Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UMI

WIRSAL INDRA WIJAYA GEA (210210043)


DESFRITA ADELINA SIMAMORA (210210211)

INSTALASI JENAZAH DAN KEDOKTERAN FORENSIK


RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR
2014
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmatNya sehinnga penulis menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun tujuan
penulis makalah forensik yang berjudul ”STRANGULASI” ini adalah untuk
memenuuhi tugas Kepanitaraan Klinik Senior di Bagian Departemen Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK. UMI RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing kami
Dr. REINHARD J.D HUTAHAEAN, SH, SpF yang telah banyak membantu
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Pematang Siantar, Agustus 2014

Penulis

i
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

A. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
B. DEFENISI...................................................................................................... 1
C. JENIS STRANGULATION........................................................................... 2
D. MEKANISME KEMATIAN......................................................................... 2
E. PENJERATAN DENGAN TALI................................................................... 3
F. MANUAL STRANGULATION.................................................................... 3
G. PEMERIKSAAN LUAR............................................................................... 5
H. PEMERIKSAAN DALAM........................................................................... 6
I. MEDIKOLEGAL.......................................................................................... 7
J. PERBEDAAN MATI GANTUNG DAN PENJERATAN............................. 7
KESIMPULAN.................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

ii
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

iii
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

KKS Kedokteran Forensik FK UMI


Wirsal, Desfrita

3
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

Dua jenis pertama yaitu penjeratan dengan tali dan manual strangulasi
(dicekik) sering didapati, sementara yang lain jarang ditemukan.

D. MEKANISME STRANGULATION
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut:
1. Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang atau
hipoksia disertai dengan peningkatan karbon dioksida. Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian.
Asfiksia yang terjadi pada penjeratan berbeda dengan asfiksia pada
penggantungan. Pada penjeratan, ikatan yang terjadi sewaktu penjeratan
berlangsung merupakan faktor yang terpenting terhalangnya jalan nafas.
Dengan demikian faktor yang terpenting ada pada alat penjerat, berbeda
dengan penggantungan dimana berat badan korban merupakan faktor yang
dominan.
2. venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran vena
tertutup.
3. Iskemi otak, darah arteri tidak mengalir lagi ke otak.
4. Refleks vagal (vagal refleks), dimana tekanan pada sinus karotis dapat
menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Kelainan yang ditemukan terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet
tekan akibat alat penjerat (jejas kerat). Refleks ini disebut juga refleks inhibisi
vagal terhadap kerja jantung. Merupakan penyebab kematian segera
(immediate death). Pada keadaan ini biasanya diikuti oleh fibrilasi ventrikel,
dengan hasil berkurangnya detak jantung kemudian beberapa saat terjadi
takikardia sampai terjadi kematian.

E. PENJERATAN DENGAN TALI


Sama dengan mati gantung, bahan apa saja dapat dipakai untuk maksud
ini. Biasanya penjeratan dilakukan dalam pembunuhan, apalagi korban perkosaan.

2
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

Walaupun sama-sama ada bekas jeratan dileher seperti hanging, tetapi strangulasi
mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak datang ke TKP, maka
pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang didapati dokter di meja
autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis tali, dan simpul sering tidak
disertakan pada mayat (telah dilepas), bila masih ada, tali diputuskan di luar
simpul supaya bisa direkonstruksi kembali.
Pada penjeratan dengan tali dapat ditemukan:
a. Luka lecet berbentuk bulan sabit yang disebabkan oleh kuku (baik kuku si
penjerat atau kuku korban sewaktu berusaha melepaskan jeratan).
b. Patah tulang lidah tidak lazim kecuali dibarengi atau didahului oleh
pencekikan atau alat penjerat mempunyai bagian keras menonjol dan
tonjolan tersebut tepat menekan tulang lidah.
c. Bila mekanisme kematiannya asfiksia, maka baik pada pemeriksaan luar
atau pemeriksaan dalam akan ditemukan kelainan yang sesuai kelainan
karena mati lemas.
d. Bila kematiannya refleks vagal, maka kelainan yang ditemukan terbatas
pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat penjerat (jejas jerat).

F. PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULATION)


Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan
dinding saluran napas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga
udara pernapasan tidak dapat lewat. Pencekikan dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
a. Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri didepan korban.
b. Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri didepan atau dibelakang
korban.
c. Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri didepan atau dibelakang
korban.
Apabila pelaku berdiri dibelakang korban dan menarik korban ke arah pelaku
maka ini disebut mugging.
Pada pencekikan dapat ditemukan:

3
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

a. Ciri khas adalah adanya luka lecet berbentuk bulan sabit yang disebabkan
oleh tekanan kuku pencekik, dimana dari distribusi luka tersebut dapat
diketahui apakah korban dicekik dengan tangan kanan, tangan kiri dan
keduanya.
b. Patahnya tulang lidah yang disertai dengan resapan darah pada jaringan
ikat dan otot disekitarnya dapat merupakan petunjuk yang hampir pasti
bahwa korban mati dicekik. Selain patah tulang lidah yaitu pada bagian
cornunya, tulang rawan thyroid dapat juga patah pada korban yang
mengalami pencekikan.
c. Sembabnya katup pangkal tenggorok dan jaringan longgar disekitarnya
yang disertai dengan bintik-bintik perdarahan dijumpai.
d. Jika mekanisme kematiannya asfiksia, maka pada korban akan didapatkan
tanda-tanda asfiksia yang jelas.
e. Jika kematiannya karena inhibisi vagal, kelainan hanya terbatas pada
daerah leher tanpa disertai tanda-tanda asfiksia.

Gambar Manual Strangulasi

G. PEMERIKSAAN LUAR
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung
(continous) dibawah atau setentang cartilago thyroid, lecet disekitar jeratan karena

4
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

perlawanan korban karena, kadang-kadang ada vesikel halus. Ini menunjukkan


korban masih hidup waaktu dijerat. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan
karena tali segera dilepas atau longgar setelah korban di jerat. Bila tetap terjerat
dalam waktu lama, bisa dijimpai warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas
perkamen. Kematian biasanya berlangsung lebih lama dari hanging, karena
korban memberikan perlawanan dengan menengangkan leher, sehingga proses
kematian berlangsung lama.
Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan lebih jelas terlihat.
Muka terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur.
Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa
didapati keluar feses dan urine. Karena strangulasi umumnya karena pembunuhan
maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang mayat
(cadaveric spasme), maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti
rambut, kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa
pelaku kejahatan.

Gambar tanda-tanda pemeriksaan luar pada Strangulasi

H. PEMERIKSAAN DALAM

5
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

Paling penting pemeriksaan daerah leher dimana terdapat lebam di


setentang dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang
rawan trakea lainnya. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah,
kadang- kadang disertai perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tanda-
tanda perbendungan, tradieu’s spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ
lain.

6
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

I. MEDIKOLEGAL
Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri
dengan melilitkan tali beberapa kali sampai si korban kehilangan kesadaran dan
akhirnya mati karena si korban tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai
kawat wajah yang tetap terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah di lilit
dengan tali beberapa kali kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong
kayu.
Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat
oleh mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan
bukanlah hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan
membuat partial asfiksia.

J. PERBEDAAN MATI GANTUNG DAN PENJERATAN

OBSERVASI MATI GANTUNG PENJERATAN


Motif Bunuh diri Pembunuhan
Tanda asfiksia Kurang jelas Jelas
Tanda jeratan di Miring, tidak kontinu Horizontal dan kontinu
leher
Letak jeratan Antara dagu dan leher Dibawah tiroid
Bekas tali Keras, kering, coklat tua Lunak kemerahan
seperti kulit disamak
Lecet setentang Jarang dijumpai Umumnya ada
tali
Tanda perlawanan Tidak ada Sering ada
Fraktur laring dan Jarang Sering
trakea
Fraktur os hyoid Sering Jarang
Dislokasi vertebra Ada pada juridical hanging Jarang
Perdarahan pada Sangat jarang Ada, bersama buih dari
saluran mulut dan hidung
pernafasan
Air ludah Mengalir dari salah satu Tidak ada
sisi sudut mulut

7
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

Tardieu’s spot Jarang Sering


Muka Pucat Sianosis dan kongesti

8
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

KESIMPULAN

Strangulasi adalah: terhalangnya udara masuk ke saluran pernafasan akibat


tenaga dari luar.
Pada kasus strangulasi ini tidak ada faktor berat badan dari korban seperti
pada kasus hanging.
Mekanisme kematiannya lebih sering terjadi karena asfiksia dan refleks vagal
Pada kasus strangulasi yang mekanisme kematiannya disebabkan oleh asfiksia
maka ditemukan tanda- tanda asfiksia, tetapi jika mekanisme kematiannya
adalah karena refleks vagal, maka tidak didapati tanda- tanda asfiksia.
Aspek medikolegalnya biasanya karena pembunuhan, atau bisa juga karena
kecelakaan.

9
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

DAFTAR PUSTAKA

Amir Amri, Rangkaian Ilmu kedokteran Forensik, Bagian Ilmu Kedokteran


dan Medikolegal FK- USU, Edisi II, Medan, 2000.

Idris Abdul Mun’im, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Binarupa Aksara,


1997.

Singh Surjit, Ilmu Kedokteran Forensik, Universitas Methodist Indonesia,


Medan, 2008.

Budiyanto Arif, et al, Ilmu Kedokteran Forensik, Jakarta: Bagian Kedokteran


Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.

10
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF

Untuk Presentasi Makalah Dengan Judul :

Pada Tanggal :

Dr. Reinhard J.D Hutahaean, SH, SpF


NIP: 19760902 200502 1 002

Anda mungkin juga menyukai