Anda di halaman 1dari 67

Referat

IMUNISASI
Pembimbing: dr. Arsi Widyastriastuti, Sp. A

Oleh :
Raihana Zahra Ichsani (201620401011093)

SMF ANAK RS BHAYANGKARA KEDIRI – FAKULTAS KEDOKTERAN UMM - 2017


Sistem Imun
• Semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup
• Dalam pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme →
timbul respon imun (RI)
• Ada 2 macam RI, yaitu :
– RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
– RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme
Sistem Imun
Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada
tubuh. Jika terpajan oleh antigen, baik secara alamiah
maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi
untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem
imun non-spesifik dan sistem imun spesifik
Sistem Imun Non Spesifik

• Mekanisme pertahanan alamiah  sejak lahir (innate) 


ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi.

• Meliputi : kulit, membran mukosa, sel-sel fagosit,


komplemen, lisozim dan interferon

• Garis pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh


agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jika sitem
imun non spesifik tidak berhasil menghilangkan antigen,
barulah sistem imun spesifik berperan.
Sistem Imun Spesifik

• Mekanisme pertahanan adaptif  selama kehidupan  satu jenis


antigen

• Diperankan oleh sel T dan sel B

• Pertahanan oleh sel T  imunitas selular  melawan antigen di


dalam sel (intrasel)

• Pertahanan oleh sel B  imunitas humoral  melawan antigen di


luar sel (ekstrasel)

• Dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah yang berperan


untuk memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi,
melalui mekanisme memori.
• Kelenjar getah bening  sel T naif  sel T yang belum pernah
terpajan oleh antigen. Jika terpajan antigen  berdiferensiasi  sel
efektor dan sel memori.

• Sel efektor  bermigrasi ke tempat-tempat infeksi dan


mengeliminasi antigen

• Sel memori  organ limfoid  berperan jika terjadi pajanan antigen


yang sama
• Sel B jika terpajan oleh antigen  transformasi, proliferasi dan
diferensiasi  sel plasma  produksi antibodi  menetralkan
antigen  kemampuan menginfeksinya hilang.

• Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma


tetapi juga sebagian akan menjadi sel B memori. Sel B memori akan
berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada antigen
serupa, akan terjadi proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan
akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak
• Sel memori  memudahkan pengenalan antigen pada
pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah
divaksinasi (sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi
atau terpajan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah
bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut.
• Respon imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder)
lebih baik daripada respon imun pada pajanan antigen yang
pertama (respon imun primer)

• Sel T dan sel B yang terlibat lebih banyak  pembentukan antibodi


lebih cepat dan bertahan lebih lama  titer antibodi lebih banyak
(terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.

• Maka, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak


akan mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena
sistem imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka
yang tidak divaksinasi.
Imunoprofilaksis

Imunisasi
1. Aktif : RI terjadi setelah terpajan Ag

2. Pasif : terjadi bila seseorang menerima Ab /produk


sel lainnya dari orla yg telah mendapat imunisasi
aktif.

Tujuan : ↑ derajat imunitas seseorang thdp. Patogen


tertentu/toksin.
Skema Sistem Kekebalan
.
Imunisasi Aktif

• Biasanya diberikan jauh sebelum pajanan (dlm usaha pencegahan).

• Dengan pemberian Ag yg tak patogenik.

• Mengaktifkan sistem pengenalan imun dan sistem efektor yg


diperlukan.

1. Imunisasi aktif alamiah

Ex : Inf. Virus, bakteri

2. Imunisasi aktif buatan

Ex : toksoid,vaksinasi
.
Imunisasi Pasif

• Transfer Ab /sel imun dari orang yang imun ke orang lain yang
non imun.

A. Imunitas pasif alamiah

 Imunitas maternal melalui plasenta

Ex : Ig G

 Imunitas maternal melalui kolustrum

Ex : laktoferin.

B. Imunitas pasif artifisial

Pemberian antitoksin,antibodi sel.


Definisi

Imunisasi  proses memicu sistem kekebalan tubuh


seseorang secara artifisial yang dilakukan melalui
vaksinasi (imunisasi aktif) atau melalui pemberian
antibodi (imunisasi pasif) (Peter G, dkk, 2004).
.
Tujuan Imunisasi

Mencegah penyakit pada individu / sekelompok masyarakat / bangsa

Tujuan dekat :

• pencegahan penyakit pada individu

• reduksi kasus dan kejadian luar biasa (outbreak)

Tujuan akhir :

• Melindungi populasi

• Reduksi dan eliminasi penyakit

• kalau mungkin eradikasi


.
Manfaat Imunisasi

1. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh


penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi


pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan


bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Klasifikasi Vaksin
Jenis Imunisasi
Imunisasi Dasar
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi Lanjutan
JADWAL IMUNISASI
• Posologi : Vaksin dilarutkan dengan menambahkan 4cc pelarut pada satu
vial vaksin kemudian diambil 0,05mL. Sebelum pemberian suntikan kulit
tidak boleh dibersihkan dengan antiseptic. Vaksin yang telah dilarutkan
harus diamati secara visual. Jika tampak benda asing maka vaksin harus
dibuang.

• Gunakan syringe dan jarum steril untuk setiap penyuntikan. Vaksin BCG
sensitif terhadap sinar ultraviolet, maka harus dilindungi dari sinar matahari.
• Penyimpanan : Jika setelah dilarutkan tidak segera digunakan maka
disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C, selama maksimal 3 jam.

• Pemberian : Intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio m.


deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak di tempat lain (misalnya bokong atau
paha).

• Catch up : apabila usia >3 bulan harus Mantoux negatif


• Jadwal : Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal
diberikan pada umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan,
perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila
uji tuberkulin negatif. Apabila uji tuberculin tidak memungkinkan, BCG dapat
diberikan namun perlu diobservasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat
reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu
tindakan lebih lanjut (tanda diagnostik tuberculosis).
• Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C, tidak boleh dibekukan

• Kemasan : Vial 5 ml, dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain
sebagai vaksin tetravalent yaitu DTwP/HepB, DTaP/Hib, DTwp/Hib,
DTaP/IPV, atau vaksin pentavalen DTP/HepB/Hib, DTaP/Hib/IPV sesuai
jadwal

• Catch up : Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, berapapun interval


keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi
sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia< 12
bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun
intervalnya. Bila DTP4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling
cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4
tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
• Jadwal :

– Imunisasi dasar DTP diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan


interval 4-6 minggu. Jadi DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2
pada umur 4 bulan, dan DTP-3 pada umur 6 bulan.

– Ulangan booster DTP-4 diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada
umur 18-24 bulan (pada usia 18 bulan sesuai ketentuan WHO) dan
DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Vaksinasi penguat Td
diberikan 2 kali sesuai program BIAS (SD kelas 2 dan 3)
• Posologi : Vaksin Hepatitis B rekombinan disuntikkan
secara intramuskular, pada orang dewasa dan anak di
bagian otot deltoid, sedangkan pada bayi di bagian anterolateral paha.
Kecuali pada orang dengan kecenderungan pendarahan berat (seperti
hemofilia), vaksin diberikan secara subkutan.

• Kemasan : HepB-0 monovalen (dalam kemasan uniject), vaksin kombinasi


DTP/HepB, vaksin pentavalen DTP/HepB/Hib. Vaksin Hepatitis B
rekombinan dapat disimpan sampai 26 bulan setelah tanggal produksi
pada suhu antara +2°C s/d +8°C. Jangan dibekukan.

• Imunisasi ulang : Pada usia 5 tahun tidak diperlukan. Dapat


dipertimbangkan pada usia 10-12 tahun apabila kadar pencegahan belum
tercapai (anti HBs < 10 µg/mL).
• Jadwal :

– Diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir (HepB-1).


Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan dari imunisasi HepB-1 yaitu
saat usia 1 bulan. Untuk mendapat respon imun optimal, interval
imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan

– Apabila diketahui HbsAg ibu positif maka ditambahkan hepatitis B


immunoglobulin (HBIg) 0,5mL sebelum bayi berumur 7 hari. Pemberian
vaksin HepB-1 dan HBIg 0,5mL diberikan secara bersamaan pada
bagian tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam setelah lahir.

• Catch up : Bila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada


masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung.
Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
• Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C

• Dosis : OPV 2 tetes per-oral, IPV 0,5 mL intramuskular

• Kemasan : OPV : vial, disertai pipet tetes, IPV : dapat diberikan tersendiri
atau dalam kemasan kombinasi (DTaP/Hib/IPV)

• Imunisasi ulang : Diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4, selanjutnya


saat masuk sekolah (5-6 tahun)

• Catch up : Bila terlambat diberikan, jangan mengulang pemberian dari


awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapapun
interval keterlambatan dan pemberian sebelumnya.
• Jadwal :

– Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama.


Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka diberikan saat bayi
dipulangkan dari rumah sakit/rumah bersalin untuk menghindari tranmisi
virus vaksin kepada bayi lain yang sakit/imunokompromais karena virus
polio vaksin dapat dieksresi melalui tinja. Selanjutnya dapat diberikan
vaksin OPV atau IPV. Untuk imunisasi dasar (polio-1,2,3) diberikan
pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang
dari 4 minggu.
• Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest). Kemasan untuk program imunisasi dasar
berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan
kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak
jerman) disebut MMR.

• Jadwal : Usia 9 bulan, 24 bulan, dan 6 tahun (SD kelas 1 dalam program
BIAS). Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan
ulangan umur 6 tahun; ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan.

• Catch up : Bagi anak yang terlambat/belum imunisasi campak; bila saat itu
anak berusia 9-12 bulan, berikan kapanpun saat bertemu. Bila anak berusia
>1 tahun, berikan MMR.
Imunisasi Pilihan
merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu
Pemberian
Jenis Vaksin Pemberian

1. Influenza Anak <8 tahun diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-


6 minggu dan anak berusia > 8 tahun cukup 1 dosis saja.

2. HiB Umur 2,4 dan 6 bulan dan di ulang pada usia 18 bulan.
Apabila anak datang usia 1-5th  Hib 1x. Vaksin Hib
kombinasi dg DPT-HepB

3. Pneumokokus Usia datang 2-6 bulan diberikan 3 kali interval 6-8 minggu
dan ulangan 1 kali usia 12-15 bulan.

4. MMR diberikan pada umur 15-18 bulan, minimal interval 6 bulan


antara pemberian vaksin campak dengan MMR

5. Tifoid usia > 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun.


Pemberian
Jenis Vaksin Pemberian

6. Hepatitis A usia > 2 tahun sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan
secara IM di daerah deltoid.

7. Varisela usia > 1 tahun, sebanyak 1 kali. Anak berusia >13 tahun
diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu.

8. Rotavirus -Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis; pemberian I usia 6-14


minggu, pemberian II setelah 4-8 minggu kemudian, dan
dosis III maksimal pada usia 8 bulan.
-Rotarix diberikan 2 dosis, dosis I diberikan pada usia 10
minggu dan dosis II pada usia 14 minggu (maksimal pada
usia 6 bulan).
9. HPV dianjurkan sejak umur 10 tahun dapat diberikan hingga
berusia 26 tahun. Bivalen: dosis kedua interval 1 bulan dan
dosis ketiga interval 6 bulan. Kuadrivalen dengan dosis
kedua interval 2 bulan dan dosis ketiga interval 6 bulan.
Diberikan secara intramuskular
Dosis
Jenis Vaksin Dosis

1. Influenza 6-35 bulan 0,25 ml; ≥3 tahun 0,5 ml

2. HiB 0,5 ml

3. Pneumokokus 0,5 ml

4. MMR 0,5 ml

5. Tifoid 0,5 mL

6. Hep A Liquid 1 dosis/vial


Dosis
Jenis Vaksin Dosis

7. Varisela 0,5 ml

8. HPV 0,5 ml

9. Rotavirus Rotarix 1,5ml ; Rotateq 2ml


KIPI
Jenis Vaksin KIPI

1. Influenza nyeri, bengkak, demam, eritema, nyeri otot, nyeri sendi.

2. HiB Demam, bengkak kemerahan, dan nyeri pada tempat


suntikan selama 1-3hari

3. Pneumokokus eritema, bengkak, indurasi, nyeri bekas suntikan, demam,


gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan menurun,
diare, urtikaria

4. MMR malaise, demam, ruam, kejang, ensefalitis pasca imunisasi


(1:1 juta), meningoensefalitis (1:1 juta)
KIPI
Jenis Vaksin KIPI

5. Hepatitis A demam dan reaksi lokal

6. Varisela demam, ruam vesikopapular ringan

7. HPV Nyeri pada lokasi suntikan,sakit kepala, demam, mual

8. Rotavirus demam, feses berdarah, muntah, diare, nyeri perut,


gastroenteritis, atau dehidrasi.
Kontraindikasi
Jenis Vaksin
1. Influenza reaksi anafilaksis pada vaksin sebelumnya, alergi telur,
sedang menderita demam akut berat, memiliki riwayat
sindrom Guillain-Barre .
2. HiB reaksi anafilaksis pada vaksin, sakit sedang atau berat
dengan atau tanpa demam
3. Pneumokokus reaksi anafilaksis pada vaksin, sakit sedang atau berat
dengan atau tanpa demam

4. MMR mendapat terapi imunosupresan, alergi berat terhadap


gelatin atau neomisin, dalam terapi steroid dosis tinggi (2 mg/
kgBB), demam akut, mendapatkan vaksin hidup lainnya
dalam 4 minggu, 3 bulan pasca transfusi, HIV,
imunodefisiensi, menerima suntikan imunoglobulin dalam 6
minggu
5. Tifoid alergi terhadap bahan vaksin, demam, penyakit akut atau
kronis progresif
Kontraindikasi

Jenis Vaksin

6. Hepatitis A pasien yang mengalami reaksi berat pasca-penyuntikan


dosis pertama

7. Varisela demam tinggi, limfosit <1.200 sel/mcl, defisiensi imun selular,


penerima kortikosteroid dosis tinggi, alergi neomisin

8. Rotavirus hipersensitif terhadap vaksin, imunodefisiensi, dan yang


mendapat terapi aspirin
Catch up
Jenis Vaksin

1. Influenza sedangkan bila anak berusia > 8 tahun, maka dosis pertama
cukup 1 dosis saja.

2. HiB Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya
diberikan 1 kali. Anak > 5 tahun tidak perlu diberikan karena
penyakit ini hanya menyerang anak dibawah usia 5 tahun

3. Pneumokokus Usia datang 7-11 bulan diberikan 2 kali interval 6-8 minggu
dan ulangan 1 kali pada usia 12-15 bulan. Usia datang 12-23
bulan diberikan 2 kali interval 6-8 minggu tanpa ulangan.
Usia datang ≥ 24 bulan diberikan 1 kali.
Catch up
Jenis Vaksin

4. MMR MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah


penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah
mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan di
ulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak tambahan pada
usia 6 tahun tidak perlu diberikan lagi. Bila imunisasi ulangan
belum diberikan setalah uisa 6 tahun, berikan vaksin
campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya,
berikan imunisasi campak 2 kali atau MMR 2 kali.

5. Varisela Bila terlambat, berikan kapanpun saat pasien datang, karena


imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.

11. Rotavirus Rotarix: Apabila bayi belum di imunisasi pada usia lebih dari
6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi
keamanannya.
Vaksin MMR
Vaksin HPV

Vaksin Rotavirus
Vaksin Varisela
Vaksin Tifoid

Vaksin Hepatitis A

Vaksin Influenza
Vaksin PCV
KEJADIAN IKUTAN
PASCA IMUNISASI (KIPI)

Anda mungkin juga menyukai