Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Tipe Maligna

Dosen Pembimbing :

Dr. Magdalena Kabiu, Sp.THT-KL

Disusun oleh :

Akaesna Lumbantobing

1261050125

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT

PERIODE 08 MEI 10 JUNI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN


INDONESIA
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi telinga tengah yang
berlangsung lebih dari dua bulan ditandai dengan keluarnya cairan mukopurulen
secara terus-menerus, perforasi membran timpani dan penurunan pendengaran.
Otitis media supuratif kronik dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe benigna dan
maligna. Pada tipe benigna infeksi terbatas pada mukosa tidak mengenai tulang,
jarang menimbulkan komplikasi dan tanpa kolesteatom. Sedangkan pada tipe
maligna, infeksi menyebabkan erosi tulang (adanya kolesteatom) dapat
menimbulkan komplikasi ekstrakranial maupun intrakranial.

Tanda klinis yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan


OMSK tipe maligna (tipe tulang atau tipe bahaya) antara lain yaitu adanya
perforasi yang terletak di marginal atau di atik dengan sekret berupa nanah dan
berbau khas, ditemukannya kolesteatom atau jaringan granulasi yang berasal dari
telinga tengah. Pada stadium lanjut dapat juga ditemukan abses atau fistel
retroaurikuler. Untuk lebih menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
rontgen mastoid, akan tampak tanda-tanda mastoiditis dan bayangan kolesteatom.
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi
telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang. Di Indonesia,
penyakit OMSK dikenal dengan istilah congek, kopok, toher, curek, teleran, atau
telinga berair. Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi
dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang
kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih
adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak
berobat sampai tuntas. Komplikasi ini bisa hanya otorrhea yang menetap,
mastoiditis, labirinitis, paralisis saraf fasialis sampai pada komplikasi serius
seperti abses intrakranial atau trombosis.

(file:///G:/THT/jurnal%20THT/omsk%204.pdf)
Beberapa penelitian memperkirakan terjadinya otitis media supuratif
kronik menjadi 39 kasus per 100.000 orang pada anak-anak dan remaja berusia 15
tahun dan dewasa muda. Di Inggris, 0,9% anak-anak dan 0,5% orang dewasa
megalami OMSK. Di Israel, hanya 0,039% anak yang terkena dampaknya.

(JURNAL MEDSCAPE)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :


Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani
Batas dalam : Dari atas ke bawah, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
: tingkap bundar (round window) dan promontorium.

BUKU HIJAU

2.2 Fisiologi Telinga Tengah


Menurut Bluestone dan Klein (2007) tuba Eustachius memiliki 4 fungsi fisiologi
terhadap telinga yaitu sebagai:

1. Pengaturan tekanan (ventilatory function)


Fungsi ventilasi mengatur agar tekanan udara di telinga tengah sama
dengan tekanan udara luar dengan cara kontraksi dari m. tensor veli palatini pada
saat menelan yang menyebabkan tuba Eustachius terbuka secara periodik,
sehingga dapat mempertahankan tekanan udara di telinga tengah mendekati
normal. Fungsi ventilasi tuba Eustachius ini berkembang sesuai usia dimana pada
anak tidak sebaik pada orang dewasa

2. Proteksi infeksi yang berasal dari daerah nasofaring ( anatomic, immunologic


and mucociliary defence)
Proteksi ini dapat terjadi melalui anatomi fungsional tuba Eustachius
telinga tengah, pertahanan mukosiliar lapisan membran mukosa dan pertahanan
imunologi lokal. Sebagai contoh saat kita mengunyah maka bagian akhir dari
proksimal tuba Eustachius akan terbuka, namun sekret yang berasal dari
nasofaring tidak dapat masuk ke telinga tengah karena terdapat isthmus pada tuba
Eustachius. Perlindungan telinga tengah mastoid juga dilakukan oleh epitel
respiratori lumen tuba Eustachius dengan cara pertahanan imunologi lokal
maupun pertahanan mukosilia, yaitu drainase

3. Fungsi drainase tuba Eustachius (mucociliary clearance and muscular


clearance (pumping action))
Terdapat 2 mekanisme drainase tuba Eustachius, yaitu drainase mukosilia
dan muskular. Drainase mukosilia yaitu pergerakan silia bermula dari bagian
telinga tengah kemudian makin ke distal dan aktif menuju tuba Eustachius untuk
membersihkan sekret di telinga tengah. Drainase muskular disebut aksi pompa,
yaitu pemompaan drainase sekret telinga tengah ke nasofaring yang terjadi saat
tuba Eustachius menutup secara pasif

4. Faktor tegangan permukaan (surface tension factor)


Yang dimaksud di sini adalah faktor tegangan permukaan di dalam lumen
tuba Eustachius. Tegangan permukaan lumen tuba Eustachius dapat memperkuat
fungsi tuba Eustachius seperti halnya surfaktan dalam paru, ditunjukkan oleh
suatu surfactant-like phospolipid dalam telinga tengah dan tuba Eustachius.

2.3 Definisi Otitis Media Supuratif Kronis


Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
dan riwayat keluar secret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah tergantung stadium perdangan nya. Sekret yang sangat bau, berwarna
kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya
(Soepardi, 2001).
Etiologi dan faktor risiko

Bakteri yang paling umum ditemukan pada otitis media supuratif kronis
terjadi karena Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteusspecies,
Klebsiella pneumoniae, dan diphteri

Otitis media supuratis terjadi karena perforasi membran timpani.


Perforasi dapat timbul secara traumatis, secara iatrogenik, atau setelah episode
otitis media akut. Infeksi pada lubang telinga tengah dapat terjadi karena
translokasi bakteri dari saluran pendengaran eksternal melalui perforasi ke telinga
tengah. Beberapa penulis berpendapat bahwa organisme patogen dapat masuk
melalui refluks tuba eustachius.
Risiko terjadinya OMSK meningkat seiring dengan keadaan berikut:
riwayat beberapa episode otitis media akut, tempat tinggal yang ramai, kehadiran
dan fasilitas penitipan anak. Selain itu OMSK dapat terjadi pada kelaianan
kraniofasial, langit sumbing, sindrom Down, sindrom cri du chat, atresia choanal,
bibir sumbing, dan microcephaly.

JURNAL MEDSCAPE

2.5 Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dibagi 2 :


1. OMSK aktif
Pada OMSK aktif sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.
Pada OMSK tipe aktif ini terdapat pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat
perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi.
2. OMSK tenang / inaktif
Pada OMSK tenang / inaktif keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering. Pasien dengan otitis media kronik inaktif sering mengeluh gangguan
pendengaran. Selain itu dapat juga timbul beberapa gejala seperti vertigo, tinnitus,
atau rasa penuh dalam telinga.
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1) Tipe Tubotimpani ( tipe aman, tipe mukosa atau benigna)
2) Tipe Atikoantral (tipe bahay, tipe tulang atau maligna)

1) Tipe Tubotimpani (Tipe Jinak atau aman)


Proses peradangan pada tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi pada tipe ini terletak di sentral. Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tidak
terdapat kolesteatoma.

2) Tipe atikoantral ( Tipe tulang atau bahaya)


OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya terletak di marginal atau di atik. Kadang-
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe

bahaya. (BUKU HIJAU)


2.6 Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Maligna

Definisi
Otitis Media Supuratif kronis tipe bahaya ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. Letak perforasi membran timpani pada umumnya terdapat
pada bagian marginal atau di atik.
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom. Penyakit atikoantral lebih sering
mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi dengan
bertumpuknya keratin sehingga menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kolesteatom tipe kongenital dan
akuisial.
a. Kolesteatom kongenital.
Kolesteatom kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada
telinga dengan memberan timpani utuh tanpa tanda infeksi. Lokasi kolesteatom
biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle
sering ditemukan oleh ahli bedah saraf.

b. Kolesteatom didapat.
Kolesteatom akuisital yang terbentuk setelah anak lahir terdiri atas 2 jenis yaitu
1. Kolesteatoma akuisita primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi memberan timpani.
Kolesteatom timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars
flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
(Teori invaginasi).
2. Kolesteatoma akuisital sekunder
Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom
terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari
pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi
akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung

lama. (BUKU HIJAU)


2.7 Tanda klinis
Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti
baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik
dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi
padamarginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari
OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat
abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga
yang berasal dari dalam telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum),
sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma), atau terlihat
bayangan kolesteatoma pada rontgen mastoid.
Gejala klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur
darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan poliptelinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membrane.
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosissinus
lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada penderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum.

(file:///G:/THT/jurnal%20THT/OMSK.pdf)
Terapi OMSK
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang ulang. Sekret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu : 1.Adanya perforasi
membran timpani yang permanen. 2.Terdapat sumber infeksi di faring,
nasofaring, hidung dan sinus paranasal. 3.Sudah terbentuk jaringan patologik
yang irreversible dalam rongga mastoid. 4.Gizi dan higiene yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret
berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung AB dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan
diberikan secara terus menerus
15
lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes
sebanyak yang bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan
ampisilin,atau eritromisin. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat. Bila sekret telah
kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama2 bulan, maka
idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau perusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang
menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi infeksi berulang, maka sumber infeksi
itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. Terapi konservatif
dengan medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka dilakukan
insisi abses, sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan mastoidektomi.
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus
adantrum, oleh karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung
lama biasanya disertai infeksi kronis dari rongga mastoid yang dikenal dengan
mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi
OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna
antaralain:1.Mastoidektomi sederhana. 2.Mastoidektomi radikal. 3.Mastoidektomi
radikal dengan modifikasi. 4.Miringoplasti. 5.Timpanoplasti. 6.Pendekatan
ganda timpanoplasti.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatom, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang
dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu sesuai dengan luasnya infeksi atau
kerusakan

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan


konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna,
antara lain:
1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal
3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

A. KOMPLIKASI
Otitis media supuratif memiliki potensi menjadi penyakit serius karena
komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Pemberian antibiotika menurunkan insiden komplikasi,
namun organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi pada umumnya ditemukan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut
oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
Adam dkk (1899) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam :
A. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
B. Komplikasi Intrakranial
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Hidrosefalus otitis
Shambough (1980) membagi atas komplikasi meninggal dan non meninggal :
A. Komplikasi meninggal
1. Abses ekstradural dan abses perisinus
2. Meningitis.
3. Trombofle bitis sinus lateral
4. Hidrosefalus otitis
5. Otore likuor serebrospinal
BUKU HIJAU
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa pelencau, Kabupaten Malinau Selatan
Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga kiri
Keluhan Tambahan :
Pendengaran berkurang dan terdapat luka pada belakang telinga
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar oleh ibunya ke Poliklinik THT RSUD
Tarakan dengan keluhan keluar cairan dari telinga sebelah kiri sejak 2
minggu yang lalu. Ibu pasien mngatakan keluhan ini sudah dirasakan
anaknya sejak 8 bulan terakhir, namun semakin berat sejak 2 minggu yang
lalu. Cairan keluar terus menerus sepanjang hari. Cairan yang keluar dari
telinga berwarna hijau, kental dan berbau. Pasien mengaku pernah keluar
darah dari telinga kiri nya sewaktu dibersihkan. Ibu pasien mengatakan
anaknya pernah dibawa berobat 5 bulan yang lalu (bulan Desember)
diberikan obat minum dan obat tetes telinga, namun keluhan belum
berkurang. Ibu pasien mengaku tidak rajin kontrol untuk membawa
anaknya ke poli THT.
Keluhan tambahan yang dirasakan pasien adalah pendengaran
berkurang sejak 1 bulan terakhir. Ibu pasien mengatakan anaknya menjadi
lama untuk merespon jika dipanggil.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah pernah mengalami keluhan
yang sama saat pasien sekitar 8 bulan yang lalu.

Riwayat penyakit keluarga/sosial:

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan sama seperti


pasien.

Riwayat alergi:
Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


1. Auricula
Kelainan kongenital
Tidak ada Tidak ada
Radang
Tidak ada Tidak ada
Trauma
Tidak ada Tidak ada
Tumor
Tidak ada Tidak ada
2. Preauricula
Fistel
Tidak ada Tidak ada
Auricular assesoris
Tidak ada Tidak ada
Abses
Tidak ada Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada Tidak ada
3. Retroauricula
Pembengkakan
Tidak ada Tidak ada
Abses
Tidak ada Tidak ada
Fistel
Tidak ada (+)
Sikatriks
Tidak ada Tidak ada

Liang Telinga Kanan Kiri


1. Liang telinga
Lapang/sempit Lapang Lapang
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
2. Warna epidermis Merah muda Hiperemis
3. Serumen ada ada
4. Sekret Tidak ada ada
5. Kelainan Telinga Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani Kanan Kiri


1. Utuh/tidak Utuh Perforasi
2. Warna putih keabuan mutiara Hiperemis
3. Reflek cahaya Ada Tidak ada
4. Perforasi tidak ada Ada

Tes Garpu Tala Kanan Kiri


Rinne + +
Weber Lateralisasi ke kiri
Swabach Sama dengan pemeriksa Memanjang
E

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan bentuk luar Dalam batas normal


hidung
Rhinoskopi anterior Kanan Kiri
Cavum nasi
Lapang Lapang
1. Lapang/sempit
Merah muda Merah muda
2. Mukosa
Konka inferior
Eutrofi Eutrofi
1. Besar
Merah muda Merah muda
2. Warna
Licin Licin
3. Permukaan
Konka media
Eutrofi Eutrofi
1. Besar
Merah muda Merah muda
2. Warna
Licin Licin
3. Permukaan
Meatus nasi media Sekret (-) Sekret (-)
Septum Lurus Lurus
Kelainan Tidak ada TIdak ada

Pemeriksaan Tenggorokan

Mulut
1. Gigi Dalam batas normal
2. Gusi Dalam batas normal
3. Lidah Dalam batas normal
4. Kelenjar Ludah Dalam batas normal

Leher
Kelenjar Limfoid Tidak Teraba Tidak Teraba
Pambesaran Kelenjar Pambesaran Kelenjar
Getah bening Getah bening
Arcus Faring Simetris

Uvula Ditengah

Tonsil
1. Besar T1 T2
2. Warna Merah muda Merah muda
3. Krypta Tidak melebar Tidak Melebar
4. Dedritus - -
5. Perlengketan - -

Mukosa faring Hiperemis (-), granul (-)

Kelainan Lain Tidak ada

Resume:
Pasien datang ke poli THT RSUD Tarakan diantar oleh ibunya dengan keluhan
otore dan tinitus pada auricula sinistra sejak 2 minggu. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan perforasi membran timpani dan sekret pada auricula sinistra, dan fistel
di retroauricula sinistra.

DIAGNOSA KERJA

Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Maligna

DIAGNOSA BANDING

Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Benigna

Otitis Eksterna Difusa

PEMERIKSAAN ANJURAN

Kultur Sekret dan Tes Resistensi Antibiotik

RENCANA PENGOBATAN

Konservatif

Coamoxyclav 3x 1 cth

Vitamin C 3 x 100 mg

Cuci telinga dengan H2O2

Operatif

Mastoidektomi + Timpanoplasty

KIE PASIEN

- Menjaga telinga tetap kering ( menutup telinga saat mandi dan berenang)
- Apabila terkena batuk pilek segera diobati

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanasionum : dubia ad malam
Ad fungsionum : dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai