Anda di halaman 1dari 79

i

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN
SRIKAYA RSUD MADANI KOTA PALU

Stase Keperawatan Jiwa

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

AHMAD TAUFIK HIDAYAT SITI RAHMADIANTI


TRI DESFIRA RAHMADANI JESICA ENTJAURAU
FILDA RAHMI SRI RAHASTRIT
KHALIFAH SIBGAH ARNELA DARAE
JUMRIANA SITI NURHALISA
WINDI SAFITRI SRI WAHYUNI
DINI AWALIA INDRI SAFITRI
HARDIANI ZALZABILLA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

T.A 2021-2022
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN
SRIKAYA RSUD MADANI KOTA PALU

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2

AHMAD TAUFIK HIDAYAT SITI RAHMADIANTI


TRI DESFIRA RAHMADANI JESICA ENTJAURAU
FILDA RAHMI SRI RAHASTRIT
KHALIFAH SIBGAH ARNELA DARAE
JUMRIANA SITI NURHALISA
WINDI SAFITRI SRI WAHYUNI
DINI AWALIA INDRI SAFITRI
HARDIANI ZALZABILLA

TANGGAL PERSETUJUAN :

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

T.A 2021-2022
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Palu) dapat menyelesaikan laporan seminar kelompok stase
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn. S Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di
Ruangan Srikaya Rsud Madani Kota Palu”, disusun untuk melengkapi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan di Politeknik
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi Sarjana Terapan Keperawatan.
Penulisan laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,

baik moril maupun materil. Dengan selesainya penyusunan laporan ini, kiranya

Allah SWT akan membalas dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya atas jasa-

jasa yang telah diberikan kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan

ini masih banyak kekurangan baik dari segi bentuk, isi maupun penyusunannya.

Oleh karena itu dengan rendah hati kami menerima semua saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan laporan ini.

Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT dan akhirnya kami

mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Palu , Juni 2021

Penyusun
iv

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 6
A. Konsep Medik Halusinasi.......................................................... 6
B. Tinjauan Keperawatan............................................................... 22
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................... 24
A. SP I BHSP ................................................................................ 30
B. SP II BHSP ............................................................................... 33
C. Pengkajian Keperawatan........................................................... 36
D. Masalah Keperawatan............................................................... 42
E. Klasifikasi Data......................................................................... 42
F. Analisa Data.............................................................................. 43
G. Pohon Masalah.......................................................................... 44
H. Rencana Keperawatan............................................................... 45
I. SP 1 Halusinasi.......................................................................... 48
BAB IV. PEMBAHASAN KASUS.......................................................... 52
BAB V. PENUTUP................................................................................... 55
A. Kesimpulan ............................................................................... 55
B. Saran ......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 58
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Halusinasi merupakan gejala positif yang timbul pada penderita gangguan

jiwa, utamanya sering dialami oleh penderita skizofrenia (Nasir A & Muhith A.,

2011). Ditandai dengan marah-marah sendiri, sering melamun, tertawa sendiri,

tanpa ada stimulus. Pada gejala ini pasien baiknya mendapatkan perawatan yang

lebih baik (Yusuf, dkk. 2019).

Berdasarkan WHO (2016) jumlah penderita skizofrenia sekitar 21 juta orang

dari 450 juta penderita gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia. Gejala

skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Pada laki-

laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.

Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran

dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar

dibandingkan wanita. Di Indonesia, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian

psikiatri adalah karena skizofrenia. (Zahnia et al. 2016)

Kasus skizofrenia di indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya mengalami

peningkatan. Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan

prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia mencapai 1,7% per 1000

penduduk atau sekitar 400.000 orang dan hasil Riskesdas tahun 2018 yang

dilakukan pada 1,2 juta jiwa menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah

mencapai 7%. Poin mengenai gangguan jiwa tersebut mengungkapkan

peningkatan yang cukup siginifikan. Prevalensi rumah tangga yang paling tinggi
2

menderita gangguan jiwa skizofrenia menurut provinsi ditempati oleh Provinsi

Bali dengan persentase 11% dan terendah ditempati oleh Kepulauan Riau dengan

persentase 3% (Riskesdas, 2018).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren persepi palsu. (Andri, 2019).

Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti

mimpi saat tidu. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi

tersebut nyata, sama halnya seseorang seperti seseorang yang mendengarkan

siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang

cuaca tersebut. Ketidakmampuan untuk mempersepsikan stimuus secara rill dapat

menyulitkan kehidupan klien. (Putri, 2017).

Penyebab dari halusinasi meliputi respon metabolik terhadap stres,

gangguan neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadar mempertahankan ego dan

ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah. (Nurlali, Nurdin, & Putri, 2019).

Dampak dari gangguan halusinasi itu sendiri adalah hilangnya kontrol diri

yangdapat menyebabkan seseorang menjadi panik sehingga perilakunya

dikendalikan oleh halusinasinya. (Erviana & Hargiana, 2018). Halusinasi

merupakan suatu bentuk persepri atau pengalaman indera yang tidak dapat

menstimulasi terhadap reseptornya. Halusinasi harus menjadi fokus perhatian oleh

tim kesehatan karena apabila halusinasi tidak ditangani dengan baik, maka akan

menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitarnya. (Wahyuni et al., 2011).


3

Pemberian tindakan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai standar

diharapkan mampu meningkatan kemampuan penderita halusinasi dalam

mengontrol diri dan menurunkan gejala-gejala halusinasi. (Erviana & Hargiana,

2018).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan melakukan

asuhan keperawatan dengan judul Gangguan Jiwa Halusinasi Pendengaran di

RSUD MADANI PALU dan mengidentifikasi sulitnya penanganan dari penderita

gangguan jiwa dan tingginya angka kejadian penderita gangguan jiwa yang belum

diketahui secara pasti penyebabnya. Maka dalam hal ini penulis menyajikan

Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Utama Gangguan Jiwa Halusinasi

Pendengaran.

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran, mengambil keputusan untuk menerapkan

asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah

utama Gangguan Halusinasi Pendengaran.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Jiwa Halusinasi

Pendengaran.

b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien

dengan Gangguan Jiwa Halusinasi Pendengaran.


4

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan Jiwa Halusinasi Pendengaran.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

jiwa Halusinasi Pendengaran.

e. Melaksanakan penilaian pada klien dengan Gangguan Jiwa

Halusinasi Pendengaran.

D. Manfaat Penulisan

1. Penulis

Melakukan dan memperdalam tentang Asuhan Keperawatan Jiwa

Halusinasi Pendengaran.

2. Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar

mengajar tentang Asuhan Keperawatan Jiwa Khususnya Halusinasi

Pendengaran.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan yang diperlukan dan pelaksanaan praktik

pelayanan keperawatan pada keperawatan jiwa khususnya Halusinasi

Pendengaran.

4. Perawat

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Khususnya

Halusinasi Pendengaran.
5

5. Keluarga

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan

gangguan jiwa terutama pada anggota keluarga khususnya dengan klien

yang mengalami Gangguan Jiwa Halusinasi Pendengaran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIK

1. Definisi

Gangguan sensori persepsi adalah salah satu gangguan jiwa dimana

terdapat gangguan pada fungsi sehingga menimbulkan persepsi tanpa adanya

stimulasi sensorik dari luar. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia

dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau rangsangan nyata. (Ade Herman,

2011).

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami

perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang

sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi suara dan semua

sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau

pengecapan). (Nita Fitria, 2009 dalam Linka, 2015)

Cook dan Fontaine (1987) dalam Firdaus (2016) perubahan persepsi

sensori: halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu

berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidauan. Klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak nyata. Selain itu, perubahn

persepsi sensori: halusinasi juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang

objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi adanya rangsangan dari luar
7

meliputi semua system penginderaan ( pendengaran, pengelihatan,

penciuman, perabaan, atau pengecapan).

2. Psikodinamika

Terjadinya Halusinasi dimulai dari beberapa fase. Hal ini dipengaruhi oleh

intensitas keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya

rangsangan dari luar. Menurut Stuart (2007) dalam Linka (2015) tahapan

halusinasi ada empat tahap. Semakin berat tahap yang diderita klien, maka

akan semakin berat klien mengalami ansietas. Berikut ini merupakan

tingkat intensitas halusinasi yang dibagi dalam empat fase.

a. Fase I.

Comforting : Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat

menyenangkan.

1) Karakteristik: Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi

seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba

untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi

ansietas pasien mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya

tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi (Nonpsikotik).

2) Perilaku individu.

a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan

suara.

c) Gerakan mata yang cepat.

d) Respons verbal yang lamban.


8

e) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

b. Fase II

Complementing : Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi

bersifat menjijikan.

1) Karakteristik; Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan dan

menakutkan. Orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan

kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari

sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena

pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (Nonpsikotik).

2) Perilaku klien.

a) Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas

misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

b) Penyempitan konsentrasi.

c) Dipenuhi pengalaman sensori

c. Fase III.

Controling : Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi

penguasa.

1) Karakteristik; Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan

pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.

Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami

kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (Psikotik).


9

2) Perilaku klien;

a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

halusinasinya daripada menolaknya.

b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

c) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

d) Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

d. Fase IV.

Conquering panic : Ansietas tingkat panic, Secara umum

halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

1) Karakteristik; Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu

tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa

jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik).

2) Perilaku klien;

a) Perilaku menyerang seperti panik.

b) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.

c) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,

menarik diri, atau katatonik.

d) Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.

e) Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang.

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
10

Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat

meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan

genetik.

1) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan

kecemasan.

2) Faktor sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa di

singkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang

membesarkannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang

mengalami stress yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti

buffofenon dan dimethytranferase (DMP)

4) Faktor psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda

bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan

stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi

realitas.
11

5) Faktor genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil

studi menunjukan bahwa faktor keluara menunjukan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini. (Linka, 2015)

4. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang di persepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk

mengahadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien

dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di

lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus

terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan

yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. (Kusumawati dan

Hartono, 2015)
12

a. Skema masalah halusinasi


Sumber : Yusuf, dkk, 2015
Gambar 2.1 Skema masalah
Gangguan jiwa ringan

Gangguan jiwa
Gangguan jiwa berat

Skizofrenia

Gejala positif Gejala positif

Perilaku Waham HALUSINASI


Harga diri Isolasi
Kekerasan rendah sosial

Faktor Faktor
predisposisi : predisposisi :
Biologis, Biologis, stress
psikologis, lingkungan,
sosial budaya sumber koping

Mekanisme Terbiasa
koping tidak Mengeluh adanya suara, menghayal
efektif bayangan, takut,bicara
dan tertawa sendiri Pengalam
Berfikir sensori berlanjut
negatif
MK: Gangguan
Menyalahkan diri persepsi sensori Merasa malu dengan
sendiri pengalamn sendiri
Motivasi perawatan
MK: Harga diri diri Menarik diri
rendah
MK: Defisit Kesulitan berhubungan
perawatan diri dengan orang lain
MK: Resiko
perilaku
kekerasan Halusinasi
mengancam, MK: Isolasi sosial
memerintah
13

b. Pohon masalah
Resiko tinggi perilaku
Effect kekerasan

Core problem GPS; Halusinasi Defisit perawatan


diri

Gangguan interaksi sosial;


menarik diri

Causa
Harga diri rendah

Gambar 2.2 Pohon Masalah


14

5. Jenis Jenis Halusinasi dan manifestasinya.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri- ciri yang objektif dan subjektif

pada klien dengan halusinasi.

Table 2.1 Jenis Halusinasi Serta Ciri Objektif Subjektif Klien Yang

Mengalami Halusinasi.

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Halusinasi Dengar; a. Bicara atau tertawa a. Mendengar suara –


(klien mendengar sendiri suara atau
suara/bunyi yang b. Marah –marah kegaduhan
tidak ada tanpa sebab b. Mendengar suara
hubungannya c. Mendekatkan yang mengajak
dengan stimulus telinga kearah bercakap- cakap
yang nyata/ tertentu c. Mendengar suara
lingkungan) d. Menutup telinga menyuruh
melkukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi a. Menunjuk-nunjuk Meilhat bayangan,
pengelihatan; kearah tertentu sinar, bentuk
(klien melihat b. Ketakutan pada geometris, kartun,
gambaran yang sesuatu yang tidak melihat hantu, atau
jelas/samar terhadap jelas monster
adanya stimulus c. Melirikkan mata
yang nyata dari ke kiri dan ke
lingkungan dan kanan seperti
orang lain tidak mencari siapa atau
melihatnya). apa saja yang
sedang
dibicarakan.
d. Mendengarkan
dengan penuh
perhatian pada
orang lain yang
sedang tidak
berbicara atau pada
benda seperti
15

mebel.
e. Terlihat
percakapan dengan
benda mati atau
dengan seseorang
yang tidak tampak.
f. Menggerakan-
gerakan mulut
seperti sedang
berbicara atau
sedang menjawab
suara.
Halusinasi a. Mengendus-endus Membaui bau-
penciuman; seperti sedang bauan seperti bau
(klien mencium mencium bau- darah, urin, feses,
suatu bau yang bauan tertentu dan terkadang bau-
muncul dari sumber b. Menutup hidung bau tersebut
tertentu tanpa menyenangkan
stimulus yang bagi klien
nyata)

Halusinasi a. Sering meludah Merasakan rasa


pengecapan; b. Muntah seperti darah, urin,
(klien merasakan atau feses
sesuatu yang tidak
nyata, biasanya
merasakan makanan
yang tidak enak)

Halusinasi Menggaruk-garuk a. Mengatakan ada


perabaan; permukaan kulit serangga di
(klien merasakan permukaan kulit
sesuatu pada b. Merasa seperti
kulitnya tanpa ada tersengat listrik
stimulus yang
nyata)

Halusinasi Memegang Mengatakan


kinestetik; kakinya yang badannya
(klien merasa dianggapnya melayang di udara
badannya bergerak
16

dalam suatu bergerak sendiri


ruangan atau
anggota badannya
bergerak)

Halusinasi viseral; Memegang Mengatakan


(perasaan tertentu badannya yang perutnya menjadi
timbul dalam dianggapnya mengecil setelah
tubuhnya) berubah bentuk minum soft drink
dan tidak normal
seperti biasanya

Sumber; Keliath (2006) dalam Firdaus (2016).


6. Rentang Respon.

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak

aman, gelisah, dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian,

tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan

nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock (1993) dalam Firdaus (2016)

mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat

keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur

–unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima

dimensi sebagai berikut :

a. Dimensi fisik.

Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi rangsangan

eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat

ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,

penggunaan obat-obatan, deman hingga delirium, intoksikasi alkohol, dan

kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi emosional.
17

Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang

tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari

halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak

sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu terhadap

ketakutannya.

c. Dimensi intelektual.

Dimensi intelektual menerangakan bahwa individu yang mengalami

halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada

awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuls

saraf yang menekan, tetapi pada saat tertentu menimbulkan kewaspadaan

yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan

mengontrol semua perilaku klien.

d. Dimensi social.

Dimensi sosial pada individu yang mengalami halusinasi menunjukan

kecenderungan untuk menyendiri. Individu asik dengan halusinasinya,

seolah –olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan

interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam

dunia nyata. Isi halusinasi dijadian system kontrol oleh individu tersebut,

sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, maka hal tersebut dapat

mengancam dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam

melaksanakan intervensi dalam keperawatan pada klien yang mengalami

halusinasi adalah dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang

menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta


18

mengusahakan agar klien tidak menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi

dengan lingkungannya diharapkan halusinasinya tidak terjadi.

e. Dimensi spiritual.

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi

dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien yang

mengalami halusinasi cenderung menyendiri sehingga proses diatas tidak

terjadi. Individu tidak sadar dengan keberadaanya dan halusinasi menjadi

sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya,

individu kehilangan kontrol terhadap kehidupan nyata.

Adaptif Maladaptif

Distorsi pikiran
Pikiran logis Gangguang pikir/ delusi
Ilusi
Persepsi kuat
Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebiihan
pengalaman atau kurang Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai
Perilaku aneh/ tidak Perilaku diorganisasi
Berhubungan sosial
biasa.

Gambar 2.3 Rentang respon

7. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis

maladaptive meliputi :

a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup

sehari-hari.
19

b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

c. Menarik diri (Firdaus, 2016)

8. Terapi Psikofarmakologi

Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,

disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan

di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan

keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).

1) Penatalaksanaan Medis Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan

klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan pemberian

obat-obatan dan tindakan lain (Muhith, 2015).

a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia

adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan

adalah :

Tabel 2.2 Psikofarmakologis

Kelas Kimia Nama Generik Dosis harian

Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40mg

Tioksanten Kloprotiksen 75-600mg


(Tractan) 8-30mg
Tiotiksen (Navan)

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100mg

Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900mg


20

Sumber Struat, Laraia (2005)

b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui

electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik

dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi

neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik

9. Dampak yang Ditimbulkan.

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

b. Defisit perawatan diri

c. Harga diri rendah

d. Isolasi sosial

e. Gangguan persepsi sensori

10. Penatalaksanaan Keperawatan

c. Penerapan Strategi Pelaksanaan

Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :

1) Melatih klien mengontrol halusinasi :

a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi

b) Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap dengan orang lain

c) Strategi Pelaksanaan 3: jadwalkan aktivitas sehari-hari

d) Strategi Pelaksanaan 4 : pentingnya penggunaan obat

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga ,


21

sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol

halusinasi.

a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam

merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi

klien dengan menghardik

b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat

klien halusinasi dengan enam benar minum obat

c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat

klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan

kegiatan

d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien

halusinasi

d. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu

karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik

untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat

dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena

dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk

mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas.

yang terdiri dari :

1) Terapi aktivitas Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari,

terapi relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.


22

B. TINJAUAN KEPERAWATAN.

1. Pengkajian.

Subjektif:

a. Klien mengatakan mendengar sesuatu.

b. Klien mengatakan melihat banyagan putih.

c. Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.

d. Klien mencium bau –bauan yang tidak sedap, seperti feses.

e. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.

f. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatau yang berbeda pada

dirinya.

Objektif:

a. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.

c. Disorientasi.

d. Konsentrasi rendah.

e. Pikiran cepat berubah –ubah.

f. Kekecauan alur pikiran (Linka, 2015)

2. Masalah yang Mungkin Muncul.

a. Risiko perilaku kekerasan.


b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
c. Isolasi social.
d. Harga diri rendah : Kronis (Linka, 2015).
23

3. Intervensi.

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.

1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.

2) Perkenalkan diri dengan sopan.

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama yang disukai klien.

4) Jelaskan tujuan pertemuan.

5) Jujur dan menepati janji.

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar

klien.

8) Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi

halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi

halusinasi. Hal –hal berikut.

a) Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal –hal sebagai

berikut.

b) Jelaskan cara menghardik halusinasi.

c) Peragakan cara menghardik halusinasi.

d) Minta klien untuk memperagakan ulang.

e) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien

yang sesuai.

f) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.

b. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi


24

Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :


1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Klien dapat mengontrol halusinasinya

3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal

Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :


a) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar
Effect Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Core problem Cause
atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon
klien saat halusiansi muncul
b) Melatih klien mengontrol halusinasi
- Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi Upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul,
mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini klien
tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi : menjelaskan cara meghardik
halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta klien
memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, menguatkan
perilaku klien.
- Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur Mampu
mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan progam. Klien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus
25

obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bila


kekambuhan terjadi maka untuk itu klien perlu dilatih
menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.
- Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi
ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut,
sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
- Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas
secara terjadwal klien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yangs eringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien
yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi
halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
c. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga

keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.

Tujuan : keluarga mampu :

1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam

merawat klien

2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi

3) Merawat klien halusinasi


26

4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol

halusinasi

5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan

segera ke fasilitas kesehatan

6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up klien

secara teratur.

Tindakan keperawatan :

a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam

merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien

dengan menghardik

Tahapan sebagai berikut :

- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien

- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya

halusinasi (gunakan booklet)

- Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara

menghardik

- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian

b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan enam benar minum obat

Tahapan tindakan sebagai berikut :

- Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala

halusinasi klien, merawat klien dalam mengontrol halusinasi

dengan menghardik
27

- Berikan pujian

- Jelaskan 6 benar cara memberikan obat

- Latih cara memberikan/membimbing minum obat

- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal

c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

Tahapan tindakan sebagai berikut :

- Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi klien

dan merawat/melatih klien menghardik, dan memberikan obat

- Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga

- Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk

mengontrol halusinasi

- Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan klien terutama

saat halusinasi

- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian

d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarga memanfaatkan

fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi

Tahapan tindakan sebagai berikut :

- Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala

halusinasi pasien, merawat/melatih pasien mengahrdik,

memberikan obat, bercakap-cakap

- Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluraga


28

- Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda

kekambuhan, rujukan

- Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

pujian.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus

diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan

yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan halusinasi dilakukan

secara interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus

lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):

a. Bina hubungan saling percaya

b. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap halusinasi

c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan

kegiatan terjadwal.

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana.

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah

rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan

kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
29

kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan

yang akan dilaksanakan (Dalami, dkk, 2014).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu

evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan

respon klien pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai

pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai

berikut (Dalami, dkk, 2014) :

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang

kontradiksi dengan masalah yang ada

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

klien.
30
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Srikaya Tanggal di Rawat : -

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. S (L)


Tanggal Pengkajian : 16 Juli 2021
Umur : 34 tahun
No. RM :-
Pendidikan : S1
Informan : Klien

II. ALASAN MASUK


Klien mengatakan tidak mengetahui alasan masuk ke Rumah Sakit
Madani, klien mengatakan klien diantar dengan keluarganya

Keluhan Saat Dikaji


Klien mengatakan sakit kepala dan mendengar suara-suara tidak jelas

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya. Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan Sebelumnya
Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat secara teratur
3. Aniaya Fisik
Klien mengatakan pernah dianiaya / dipukul oleh adiknya,
kakaknya, dan teman-temannya. Sejak klien berumur dan yang
menjadi saksi saat kejadian tersebut adalah orang lain.
31

4. Aniaya Seksual
Klien mengatakan pernah disuruh untuk buka baju
5. Penolakan
Klien mengatakan teman klien tidak inginkan bergaul dengannya
6. Kekerasan Dalam Keluarga
Klien mengatakan mengalami kekerasan dalam keluarga

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

7. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Tidak ada
8. Masalalu tidak menyenangkan
Klien mengatakan sering disakiti teman kerjanya dan keluarganya

IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD :-
N :-
SB :-
R :-
2. Ukur :
TB :- BB : -
3. Keluhan Fisik
Klien mengatakan sakit pada bagian kepala

Masalah Keperawatan :
32

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

G1

G2

G3

Keterangan

: Laki-laki : Keturunan

: Perempuan : Pasien

: Menikah : Meninggal

: Tinggal serumah

G1: Orang tua dari ayah dan bapak klien


G2: Orang tua klien dan saudara-saudaranya
G3: Klien dan saudaranya

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang paling dia sukai adalah
rambut
b. Identitas
Klien mampu menyebut nama dan umurnya
c. Peran
33

Klien mengatakan ia adalah seorang Guru dan suami


d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi guru yang baik
e. Harga diri
Klien mengatakan belum bias menjadi guru dan suami yang
baik karena dia merasa tidak dihargai sebagai seorang guru dan
suami

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan yang berarti bagi dirinya adalah ibu klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosialisasi
kelompok/masyarakat. Setiap selesai mengajar klien hanya
berdiam di rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak percaya diri untuk bergabung dengan
masyarakat/lingkungan sekitar sehingga menjadi hambatan
dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Masalah Keperawatan : Isolasi social

4. Spiritual

a) Nilai dan keyakinan


Klien mengatan klien beragama kristen dan rajin beribadah setiap hari
minggu.
b) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ klien rajin beribadah disetiap hari
minggu
34

VI. STATUS MENTAL

1) Penampilan
Berdasarkan pengkajian pakaian yang digunakan oleh klien tidak rapih dan
mengganti pakaian selama 2 x 1 dalam sehari bau badan tercium aroma
tidak sedap, mandi tidak menggunakan sabun dan jarang sikat gigi.

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2) Pembicaraan
Berdasarkan hasil pengkajian klien berbicara dengan cepat dan jelas

Masalah keperawatan : tidak ada

3) Aktivitas motorik
Klien mengatakan sering merasa tremor
Masalah keperawatan : tidak ada

4) Alam peraasaan
Klien mengatakan sedih dengan keadaannya

5) Afek
Labil
Masalah keperawatan : tidak ada

6) Interaksi dalam wawancara


Saat melintasi/melakukan wawancara klien kooperatif dan kontak mata
tidak bagus dan tidak mudah tersinggung
Masalah keperawatan :

7) Persepsi
Berdasarkan hasil pengkajian klien sering tertawa dan berbicara sendiri,
pendengaran klien tidak baik karena mendengar bisikan-bisikan yang tidak
jelas.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

8) Arus pikir
Berdasarkan hasil pengkajian klien berbicara dengan jelas dan sampai
ditujuan pembicaraan
35

Masalah keperawatan : tidak ada

9) Isi pikir
Berdasarkan hasil pengkajian isi pikir klien adalah sisip pikir karena klien
yakin terhadap sesusatu pikiran orang lain dan disisipkan kedalam
pikirannya.
Masalah keperawatan: tidak ada

10) Tingkat kesadaran


Bingung
Masalah keperawatan :

11) Memori
Berdasarkan hasil pengkajian daya ingat klien jangka pendek
Masalah keperawatan : memori jangka pendek

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Berdasarkan hasil pengkajian tingkat konsentrasi dan berhitung sangat
baik.
Masalah keperawatan : tidak baik

13) Kemampuan penilaian


a. Gangguan ringan
Saat pengkajian klien diberikan kesempatan untuk memilih mandi
dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi
Hasil : klien mengambil keputusan mandi dulu sebelum makan

b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna


Saat dikaji klien mampu mengambil keputusan sendiri jika dibantu
orang lain
Hasil : saat klien arahkan untuk mandi sebelum makan klien
mengikuti arahan
14) Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara :
a. Mengingkari penyakit yang diderita:
Klien menyadari bahwa klien merasa ada yang berubah dari dirinya.
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya :
Klien tidak menyalahkan anggota keluarga/teman yang membawa
klien ke RS, dan tidak menyalahkan kondisi saat ini
36

VII. KEBUTUHAN RENCANA PULANG

1. Makan
a. Klien makan 3x1 sesuai dengan takaran dari RS dengan lauk pauk
sayur,ikan dan buah dan dihabiskan saat makan
b. Setelan makan klien mampu membersihkan gelas bekas minum klien
tersebut.

2. BAB /BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB dan BAK
a. Klien BAB 2x sehari dan menggunakan wc serta membersihkan
kembali
b. Setelah BAB dan BAK klien membersihkan dan merapihkan sendiri

3. Mandi
a. Klien mangatakan mandi 2x sehari; mandi tidak menggunakan sabun,
menyiram rambut tidak menggunakan sampon dan tidak sikat gigi.
b. Tubuh klien tidak terlihat bersih dan tercium aroma kurang sedap

4. Berpakaian
a. Klienmenggunakan pakaian sendiri tetapi kadang tidak sesuai, seperti
baju terbalik ketika dipasang. Klien mampu membedakan antara celana
dan baju jika di arahkan.
b. Menurut hasil pengkajian dandanan klien nampak kurang bersih dan
tercium aroma yang kurang sedap
c. Klien mengganti pakaian 2x dalam sehari.
d. Berdasarkan hasil pengkajian klien memilih pakaian sendiri.

5. Istrahat dan tidur


 Klien tidur siang kurang lebih 1 jam
 Sebelum tidur siang klien tidak melakukan aktivitas seperti mandi,
menyikat gigi dan berdoa
 Setelah bangun tidur klien tidak merapihkan tempat tidurnya dan
tidak mencuci muka / menyikat gigi

6. Penggunaan obat
 Merlopan lozepam 1x1 minum saat malam
 Divalpi 2x1 diminum pagi dan malam
37

 Reaksi obat obat : klien tidur dengan pulas

7. Pemeliharaan kesehatan
 Saat klien merasa tidak baik-baik, keluarga membawa klien ke RSJ
Madani
 Klien mengatakan pendukung yang dia miliki adalah ibu klien

8. Kegiatan di dalam rumah


Klien sebagai seorang PNS

9. Kegiatan diluar rumah


klien mengatakan sering bergabung dengan teman dan bermain domino

VIII. Mekanisme Koping

 Adaptif
Klien mengatakan bisa bicara dengan orang lain
 Maladaptif
Reaksi klien Nampak senang

IX. Masalah psikososial dan lingkungan


Klien sering merasa sedih dan khawatir lemas

X. Aspek medik
1. Diagnosa medik: Skizofrenia
2. Terapi medik: - merlopam lorazepam 1x1
- divalpi 2x1
- lodomer heximer 2x1

XI. Masalah keperawatan


1. Gangguan presepsi sensori : Halusinasi pendengaran

XII. Analisa Data


38

Data Diagnosa Keperawatan

Ds:
- Klien mengatakan mendengar Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
suara bisikan-bisikan yang tidak pendengaran
jelas
- Klien mengatakan mendengar
suara itu setiap saat.
- Klien mengatakan bisikan itu
tidak terdengar jelas.
- Klien mengatakan suara itu
terdengar setiap beraktivitas
dan tidur.
Do:
- Bicara klien cepat
- Klien Nampak merenung

VI. Pohon Masalah


Resiko tinggi perilaku
Effect kekerasan

Core problem GPS; Halusinasi Defisit perawatan


diri

Gangguan interaksi
sosial; menarik diri

Causa
Harga diri rendah
39

VII.Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan presepsi Pasien mampu : Setelah pertemuan, pasien dapat SP 1
sensori : Halusinasi 1. Mengenali halusinasi menyebutkan : 1. Bantu pasien mengenal halusinasi
pendengaran yang dialaminya 1. Isi waktu, frekuensi, situasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi,
2. Mengontrol pencetus, perasaan situasi pencetus, perasaan saat
halusinasinya 2. Mampu memperagakan cara terjadi halusinasi)
3. Mengikuti program dalam mengontrol halusinasi. 2. Latih mengontrol halusinasi
pengobatan dengan cara menghardik.
Tahapan tindakannya meliputi :
1. Jelaskan cara menghardik
halusinasi
2. Peragakan cara menghardik
3. Minta pasien memperagakan
ulang
4. Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
40

SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Latih berbicara/bercakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan lalu (SP2)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul
3. Tahapannya :
1. Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi
2. Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien
3. Latih pasien melakukan aktivitas
4. Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi sampai tidur
malam)
41

SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1,
2, dan 3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
7. Jelaskan pengobatan (5B)
8. Latih pasien minum obat
9. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 HALUSINASI PENGLIHATAN
Nama : Tn. s
Pertemuan : III

Tanggal : 22 desember 2021

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan mendengar suara bisikan
b. Klien mengatakan suara itu terdengar setiap pagi, siang, malam
c. Klien memgatakan mendengar suara itu ketika tidur dan istrahat

DO :

a. Bicara klien cepat


b. Klien nampak merenung
c. Klien nampak kebingungan
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.
3. Tujuan
a. Klien mampu mengenal halusinasi yang dialaminya.
b. Klien tidak mampu mengontrol halusinasinya..
4. Tindakan Keperawatan
a. Bantu klien mengenal halusinasinya :
1) Isi.
2) Waktu kapan terjadinya.
3) Frekuensi.
4) Situasi dan kondisi yang dilakukan saat halusinasi.
49

B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan

1. Orientasi
“ Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya ? nama saya siapa ?
bagaimana kabar bapak hari ini ? sesuai dengan janji kemarin, sekarang
kita akan membahas tentang yang bbapak rasakan ?” bapak, kita akan
bicara selama 15 menit, bersedia pak ?” sesuai kontrak kemarin, ditempat
sini saja kan pak ?”
2. Kerja
“ apa bapak mendengar suara ? suara seperti apa yang bapak dengar?
setiap kapan bapak mendengar suara itu? nah apa yang bapak lakukan jika
muncul suara itu ? apakah bapak mengerti maksud dari suara itu ? saya
mengerti apa yang bapak rasakan, tetapi suara itu hanya perasaan bapak
saja, suara itu tidak ada, karena hanya bapak yang mendengar, saya tidak.”
“ bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul ? bapak ada 4 cara unuk mencegah itu muncul, pertama dengan
menghardik, kedua dengan bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang ke empat minum obat
secara teratur .
“ bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dengan cara menghardik
caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul langsung tutup telinga lalu
bilang pergi... saya tidak mau dengar itu tidak nyata... begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak peragakan, nah bagus,
coba lagi yah bagus bapak sudah bisa .
3. Terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tadi? bagaimana
kalau kita buat jadwal latihan. Mau jam berapa latihannya, kita bertemu
lagi belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? jam berapa mau? bagaimana kalau 2 jam lagi? dimana tempanya,
baiklah selamat pagi.
50

Evaluasi keperawatan

Tanggal : 22 desember 2021

Waktu : 12.15

S:

“ Pagi , iya masih ”

“ bu suster Awal ”

“ baik bu suster”

“ iya bu suster ”

“ iya bu suster, saya mendengar suara itu “

“ setiap pagi, siang , malam ”

“ setiap saya mendengar suara itu saya diam “

O:
- Klien nampak merenung
- Kontak mata ada
A: SP 1 Halusinasi tercapai dengan kriteria :

Klien dapat mengenal halusinasinya dengan menyebutkan:

1. Klien mendengar suara bisikan


2. Klien mendengar suara tersebut setiap pagi, siang, dan malam. Saat
tidur dan istrahat suara itu masih terdengar.
3. Setiap waktu
4. Saat mendengar suara itu, bapak hanya diam
5. Klien hanya diam dan menutup telinga
51

P: Evaluasi kegiatan SP1 pasien

Lajutkan ke SP 2 pasien

6. Anjurkan untuk menghardik halusinasinya jika halusinasi datang


7. Anjurkan klien untuk minum obat tepat waktunya
STRATEGI PELAKSANAAN
SP II HALUSINASI PENGLIHATAN

Nama : Tn. S
Pertemuan : III
Tanggal : 22 desember 2021

Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan peneliti kepada klien pada
tanggal 22 desember 2021 adalah :

a) Pukul – mengevaluasi kegiatan yang lalu yaitu cara mengontrol


halusinasi dengan cara klien dapat memperagakan kembali cara
mengontrol hausinasi dan melatih klien berbicara/bercakap – cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul.
1) Fase orientasi
Perawat : selamat pagi bapak, bagaimana keadaan bapak hari ini?
Masih ingat dengan saya ?
Klien : pagi, baik sus
Perawat : iya, sesuai janji saya kita kemarin hari ini kita melatih
tentang mengontrol bisikan – bisikan dengan cara bercakap –
cakap dengan orang lain, bapak mau ?
Klien : iya saya mammu sus
2) Fase kerja
Perawat : bapak masih ingat dengan yang kemarin yang kita
pelajari yaitu menghardik halusinasi ?
Klien : iya, saya masih ingat
Perawat : jika bapak masih ingat, coba di ulang kembali ?
Klien: iya, (tutup telinga) pergi pergi saya tidak mau
mendengarkan kamu lagi, kamu itu tidak nyata.
53

Perawat : iya bagus bapak masih mengingatnya, jangan pernah


lupa apa yang kita pelajari ya bapak.
Klien: baik sus
Perawat : ohiya baik, kalau begitu kita lanjut cara yang kdua yaitu
bercakap – cakap dengan orang lain. Jika bapak mulai mendengar
suara bisikan – bisikan bapak langsung saja cari teman untuk di
ajak berbicara contohnya begini : “ teman teman temani saya
bercerita saya takut ada yang bisik – bisik dengan saya “ coba
bapak lakukan seperti yang saya lakukan tadi
Klien : oh iya, teman – teman temani saya bercerita saya takut ada
yang mau bisik – bisik sama saya
Perawat : bagus itu bapak, bisa dilakukan jika bisikan itu datang
lagi, bagaimana perasaan bapak ?
Klien : iya, saya merasa senang sekali
Perawat : bapak jangan sampai dilupa, coba ulangi sekali lagi apa
yang sudah saya praktekkan
Klien : oh iya baik, teman – teman temani saya bercerita saya
takut ada yang mau bisik – bisik sama saya
3) Fase terminasi
Perawat : baik bapak, bapak sudah bisa melakukannya, karna
waktu kita sudah habis nanti nanti 2 jam setelah ini kita ketemu
lagu, bisa kan bapak?
Klien : iya boleh, saya mau
Perawat : kita ketemu setelah makan siang, kita bicara ditempat
yang bapak mau?
Klien : iya saya mau
Perawat : kalau begitu saya permisi dan bapak silahkan istrahat
kembali
Klien : oh iya baik.
54

b) Evaluasi SP2 pasien : melatih berbicara dengan orang lain


Nama : tn. S
Umur : 57
Ruangan : srikaya
Hari/tanggal : 22 desember 2021
Jam :
S : -klien menjawab salam
-Klien mengatakan perasaannya
-Klien selalu berbicara dengan temannya
O : -klien Nampak tenang
-Klien bisa menjawab bagaimana cara mengontrol halusinasi
dengan bercerita

A: SP2 tercapai

Klien sudah mampu bercerita dengan temannya untuk mengontrol


halusinasi

P : lanjut SP3
55

STRATEGI PELAKSANAAN
SP III HALUSINASI PENGLIHATAN

D.SP3 pasien : melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul


Nama : Tn.a
Umur : 57 th
Ruangan : srikaya
Hari/tanggal :
Jam :
a) Pukul 12.30 mengevaluasi SP 1, SP 2 dan kegiatan beraktivas.
1) Fase orientas
Perawat : selamat siang bapak
Klien : selamat siang sus
Perawat : bagaimana perasaannya siang ini ?
Klien : baik sus
Perawat : iya sesuai janji kita tadi siang ini kita akan belajar lagi
yang ketiga yaitu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan aktivitas sehari – hari boleh bapak ?
Klien : iya boleh
Perawat : kita bicara 15 menit seperti biasanya, boleh bapak ?
Klien : iya boleh
Perawat : kita bicara disini saja ? di tempat yang sama, bapak
mau ?
Klien : iya, terserah suster saja
2) Fase kerja
Perawat : jika bapak masih ingat, coba bapak praktikkan kembali
dari yang pertama sampai yang kedua
Klien : oh iya, yang pertama ( tutup telinga ) pergi.. pergi saya
tidan mau mendengarkan kamu lagi, pergi kamu, kamu tidak nyata.
Setelah itu yang kedua bercerita dengan orang lain jika saya
mendengarkan bisikan - bisikan
56

Perawat : kalau bercerita dengan orang lain saat bapak mendengar


bisikan bapak katakan bagaimana ? kalau minta bicara sama teman
bapak ?
Klien : saya katakana teman teman temani saya bercerita saya takut
ada yang mau bisik bisik sama saya
Perawat : iya bagus sekali bapak, bapak masih ingat apa yang saya
ajarkan sama bapak jangan sampai lupa ya pak ?
Klien : iya baik sus
Perawat : jadi kita lanjut yang ketiga melakukan kegiatan
beraktifitas. Jadi bapak, melakukan kegiatan ini untuk mengurangi
hal – hal aneh yang bapak sering dengar, disini bapak saya akan
memberikan jadwal kegiatan bapak dari bangun tidur sampai sore,
bolehkah bapak?
Klien: iya boleh
Perawat : kalau begitu , bangun pagi bapak merapikan tempat tidur
setelah itu menyapu ruangan ini setelah itu bapak mandi, jika
selesai makan tempat makan dirapikan jika teman – teman bapak
tidak mau merapiknnya jika bapak masih di rs ini. Oh jika ada
kerja bakti bapak juga harus ikut kerja bakti, bolehkah bapak ?
Klien : ohiya nanti saya coba, semoga saya lupa ya suster.

). Fase Terminasi

Perawat : Oh iya bapak waktunya kita sudah habis bagaimana

perasaan bapak setelah mempelajari yang ketiga apa

bapak senang?

Klien :Iya saya senang

Perawat: Saya harap bapak bisa mempertahankan kegiatan bapak

sehari-hari, jangan lupa ya bapak?

Klien :Iya mudah-mudahan saya tidak lupa


57

Perawat: Oh iyah baik, Besok pagi saya akan datang lagi

melakukan/ melatih cara meminum obat secara teratur boleh

kan bapak?

Klien : Iya boleh sekali suster

Perawat :Jam 09:00 WITA Seperti biasanya waktunya masih sama

dan tempatnya seperti biasa juga disini, bapak mau?

Klien : Iya saya mau

Perwat : Bapak karna waktunya kita sudah habis bapak bisa

kembali ke dalam dan istirahat. Saya pamit yah bapak

Assalamualaikum.

Klien : Iya terimakasih Waalaikumsalam.

b) Evaluasi SP 3

Nama :Tn.A

Umur :38 Tahun

Ruangan :Srikaya

Hari / Tanggal :Selasa,03 Februari 2021

Jam :15:30

S:-Klien menjawab salam

-klien mengatakan keadaanya baik

-klien mengatakan akan melakukan aktivitas yang telah di

jadwalkan
58

O:-Klien Nampak tenang

A:-SP 3 tercapai

P:-Lanjutkan ke SP 4
59

STRATEGI PELAKSANAAN
SP IV HALUSINASI PENGLIHATAN

SP 4 Melatih klien meminum obat

Nama :Tn.S

Umur :57 Tahun

Ruangan :Srikaya

Hari/Tanggal :Rabu 22- 12-2021

Jam :09:00 WITA

a) Pukul 09:00 WITA Melatih Klien meminum obat secara teratur

1.Fase Orientasi

Perawat : Assalamualaikum Tn.A

Klien : Waalaikumsalam

Perawat: Bagaimana kabarnya hari ini Bapak apakah ada keluhan?

Klien : Baik, tidak ada

Perawat: Oh iya, sesuai janji kita kemarin bahwa kita akan

mendiskusikan tentang obat-obatan yang ibu minum,kita

akan diskusi selam 15 menit apakah bapak bersedia?

Klien : Oh iya, saya masih ingat, iyah boleh

2. Fase Kerja

Perawat: oh iyah bapak apakah bapak meminum obat yang di

berikan perawat?

Klien: iya saya selalu minum obatnya


60

Perawat: apakah setelah minum obat suara-suara bisikan hilang?

Klien : Iyah, setelah minum obat saya merasa tenang dan suara

bisikan hilang

Perawat: Oh iya, Alhamdulillah bapak iya

Klien: Iyah suster

Perawat: bapak nanti jika ada perawat yang memberikan obat nanti

diminum yah, karna itu bisa

menyembuhkan/menghilangkan bisikan-bisikan yang

bapak dengar

Klien : Iyah terimaksih, nanti saya akan minum obatnya

Perawat: Baik bapak, dan minum obatnya sesuai apa yang di

anjurkan dokter yah bapak.

Klien: iyah baik,terimaksih

3.Tahap Terminasi

Perawat: bagaimna perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap

tentang cara meminum obat?

Klien : Saya merasa senang

Perawat: Karna waktunya habis nanti kita ketemu sebentar sore

boleh kan bapak?

Klien : Iyah boleh suster

Perawat: Kita ketemu pada jam 15:00 tempat yang sama dan saya

akan mengevaluasi kegiatan yang telah kita diskusikan

bersama boleh kan bapak?


61

Klien : Iyah boleh semoga saya tidak lupa

Perawat:Iyah bapak, saya permisi dulu dan bapak silakan istirahat.

Assalamualaikum

Klien: iyah terimaksih suster. Waalaikumsalam

b). Evaluasi SP 4: Melatih Pasien Meminum Obat

Nama :Tn.S

Umur :57 Tahun

Ruangan :Srikaya

Hari/Tanggal :Rabu,22 desember 2021

Jam :09:30 WITA

S:-Klien menjawab salam

-Klien mengatakan keadaanya baik

-klien mengatakan akan meminum obat sesuai anjuran dokter

O:-Klien Nampak tenang

-klien Nampak selalu tersenyum

A:-SP 4 tercapai

-Klien suda mampu mengontrol Halusinasi

P: Pertahankan BHSP.

F. Mengevaluasi kegiatan yang lalu mulai dari SP 1,2,3dan 4

Nama :Tn.A

Umur :38 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 04 Februari 2021


62

Jam :12:30 WITA

a). pukul 15:00 WITA mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2,3dan SP

4)

1).Fase Orientasi

Perawat: Assalamualaikum bapak

Klien: Waalaikumsalam

Perawat : Bagaimana perasaan bapak sore hari ini? Ada keluhan?

Klien : Alhamdulillah baik, Tidak ada

Perawat : Ohh iya, sesuai janji kita sore hari ini saya akan

mengevaluasi kegiatan kita dari yang pertama sampai

yang ketiga, boleh kan bapak?

Klien :Oh iya boleh

Perawat: Waktunya 15 menit boleh kan bapak?

Klien : Iya boleh jangan lama-lama yah suster

2). Fase Kerja

Perawat : bapak masih ingat yang kita pelajari cara mengontrol

halusinasi dari yang pertama sampai yang keempat yang

barusan kita lakukan, bapak masih ingat?

Klien : Iyah saya masih ingat

Perawat: Jika masih ingat coba bapak praktekan kembali saya

mau dengar.

Klien : Yang pertama (Tutup telinga) dan katakan pergi-pergi

saya tidak mau mendengarkan kamu lagi, pergi-pergi


63

kamu itu tidak nyata,yang kedua jika bisikan-bisikan itu

muncul cari teman bicara dan katakatan teman-teman

temani saya bicara saya takut ada bisikian-bisikan, dan

yang ketiga melakukan aktivitas yang terjadwal dan yang

terakhir minum obat secara teratur.

Perawat : bapak lakukan kegiatan yang kemarin saya jadwalkan

kepada bapak?

Klien : Tidak suster

Perawat : Kenapa bapak tidak lakukan?

Klien : Saya lupa suster

Perawat: Oh iya tidak apa-apa tapi lain kali bapak tidak boleh

lupa karna dengan melakukan aktivitasitu bisa

membantu bapak agar bapak tidak mendengar bisikan-

bisikan

Klien: Oh iya mudah-mudahan saya tidak akan lupa lagi

Perawat : Oh iya tapi tadi bapak masih ingat yang pertama dengan

yang kedua dan yang terakhir bagus jangan sampai lupa

yah bapak, apa yang diberikan kepada bapak.

Klien : baik suster

3). Fase Terminasi

Perawat: bapak hari ini terakhir saya disini karna kita disini sampai

tiga hari saja dan nantinya akan dilanjutkan oleh perawat


64

lain. Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita

pelajari dari yang pertama sampai hari ini?

Klien: Saya mersa senang dan terimakasih karna suster telah

membantu saya

Perawat : Oh iya sama-sama bapak itu juga sudah menjadi

kewajiban saya untuk membantu bapak, oh iya bapak

senang bisa berkenalan dengan saya?

Klien : Iya saya merasa senang bisa berkenalan dan bercakap-cakap

dengan suster yang baik hati.

Perawat: saya juga senang bisa berkenalan dengan bapak dan bisa

membantu bapak, karna waktunya sudah habis saya pamit

kembali semoga bapak cepat sembuh dan bisa berkumpul

dengan keluarga bapak kembali dirumah.

Klien : Iya suster Amiin terimakasih

Perawat : Saya pamit yah bapak Assalamualaikum

Klien: Iya Waalaikumsalam

b). Evaluasi SP 1,2 3 dan 4

Nama :Tn.S

Umur :57 Tahun

Ruangan :Srikaya

Hari/ Tanggal: Rabu, 21-12- 2021

Jam :12:30 WITA

S:-Klien mengatakan SP 1 dan 2


65

-Klien mengatakan Sp 3 tidak dilakukan

-Klien mengatakan Sp 4 dilakukan

-Klien mengatakan tidak melakukan aktivitas yang telah

dijadwalkan perawat alasannya Karena lupa

O:-Klien Nampak tidak melakukan aktivitas

-Klien Nampak hanya banyak diam ditempat tidur

A: Tujuan tidak tercapai

P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat lain waktu penelitian selesai


66

Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN 1

BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA

Nama : Tn. S

Ruangan : Srikaya

Pertemuan :I

Hari/Tanggal : Senin,20/12/2021

a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DO : klien sedang berdiri, kontak mata baik, klien tampak merenung.
2. Diagnosa :
3. Tujuan khusus BHSP
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria :
1) Klien bersedia diajak berbicara
2) Klien bersedia diajak berjabat tangan
3) Ekspresi wajah bersahabat
4) Menunjukkan rasa senang
5) Klien bersedia menyebutkan nama
6) Ada kontak mata
7) Klien bersedia diajak berhadapan dengan perawat
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disenangi
d. Jelaskan tujuan perkenalan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Beri
67

g. perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien


b. Strategi komunikasi dan pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi Bapak, perkenalkan kami mahasiwa dari poltekkes
kemenkes palu yang dinas diruangan in di Stase Keperawatan Jiwa. Nama
bapak siapa? Senangnya dipanggil siapa? boleh minta waktunya sebentar
pak ? Apakah Bapak bersedia bircerita sebentar pak? Bapak maunya
berapa lama? 15 menit boleh pak ya? Bapak sukanya kita bicara dimana?
Disini saja ya Pak”
2. Kerja
“Saya mahasiswa yang dinas disini dan bapak sebagai pasien yang akan
saya rawat selama satu minggu saya disini. Jika bapak tidak keberatan,
boleh minta waktunya sebentar? Bapak bersaudara berapa? Anak
keberapa? Menurut bapak, ada tidak anggota tubuh bapak yang bapak
tidak sukai?”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita kenalan tadi? Bisa bapak
sebutkan kembali nama saya? Bagus bapak, kalau begitu saya permisi ya
pak. Nanti kita bertemu lagi untuk bicara-bicara”
68

Evaluasi Keperawatan
Tanggal : 20- Desember-2021
Jam : 09: 15

S:
“Pagi Suster”
“Nama saya S”
“Saya biasa dipanggil A”
“boleh sus”
“iya sus ”
“Iya”
Saya 8 bersaudara, saya anak keempat”
“saya paling suka bagian rambut Suster”
“Disini saja Sus”

O:
- Klien membalas jabat tangan
- Klien menjawab semua pertanyaan
- Adanya Kontak mata
- Ekpresi wajah merenung

A : BHSP Tercapai dengan kriteria


- Klien bersedia diajak berjabat tangan
- Klien bersedia menyebutkan nama
- Ada kontak mata
P : perawat : Lanjutkan ke SP 2 BHSP
Perawat
- Evaluasi SP I BHSP dan SP II BHSP
- Lanjutkan SP I Halusinasi
Klien
69

-Pasien : Anjurkan pasien untuk selalu mengingat pertemuan


sebelumnya.
STRATEGI PELAKSANAAN II
BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA
Nama : Tn. S
Ruangan : Srikaya
Pertemuan : II
Tanggal : 21/12/2021
Jam : 10: 08
a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan namanya S.
Klien mengatakan mau diajak berbicara
DO : klien berdiri, Respon baik, ekspresi wajah ceria
2. Diagnosa keperawatan :
3. Tujuan khusus SP II BHSP
Klien mampu mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dan klien
mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi SP 1 BHSP
b. Mendorong dan memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c. Mendengarkan ungkapan kliendengan empati
d. Melakukan pengkajian data
e. Mengorientasikan kegiatan sehari-hari
f. Mengidentifikasi masalah klien
70

b. Strategi komunikasi dan pelaksanaan


1. Orientasi
“Hallo Bapak, masih ingat dengan saya? Nama saya siapa? Bagaimana
perasaan bapak sekarang? Sesuai dengan janji saya, kita sekarang akan
membahas apa yang bapak rasakan. Sekitar 15 menit aja gimana pak?
Tempatnya disini saja ya pak?”
2. Kerja
““ apa bapak mendengar suara ? suara seperti apa yang bapak dengar?
setiap kapan bapak mendengar suara itu? nah apa yang bapak lakukan jika
muncul suara itu ? apakah bapak mengerti maksud dari suara itu ? saya
mengerti apa yang bapak rasakan, tetapi suara itu hanya perasaan bapak
saja, suara itu tidak ada, karena hanya bapak yang mendengar, saya tidak.”
“ bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul ? bapak ada 4 cara unuk mencegah itu muncul, pertama dengan
menghardik, kedua dengan bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang ke empat minum obat
secara teratur .
“ bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dengan cara menghardik
caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul langsung tutup telinga lalu
bilang pergi... saya tidak mau dengar itu tidak nyata... begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak peragakan, nah bagus,
coba lagi yah bagus bapak sudah bisa .

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bicara-bicara? Bisa bapak
ceritakan kembali apa yang kita bicarakan? Bagaimana kalau sebentar kita
diskusi tentang hal-hal positif yang dapat bapak lakukan? Bagaimana
kalau kita ketemu setelah makan siang pak? Dimana tempatnya?
Bagaimana kalau disini saja ya?
71

Evaluasi keperawatan
Tanggal : 21-Desember-2021

S:
“baik, Suster”
“ saya masih mendengar suara suara tidak jelas”
“Suara itu selalu terdengar ditelinga”
“saya tidak tahu, saya hanya dibawah keluarga saya kesini”
“dulu saya pernah di bawah di rs ini pada tahun 2017”
“iya pernah”
“iya, saya pernah dipukul”
“Ya, saya biasa”
“tidak ada”
“Saya mau”
“sering disakiti oleh lingkungan sekitar”
O:
- Klien nampak tenang
- Pada saat ditanya klien mau menjawab pertanyaan
A : SP II BHSP berhasil dengan kriteria :
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya dan keluhannya
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
P:
Perawat
- Evaluasi SP I BHSP dan SP II BHSP
- Lanjutkan SP I Halusinasi
Klien
- Anjurkan klien untuk mengingat pertemuan I dan II
- Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya
72

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien

mengalami perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi

suara dan semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,

penciuman, perabaan, atau pengecapan). (Nita Fitria, 2009 dalam Linka,

2015)

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren persepi palsu. (Andri, 2019).

Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti

mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi

tersebut nyata, sama halnya seseorang seperti seseorang yang mendengarkan

siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang

cuaca tersebut. Ketidakmampuan untuk mempersepsikan stimuus secara rill dapat

menyulitkan kehidupan klien. (Putri, 2017).

Penyebab dari halusinasi meliputi respon metabolik terhadap stres,

gangguan neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadar mempertahankan ego dan

ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah. (Nurlali, Nurdin, & Putri, 2019).

Dampak dari gangguan halusinasi itu sendiri adalah hilangnya kontrol diri
73

yangdapat menyebabkan seseorang menjadi panik sehingga perilakunya

dikendalikan oleh halusinasinya. (Erviana & Hargiana, 2018). Halusinasi

merupakan suatu bentuk persepri atau pengalaman indera yang tidak dapat

menstimulasi terhadap reseptornya. Halusinasi harus menjadi fokus perhatian oleh

tim kesehatan karena apabila halusinasi tidak ditangani dengan baik, maka akan

menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitarnya. (Wahyuni et al., 2011).

Orang dengan gangguan persepsi sensori akan mengalami

beberapa halusinasi, seperti halusinasi pendengaran, penglihatan,

pengecapan, perabaan, kinestik, penciuman dan viresal.

Pada tahap pengkajian pada klien Tn. C didapatkan data subjektif :

Klien mengatakan melihat bayangan hitam besar, klien mengatakan

bayangan itu menyuruhnya berbicara dengannya, klien mengatakan

melihat bayangan setiap pagi siang malam, klien mengatakan biasanya

bayangan itu muncul saat klien sendiri, klien mengatakan bayangan itu

selalu menakuti klien sampai berteriak. Data objektif : Bicara klien

membanjir, Klien nampak gelisah, Klien nampak kebingungan.

Hal ini menunjukan antara kasus kelolaan dan teori tidak ada

kesenjangan, bahwa salah satu manifestasi klinis pada kasus dengan

gangguan persepsi sensori adalah halusinasi.


74

Penanganan pada pasien jiwa dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi penglihatan menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang

dilakukan :

Melatih klien mengontrol halusinasi :

a. Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi

b. Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap dengan orang lain

c. Strategi Pelaksanaan 3: jadwalkan aktivitas sehari-hari

d. Strategi Pelaksanaan 4 : pentingnya penggunaan obat

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga

keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.

a. Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam

merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien

dengan menghardik

b. Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan enam benar minum obat

c. Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien

halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

d. Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memanfaatkan

fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi


75

Pada penerapan ke pasien intervensi Sp1 Halusinasi yang

dilakukan kepada pasien hari pertama yakni Rabu, 16 Juni 2021 setelah

mengidentfikasi isi halusinasi, dan melatih cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, didapatkan hasil klien mengikuti cara untuk

mengontrol. Setelah di lakukan pengajian dan diberikan intervensi, tetapi

belum sempat di lakukan evaluasi hari kedua tentang Sp1, karena

terkendala dengan COVID-19.

Tujuan keperawatan pada pasien dengan halusinasi yaitu pasien

mampu mengontrol halusinasi. Berdasarkan pengamatan penulis, terjadi

perubahan perilaku yang semula halusinasi sering muncul pada pasien

halusinasi saat diberikan terapi individu seperti tertawa atau tersenyum

sendiri secara tiba - tiba tanpa stimulus yang jelas yang ditunjang dengan

ada atau tidak adanya pengakuan pasien tentang munculnya halusinasi,

memandang ke satu tempat dalam waktu lama disertai bicara, menjadi

lebih banyak melakukan kegiatan atau berbicara dengan orang lain.

Sehingga terjadi penurunan frekuensi halusinasi (melamun, bicara, tertawa

atau tersenyum sendiri) bahkan tanda halusinasi dapat hilang sama sekali.

Namun tidak semua pasien halusinasi menunjukkan adanya perubahan

frekuensi seperti disebutkan di atas. Hubungan terapeutik antara perawat

dengan pasien dilakukan agar mendapat pengalaman belajar timbal balik

dan pengalaman emosional korektif bagi pasien. Perawat menggunakan

diri (self) dan teknik - teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk

meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien (Stuart, 2007).


76

Pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu

menghardik halusinasi, mengkonsumsi obat dengan teratur, bercakap -

cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas secara terjadwal.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Juni 2021 jam 08.12 WITA di

ruangan Salak dan diperoleh data pasien yaitu Tn. C berumur 34 tahun. Pada

tahap pengkajian dalam kasus ini ditemukan data yang menjadi fokus dalam

gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah pola kognitif perseptual dengan

keluhan pasien sering melihat bayangan hitam besar, klien mengatakan

bayangan itu menyuruhnya berbicara dengannya, klien mengatakan melihat

bayangan setiap pagi siang malam, klien mengatakan biasanya bayangan itu

muncul saat klien sendiri, klien mengatakan bayangan itu selalu menakuti klien

sampai berteriak. Faktor presipitasinya pasien pernah mengalami gangguan

jiwa dan pernah dirawat.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari

pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Tn. C adalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan.

Intervensi yang dilakukan pada Tn. C dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi penglihatan ditujukan untuk membina hubungan saling percaya,

mengenal dan mengontrol halusinasinya, dapat memanfaatkan obat dengan

benar serta melakukan aktivitas terjadwal. Rencana tindakan keperawatan

meliputi : membantu pasien mengenali halusinasi yang dilakukan dengan cara

berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat,

waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasinya, situasi yang


57

menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul),

melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan strategi pelaksanaan.

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana penerapan

yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Penulis melakukan tindakan

keperawatan yang telah disusun pada diagnosa gangguan persepsi sensori :

halusinasi penglihatan. Tindakan dilakukan dengan melakukan tindakan

keperawatan pada strategi pelaksanaan 1 pasien yaitu mengenal dan

mengontrol halusinasi, menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur,

bercakap - cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, dan melakukan

aktivitas terjadwal. Pasien melakukan strategi pelaksanaan dengan komunikasi

terapeutik.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Tn. C diagnosa utama

adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan. Pada intervensi

hanya SP1yang di lakukan 1 kali pertemuan, di karenakan terkendala dengan

COVID-19.

B. SARAN

Diharapkan laporan studi kasus ini dapat berguna bagi pembaca dan

khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Kami juga mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki laporan studi kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Andri, J. (2019). IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DENGAN

PENGENDALIAN DIRI KLIEN HALUSINASI PADA PASIEN

SKIZOFRENIA. 1, 146-155.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.

Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka

Kerja asuhan Keperawata n Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis Dan

Psikoreligius Pada Klien Gangguan Persepsi : Halusinasi Penglhatan dan

Pendengaran. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 114.

Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E., (2019) pengaruh Tehnik Distraksi

Menghardik Denga Spiritual Terhadap Halusinasi Paien. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 11(3, 177-190.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.


59

Putri, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien

skizofrenia Di ruanga inap arjuna rumah sakit jiwa daerah provinsi jambil.

Riset informasi kesehatan, 6(2), 174.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2

018/Hasi%20Riskesdas%202018.pdf Diakses Juni 2021.

RSD Madani Propinsi Sulawesi Tengah. 2015. Laporan Jumlah Pasien

Skizofrenia 2012-2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Jiwa. Available from : http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsi

p/ln/2014/uu18-2014bt.pdf. [Diakses : 25 Februari 2018]..

World Health Organization (WHO). (2016). Diakses tanggal 11 Juni 2021

http://www.who.int/mental_health/en/

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.

Zahnia S, Sumekar DW. Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Majority.

2016;5(4):160–6.

Anda mungkin juga menyukai