Anda di halaman 1dari 6

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengenai hubugan kebisingan rumah dengan kejadian

hipertensi pada hunian rumah yang padat di wilayah Puskesmas Kelayan Timur

Banjarmasin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai

dengan Oktober 2019 di wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.

Sampel yang diteliti adalah sebanyak 60 orang terdiri dari 30 kelompok kasus dan

30 kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

Data primer didapat melalui wawancara langsung dan data sekunder yang diambil

berdasarkan data rekam medis pasien hipertensi dan tidak hipertensi yang sesuai

diagnosis dokter Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin periode Januari-Juli

2019.

Puskesmas Kelayan Timur berada di Kota Banjarmasin yang terletak di

jalan Kelayan B Komplek 10. Pusekesmas ini memiliki wilayah kerja sebanyak

dua kelurahan yaitu Kelurahan Kelayan Timur dan Kelurahan Kelayan Tengah.

Luas wilayah kerja Puskesmas kelaya Timur pada tahun 2018 sampai sekarang

adalah ± 4,6 km2 dengan total jumlah penduduk sebanyak 18.478 jiwa dan

kepadatan penduduk mencapai 4008,24 jiwa/km2., sehingga dapat disimpulkan

bahwa wilayah tersebut termasuk dalam kategori sangat padat. Berdasarkan teori

di pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa semakin padatnya jumlah penduduk

dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat salah satunya dampak buruk

bagi kesehatan karena semakin padatnya jumlah penduduk pasti tingkat

32

Universitas Lambung Mangkurat


33

kenyamanan dan ketentraman hunian rumah di wilayah tersebut akan terganggu

hal tersebut dapat memicu suatu kebisingan di wilayah tersebut, sehingga akan

berdampak buruk bagi kesehatan salah satunya adalah pengaruh kebisingan

terhadap hipertensi.2

Penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu pengukuran kebisingan yang

dilakukan oleh peneliti hanya dilakukan dalam satu hari yang sama tanpa

pengulangan pada hari lain, sehingga kebisingan yang diukur hanya pada hari itu

saja. Pengukuran kebisingan sebaiknya di lakukan pengulangan di hari lain, hal

tersebut di lakukan agar hasil pengukuran kebisingan yang diperoleh bisa lebih

akurat.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Kasus dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin
Pada periode Januari-Juli 2019.
Usia Kelompok Kasus Kelompok Kontrol
n % n %
35-45 12 40 12 40
>45-55 15 50 12 40
>55-60 3 10 6 20
Total 30 100 30 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa penelitian ini pada kelompok kasus maupun

kelompok kontrol respondennya lebih banyak pada usia 35 sampai 55 tahun. Hal

ini disebabkan pada usia 35 sampai 55 tahun di wilayah Puskesmas Kelayan

Timur banyak yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini. Sedangkan pada

usia >55 sampai 60 tahun banyak yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Pada

dasarnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia diatas 40 tahun,

namun saat ini tidak menutup kemungkinan juga dapat diderita oleh orang usia

muda. Sesuai dengan RISKESDAS pada tahun 2018 sebagian besar hipertensi

Universitas Lambung Mangkurat


34

primer di wilayah Kalimantan Selatan terjadi pada usia mulai diatas 18 tahun dan

didapatkan total persentasi sebesar 44.1 %. Pada hasil penelitian di dapatkan

kategori terbanyak penderita hipertensi pada usia > 45-55 tahun. Setelah umur 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat

kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan

menjadi kaku. Tekanan darah sistolik dapat meningkat sesuai dengan peningkatan

usia akan tetapi tekanan darah distolik tidak terus meningkat pada usia lanjut dan

cenderung menurun sekitar usia diatas 55 tahun. 35,36,37

Tabel 5.2 Hubungan Kebisingan Rumah dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah


Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin Periode Januari-Juli 2019.
Kebisingan Kelompk Kelompok Total Nilai p OR
Kasus Kontrol
n % n % n %
Tinggi > 55 (db) 26 86,7 16 53,3 42 70 0,011 5,688
Rendah < 55 (db) 4 13,3 14 46,7 18 30
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kelompok kasus lebih banyak tinggal di

rumah dengan kebisingan yang tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini

dapat terjadi karena terpaparnya kebisingan diatas 55 desibel untuk kawasan

perumahan dan pemukiman secara terus – menerus akan menimbulkan gangguan

proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil.

Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras

memompa darah ke seluruh tubuh, akibatnya dalam waktu yang lama tekanan

darah akan naik dan menyebabkan hipertensi. Sedangkan pada kelompok kontrol

lebih banyak tinggal di rumah dengan kebisingan yang rendah dibandingkan

kelompok kasus. Hasil uji statistik hubungan kebisingan rumah dengan kejadian

Universitas Lambung Mangkurat


35

hipertensi tinjauan pada hunian rumah yang padat di wilayah Puskesmas Kelayan

Timur Banjarmasin diketahui dengan menggunakan uji Chi-square yang telah

memenuhi syarat. Hasil uji statistik tersebut diperoleh nilai p= 0,011 ( p<0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan

rumah dengan kejadian hipertensi pada hunian rumah yang padat di wilayah

Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. Nilai OR=5,688 hal tersebut

menunjukkan bahwa orang yang berada di wilayah kebisingan yang tinggi

berpeluang 5,6 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingkan dengan orang

yang berada di wilayah kebisingan yang rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Zulharmans,dkk (2015), yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara intensitas kebisingan dan tekanan darah (p=0,022.).Hasil

penelitian Suryani (2018) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kebisingan dengan peningkatan tekanan darah ibu rumah tangga

di pemukiman Jalan Ambengan Surabaya (p= 0,002.)

Padatnya wilayah Puskesmas Kelayan Timur yang mempunyai luas

wilayah ± 4,6 km2 dengan jumlah penduduk 18.478 jiwa dengan kepadatan

penduduk mencapai 4008,24 jiwa/km2 yang di kategorikan sangat padat.

Kepadatan ini merupakan salah satu pemicu sumber kebisingan di wilayah

tersebut. Jika jumlah penduduk di suatu wilayah terus bertambah dan lahan

wilayah untuk perumahan semakin terbatas, penduduk tidak mempunyai pilihan

selain tinggal pada kawasan perumahan dimana kepadatan penduduk dan

bangunan terus meningkat dan di sisi lain, penyediaan fasilitas umum, fasilitas

Universitas Lambung Mangkurat


36

sosial, dan utilitas tidak dibangun dengan standar yang sama untuk setiap kawasan

perumahan yang dimana standar luas untuk perumahan sederhana, minimum 9

m²/orang dan untuk kamar tidur tidak digunakan lebih dari 2 orang kecuali untuk

suami istri dan anak yang usianya dibawah dua tahun. Demikian hal tersebut akan

mengganggu tingkat kenyaman dan ketentraman bagi penghuni rumah

dikarenakan semakin padatnya hunian rumah dapat memicu kebisingan yang

besar di wilayah tersebut, sehingga akan berdampak buruk bagi kesehatan.2,3,4

Kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat direspon oleh tubuh

sebagai respon stres. Mekanisme respon stres akibat kebisingan yang dirasakan

tubuh dapat terjadi melalui 2 jalur yaitu jalur langsung (direct pathway) dan

jalur tidak langsung (indirect pathway). Direct pathway merupakan interaksi

langsung antara sistem saraf auditory pusat dengan sistem saraf pusat (central

nervous system/CNS) sehingga secara langsung dapat menyebabkan gangguan

pendengaran. Sedangkan indirect pathway merupakan reaksi emosional yang

berupa rasa tidak nyaman, gangguan tidur, pusing, dada berdebar dan

peningkatan denyut jantung. Kedua jalur tersebut dapat menyebabkan reaksi

stres fisiologis yang melibatkan hipotalamus dan dua sistem neuro-hormonal

yaitu sistem saraf otonom dan kelenjar adrenal yang akan berdampak pada

sistem kardiovaskular sehingga menyebabkan perubahan sementara pada

tekanan darah dan denyut nadi. 30,31

Sinyal stress yang direspon oleh otak akan di kirim ke amygdala untuk

menerjemahkan sinyal tersebut sebagai sinyal bahaya dan akan segera mengirimkan sinyal

Universitas Lambung Mangkurat


37

tersebut ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian menyampaikan ke sistem saraf

otonom yang mengatur kardiovaskular, tekanan darah dan denyut nadi. Sistem

saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem parasimpatis yang

berfungsi untuk mengatur aktifitas fisiologis. Pada saat tubuh mengalami stres

mental atau stres fisiologis, sistem saraf simpatis akan lebih aktif dibandingkan

dengan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan melepas epineprin

dan norepineprin dari ujung saraf. Pelepasan epineprin dan norepineprin akan

menyebabkan kenaikan denyut jantung yang di sebabkan oleh meningkatnya

kontraksi miokardial, sehingga akan mengakibatkan perubahan tekanan darah.31,33

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai