(210210043)
(210210211)
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmatNya sehinnga penulis menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun tujuan
penulis makalah forensik yang berjudul STRANGULASI ini adalah untuk
memenuuhi tugas Kepanitaraan Klinik Senior di Bagian Departemen Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK. UMI RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing kami
Dr. REINHARD J.D HUTAHAEAN, SH, SpF yang telah banyak membantu
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Penulis
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
A. PENDAHULUAN.........................................................................................
B. DEFENISI......................................................................................................
C. JENIS STRANGULATION...........................................................................
D. MEKANISME KEMATIAN.........................................................................
F. MANUAL STRANGULATION....................................................................
G. PEMERIKSAAN LUAR...............................................................................
H. PEMERIKSAAN DALAM...........................................................................
I. MEDIKOLEGAL..........................................................................................
KESIMPULAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
ii
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
STRANGULASI
A. PENDAHULUAN
Kasus ini hampir sama dengan kasus gantung diri (hanging) perbedaannya
adalah asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran. Pada kasus
gantung, tenaga berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu
seluruh berat badan digunakan, sedangkan pada kasus penjeratan, tenaga tersebut
datang dari luar.
Penjeratan biasanya terjadi karena adanya faktor yang berasal dari luar dan
jarang pada kasus ini yang disebabkan oleh karena kecelakaan. Kasus manual
strangulation dan penjeratan dengan tali biasanya sering terjadi sekitar 50-70%,
dibandingkan jenis lainnya.
Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan bunuh diri maka
pada kasus penjeratan biasanya adalah pembunuhan.
B. DEFENISI
Penjeratan (strangulasi) adalah terhalangnya udara masuk ke saluran
pernafasan akibat adanya tenaga dari luar. Disini tidak ada pengaruh berat badan
seperti hanging.
Menurut para ahli lainnya strangulasi (penjeratan) adalah kematian yang
terjadi akibat penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaus kaki nilon atau sejenisnya, yang melingkari/ mengikat leher
makin lama makin kuat, sehingga udara pernafasan tertutup. Disini tidak ada
pengaruh berat badan seperti pada hanging.
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
C. JENIS STRANGULATION
Terdapat beberapa tipe, yaitu:
Penjeratan dengan tali.
Dicekik (manual strangulation).
Ditekan leher dengan bahan selain tali (misalnya: potongan kayu,
lengan).
Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku.
Dua jenis pertama yaitu penjeratan dengan tali dan manual strangulasi
(dicekik) sering didapati, sementara yang lain jarang ditemukan.
D. MEKANISME STRANGULATION
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut:
1. Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang atau
hipoksia disertai dengan peningkatan karbon dioksida. Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian.
Asfiksia yang terjadi pada penjeratan berbeda dengan asfiksia pada
penggantungan. Pada penjeratan, ikatan yang terjadi sewaktu penjeratan
berlangsung merupakan faktor yang terpenting terhalangnya jalan nafas.
Dengan demikian faktor yang terpenting ada pada alat penjerat, berbeda
dengan penggantungan dimana berat badan korban merupakan faktor yang
dominan.
2. venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran vena
tertutup.
3. Iskemi otak, darah arteri tidak mengalir lagi ke otak.
4. Refleks vagal (vagal refleks), dimana tekanan pada sinus karotis dapat
menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Kelainan yang ditemukan terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet
tekan akibat alat penjerat (jejas kerat). Refleks ini disebut juga refleks inhibisi
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
G. PEMERIKSAAN LUAR
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung
(continous) dibawah atau setentang cartilago thyroid, lecet disekitar jeratan karena
perlawanan korban karena, kadang-kadang ada vesikel halus. Ini menunjukkan
korban masih hidup waaktu dijerat. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan
karena tali segera dilepas atau longgar setelah korban di jerat. Bila tetap terjerat
dalam waktu lama, bisa dijimpai warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas
perkamen. Kematian biasanya berlangsung lebih lama dari hanging, karena
korban memberikan perlawanan dengan menengangkan leher, sehingga proses
kematian berlangsung lama.
Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan lebih jelas terlihat.
Muka terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur.
Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa
didapati keluar feses dan urine. Karena strangulasi umumnya karena pembunuhan
maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang mayat
(cadaveric spasme), maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti
rambut, kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa
pelaku kejahatan.
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
H. PEMERIKSAAN DALAM
Paling penting pemeriksaan daerah leher dimana terdapat lebam di
setentang dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang
rawan trakea lainnya. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah,
kadang- kadang disertai perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tandatanda perbendungan, tradieus spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ
lain.
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
I. MEDIKOLEGAL
Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri
dengan melilitkan tali beberapa kali sampai si korban kehilangan kesadaran dan
akhirnya mati karena si korban tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai
kawat wajah yang tetap terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah di lilit
dengan tali beberapa kali kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong
kayu.
Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat
oleh mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan
bukanlah hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan
membuat partial asfiksia.
MATI GANTUNG
Bunuh diri
Kurang jelas
Miring, tidak kontinu
leher
Letak jeratan
Bekas tali
Lecet
PENJERATAN
Pembunuhan
Jelas
Horizontal dan kontinu
Umumnya ada
tali
Tanda perlawanan Tidak ada
Fraktur laring dan Jarang
Sering ada
Sering
trakea
Fraktur os hyoid
Sering
Dislokasi vertebra Ada pada juridical hanging
Perdarahan pada Sangat jarang
Jarang
Jarang
Ada, bersama buih dari
saluran
pernafasan
Air ludah
Tardieus spot
Sering
7
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Muka
Pucat
STRANGULASI
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
KESIMPULAN
Strangulasi adalah: terhalangnya udara masuk ke saluran pernafasan akibat
tenaga dari luar.
Pada kasus strangulasi ini tidak ada faktor berat badan dari korban seperti
pada kasus hanging.
Mekanisme kematiannya lebih sering terjadi karena asfiksia dan refleks vagal
Pada kasus strangulasi yang mekanisme kematiannya disebabkan oleh asfiksia
maka ditemukan tanda- tanda asfiksia, tetapi jika mekanisme kematiannya
adalah karena refleks vagal, maka tidak didapati tanda- tanda asfiksia.
Aspek medikolegalnya biasanya karena pembunuhan, atau bisa juga karena
kecelakaan.
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
DAFTAR PUSTAKA
Amir Amri, Rangkaian Ilmu kedokteran Forensik, Bagian Ilmu Kedokteran
dan Medikolegal FK- USU, Edisi II, Medan, 2000.
Idris Abdul Munim, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Binarupa Aksara,
1997.
Singh Surjit, Ilmu Kedokteran Forensik, Universitas Methodist Indonesia,
Medan, 2008.
Budiyanto Arif, et al, Ilmu Kedokteran Forensik, Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
10
Pembimbing:
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
STRANGULASI
PERSETUJUAN MAKALAH
Menyetujui
Makalah Dengan Judul :
Pada Tanggal :
PEMBACAAN MAKALAH
Memberikan Nilai :
Angka
______________
Huruf
______________
Pada Tanggal :