Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis Banding

GBS

Kondisi yang khas adalah adanya kelumpuhan yang simetris secara cepat yang terjadi pada
ekstremitas yang pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi viral. Virus yang sering
menyebabkan penyakit ini adalah Cytomegalovirus (CMV), HIV, Measles dan Herpes Simplex
Virus. Sedangkan untuk bakteri yang paling sering adalah Campylobacter jejuni (Bahrudin,
2017).

Lebih dari 60% kasus mempunyai faktor predisposisi antara satu sampai beberapa minggu
sebelum onset, antara lain:

1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Diare
4. Kelelahan
5. Penyakit sistemik
a) Keganasan
b) Systemic lupus erythematosus
c) Tiroiditis
6. Penyakit addison
7. Kehamilan atau dalam masa nifas
8. Tindakan bedah
9. Demam yang tidak terlalu tinggi

Gejala Klinis pada GBS:

 Sekitar 40% kasus didahului infeksi traktus respiratorius (Faringitis).


 1-2 minggu setrelah infeksi pasien mengeluh nyeri radikular, disertai tungkai menjadi
lemah (paraparese).
 Kelemahan sering menjalar ke otot lengan dan fasialis (ascending Paralysis). Setelah
terjadi gangguan motoris, keluhan nyeri berkurang/menghilang.
 Pada 15% kasus terdapat gangguan otot pernafasan sehingga terjadi hipoventilasi (gagal
nafas yang merupakan kegawatan penyakit GBS)

Gangguan pernafasan harus dibedakan antara bentuk sentral dan perifer. Pada gangguan
sentral terjadi kelainan ritme pernafasan, sedangkan yang perifer terjadi dispneu, sehingga
pasien menggunakan otot pernaasa tambahan (cuping hidung kelihatan bergerak). Despneu
harus cepat diketahui dengan mengukur kapasitas vital dengan menggunakan spirometer.
Cara lain yang sederhana adalah: pasien ddisuruh inspirasi panjang, kemudian pasien
menghitung minimal 30. Kalau hitungan kurang dari 30 berarti kapasitas bital kurang. Tanda
lain dari penurunan kapasitas vital yaitupasien menjadi gelisah, bila hal ini terjadi harus
dicari penyebab yang lain seperti: retensio urinae, dehdrasi nyeri dll… (Bahrudin, 2017).

MIASTENIA GRAVIS

Penyakit Miastenia gravis ditandai dengan adanya kelemahan dan kelelahan. Kelemahan otot
terjadi seiring dengan penggunaan otot secara berulang, dan semakin berat dirasakan di akhir
hari. Gejala ini akan menghilang atau membaik dengan istirahat. Kelompok otot-otot yang
melemah pada penyakit miastenis gravis memiliki pola yang khas. Pada awal terjadinya
Miastenia gravis, otot kelopak mata dan gerakan bola mata terserang lebih dahulu. Akibat dari
kelumpuhan otot-otot tersebur, muncul gejala berupa penglihatan ganda (melihat benda menjadi
ada dua atau disebut diplopia) dan turunnya kelopak mata secaara abnormal (ptosis) (Setiyohadi,
2009).

Sebagian besar penderita Miastenia gravis akan mengalami kelemahan otot di seluruh tubuh,
termasuk tangan dan kaki. Kelemahan pada anggota gerak ini akan dirasakan asimetris. Bila
seorang penderita Miastenia gravis hanya mengalami kelemahan di daerah mata selama 3 tahun,
maka kemungkinan kecil penyakit tersebut akan menyerang seluruh tubuh. Penderita dengan
hanya kelemahan di sekitar mata disebut Miastenia gravis okular. Penyakit Miastenia gravis
dapat menjadi berat dan membahayakan jiwa. Miastenia gravis yang berat menyerang otot-otot
pernafasan sehingga menimbuilkan gejala sesak nafas. Bila sampai diperlukan bantuan alat
pernafasan, maka penyakit Miastenia gravis tersebut dikenal sebagai krisis Miastenia gravis atau
krisis miastenik. Umumnya krisis miastenik disebabkan karena adanya infeksi pada penderita
Miastenia gravis (Ropper, 2005).

Secara umum, gambaran klinis Miastenia yaitu:

 Kelemahan otot yang progresif pada penderita


 Kelemahan meningkat dengan cepat pada kontraksis otot yang berulang
 Pemulihan dalam beberapa menit atau kurang dari satu jam, dengan istirahat
 Kelemahan biasanya memburuk menjelang malam
 Otot mata sering terkena pertama ( ptosis , diplopia ) , atau otot faring lainnya ( disfagia ,
suara sengau )
 Kelemahan otot yang berat berbeda pada setiap unit motorik
 Kadang-kadang , kekuatan otot tiba-tiba memburuk
 Tidak ada atrofi atau fasikulasi

(Mumenthaler, 2006) (Christiane, 2007)

DAPUS:
Setiyohadi B. Miologi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, Bambang, Alwi, idrus, Simadibrata
K.,Marcellus, Setiati, Siti, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing; 2009.

Bahrudin M. Neurologi Klinis. Malang: UMMPress; 2017

Ropper AH, Brown, Robert H. ,. Adam And Victor's Principles of Neurology. In: Myasthenia
Gravis And Related Disorders Of The Neuromuscular Junction 8 th ed. United State
of America: McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2005.

Mumenthaler M, Mattle H. Fundamentals of Neurology. In: Myasthenia Gravis. Germany:


Georg Thieme Verlag; 2006.

Christiane Schneider-Gold KVT. Myasthenia Gravis: Pathogenesis and Immunotherapy.


Dtsch Arztebl 2007.

Anda mungkin juga menyukai