya berhubungan dengan panjangnya
pada permukaan kulit dan sama sekali tidak hanya berhubungan dengan panjangnya saja
ditentukan juga dalamnya penetrasi kedalam jaringan yang mendasarinya. Yang mengejutkan
seberapa sering kedua pengukuran itu dikacaukan oleh kesaksian di pengadilan, atau lebih
sering, oleh para pengacara. Pada waktu yang sama, hal itu harus dikenali mengenai luka yang
sedang diukur dan tidak perlu menyamakan dengan lebarnya instrument – terutama jika
memberikan gambaran tepi luka seperti pada pisau. Korban mungkin telah berkelit dengan
keadaan pisau masih menancap, pisau itu mungkin telah ditusukkan atau mungkin telah ‘diayun-
ayunkan’ dari sisi ke sisi selama penarikan. Sebaliknya, ketika luka yang dibuat oleh sesuatu
yang runcing panjangnya luka tidak bisa kurang dari lebarnya instrument yang menyebabkan
luka.

Bentuk luka

Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu
akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa oleh ahli patologi (Gambar 8.3). suatu
senjata yang bermata dua, seperti suatu golok atau pisau yang telah diasah pada tiap-tiap sisinya,
biasanya menyebabkan suatu luka sayat yang jelas dengan kedua sudut luka yang runcing. Dan
secara garis besar, perbedaannya senjata yang bermata satu, yang ditemukan seperti pisau dapur
yang biasa digunakan atau sebuah pisau untuk memotong daging, akan menyebabkan suatu luka
yang mempunyai salah satu sudut luka yang runcing sedangkan sudut yang lainnya lebih tumpul.
Sisi pisau yang tumpul kadang – kadang menghasilkan celah yang kecil pada ujung luka, yang
kemudian dikenal sebagai gambaran ‘seperti ekor ikan’ (Gambar 8.4); hal itu, bagaimanapun
juga, kadang-kadang dikatakan bahwa gambaran itu tergantung, pada luasnya, pada arah tertentu
dari luka bekas tusukan pisau dan kerusakan pada serabut-serabut jaringan ikat yang ada
dibawahnya. 3 Objek lain yang dapat menembus tubuh, seperti sebuah pahat, sebuah obeng atau
sebuah gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi
empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit; semua kemungkinan ini harus diingat. Pada
saat-saat tertentu, korban mungkin mengelitkan tubuh atau pisau itu melukai sendiri akiba
berkelit pada saat pencabutan. Sebagai akibat salah satu atau keduanya, bentuk dari luka itu
dapat dikesampingkan (Gambar 8.5). Hal itu mungkin mengakibatkan luka terbuka atau sayatan
sekunder pada sudut luka yang utama pada kulit. Bentuk yang tidak normal tersebut atau luka
akibat menggeliat dengan karakteristik tertentu ditemukan ketika terdapat gerakan yang perlu
dipertimbangkan diantara kdua belah pihak yang terkait.

Pakaian

Pakaian sering sangat menolong jika ahli patologi diberi kesempatan untuk memeriksa
pakaian sebelum mempertimbangkan luka-luka pada kulit dan sebelum beberapa pemeriksaan
yang lebih dalam dilakukan. Ia dikonsentrasikan untuk menentukan dengan tepat jumlah luka
pada pakaian karena hal itu memungkinkan untuk mengetahui beberpa luka sayatan yang bisa
ditemukan pada pakaian yang tidak ada pada tubuh atau kemungkinan terdapat lebih banyak
sayatan pada benda itu dari pada yang akan ditemukan pada tubuh jika pakaian itu telah dilipat,
yang dilipat atau yang kusut dibeberpa bagian. Hal itu mungkin mempunyai nilai yang nyata jika
telah terdapat perkelahian dan jika pisau pisau hanya merobek pakaian tanpa merusak kulit.
Pengamatan seperti itu akan membuat suatu perbedaan yang dapat dipertimbangkan ketika
meringankan kesalahan dalam suatu kecelakaan – sebagai lawan dalam serangkaian perkelahian
yang dicoba terhadap korban tersebut – sudah ditawarkan.

Jika posisi lubang pada pakaian tidak sesuai dengan luka-luka pada tubuh, hal itu
kemungkinan disebabkan pakaian sudah dilepas – sebagai contoh, ketika lengan diangkat-
pakaian itu sudah dibawa oleh penyerang dan dipindahkan dari posisi normalnya pada korban;
pakaian sering direbut oleh pihak yang dihadapi dalam perkelahian kemungkinan sebagian sudah
dilepas sebelum pisau telah menyerang korban.

Contoh yang lain dari penilaian pemeriksaan pakaian yang didapat ketika korban sudah
diberikan tindakan pembedahan. Dalam kasus seperti itu, ahli bedah sering kali memperbesar
luka tusuk untuk mengubahnya menjadi luka incisi pembedahan atau ahli bedah mungkin
menggunakan salah satu bagian luka tusuk untuk saluran drainase. Keadaan tersebut kemudian
akan dijahit dan hal itu menjadi tidak jelas pada waktu pemeriksaan apakah salah satunya
berhubungan dengan luka pembedahan sederhana atau suatu luka tusuk yang telah dirubah
menjadi luka pembedahan. Hanya dengan pemeriksaan pakaian dapat dijumlah dan lokasi-lokasi
luka yang asli dapat diketahui. Hal yang harus ditekankan bahwa pemeriksaan yang hati-hati
mengenai bahan pembuatannya, seperti kapas atau wol, dan kerusakan yang terjadi pada serabut-
serabut dari bahan-bahan tersebut seharusnya diberikan kepada ahli forensic yang mempunyai
pengalaman untuk melakukan investigasi bahan-bahan seperti itu.

Luka tusuk yang tidak disengaja

Dari waktu ke waktu, suatu keterangan diberikan kepada ahli patologi sebelum
pemeriksaan mayat dilakukan mengenai bahwa luka tersebut disebabkan karena tidak sengaja.
Hal itu penting untuk membawa sesuatu seperti pernyataan yang dipikirkan ketika
memperkirakan posisi, ukuran dan kedalaman luka, terutama apakah kemungkinan yang
menyebabkan kecelakaan atau apakah posisi luka dikembalikan sesuai dengan penjelasan yang
tidak mungkin seperti itu atau yang tidak mungkin.

Luka tusuk akibat bunuh diri

Meskipun tusukan merupakan salah satu cara yang paling sedikit digunakan pada bunuh
diri, luka tusuk akibat bunuh diri bukanlah jarang seperti yang sering dikatakan dan
kemungkinannya bahwa luka tusuk terjadi pada epigastrium akibat dari bunuh diri harus selalu
diperhatikan dengan hati-hati. Lokasi-lokasi yang umum dipilih adalah pada dada sebelah kiri,
dimana korban percaya jantung berada pada posisi itu, atau pada abdomen sebelah atas, dimana
korban mungkin beralasan bahwa tidak ada cara lain, seperti sebuah tulang rusuk, yang
mencegah masuknya sesuatu kedalam organ vital (Gambar 8.6). Biasanya luka tunggal yang
disertai oleh keragu-raguan atau tanda-tanda sementara. Yang terakhir sangat umum terjadi
seperti luka sayatan pada tenggorkan akiabat bunuh diri yang akan dipertimbangkan kemudian
dalam bab ini. Bagaimanapun juga, luka tusuk akibat bunuh diri tidak jarang bersifat multiple,
ketika perbedaan antara bunuh diri dan pembunuhan akan memerlukan pertimbangan yang hati-
hati. Bukti yang ditemukan dilapangan dari bagian tubuh yang ditemukan, apakah ditemukan
catatan yang menyertai bunuh diri atau apakah ada terdapat cerita mengenai usaha-usaha bunuh
diri sebelumnya yang akan bermanfaat dalam membuat pembedaanya – seperti bukti patologis
mengenai tanda-tanda usaha bunuh diri sebelumnya dalam bentuk jaringan parut, terutama
dipergelangan tangan.

Pemeriksaan luka tusuk

Pemeriksaan luka tusuk penting untuk mencatat posisi dan jumlah tusukan atau luka-luka
yang terjadi dengan teliti sebelum tubuh dibuka. Hal itu sangat dapat diterima untuk
meninggalkan hal tersebut sampai autopsy sudah diselesaikan dan tubuh direkonstruksi.
Deskripsi mengenai lokasi tiap-tiap luka harus dibuat sesuai referensi untuk memastikan letak
anatomi seperti midline, klavikula atau sisi luar pinggul dan tiap luka harus di beri nomor di
dalam laporannya.

Suatu metode yang mudah tentang pencatatan sejumlah besar luka tusuk, sehingga tidak
ada yang diduplikat atau dihilangkan, dengan menomori tiap luka dengan dengan memberikan
tanda berupa label pada kulit seperti yang ada dalam catatan. Memberikan nomor didepan foto-
foto sebagai barang bukti yang dibuat dengan sangat lebih mudah ketika diperlukan untuk
laporan di pengadilan. Ketika mempertimbangkan apakah korban tadinya berdiri sesuai tinggi
badan korban dan tingginya luka tusuk tunggal, atau masing-masing dari sejumlah kecil luka-
luka, dari tumit.
Ketika deskripsi dari bentuk dan panjang luka, juga penting untuk mencatat apakah
terdapat beberapa bukti luka memar disekitar salah satu atau kedua ujung karena hal itu, jika
pada saat sekarang, mungkin dianggap bahwa senjata telah dipegang pada bagian gagangnya.
Gagang itu kadang-kadang mempunyai permukaan kasar yang dibuat dari logam atau berupa
gagang kayu. Meskipun jika memar tidak ada, mungkin saja terdapat abrasi pada dengan area
yang kecil yang disebabkan oleh permukaan yang tidak seimbang ini.

Sering dikatakan bahwa lebih banyak luka yang terjadi, yang lebih baik adalah
kesempatan menentukan garis besar atau bentuk senjata yang telah menyebabkan luka. Hal itu
belum tentu benar. Waktu yang dihabiskan untuk melakukan deskripsi dan pemeriksaan luka
seperti itu sering lebih sedikit dari pada isu yang membingungkan. Salah satu masalah yang
nyata yang muncul dari terjadi luka multiple yang menjadi pertanyaannya apakah lebih dari satu
senjata yang telah digunakan. Pada kasus perkelahian geng, mungkin terdapat sejumlah senjata
yang digunakan. Suatu pengukuran yang teliti dari semua luka-luka sangat diperlukan, perkataan,
dengan tujuan untuk mengklarifikasi pisau yang mana yang bertanggung jawab terjadinya luka
yang fatal. Dengan cara yang sama, suatu usaha yang harus dibuat untuk mengidentifikasi luka
4
seperti itu yang terjadi yang telah dilakukan pemeriksaan mayat. Hunt dan Cowling telah
memperkenalkan sebuah tabel yang memperlihatkan bermacam-macam luka yang ditemukan
pada korban; jumlahnya lebih dari 30 dalam beberapa kasus yang signifikan.

Tabel 8.1 Distribusi luka tusuk multipel pada pembunuhan (dari Hunt dan Cowling 4)

Jumlah luka Korban


Laki-laki Perempuan
Luka tunggal 30 (54,5%) 9 (20%)

2 – 10 16 (29,1%) 20 (44,5%)

11 – 20 5 (9,1%) 6 (13,3%)
21 – 30 1 (1,85%) 5 (11,1%)

> 30 3 (5,45%) 5 (11,1%)

Kedalaman penetrasi

Kedalaman penetrasi dapat menjadi sulit diukur pada saat autopsi dengan derajat
ketelitian manapun. Jika tidak terdapat bukti memar atau abrasi disekitar luka pada kulit, selalu
terdapat kemungkinan bahwa senjata yang telah digunakan tidak didorong menjadi lebih luas;
memperkirakan bentuk yang nyata dan sifat yang tepat dari senjata yang mungkin digunakan,
kemudian, menjadi sulit. Apakah yang dapat dilakukan pada saat memperkirakan dalamnya
penetrasi, dan memperkirakan ukuran luka pada kulit, seseorang dapat menaksir lebar dari suatu
pisau melalui jarak dari ujung-ujungnya – tetapi mungkin tidak sepanjang pisau yang
diprmasalahkan. Jika terdapat luka multipel, pemeriksaan itu dapat diulang dan gambaran rasio
panjangnya/lebarnya senjata mungkin dibuat. Suatu luka luar yang kecil mungkin mempunyai
jaur yang sangat panjang. Luka ini diakibatkan suatu senjata seperti sebuah belati atau barangkali
sepotong logam yang telah dipertajam ujungnya.

Ketika memperkirakan kedalaman penetrasi dari luka tusuk, ahli patologi harus
mengingat bahwa posisi organ ketika tubuh dalam keadaan terlentang diatas meja kamar mayat
akan menjadi berbeda dengan keadaan orang yang masih hidup yang bertahan dari serangan pada
waktu itu. 5 Hal itu penting dalam kasus luka tusuk pada dada dan tertama ketika udara telah
masuk ke dalam ruang pleura; kemudian akan terjadi kolaps paru-paru yang ada disekitarnya.
Masalah yang terjadi selanjutnya ketika luka hanya terjadi pada otot karena eksplorasi pada serat
otot untuk pemisahan pada waktu pembedahan – hal tersebut menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam menentukan kedalaman luka.

Dinding abdomen merupakan suatu regio yang menyebabkan kesulitan tersendiri. Karena
ototnya lunak, tusukan pada abdomen mungkin mendesak semua jaringa kearah tulang belakang.
Sebagai akibatnya, ketika senjata itu ditarik dan jaringan kembali pada posisi semula, dalamnya
penetrasi yang terjadi mungkin menjadi lebih besar dari sebelumnya, itulah kenyataan, pada
kasus itu. Hal itu mungkin terjadi akibat sebuah pisau yang panjangnya 10 cm (4 in)
mengakibatkan luka yang terjadi pada abdomen dengan kedalaman 15 cm (6 in) pada waktu
pengukuran ketika autopsi. Hal itu tidak akan terjadi pada dada karena fiksasi relatif pada costae
dan hanya sedikit lemak dan lapisan otot yang ada diatas tulang tersebut.

Dari semua fakta yang ada yang perlu dipertimbangkan – panjangnya luka pada
permukaan kulit, bentuknya luka, panjangnya alur dan penampang melintang pada berbagai
tingkatan – hal itu memungkinkan mengetahui secara garis besar dari senjata yang digunakan.

Yang harus diperhatikan dari kesimpulan yang didapat dari autopsy harus dibuat dengan
istilah umum saja. Ada saat-saat ketika ahli patologi dapat berkata tegas bahwa senjata yang
telah diberikan tidak dapat mengakibatkan luka seperti itu karena hal itu tidak akan cukup cocok;
keadaan seperti itu tidak akan cukup menembus kulit. Bagaimanapun, yang harus diingat,
menurut diskusi diatas, sebuah pisau yang mempunyai mata lebih kecil dari panjngnya luka
yang terlihat pada kulit masih dapat mengakibatkan luka yang lebih parah dari luka tersebut. Kita
dapat berkata bahwa senjata yang lebih kecil dapat mengakibatkan luka yang lebar, kita tidak
dapat berkata bahwa sebuah senjata yang lebih besar mengakibatkan luka yang lebih kecil.
Sangatlah salah mencurigai senjata yang mengakibatkan luka yang terlihat apakah hal itu akan
cocok. Hal itu jangan dilakukan. Suatu pemeriksaan bisa dilakukan dengan hati-hati dan tepat
untuk menentukan kedalaman, tetapi bukanlah senjata yang dicurigai itu sendiri. Terlepas dari
perubahan bekas luka pada korban, mata pisau itu akan terkontaminasi dengan darahnya dan ini
mungkin membingungkan ahli forensik di laboratorium.

Kekuatan yang diperlukan untuk menyebabkan luka

Ahli patologi sering berkata – derajat kekuatan yang bagaimana yang dibutuhkan untuk
menyebabkan luka yang diakibatkan pisau yang menjadi senjata yang disangka? Jawabannya
tergantung pada bentuk pisau dan apakah hal itu cukup dengan ditunjuk. Instrumen yang
berujung tajam akan menembus kulit lebih jauh dengan mudah dibanding dengan yang kurang
tajam dan itu sudah disarankan bahwa instrumen yang panjang, seperti bayonet, membutuhkan
kekuatan yang lebih banyak dibanding yang lain yang pendek dan kaku. 6 Bagaimanapun, ketika
kulit ditembus, senjata itu akan meluncur dengan sangat mudah melewati organ yang ada
dibawahnya. Hal itu berbeda ketika sternum atau kostae yang terkna karena kekuatan yang lebih
besar akan dibutuhkan untuk penetrasinya, khususnya jika pisau itu tidak terlalu tajam. Hal itu
sering dikatakan bahwa pakaian korban akan mempengaruhi kekuatan yang dibutuhkan. Secara
umum, pakaian modern tidak memerlukan lebih banyak kekuatan untuk menembus nya, kecuali
jika sesuatu jaket kulit atau kain yang kuat yang digunakan pada pembuatannya dipabrik dipakai
oleh korban. Kemungkinan permukaannya menjadi yang paling tahan terhadap penetrasi yang
terjadi pada kulit itu sendiri. 7

Hal itu menjadi mustahil untuk menjelaskan derajat luka kedalam istilah matematika.
Salah satu aturan yang disarankan yaitu dengan menggunakan empat derajat seperti ringan,
sedang, cukup berat dan sangat parah, dan untuk membatasi pendapat dalam penggunaan istilah
tersebut. Beberapa ahli patologi sudah menemukan istilah yang dapat dipahami hakim yang
diperbaiki dengan menjawab pertanyaan itu dalam istilah ’dapatkah seorang wanita telah
melakukan itu?’

Waktu terjadinya kematian

Sama dengan derajat kekuatan yang diperlukan, ahli patologi sering diminta untuk
membantu pengadilan dengan memutuskan seberapa cepat kematian yang akan terjadi yang
diakibatkan oleh suatu uka tusuk. Sesungguhnya, hal ini akan tergantung pada struktur yang telah
ditembus. Jadi, perdarahan akan tejadi terus jika pembuluh darah besar pada dada atau abdomen
telah terobek; luka tusuk itu kemudian akan mengakibatkan kollaps dan kematian dengan cepat.

Hal itu juga tidak cukup mudah ketika suatu luka tusuk menembus jantung. Meskipun
pengadilan bisa menemukan tujuan mengenai luka tusuk pada jantung yang dramatis dan akan
mengharapkan korban itu menjadi tidak sadar dan meninggal seketika, terdapat banyak kejadian
yang terekam dimana luka seperti itu telah mengakibatkan korban masih mampu melakukan
8
aktivitasnya untuk beberapa menit – ia diperbolehkan, seperti contoh, dapat berlari untuk
mencari bantuan sejauh 200 m (yard) sebelum roboh dan sekarat, meskipun luka diderita. Salah
satu yang sangat diperhatikan dalam memperkirakan waktu kematian dan lebih baik untuk
berbuat kesalahan menentukan waktu yang lebih lama disbanding waktu yang lebih cepat.
Terdapat banyak insiden penusukan yang berpotensi fatal dimana hidup telah diselamatkan
dengan tindakan pembedahan dan hal itu berhubungan dengan tindakan pembedahan emergensi
9
pada jantung. Ahli patologi harus berhati-hati, oleh karena itu, didalam menentukan sebuah
sekala waktu. 10,11

Interprestasi dari luka tusuk tunggal

Interprestasi dari luka tusuk tunggal ditemukan pada bagian depan tubuh dapat
mengalami kesulitan. Kecuali bunuh diri, terdapat dua kemungkinan klasik – yang petama,
seorang penyerang mungkin telah menusukkan pisau dengan sengaja kearah dada atau abdomen
korban; dan, yang kedua, kemungkinannya bahwa orang yang meninggal berlari kearah pisau
juga harus dipertimbangkan. Sekenario itu tidaklah sulit untuk dikonstruksi. Orang yang
meninggal mungkin telah dikuasai, orang dengan kekuatan yang besar juga mungkin
menggunakan pisau setelahnya dengan tujuan untuk mempertahankan dirinya sendiri. Telah ada
sejumlah kejadian ketika orang dengan badan besar. Berniat untuk melawan kekuatan orang yang
lemah yang memegang pisau, sudah mencoba mencoba berpenampilan seperti ’beruang besar’
dengan hasil bahwa dia telah menusukkan dirinya sendiri pada pisau itu. Terdapat ketentuan,
bagaimanapun, bahwa orang yang memegang pisau itu masih harus memegangnya dengan
sangat kuat; serangan yang tiba-tiba ke arah pisau yang dipegang dengan bebas akan
menyebabkannya mengalami pembelokan atau kekuatan yang sama yang keluar dari pemilik
tangan itu – barangkali hanya luka superfisial yang akan terjadi pada penyerang. Setiap unsur
gerakan yang dilakukan oleh orang yang memegang pisau akan menyebabkan tindakan
penusukan yang menyimpang dari jalurnya yang normal kedalam arah yang tidak biasa.
Kombinasi dari seorang suami yang agresif dan sebuah penyalahgunaan istri, barangkali,
merupakan contoh yang umum seperti ketidakseimbangan antara yang kuat dan yang lemah. 4

Hal itu merupakan tugas ahli patologi untuk memutuskan posisi dari luka apakah scenario
seperti itu yang memungkinkan. Salah satu petunjuk yang bisa mengungkap kebohongan fakta
bahwa hal itu tidaklah gampang untuk seorang penyerang untuk mengakibatkan luka horizontal
yang mana, sebagai pembanding, seperti kemungkinan dalam ‘tusukan pasif’. Kemuliaan reatif
yang ditinggal dan sangkaan seharusnya dipertimbangkan dengan seksama; lebih dari itu, hal itu
merupakan situasi klasik yang merubah topografi organ pada tubuh dalam posisi terlentang harus
dikenal. Ketika terdapat keraguan, ahli patologi harus dipilih untuk menentukan kemungkinan
dari ’berlari kearah pisau’ – hal ini, dengan sungguh-sungguh, kesimpulan yang sering mengenai
insiden penusukan dalam rumah tangga.

Posisi pihak – pihak yang terkait

Ahli patologi itu juga yang nampaknya akan diminta untuk mendiskripsikan
kemungkinan posisi dari kedua pihak ketika serangan itu terjadi. Hal itu yang paling penting
untuk mempertimbangkan semua kemungkinannya. Kesan yang segera timbul kemungkinan
bahwa korban sedang berdiri didepan tersangka; hal itu, bagaimanapun, kemungkinan penyrang
berdiri dibelakang korban, menggerakkan tangannya dari arah belakang tubuh dan menusukkan
pisau dari depan. Dalam tujuan menentukan kemungkinan cara luka tusuk itu dapat diakibatkan,
hal itu sangat berguna bagi ahli patologi untuk ‘mempraktekan’ oleh seorang kolega yang akan
bertindak sebagai ‘seorang dibunuh’ atau untuk berlatih dan memotret kedua actor seperti itu.
Hanya dengan percobaan dengan instrument yang aman dapat diketahui semua kemungkinan dan
berhubungan dengan pertimbangan yang diberikan sebelum memasuki kotak saksi dan
memberikan pendapat di pengadilan. Lebih dari itu, nilai pembuktian dari kesaksiannya akan di
perbaiki dengan sungguh-sungguh jika ahli patologi dapat membuat tuntutan mengenai
pemikiran yang sebenarnya dibanding untuk mempertimbangkan atau bertahan.

Luka sayat

Istilah luka sayat seharusnya tidak digunakan dengan tanpa pandang bulu. Itu berarti
sebuah luka yang diakibatkan oleh terpotongnya kulit dengan rata dan tidak ada pemisahan atau
penarikan kulit seperti pada kasus laserasi atau abrasi. Agen yang mungkin mengakibatkan
sebuah luka sayat biasanya sesuatu yang dipegang, instrument yang bermata tajam seperti pisau
cukur atau pisau. Keterlibatannya dalam banyak kasus yaitu bahwa luka itu diakibatkan dengan
disengaja dan tidak diakibatkan suatu kecelakaan.

Karakteristik dari luka sayat

Panjang dan kedalaman – di dalam perbedaannya dengan luka tusuk, sebuah luka sayat
diakibatkan oleh goresan pisau atau instrument tajam yang lain melalui permukaan tubuh. Tidak
ada niat untuk memasukkannya kedalam jaringan atau kedalam rongga ubuh. Sebagai hasilnya,
panjangnya luka itu lebih besar dari pada dalamnya. Karena karakteristik itu, sebuah luka sayat
jarang berbahaya kecuali jika pembuluh darah yang utama atau organ vital lain berada dekat
dengan permukaan. Jadi dengan demikian area klasik untuk terjadinya luka sayat yang fatal
adalah di leher dan di pergelangan tangan; jarang, sebuah luka sayat di kaki atau lipat paha telah
dibuktikan fatal.

Penampakan dari suatu luka sayat – Penampakannya seperti insisi pembedahan. Luka itu
umumnya penampakannya regular meskipun terdapat sebuah celah pada jaringan yang
terpotong. Mereka bisa lurus tetapi kadang-kadang berbentuk kurve tergantung dari gerakan
orang yang telah di sayat.

Perdarahan yang banyak – Salah satu gambaran dari luka sayat adalah terdapat sejumlah
besar volume darah yang biasanya hilang. Hal ini berhubungan dengan sayatan yang rata dari
pembuluh darah yang terleak dekat dengan kulit. Hal itu dapat dibandingkan dengan laserasi,
yang terdapat sobekan kuat yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah untuk menjadi
kontraksi untuk memperkecil kehilangan darah. Luka itu biasanya lebih dalam pada kasus luka
tusuk; sebagian besar darah yang hilang masuk ke rongga tubuh dan, oleh karena itu, tak terlihat
dengan pengamatan. Suatu luka sayat, sebagai pembanding, tidak melibatkan rongga tubuh;
darang keluar ke permukaan dan, itu biasanya terlihat.

Tidak terdapat memar – oleh karena sifat alami dari suatu luka sayat – hal itu, suatu
sayatan yang rata di akibatkan oleh goresan sebuah instrumen yang mengenai permukaan kulit
tanpa tekanan pada jaringan – tidak terdapat memar. Darah yang hilang mengalir keluar, bukan
kedalam jaringan.

Infeksi jarang terjadi – dalam kebanyakan kasus, suatu luka sayat biasanya tidak terlalu
dalam dan terdapat aliran darah yang lancea; sebagai konsekuensinya, infeksi pada luka itu
jarang terjadi.

Kebanyakan luka sayat yang diakibatkan selama penyerangan terjadi pada muka. Pada
akhir-akhir ini, bagaimanapun, lebih banyak luka sayat telah terjadi pada punggung korban atau
pada dada atau abdomen. Hal itu biasanya diakibatkan oleh suatu ’siksaan’ dengan tujuan
membuat korban memberikan beberapa informasi. Seperti luka biasanya multipel dan mungkin
mengakibatkan kehilangan darah yang cukup banyak. Bagaimanapun, mereka biasanya tidak
mengancam kehidupan dan dapat disiapkan sayatan dengan bekas jaringan parut yang minimal.

Luka sayat pada tenggorokan

Luka sayat pada tenggorokan adalah suatu bentuk khusus dari luka sayat yang mungkin
akibat bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.

Sayatan pada tenggorokan akibat bunuh diri

Luka sayat pada tenggorokan akibat bunuh diri lebih sering ditemukan pada laki-laki dari
pada perempuan. Hal itu mungkin berhubungan dengan kenyataan bahwa laki-laki memegang
pisau cukur dan instrumen tajam yang lain lebih sering dari pada wanita. Kemungkinan yang
lebih, hal itu tidak lebih dari pada refleksi dari kenyataan bahwa semua bentuk kekerasan pada
bunuh diri lebih sering pada laki-laki; hanya pada bunuh diri dengan paksaan yang dilakukan
wanita melebihi laki-laki.

Lokasi yang klasik untuk bunuh diri dengan luka sayat pada tenggorokan adalah pada sisi
leher, memulainya hanya dilakukan dibawah telinga dan bergerak turun kedepan leher.
Dikatakan bahwa orang yang biasa memegang dengan tangan kanan memilih sisi kiri leher dan
sebaliknya. Hal ini tidak selalu ada pada kasus dan pihak yang terkait telah melihat beberapa
insiden orang yang biasa memegang dengan tangan kanan membuat luka pada sisi kanan leher.
Hal itu hampir terlalu kecil, insisi paralel – lenih sedikit daripada abrasi – ditengah luka yang
utama. Hal itu disebut bersifat sementara atau keragu-raguan menandainya karena mereka adalah
bukti yang pertama dari usaha yang tidak pasti untuk membuat luka akhir yang fatal. Dokter
jiwa, bagaimanapun, menjelaskan luka seperti yang terlihat butuh untuk dilihat darahnya yang
mengalir keluar untuk menentukan seberapa besar nyeri luka seperti itu akan ditimbulkan dan
seberapa besar penderitaan yang akan dirasakan sebelum meninggal. 12

Gambaran yang lain dari luka sayat pada tenggorokan akibat bunuh diri mungkin
meliputi adanya luka-luka yang bersifat sementara, seringkali dari yang tidak biasanya,
dipergelangan tangan; jaringan parut mungkin akan muncul sesudahnya akibat bunuh diri atau
tindakan percobaan bunuh diri. Kemungkinan dari sayatan yang dekat pada tenggorokan selalu
menjadi tindakan nyata dari pikiran gambaran mengenai kematian. Bunuh diri bisa dikonfirmasi
dengan adanya percobaan bunuh diri atau tidak dengan cerita sebelumnya yang sungguh terjadi
dengan sayatan atau, lebih umum, dengan meminum racun atau obat-obatan.

Salah satu aspek dari luka sayat pada tenggorokan akibat bunuh diri yang lebih
terkemuka untuk mengumpulkannya kembali daripada kejadiannya yaitu adanya cadavric
spasm.dalam situasi yang tidak biasa, senjata itu ditemukan dengan kuat digenggam pada tangan
sampai beberapa jam setelah saat kematian. Hal itu tidak berhubungan dengan rigor mortis
tetapi, kira-kira, akibat reflek spasme saraf yang diceuskan oleh keadaan emosi yang tinggi. Arti
dari investigasinya yang utama berada pada fakta bahwa hal itu sangat sulit untuk mengadakan
simulasi dengan beberapa derajat alas an. Ketika ditemukan hampir dipastikan kemungkinannya
bunuh diri.

Pembunuhan

Gambaran utama dari luka itu, umumnya, secara sekilas berbeda seperti yang terlihat
pada bunuh diri. Biasanya terdapat luka tunggal tanpa disertai dengan tanda-tanda sementara;
tanda sementara akan dengan jelas tidak tampak ketika terjadi sayatan multiple. Bagaimanapun,
pada akhir tahun ini, sejumlah tanda yang tidak biasa telah ditemukan peningkatannya lebih
sering pada leher yang berhubungan dengan luka sayat tunggal pada temggorokan akibat
pembunuhan. Hal itu dapat disebut tanda siksaan atau teror seperti yang disebutkan diatas.
Tanda penyiksaan biasanya lebih panjang dari pada tanda sementara pada bunuh diri dan tidak
membutuhkan pengamatan yang berhubungan dengan luka akhir yang mematikan; sering kali,
mereka biasanya berbentuk vertical sedangkan tanda yang sementara cenderung terletak
horizontal. Luka sayat pada tenggorokan akibat pembunuhan biasanya ditemukan pada bagian
yang lebih rendah pada leher dari pada pada kasus bunuh diri dan sayatannya dalamnya meliputi
seluruh luka. Bukanlah tidak mungkin untuk suatu luka sayat pada tenggorokan akibat bunuh diri
menembus dengan terlalu dalam pada leher – hampir mencapai vertebra columnalis – hal itu
tidak biasa dan, ketika ditemukan, lebih banyak seperti akibat suatu luka pembunuhan.
Berhubungan dengan saat-saat sekarang, abrasi atau memar mungkin ditemukan hanya dibawah
dagu dan pada leher bagian depan; yang diakibatkan perjuangan korban untuk meawan dengan
menggunakan pergelangan tangan yang sedang mencoba untuk menarik dagu keatas sehingga
leher itu terkena pukulan yang fatal. Memar dan abrasi tidak terlihat seperti pada bunuh diri
(Gambar 8.7).

Kecelakaan

Sayatan pada tenggorokan akibat kcelakaan tidaklah jarang untuk dipikirkan. Mereka
dapat disebabkan ketika tubuh seseorang dan kepala mengenai kaca pintu atau pintu took, ketika
suatu ledakan terjadi dari isi botol dengan cairan yang berupa gas atau ketika terjatuh ke kaca
atau objek tajam yang lain. Sejarah sudah cukup mampu untuk mencari luka seperti itu. Pola dari
luka itu sepertinya mempunyai ciri khusus tanpa menceritakan mengenai karakteristik sayatan
akibat bunuh diri atau akibat pembunuhan.

Kematian akibat luka sayat pada tenggorokan


Kematian yang diakibatkan oleh perdarahan atau akibat asfiksia yang disebabkan oleh
darah mengalir ke trakea dan saluran udara bagian atas yang telah dipotong atau dibuka
sebagian. Sepertiga bentuk kematian adalah akibat emboli udara yang parah ketika suatu sayatan
telah memotong sebagian pembuluh darah yang utama pada bagian leher, membiarkan udara
untuk dihisap masuk ke vena dan akan terakumulasi didalam jantung. Kematian biasanya terjadi
beberapa menit setelah luka itu terjadi; waktunya sebagian besar tergantung pada apakah tekanan
sudah diberikan pada pembuluh darah pada leher dan jumlah udara yang masuk kedalam
pembuluh darah dengan sejumlah perdarahan kedalam saluran nafas.

Luka yang tidak biasa terjadi

Dikatakan secara umum, luka sayat wajar untuk langsung bisa dipahami. Posisinya dan
keadaan yang berhubungan biasanya dapat dijelaskan penyebabnya. Bagaimanapun, dari waktu
ke waktu ketika melihat kasus yang terdapat sangat banyak luka sayat, biasanya terjadi pada
lengan. Hal itu seperti diakibatkan oleh dirinya sendiri dan terlihat seperti pada orang yang
menderita gangguan kejiwaan atau pada orang yang ingin menarik perhatian kepada diri mereka
– terutama sekali dengan tujuan untuk membuat tuduhan penyerangan yang palsu. Luka seperti
itu biasanya superficial dan pada tempat yang mudah terjangkau oleh individu tersebut. Mereka
biasanya terjadi pada tangan atau lengan tetapi kadangkala, mereka ditemukan pada abdomen
atau dada. Umumnya mereka tampak sebagai luka sayat parallel yang multiple atau, kadang-
kadang, tersusun dengan pola yang tidak teratur. Mereka sering lebih kecil disbanding abrasi
tetapi, disaat-saat yang lain, mereka mempunyai kedalaman yang cukup untuk sampai
memerlukan intervensi pembedahan. Gambarannya seperti luka parallel yang hampir merupakan
tanda patognomonik pada mutilasi yang dilakukan sendiri (lihat juga bab 11).

Luka akibat pertahanan


Adanya luka sayat pada telapak tangan, khususnya yang meliputi lipatan-lipatan fleksor
jari-jari, atau pada lateral dari permukaan lengan bawah mempunyai arti yang sangat penting.
Luka seperti itu mungkin diinterprestasikan sebagai luka yang berbeda. Istilah ini digunakan
untuk menjelaskan luka yang diakibatkan ketika korban membuka tangannya untuk menangkis
mata pisau atau senjata dalam usaha untuk menghindari serangan atau untuk mengarahkan
senjata itu menghindari tubuhnya. Sayatan pada telapak tangan kadang-kadang parallel,
menunjukkan bahwa seseorang itu berhadapan dengan pisau yang bermata dua. Mereka bisa
menjadi serius pada sebelah kanannya – terutama pada lengan bawah atau pergelangan tangan
yang mungkin mengenai arteri. Keterlibatan nya adalah, jika luka akibat bertahan terjadi
kemudian korban mengantisipasi pukula; hal itu dapat digunakan untuk menentukan penyebab
kecelakaan akibat membela diri (Gambar 8.8).

Salah satu masalah adalah bahwa hal itu mungkin sulit untuk memeriksa tangan ketika
rigor mortis terbentuk. Hal itu tidak cukup untuk mengungkap suatu jari-jari milik individu
dalam usaha untuk mengidentifikasi luka akibat pertahanan; suatu pengamatan yang baik dari
tangan harus dilakukan. Luka-luka itu, tentu saja, lebih mudah untuk dilihat ketika rigor mortis
telah hilang dan hal itu mungkin menguntungkan bagi ahli patologi untuk melakukan
pemeriksaan yang kedua pada tubuh ketika hal itu telah menghilang. Bagaimanapun, jika hal itu
tidak dapat dipraktekkan, tangan itu dapat dibuka penuh dengan menekan pergelangan tangan
pada belakang pergelangan tangan, hal itu dapat menyebabkan ekstensi dari jari-jari.

Kesimpulan

Kesimpulannya, hal itu dinyatakan lagi bahwa luka tusuk dan luka sayat harus di bedakan
satu dari yang lain. Apapun juga keberagaman dari luka yang terjadi, masing-masing harus
diperiksa dengan hati-hati dan masing-masing harus dievaluasi seperti arti pentingnya dalam
menentukan penyebab kecacatan atau kematian pada korban yang telah ditemukan.
Referensi

1. Swann I J, MacMillan R and Watson A A (1985). A study of stab wounds. Arcives of


Emergency Medicine, 2, 31.

2. Lambrianides A L and Rosin R D (1984). Penetrating stab wounds of the chest and abdomen.
Injury, 15, 300.

3. Rabinowitsch A (1959). Medico-legal conclusions on the form of the knife used based on the
shape of the stab wounds received. Journal of Forensic Medicine, 6, 160.

4. Hunt A C and Cowling R J (1991). Murder by stabbing. Forensic Science International, 52,
107.

5. Ormstad K, Calissendorff B, Rajs J and Ahlberg N E (1984). Difference between anterior


chest and heart surface. American Journal of Forensic Medicine and pathology, 5, 31.

6. Green M A (1978). Stab wound dynamics-a recording technique for use in medico-legal
investigations. Journal of Forensic Science society, 18, 161.

7. Knight B (1975). The dynamics of stab wounds. Forensic Science, 6, 249.

8. Levy V and Rao V J (1988). Survival time in gunshot and stab wound victims. American
Journal of Forensic Medicine and pathology, 9, 215.

9. Sherman M M. McCormick J R and Berger R L (1977). The thorax. In Tedeschi C G, Eckert


W G and Tedeschi L G (eds) Forensic Medicine. Philadelphia: W B Saunders, chapter 3-VII.

10. Spitz W V, Petty C S and Fisher R S (1961). Physical activity until collapse following fatal
injury by firearm and sharp pointed instruments. Journal of Forensic Science, 6, 290.

11. Thorensen S O and Roenum T O (1986). Survival time and acting capability after fatal injury
by sharp weapons. Forensic Science International, 31, 181.
12. Vorkoper C F and Petty C S (1980). Suicide investigation. In Curran W J, McGarry A L and
Petty C S (eds) Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science. Philadelphia:
Davis E A, chapter 8; see also Litman R E, Chapter 6: Psycholegal aspects of suicide.

Anda mungkin juga menyukai