Anda di halaman 1dari 13

1.

Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Didalam melakukan
pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya
dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka
yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.

2. Klasifikasi Jenis Luka Berdasarkan Jenis Benda


1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury).
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka lecet,
memar dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda
tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.
a. Luka lecet (abrasion):
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada
lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Walaupun kerusakan yang ditimbulkan
minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran
Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1) Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam
tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari
pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai
dengan alat-alat dalam tersebut.
2) Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan luka, seperti :
a. Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak
sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti
perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan
gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat,

seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam
kasus penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat, khususnya bila alat
penjerat masih tetap berada pada leher korban.
b. Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam
keadaan yang cukup baik, dimana kembang dari ban tersebut masih tampak jelas,
misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari,
informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di
dalam penyidikan.
c. Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh
korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya jejas
laras, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut
dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai
untuk menewaskan korban.
d. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih
dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan
luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta
lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan
tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati
khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai
pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada
tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan
apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus pembunuhan,
setelah dicekik kemudian digantung.
e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan
radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk
radiator penabrak.
3) Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari

yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat
di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah
kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka
akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan,
bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang
dipegang sewaktu korban diseret.

b. Luka memar (contusion)


Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan
yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah
kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Bila kekerasan benda tumpul yang
mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di
daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak
seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan
adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah
yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada
tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan
menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk
celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis,
maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi darah yang
tidak menunjukkan kelainan; darah antara kedua memar yang sejajar dapat
menggambarkan ukuran lebar dari alat pengukur yang mengenai tubuh korban.

c. Luka robek, retak, koyak (laceration)

Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul dapat
terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya hingga melampaui elastisitas
kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul tersebut
membentuk sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul. Dengan
demikian bila luka robek tersebut salah satu tepinya terbuka ke kanan misalnya, maka
kekerasan atau benda tumpul tersebut datang dari arah kiri; jika membuka ke depan
maka kekerasan benda tumpul datang dari arah belakang. Pelukisan yang cermat dari
luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik
khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi; demikian pula sewaktu dokter
dijadikan saksi di meja hakim.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan
luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan
dengan jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat
jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut
tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar
luka robek ssring tampak adanya luka lecet atau luka memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat
mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat
luka terbuka dengan benda tumpul.

2. Jenis luka akibat benda tajam


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang memiliki
sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti
golok, pisau, dan sebagainya hingga keeping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi
kertas atau rumput.5,7
Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang
bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat benda tajam pada umumnya
mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka
tembakan senjata api.7
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan

kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa
pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
a. Luka iris / luka sayat (incised wound)
Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat
ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang
kulit.

b. Luka tusuk (stab wound)


Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: belati,
bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk kerbau
Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda
penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua.

c. Luka bacok (chop wound)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul
yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang,
clurit, kapak, baling-baling kapal.

d. Luka akibat benda yang mudah pecah (kaca)


Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (misalnya kaca), dapat mengakibatkan lukaluka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk, luka lecet.
Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda
yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka lukaluka campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca
mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga jika pecah akan terurai menjadi
bagian-bagian kecil.

3. Luka akibat tembakan senjata api


Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen anak peluru,

sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir
mesiu yang tidak habis terbakar. LTM jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen
anak peluru, butir mesiu, jelaga dan panas/api. LTM tempel/kontak dibentuk oleh
seluruh komponen tersebut di atas (yang akan masuk ke saluran luka) dan jejas laras.
Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka
tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat tekanan
berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukan pada korban yang tertembak pada jarak
yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan kulit terdapat penghalang
misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm dan sebagainya sehingga
komponen-komponen butir mesiu yang tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan
oleh penghalang tersebut.
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka tembak
kleuar (LTK). LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat terjadinya deformitas anak
peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar
dari LTK.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM dari LTM bila terjadi pada luka tembak
tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan
keluar meninggalkan tubuh. Di sekitar LTK mungkin pula dijumpai daerah lecet bila
pada tempat keluar tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau
korban sedang bersandar pada dinding.7,8

4. Jenis luka akibat suhu / temperatur


a) Benda bersuhu tinggi.
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhu serta lamanya kontak
dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar
derajat I, II, III atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II
atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III atau IV.
b) Benda bersuhu rendah.

Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
superfisial sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor
kontrol yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang
berat dapat menjadi gangren.

5. Luka akibat trauma listrik


Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus
(ampere), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta
luasnya daerha terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan
kulti dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat dikelilingi
daerah hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya luka. Bahkan
kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika
meninggalkan tubuh juga ikut terbakar. Tegangan arus kurang dari 65 voltase
biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan.
Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat mematikan adalah 100 mA.
Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau
pusat pernapasan. Sedang faktor yang sering memperngaruhi kefatalan adalah
kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi
orang-orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya
biasanya pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap
hari berhubungan dengan listrik.

6. Luka akibat petir


Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat

mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,
panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan akibat persentuhan dengan benda
tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan syaraf
pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada korban mati sering
ditemukan adanya arborescent mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti
percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi
benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.9

7. Jenis luka akibat zat kimia korosif


Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh manusia.
Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu :
(a) Golongan Asam.
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain :
Asam mineral, antara lain : H2SO4, HCl dan NO3.
Asam organik, antara lain : asam oksalat, asam formiat dan asam asetat.
Garam mineral, antara lain : AgNO3 dan Zinc Chlorida.
Halogen, antara lain : F, Cl, Ba dan J.
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka, ialah:
Mengekstraksi air dari jaringan.
Mengkoagulasi protein menjadi albuminat.
Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin.
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:
Terlihat kering.
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid berwarna
kuning kehijauan.
Perabaan keras dan kasar.

(b) Golongan Basa.


Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain :
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin dan
sabun.
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin.
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini :
Terlihat basah dan edematus
Berwarna merah kecoklatan
Perabaan lunak dan licin.
Pengaturan Tindak Pidana Pemerkosaan Dalam KUHP
Mengenai tindak pidana Pemerkosaan atau verkrachting, ketentuan yang mengatur
mengenai bentuk perbuatan dan pemidanaannya terdapat dalam pasal 285 KUHP.
Dirumuskan dalam pasal tersebut : Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan,
diancam karena melakukan Pemerkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.3 Berdasarkan rumusan tindak pidana Pemerkosaan dalam pasal 285
KUHP tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur tindak pidana Pemerkosaan adalah
sebagai berikut: a. Perbuatannya : memaksa b. Caranya : 1) dengan kekerasan 2)
dengan ancaman kekerasan c. seorang wanita bukan istrinya
3Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( Jakarta: Cetakan kesembilan
belas, Bumi Aksara, 1996.), hal.105. 4Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai
Kesopanan ( Malang : Biro Konsultasi & Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, 2002), hal.56 5 Ibid., hal. 3. 6Leden Marpaung, Kejahatan
Terhadap Kesusilaan Dan Masalah Prevensinya (Jakarta: Sinar GrafikaCetakan I
1996), hal. 52

d. bersetubuh dengan dia.4 Penjelasan unsur-unsur tindak pidana perkosaan diatas


sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan perbuatan memaksa (dwingen) adalah perbuatan yang
ditujukan pada orang lain dengan menekan kehendak orang lain itu, agar kehendak
orang lain tadi menerima kehendak orang yang menekan atau sama dengan
kehendaknya sendiri5. Berdasarkan pengertian ini pada intinya bahwa memaksa
berarti di luar kehendak dari seseorang atau bertentangan dengan kehendak seseorang
tersebut.
Satochid Kartanegara menyatakan : perbuatan memaksa ini haruslah ditafsirkan
sebagai perbuatan sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa takut pada orang
lain.6 Memaksa dapat dilakukan dengan perbuatan dan dapat juga dilakukan dengan
ucapan. Perbuatan membuat seorang wanita menjadi terpaksa bersedia mengadakan
hubungan kelamin, harus dimasukkan dalam pengertian memaksa seorang wanita
mengadakan hubungan kelamin, walaupun yang menanggalkan semua pakaian yang
dikenakan oleh wanita adalah wanita itu sendiri.
b. Kekerasan (geweld) merupakan salah satu cara memaksa dalam Pasal 285
disamping cara memaksa lainnya yaitu dengan menggunakan ancaman kekerasan.
Undang-undang tidak menjelaskan tentang apa yang sebenarnya dimaksud Peranan
Visum Et Repertum dalam Pembuktian Perkara Rahman Syamsuddin 192 AlRisalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

dengan kekerasan, hanya dalam Pasal 89 KUHP yang merumuskan tentang


perluasan arti dari kekerasan. Disebutkan : Membuat orang pingsan atau tidak
berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Beberapa pakar memberikan
pengertian kekerasan sebagai berikut :
Menurut R. Soesilo kekerasan ialah mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani
yang tidak kecil secara tidak syah. Sedangkan Satochid mengartikan kekerasan
adalah setiap perbuatan yang terdiri atas digunakannya kekuatan badan yang tidak
ringan atau agak berat.7 Secara lebih khusus, Adami Chazawi memberikan pengertian
kekerasan dalam Pasal 285 sebagai berikut :
7 Adami Chazawi, Op. cit. 8 Ibid., hal. 3 9P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus
Tindak Pidana Melanggar Norma-Norma Kesusilaan Dan Norma-Norma Kepatutan,
(Bandung :Mandar Maju, , 1990), hal. 110. 10Adami Chazawi, Op. Cit., hal. 4
Kekerasan yaitu suatu cara/upaya berbuat (sifatnya abstrak) yang ditujukan pada
orang lain yang untuk mewujudkannya disyaratkan dengan menggunakan kekuatan
badan yang besar, kekuatan badan mana mengakibatkan bagi orang lain itu menjadi
tidak berdaya secara fisik.8 Sifat kekerasan itu sendiri adalah abstrak, maksudnya
ialah wujud konkritnya dari cara kekerasan ada bermacam-macam yang tidak terbatas.
Misalnya memukul dengan kayu, menempeleng, menusuk, dan lain sebagainya.
Mengenai maksud dari ancaman kekerasan (bedreiging met geweld), undang-undang
juga tidak memberikan penjelasannya. Namun dalam arrest Hoge Raad tanggal 5
Januari 1914 dan tanggal 18 Oktober 1915 mengenai ancaman kekerasan
disyaratkan : a) bahwa ancaman harus diucapkan dalam suatu keadaan yang demikian
rupa, sehingga dapat menimbulkan kesan pada orang yang diancam, bahwa yang
diancamkan tersebut benar-benar akan merugikan kebebasan pribadinya,
b) bahwa maksud pelaku memang telah ditujukan untuk menimbulkan kesan seperti
yang diancamkan.9
Menurut Adami Chazawi, ancaman kekerasan diartikan yaitu : ancaman kekerasan
fisik yang ditujukan pada orang, yang pada dasarnya juga berupa perbuatan fisik,
perbuatan fisik mana dapat saja berupa perbuatan persiapan untuk dilakukan

perbuatan fisik yang besar atau lebih besar yang berupa kekerasan, yang akan dan
mungkin segera dilakukan/diwujudkan kemudian bilamana ancaman itu tidak
membuahkan hasil sebagaimana yang diinginkan pelaku.10
Kekerasan atau ancaman kekerasan pada pasal 285 KUHP, ditujukan terhadap wanita
itu sendiri dan bersifat sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan baginya untuk
berbuat lain selain membiarkan tubuhnya untuk disetubuhi. Antara kekerasan dengan
ketidakberdayaan perempuan terdapat hubungan kausal, dan Peranan Visum Et
Repertum dalam Pembuktian Perkara Rahman Syamsuddin Al-Risalah | Volume 11
Nomor 1 Mei 2011 193

karena tidak berdaya inilah maka persetubuhan dapat terjadi. Jadi sebenarnya
terjadinya persetubuhan pada dasarnya adalah akibat dari perbuatan memaksa dengan
menggunakan kekerasan dan ancaman kekerasan tersebut. c. Mengenai wanita bukan
isterinya, disini persetubuhan dilakukan terhadap perempuan yang bukan istrinya.
Ditentukannya hal tersebut karena perbuatan bersetubuh dimaksudkan sebagai
perbuatan yang hanya dilakukan antara suami isteri dalam perkawinan.
d. Menurut M.H. Tirtamidjaja mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh
berati persentuhan sebelah dalam kemaluan laki-laki dan perempuan yang pada
umumnya dapat menimbulkan kehamilan, tidak perlu telah terjadi pengeluaran mani
dalam kemaluan si perempuan.11
Menurut Kedokteran Forensik, persetubuhan didefinisikan sebagai suatu peristiwa
dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau
tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi.12 Pada saat ini pengertian
bersetubuh diartikan bila penis telah masuk (penetrasi) ke dalam vagina.
Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana Pemerkosaan dalam pasal 285 KUHP diatas,
Pemerkosaan tidaklah

disebut Pemerkosaan

apabila tidak terbukti adanya

persetubuhan, padahal untuk membuktikan adanya persetubuhan sangat sulit terlebih


apabila korban sudah pernah menikah atau bukan gadis lagi (tidak virgin). Apabila
dalam suatu kasus yang diduga sebagai Pemerkosaan ternyata tidak terbukti adanya
persetubuhan, kasus tersebut dapat diarahkan pada tindak pidana pencabulan dimana
dalam tindak pidana tersebut tidak disyaratkan adanya persetubuhan.

Anda mungkin juga menyukai