KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmatNya sehinnga penulis menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun tujuan
penulis makalah forensik yang berjudul ”STRANGULASI” ini adalah untuk
memenuuhi tugas Kepanitaraan Klinik Senior di Bagian Departemen Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK. UMI RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing kami
Dr. REINHARD J.D HUTAHAEAN, SH, SpF yang telah banyak membantu
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Penulis
i
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
A. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
B. DEFENISI...................................................................................................... 1
C. JENIS STRANGULATION........................................................................... 2
D. MEKANISME KEMATIAN......................................................................... 2
E. PENJERATAN DENGAN TALI................................................................... 3
F. MANUAL STRANGULATION.................................................................... 3
G. PEMERIKSAAN LUAR............................................................................... 5
H. PEMERIKSAAN DALAM........................................................................... 6
I. MEDIKOLEGAL.......................................................................................... 7
J. PERBEDAAN MATI GANTUNG DAN PENJERATAN............................. 7
KESIMPULAN.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
ii
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
iii
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
3
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Dua jenis pertama yaitu penjeratan dengan tali dan manual strangulasi
(dicekik) sering didapati, sementara yang lain jarang ditemukan.
D. MEKANISME STRANGULATION
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut:
1. Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang atau
hipoksia disertai dengan peningkatan karbon dioksida. Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian.
Asfiksia yang terjadi pada penjeratan berbeda dengan asfiksia pada
penggantungan. Pada penjeratan, ikatan yang terjadi sewaktu penjeratan
berlangsung merupakan faktor yang terpenting terhalangnya jalan nafas.
Dengan demikian faktor yang terpenting ada pada alat penjerat, berbeda
dengan penggantungan dimana berat badan korban merupakan faktor yang
dominan.
2. venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran vena
tertutup.
3. Iskemi otak, darah arteri tidak mengalir lagi ke otak.
4. Refleks vagal (vagal refleks), dimana tekanan pada sinus karotis dapat
menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Kelainan yang ditemukan terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet
tekan akibat alat penjerat (jejas kerat). Refleks ini disebut juga refleks inhibisi
vagal terhadap kerja jantung. Merupakan penyebab kematian segera
(immediate death). Pada keadaan ini biasanya diikuti oleh fibrilasi ventrikel,
dengan hasil berkurangnya detak jantung kemudian beberapa saat terjadi
takikardia sampai terjadi kematian.
2
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Walaupun sama-sama ada bekas jeratan dileher seperti hanging, tetapi strangulasi
mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak datang ke TKP, maka
pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang didapati dokter di meja
autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis tali, dan simpul sering tidak
disertakan pada mayat (telah dilepas), bila masih ada, tali diputuskan di luar
simpul supaya bisa direkonstruksi kembali.
Pada penjeratan dengan tali dapat ditemukan:
a. Luka lecet berbentuk bulan sabit yang disebabkan oleh kuku (baik kuku si
penjerat atau kuku korban sewaktu berusaha melepaskan jeratan).
b. Patah tulang lidah tidak lazim kecuali dibarengi atau didahului oleh
pencekikan atau alat penjerat mempunyai bagian keras menonjol dan
tonjolan tersebut tepat menekan tulang lidah.
c. Bila mekanisme kematiannya asfiksia, maka baik pada pemeriksaan luar
atau pemeriksaan dalam akan ditemukan kelainan yang sesuai kelainan
karena mati lemas.
d. Bila kematiannya refleks vagal, maka kelainan yang ditemukan terbatas
pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat penjerat (jejas jerat).
3
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
a. Ciri khas adalah adanya luka lecet berbentuk bulan sabit yang disebabkan
oleh tekanan kuku pencekik, dimana dari distribusi luka tersebut dapat
diketahui apakah korban dicekik dengan tangan kanan, tangan kiri dan
keduanya.
b. Patahnya tulang lidah yang disertai dengan resapan darah pada jaringan
ikat dan otot disekitarnya dapat merupakan petunjuk yang hampir pasti
bahwa korban mati dicekik. Selain patah tulang lidah yaitu pada bagian
cornunya, tulang rawan thyroid dapat juga patah pada korban yang
mengalami pencekikan.
c. Sembabnya katup pangkal tenggorok dan jaringan longgar disekitarnya
yang disertai dengan bintik-bintik perdarahan dijumpai.
d. Jika mekanisme kematiannya asfiksia, maka pada korban akan didapatkan
tanda-tanda asfiksia yang jelas.
e. Jika kematiannya karena inhibisi vagal, kelainan hanya terbatas pada
daerah leher tanpa disertai tanda-tanda asfiksia.
G. PEMERIKSAAN LUAR
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung
(continous) dibawah atau setentang cartilago thyroid, lecet disekitar jeratan karena
4
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
H. PEMERIKSAAN DALAM
5
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
6
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
I. MEDIKOLEGAL
Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri
dengan melilitkan tali beberapa kali sampai si korban kehilangan kesadaran dan
akhirnya mati karena si korban tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai
kawat wajah yang tetap terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah di lilit
dengan tali beberapa kali kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong
kayu.
Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat
oleh mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan
bukanlah hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan
membuat partial asfiksia.
7
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
8
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
KESIMPULAN
9
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
DAFTAR PUSTAKA
10
KKS Kedokteran Forensik FK UMI
Wirsal, Desfrita
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Pembimbing: STRANGULASI
Dr. Reinhard J.D. Hutahaean, S.H, SpF
Pada Tanggal :