Kanker Paru
Pendahuluan
1
Lebih dari 90% tumor paru-paru primer merupakan tumor ganas dan
sekitar 95% tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila mana
kita menyebut kanker paru-paru maka yang dimaksudkan adalah karsinoma
bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernafasan
bagian bawah bersifat epitelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkus.
Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang
jarang terjadi, insidens kanker paru-paru di negara industri telah meningkat
sampai tahap epidemik. Kanker paru-paru sekarang ini telah menjadi sebab
utama dari kematian akibat kanker pada pria mahupun wanita. Insidens
tertinggi pada usia 55-65 tahun. Peningkatan ini dipercaya ada hubungannya
dengan makin tingginya kebiasaan merokok.
Isi Perbahasan
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap merupakan kunci terhadap diagnosis yang
tepat. Selain gejala klinis yang disebutkan oleh pasien, beberapa faktor perlu
diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru, seperti faktor umur,
kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat
karsinogen atau terpapar jamur dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul
soliter pada paru.
Pertama sekali pada anamnesis ditanyakan nama, umur, pekerjaan,
tempat tinggal, dan sebagainya. dalam kasus ini, pasien adalah seorang
wanita berusia 55 tahun. Seterusnya ditanyakan keluhan utama yang
menyebabkan wanita tersebut datang ke poliklinik. Keluhan utamanya
adalah wanita itu mengalami batuk berdarah sejak 4 bulan lalu. Seterusnya
ditanyakan tentang riwayat penyakit sekarang. Menurut wanita tersebut, dia
pernah berobat sebelumnya dan telah menjalani pengobatan TB selama dua
bulan, tetapi keluhan batuk berdarah belum berkurang. Selain itu, selama 1
2
bulan ini pasien wanita itu mengeluh sering sakit pada punggung di sekitar
tulang belakangnya. Untuk riwayat penyakit dahulu didapati wanita ini
pernah menjalani operasi total pengangkatan payudara 1 tahun yang lalu
setelah didiagnosa terkena kanker payu dara.1
2. Pemeriksaan Fisik
2.1 Tanda vital
Tekanan darah, temperatur, frekuensi nadi, dan frekuensi napas menentukan tingkat
keparahan penyakit. Ketidakstabilan sirkulasi dengan tanda hipotensi dan takikardia merupakan
suatu tanda darurat. Sebabnya dapat berupa kehilangan darah yang akut pada hemoptisis massif
atau penyakit yang menyebabkan/menyertainya.
2.2 Pemeriksaan dinding dan rongga dada
2.2.1 Inspeksi
1) Diamati bentuk thorax apakah biasa/normal, ataukah ada kelainan bentuk seperti: kiposis,
lordosis, scoliosis, gibbus (kiposis yang ekstrim).
2) Bentuk yang lain: bentuk dada burung (pigeon chest) sternum menonjol, bentuk dada
tukang sepatu/cekung (Funnel chest) barrel chest (besar menggembang muka belakang).
3) Diamati pernapasan pasien seperti terdengar stridor/inspirasi/expirasi
4) Menghitung frekuensi pernapasan yang normalnya 12 20x/menit dan juga perbandingan
frekuensi napas dengan HR yang kira-kira = 1 : 4. napas yang lebih dari 20x/menit
disebut Tachypnea. Bila kurang dari 12x/menit disebut Bradipnae.
5) Catat juga pola/irama pernapasannya, apakah teratur, periodic Cheynes Stokes, Kussmaul
(cepat-dalam), hiperventilasi (hanya dalam) atau irama satu-satu pada pasien sebelum
meninggal.
6) Amati juga ada tidaknya dyspnea (setiap ketidaknyamanan bernapas dalam bentuk
apapun)
a. tanda-tanda retraksi intereostals
b. tanda-tanda retraksi supra sternal
c. pernapasan cuping hidung
7) Ada dua hal lain yang dihubungkan dengan fungsi pernapasan adalah pengamatan
cyanosis disekitar bibir, mulut dan dasar kuku. Clubbing of the finger (seperti ujung
pemukul genderang)
8) Amati pula suara batuk yang kita dengar (produktif, kering, whooping, pendek-pendek/
dehem-dehem).
2.2.2 Palpasi
1) Fremitus taktil
- Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar
atau kurang bergetar. Menurun taktil terpalpasi pada area yang mengalami atelektasis
seperti terjadi pada bronkus tersumbat. Meningkatnya fremitus disebabkan oleh
konsolidasi parenkim pada suatu area yang mengalami inflamasi. Palpasi pada
dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari, kiri dan kanan dengan
maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien mengucapkan
tujuh puluh tujuh . Secara berulang-ulang. Getaran yang dirasakan disebut Vokalfremitus.
2) Tertinggalnya pengembangan suatu hemitoraks yang dirasakan dengan palpasi bagian
lateral bawah rib cage paru bersangkutan menunjukkan adanya gangguan pengembangan
pada hemitoraks tersebut. Hal ini disebabkan obstruksi salah satu bronkus utama atau
pneumotoraks.
2.2.3 Perkusi
Perkusi dinding thorax dengan cara mengetuk dengan jari tengah-tengah kiri yang
ditempelkan dengan erat didinding dada dicelah intereostal. Penilaian suara yang ditimbulkan
oleh perkusi
1) Sonor adalah suara perkusi jaringan paru yang normal
2) Redup adalah suata perkusi jaringan yang lebih padat/konsolidasi paru-paru seperti
Pneumonia
3) Pekak adalah suatu perkusi jaringan yang padat
4) Hypersonor/ tympani adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong seperti :
daerah caverne-caverne paru, penderita asma kronik terutama dengan bentuk dada Barrelchest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong, bergema. Perkusi dilakukan
dengan cara membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan thorax.
4
2.2.4 Auskultasi
Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan menggunakan
stetoskop, caranya:
1) Pasien diminta bernapas cukup dalam dengan mulut terbuka dan letakkan stetoskop
secara sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
2) Ada tiga suara yang didengar pada pemeriksaan auskultasi:
a. Suara napas
Vesicular, suara napas vesicular terdengar disemua lapangan paru yang
normal. Bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari expirasi.
Broncho-vesicular, suara napas broncho-vesicular terdengar didaerah
percabangan bronchus dan trachea. Jadi sekitar sternum dan region
intercapular, nadanya sedang lebih kasar dibandingkan vesicular, inspirasi
sama panjang dengan expirasi.
Bronchial, suara panas bronchial terdengar trachea (leher) dan supra Strenal
noch. Bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek dibandingkan dengan
expirasi.
Catatan :
Bila didapat suara broncho-vesicular atau bronchinal dilapangan paru (yang
semestinya vesticular), tentu merupakan suatu kelainan.
Bila tidak terdengar suara sama sekali, hal ini bisa karena paru-parunya
colaps/atelektasis atau pleural effusion yang banyak jumlahnya. Jumlah
cairan pleura yang tidak banyak bisa menimbulkan suara vesicular yang
melemah.
Bila terdengar suara seperti tiupan pada mulut botol, disebut suara Amforik
merupakan suara resonansi dari rongga-rongga Caverne yang ada dalam paruparu.
b. Suara ucapan (tujuh puluh tujuh .)
c. Suara tambahan
Pada pernapasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan
menunjukkan ada kelainan. Macam-macam suara tambahan:
i. Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluransaluran halus pernapasan mengembang pada inspirasi :
ii. Ronchi, ciri khas ronchi adalah nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik pada inspirasi maupun expirasi. Ciri lain ronchi
adalah akan hilang bila pasien disuruh batuk. Ronchi terjadi apabila
terkumpulnya cairan mucus dalam trachea atau bronchus-bronchus
besar (misalnya oedem paru)
iii. Wheezing, adalah bunyi musical terdengar ngiiiik atau pendek
ngiik. Yang bisa didapat pada fase inspirasi atau expirasi, bahkan
biasanya lebih jelas pada expirasi. Wheezing terjadi karena ada
exudat lengket tertiup aliran udara dan bergetar nyaring. Biasanya,
didapat pada bronchitis acuta. Bila hanya terdengar pada fase
expirasi, ini akibat udara melewati celah sempit bronchial.
iv. Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar kering persis
seperti suara gosokan amplas pada kayu. (Catatan: rales dan ronchi
terdengar basah karena seperti gemericik cairan). Pleural frictionrub terjadi karena peradangan pleura, terdengar sepanjang fase
pernafasan (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas suara ini terdengar
didaerah posterolateral bawah dinding thorax.2
2.2.5 Pemeriksaan nasofaring
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mencari sumber perdarahan dan pada hemoptisis massif
untuk memastikan bahwa saluran napas masih paten (terbuka).
2.2.6
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kemungkinan adanya hipertensi paru
akut (terdapat peninggian komponen paru suara jantung kedua), kegagalan ventrikel kiri akut
(adanya summation gallop) atau penyakit katup jantung seperti stenosis mitral. Endokarditis
sebelah kanan dapat dideteksi dengan adanya bunyi desiran karena insufiensi tricuspid, sering
pada penyalah guna obat intravena dan dapat menyebabkan hemoptisis karena emboli septic.1,2
3.
Pemeriksaan Penunjang
6
dan
lain-lain.pemeriksaan
sputum
dianjurkan
sebagai
Baik
dari
luar
akan
masuk
lewat
rongga
hidung
minyak (kelenjar
sebasea) dan
kelenjar
keringat (kelenjar
terdapat
plexus
venosus
berdinding
tipis
sehingga
mudah
perdarahan.
Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius yang merupakan
epitel bertingkat torak. Ia terdiri atas tiga jenis sel yaitu pertama sel
olfaktorius. Sel ini merupakan neuron bipolar dengan dendrit terletak pada
bagian
apical
dan
akson
ke
lamina
propia.
Ujung
dendrit
yang
Di epitel ini juga terdapat kelenjar Bowman yang berperan agar epitel
sentiasa lembab dan juga sebagai pelarut zat-zat kimia yang dalam bentuk
bau. Sinus paranasalis adalah rongga dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan kavum nasi. Antaranya ialah sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxillaris. Ia dilapisi oleh epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet. Kelenjar-kelenjer di sini memproduksi
mukos yang dialirkan ke kavum nasi oleh gerakan silia. Peradangan di sini
akan dikenali sebagai sinusitis.
4.2
Faring (Tenggorokan)
Ruangan dibelakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus
di belakang
rongga
belakang lidah. Terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Dilanjutkan ke atas menjadi epitel mulut dan bagian bawah ke epitel
oesophagus.
Pada
bagian
belakang
faring
(posterior)
terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui
faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
4.3
Larings
Menghubungkan faring dan trakea. Bentuknya tidak beraturan dan
terdiri dari epitel torak bersilia bersel goblet kecuali pada plika vocalis
berlapis gepeng. Ia berperan untuk fonasi dan mencegah benda asing
memasuki jalan nafas dengan adanya reflex batuk. Ia mempunyai sembilan
tulang rawan yaitu tiroid, krikoid, arytenoid, epiglottis, kuneiformis dan
kornikulata. Terdapat ligamentum yang mengikat tulang rawan ini dan
berartikulatio
dengan
menyebabkan
otot
perubahan
intrinsik.
bentuk
dan
Kontraksi
celah
otot
pita
kontriksi
suara
akan
sehingga
Epiglottis
Terdiri dari tulang rawan elastis. Ia mempunyai dua permukaan yaitu
kanan dan kiri oleh rima vestibuli. Plika ini mempunyai epitel bertingkat torak
bersilia. Bagian bawah disebut pita suara sejati/ plika vocalis.
Di antara dua plika ini terdapat daerah yang disebut rima vocalis/ rima
glotidis. Rima ini mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
dan mempunyai serat-serat elastin tersusun sejajar membentuk ligamentum
vocalis. Sejajar dengan ligamentum vocalis terdapat otot skelet yaitu M.
Vokalis. Fungsi M.Vocalis adalah mengatur ketegangan pita suara dan
ligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dapat menghasilkan
suara dengan nada yang berbeda-beda. Rima glotidis dan plica vocalis
meluas ke lateral membentuk sinus ventrikularis/ sinus Morgagni.3
4.5 Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa
basalis agak tebal dan jelas manakala lamina propia mempunyai serat-serat
elastin yang berjalan longitudinalis yang membentuk membrane elastika
interna.
ii- Tunika Submukosa :
ii-
akan polisakarida.
Sel Silindris bersilia : Merupakan sel yang terbanyak. Setiap sel terdiri
dari 300 silia di apikalnya. Terdapat banyak mitokondria kecil yang
iii-
iv-
Terdiri dari dua macam yaitu yang sangat panjang dan sangat pendek.
Sel Basal : Merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah
v-
4.6
Bronki
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Terbagi kepada dua yaitu bronkus ekstrapulmonal
dan intrapulmonal. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea,
hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus kecil terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia namun
bronkus terkecil terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang
menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang
sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan
12
13
terdiri
dari
kompleks
fosfolipoprotein
yang
membantu
pengembangan jaringan paru. Dapat juga ditemukan sel debu (dust cell)
yang bekerja mamfagosit debu mikroorganime dan benda asing yang
terdapat dalam alveoli yang ikut saat inspirasi.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung
ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal
menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan
pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas
tanpa ada gesekan dengan dinding dada. Rongga dada diperkuat oleh
tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari
costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel
di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya igaiga di bagian belakang.3,4
5. Mekanisme Pernapasan
14
tekanan
intrapulmo
dan
intrapleura.
Perbedaan
tekanan
4,5
6. Working Diagnosis
Setelah
pasien
dianamnesis,
dilakukan
pemeriksaan
fisik
dan
juga
merupakan
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan
tes tuberkulin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik.
Kasus tuberkulosis dapat juga dipastikan bila organisme M.tuberkulosis dapat
diidentifikasikan.
Gejala atau keluhan yang tersering pada penderita tuberkulosis adalah
demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi panas
badan dapat mencapai 40-41C. Gejala lain adalah batuk berdarah. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering yang non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif yaitu menghasilkan sputum. Keadaan yang lanjut adalah batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
Seterusnya adalah gejala sesak napas. Pada penyakit yang ringan
(baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak anapas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru. Gejala nyeri dada jarang ditemukan. Nyeri dada akan
timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau
melepaskan napasnya.
Gejala lain adalah malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang
menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu
makan, badan makin kurus, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam dan lainlain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.6
8. Etiologi
17
Penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui tetapi paparan
atau
inhalasi
berkepanjangan
suatu
zat
yang
bersifat
karsinogenik
tubuh,
genetik
dan
lain-lain.
Dari
beberapa
kepustakaan
18
(delesi)
basanya,
atau
penyisipan
tampilnya
gen
yang
insersi)
sebagian
berperan
dalam
susunan
apoptosis.
Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel
paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan
rokok diketahui sangat berkaitan denagn terjadinya kanker paru.
Pengaruh
diet
juga
bisa
menyebabkan
kanker
paru.
Beberapa
Patogenesis
19
Kanker
Diameter
tumor
jarang
melampaui
beberapa
sentimeter
dan
dan
hemoptisis
akibat
iritasi
atau
ulserasi,
pneumonia
dan
pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini
cenderung agak lamban dalam bermetastasis, maka pengobatan dini dapat
memperbaiki prognosis.
Adenokarsinoma, sesuai dengan namanya, memperlihatkan susunan
selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan
jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru-paru dan fibrosis
interstitial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe
20
pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala-gejala
sampai terjadi metastasis yang jauh.
Karsinoma sel bronkial-alveolar merupakan
subtipe adenokarsinoma
yang jarang ditemukan, dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkiolus
terminalis. Awitan pada umumnya tidak nyata, disertai tanda-tanda yang
menyerupai pneumonia. Secara makroskopis neoplasma ini pada beberapa
kasus mirip konsolidasi uniform pneumonia lobaris. Secara mikroskopis,
tampak kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih
penghasil mukus dan terdapat banyak sputum mukoid. Prognosisnya buruk
kecuali kalau dilakukan pembuangan lobus yang terserang pada saat
penyakit masih dini. Adenokarsinoma adalah satu-satunya tipe histologi
kanker paru-paru yang tidak mempunyai kaitan jelas dengan merokok.
Karsinoma
sel
besar
adalah
sel-sel
ganas
yang
besar
dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Selsel ini cenderung untuk timbul pada jarinagn paruparu perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat jauh.
Karsinoma sel kecil, seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di
tengan di sekitar percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru yang
lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel Klchitsky, komponen normal dari epitel
bronkus. Secara mikroskopik, tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil ( sekitar
dua kali ukuran limfosit) denagn inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat, sehingga diberi nama
karsinoma sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang
tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua kanker
paru. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe halus, demikian pula
dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal, sering dijumpai.
Sekitar 70% dari semua penderita memiliki bukti-bukti penyakit yang
21
ekstensif
metastasif
ke
distal)
pada
saat
diagnosis,
dan
angka
Manifestasi Klinis
Kanker paru ini menyerupai banyak jenis penyakit paru-paru lain dan
tidak mempunyai awitan yang khas. Seringkali kanker ini menyerupai
pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum
yang seringkali diabaikan oleh pasien atau dianggap
sebagai akibat
sekunder
pada
pleura
akibat
penyebaran
neoplastik
atau
Penatalaksanaan
tidak
memungkinkan
pembedahan
seperti
penyakit
jantung.
yang
paling
penting
bagi
pasien-pasien
NSCLC
adalah
Kombinasi
beberapa
sitostatik
telah
banyak
diteliti
untuk
Pencegahan
meningkatkan
risiko
kanker
paru
pada
perokok.
Untuk
itu,
14.
Prognosis
kempen
untuk
mendedahkan
tentang
bahaya
merokok
pada
2. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan system
pernapasan. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2009.h.21924.
3. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2007
4. Scanlon VC, Sanders T. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ed 3. h315-37.
5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia :
Elsevier Sanders.p71-9.
6. Aditama T. Tuberkulosis diagnosis, terapi dan masalahnya. Jakarta: Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia; 2005; 5: 254-56.
7. Amin Z. Kanker paru. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: FKUI;
2009.h.2254-66.
8. Robbins, Kumar, Cotranz. Buku ajar patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.h.730-60.
9. Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al. Harrisons
principles
of
internal
medicine.
17th
ed.
United
States:
The
McGraw-Hill
companies;2008.p.1128-60.
26