Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kenakalan Pada Remaja


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sosiologi
Guru : Puspita Sari, S.Pd

DISUSUN OLEH :

Perawati
Kelas X IPS 5

SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 4 PALANGKARAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas izinNyalah penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun makalah
tentang Kenakalan Pada Remaja. Dalam penyusunan makalah ini penulis
mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari internet yang memudahkan
saya dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan kesempurnaan Dalam hal
pembangunan dan penyempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik,
masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.

Palangka Raya, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1 Pengertian Remaja…………………………………………………………
2.2 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Biologis………………….
2.3 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Psikis…………………….
2.4 Pengertian Kenakalan Remaja……………………………………………..
2.5 Teori Perilaku Kenakalan Remaja…………………………………………
2.6 Bentuk Kenakalan Remaja…………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja sering disebut proses pembentukan diri menjadi dewasa.
Proses perubahan ini menuju kepada proses pematangan kepribadian yang penuh
dengan pemunculan sifat-sifat pribadi yang sesungguhnya yang harus berbenturan
dengan persoalan dari luar. Benturan inilah yang menimbulkan persoalan bagi
remaja yang lemah mental, jiwa dan rohaninya, terkadang diwujudkan dengan
suatu tindakan yang menyimpang yang sering disebut kenakalan remaja yang
digolongkan dalam tindakan amoral, perkelahian antar remaja sampai tindak
kejahatan.
Kenakalan remaja bukanlah merupakan suatu masalah yang baru muncul
kepermukaan, tetapi masalah ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau dan
menjadi persoalan yang aktual hampir di semua negara-negara di dunia, termasuk
di Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Romli Atmasasmita ( 1983 :23 )
bahwa : “Kenakalan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak yang
dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang bcrlaku di suatu
negara yang oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai
perbuatan tercela”. 
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan
suatu pengertian yang memuat segi-segi juridis maupun segi-segi sosiologis.
Selanjutnya pengertian remaja dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1974:35)
adalah:“Remaja adalah usia transisi. Seseorang individu telah meninggalkan usia
kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke
usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap
masyarakat. Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat
sosial masyarakat dimana dia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang
usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dalam
masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Berdasarkan pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga ataupun
orang tua untuk mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak terjerumus
kenakalan remaja. Disamping itu masyarakat juga harus turut berpartisipasi untuk
mencegah timbulnya kenakalan remaja karena adaiah kewajiban setiap orang
untuk ikut berpikir dan bertindak mengarahkan kehidupan para remaja untuk
menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Dalam hal ini turut pula
peranan pihak kepolisian sebagai salah satu instansi yang paling berwenang dalam
mengatasi dan mengantisipasi kenakalan remaja.
Pada masa sekarang di Amerika Latin, dan Eropa Timur, tingkat
infeksinya HIV di kalangan pengguna jarum suntik di atas empat puluh persen. Di
Estonia, angka itu lebih dari tujuh puluh dua persen. Dari berbagai pandangan
tersebut, penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai Kenakalan
Remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Apakah pengertian dari remaja?
2.Bagaimanakah karakteristik remaja dari segi perkembangan biologis?
3.Bagaimanakah karakteristik remaja dari segi perkembangan psikis?
4.Apakah pengertian kenakalan remaja?
5.Apakah Teori Perilaku Kenakalan Remaja?
6.Bagaimanakah bentuk kenakalan remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.Mendeskripsikan pengertian dari remaja.
2.Mendeskripsikan karakteristik remaja dari segi perkembangan biologis.
3.Menjelaskan karakteristik remaja dari segi perkembangan psikis.
4.Menjelaskan pengertian kenakalan remaja.
5.Menjelaskan Teori Perilaku Kenakalan Remaja.
6.Menunjukkan bentuk kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja

1.Remaja ditinjau dari segi hukum


a). Dalam Hukum Perdata (BW)
Remaja adalah orang-orang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
sebelumnya tidak kawin, dan jika mengadakan perbuatan hukum (perjanjian,
mendirikan perusahaan, hutang piutang) harus dilakukan oleh wali atau orang
tuanya.
b). Dalam Hukum Adat
Ada pandangan di masyarakat jawa kuat gawe, artinya ikut bekerja
membantu kebutuhan hidup keluarga. Ada juga yang menganggap apabila
perempuan itu sudah menstruasi, sedangkan laki-laki sudah mimpi basah. Jadi
dalam adat kedewasaan berlangsung secara bertahap.
c). Dalam Hukum Pidana
Masa remaja diartikan pada umur 16 sampai 18 tahun.
d). UU. No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Usia remaja 16/19 sampai 21 tahun.

2. Remaja ditinjau dari segi perkembangan fisik


Segi fisik terkait dengan kondisi fisik seseorang atau unsur biologis dan
faal tubuh manusia. Remaja pada masa ini berhubungan dengan alat-alat kelamin
manusia yang mencapai kematangannya. Masa pematangan ini disebut dengan
masa pubertas.

3. Remaja menurut WHO


Remaja adalah suatu masa di mana:
a) Individu berkembang dengan tanda-tanda kematangan seksualnya.
b) Individu mengalami perkembangan psikologi menjadi dewasa.
c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
orang tuanya menjadi mandiri.
d) Selanjutnya batas-batas usia remaja ada 2 yaitu: remaja awal usia 10-14
tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

4. Remaja secara Sosial Psikologik


Masa remaja adalah masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-
tahap sebelumnya tentang perkembangan kognitif, perkembangan moral dan
perkembangan seksual. Puncak perkembangan jiwa ditandai dengan adanya
proses perubahan dari kondisi entropy (kesadaran manusia masih belum tersusun
rapi, isi kesadaran masih saling bertentangan, tidak saling berhubungan dan
menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan) ke kondisi negentropy
(kesadaran manusia sudah tersusun dengan baik, pengetahuan jelas dipahami dan
hubungannya dengan perasaan atau sikap).

5. Perkembangan usia anak hingga dewasa diklasifikasikan menjadi lima yaitu:


a) Anak, seorang yang berusia di bawah 12 tahun
b) Remaja dini, seorang yang berusia 12 – 15 tahun
c) Remaja penuh, seorang yang berusia 15 – 17 tahun
d) Dewasa muda, seorang yang berusia 17-21 tahun
e) Dewasa, seorang berusia di atas 21 tahun.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami


peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial. 

2.2 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Biologis


Perkembangan ini juga disebut perkembangan fisik. Sarlito Wirawan
(1997:51-52) perubahan fisik ke masa remaja sebagai berikut:

1.Pada anak perempuan


a) Pertumbuhan payudara
b) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan
c) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal
d) Haid

2.Pada anak laki-laki


a) Testis(buah pelir) membesar
b) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan
c) Awal perubahan suara
d) Ejakulasi(keluar air mani/mimpi basah)

2.3 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Psikis


Ada lima aturan dalam menghadapi masalah remaja, yaitu:
a) Trustworthiness (kepercayaan) yaitu kita harus saling percaya dengan para
remaja yang kita hadapi.
b) Genuineness, yaitu maksud yang murni, tidak pura-pura.
c) Empathi, yaitu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan remaja.
d) Honesty, yaitu kejujuran
e) Adanya pandangan dari pihak remaja bahwa kita memenuhi keempat
unsur diatas.

Berbagai segi dalam kaitannya dengan perkembangan psikologi remaja adalah:


1. Perkembangan konsep diri
Remaja mempunyai posisi pada masa peralihan. Dengan ciri-ciri psikologi
sebagai berikut:
a) Berkembangnya ide-ide, gagasan, cita-cita.
b) Kemampuan menilai diri sendiri secara objektif.
c) Mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat.
2. Perkembangan peran sosial
Masa ini penuh gejolak emosi yaitu di satu pihak ia sudah ingin mandiri
sebagai orang dewasa, di lain pihak harus mengikuti orang tuanya.

3. Perkembangan peran seksual


Perannya disesuaikan dari jenis kelamin terhadap jenis kelamin lawannya.
Kepribadian Androgin adalah kepribadian yang luwes dan mudah menyesuaikan
diri.

2.4 Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan Remaja atau Juvenile delinquency, secara etimologis dalam
konsep psikologis pengertian Juvenile delinquency berasal dari kata Juvenile yang
berarti anak, dan delinquency yang berarti kejahatan. Jadi secara harafiah Juvenile
delinquency adalah kejahatan anak.
Pasal 1 UU No. 3 Tahun 1997 menyatakan bahwa anak nakal adalah:
1. Anak yang melakukan tindak pidana
2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak,
baik menurut undang-undang maupun menurut hukum lain yang hidup dan
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Juvenile delinquency ( kenakalan remaja ) ialah perilaku jahat/dursila, atau


kejahatan/kenakalan anak-anak muda merupakan  patologi secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan Remaja  adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya. 
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat. 
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. 

Gejala-gejala anak yang mengalami kenakalan remaja adalah :


1. Anak tidak disukai teman-temannyasehingga bersikap menyendiri.
2. Anak sering menghindar dari tanggungjawab mereka di rumah dan di
sekolah.
3. Anak sering mengeluh kalau mereka memiliki permasalahan yang mereka
sendiri tidak bisa selesaikan.
4. Anak mengalami phobia atau gelisah yang berbeda dengan orang-orang
normal.
5. Anak jadi suka berbohong.
6. Anak suka menyakiti teman-temannya.
7. Anak tidak sanggup memusatkan perhatian.
8. Anak suka membolos dari sekolah dan lari dari rumah
9. Anak berperilaku provokatif yang menyimpang
10. Anak bersikap menentang yang berat dan menetap
2.5 Teori Perilaku Kenakalan Remaja
Berikut ini adalah beberapa teori penyebab kelakuan kenakalan remaja :
1. Teori Differential Asociation
Teori yang dikemukakan oleh E. Sutherland ini pada dasarnya
melandaskan diri pada proses belajar. Kejahatan seperti juga perilaku pada
umumnya merupakan suatu yang dipelajari.

2. Teori Anomie
Teori anomie yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang
berorientasi pada kelas-kelas sosial. Istilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari
seorang pakar sosiologi Perancis, Emile Durkeim, yang berarti suatu keadaan
tanpa norma. Konsep anomie ini kemudian oleh Merton diformulasikan dalam
rangka menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan
pengadaptasiannya dalam sikap dan perilaku kelompok. Merton berusaha
menunjukkan bahwa berbagai struktur sosial yang mungkin terdapat di
masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang dengan kualitas
tertentu cenderung berperilaku menyimpang ketimbang mematuhi norma-norma
kemasyarakatan.

3. Teori Sub-budaya Delinkuen


Teori ini dilontarkan oleh Albert K Cohen, yang menjelaskan terjadinya
peningkatan perilaku delinkuen di daerah kumuh. Fokus perhatiannya terarah
pada satu pemahaman bahwa perilaku delinkuen di kalangan usia muda, kelas
bawah merupakan cerminan ketidakpuasan mereka terhadap norma-norma dan
nilai kelompok kelas menengah yang mendominasi.

4. Teori Netralisasi
Pada dasarnya teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia
selalu dikendalikan oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku
jahat atau menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka
untuk merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai ( yang seharusnya berfungsi
sebagai pencegah perilaku jahat ) menurut persepsi dan kepentingan mereka
sendiri.

5. Teori Kontrol
Teori kontrol atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari
asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan
yang sama kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang
sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya membuatnya demikian, dan menjadi
jahat apabila masyarakatnya membuatnya demikian.

2.6 Bentuk Kenakalan Remaja


Menurut Kartini Kartono (1992:37), pengelompokkan kenakalan remaja
dalam berbagai tipe yaitu sebagai berikut:
1. Delinkuensi Individual
Kelompok ini mempunyai kelainan jasmaniah dan mental yang dibawa
sejak lahir, tingkah laku criminal anak pada kelompok merupakan gejala personal
atau individual. Pelaku kenakalan ini tergolong pada tindak pidana dengan
kekejaman tanpa motif dan hanya didorong oleh dorongan hati yang sangat kuat.

2. Delinkuensi Situasional
Kenakalan ini dilakukan oleh anak normal tetapi dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan situasional dan lingkungan yang semuanya memberikan
pengaruh menekan memaksa pada pembentukan perilaku buruk/dirangsang pada
kebutuhan sesaat.

3. Delinkuensi Sistematik
Kejahatan anak-anak remaja yang diorganisir dan disertai pengaturan yaitu
gang. Lingkungan sekitar remaja itu tinggal juga mempengaruhi kejahatan
tersebut.

4. Delinkuensi Kumulatif
Situasi sosial dan kondisi kultural buruk yang mempengaruhi terus
menerus dan berlangsung berulang kali dapat mengintensifkan perbuatan jahat
remaja, sehingga kumulatif sifatnya, yaitu terdapat dimana-mana, tidak hanya di
ibu kota Negara saja, tetapi sampai daerah pinggiran pedesaan. (produk konflik
budaya hasil dari banyak konflik cultural yang kontroversial)

Delinkuensi remaja yang kumulatif mempunyai ciri-ciri (Kartini Kartono 1992:


44-45), antara lain:
a. Mengandung banyak dimensi ketergantungan syarat, kegelisahan batin dan
keresahan hati para remaja yang kemudian disalurkan secara negatif pada
perbuatan jahat.
b. Pemberontakan adolensi terhadap kekuasaan orang dewasa dalam usaha
menemukan identitas diri lewat tingkah laku yang melanggar norma sosial
dan hukum.
c. Penyimpangan seksual disebabkan oleh penundaan saat kawin.
d. Tindakan ekstrim radikal yang dilakukan remaja dengan cara kekerasan,
pembunuhan, penculikan.

Jansen dalam Sarlito Wirawan (1997:200-201) membagi kenakalan remaja ini


menjadi 4 jenis:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya
perkelahian, perkosaan, pembunuhan.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya pengerusakan,
pencurian, pencopetan.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, misalnya
pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks sebelum menikah.
d. Kenakalan melawan status, misalnya perbuatan mengingkari status sebagai
pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah
orang tua.

Pembagian lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian yang defek
atau ciri kepribadian yang rusak, antara lain:
a. Delinkuensi Terisolir
Kejahatan didorong oleh faktor:
1. Motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselesaikan,
dipengaruhi oleh keinginan meniru dengan gangnya.
2. Sudah masuk dalam gang sejak kecil dan mulai terbiasa dengan aktivitas
di dalamnya.
3. Berasal dari keluarga yang broken home, lalu ikut dalam lingkungan anak
criminal untuk memuaskan kebutuhannya.
4. Tidak mendapat didikan tentang kedisiplinan yang teratur.

b. Delinkuensi Neurotik
Anak delinkuensi ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius,
misalnya kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan
terpojok, merasa bersalah atau berdosa.

c. Delinkuensi Psikopatik
Delinkuensi ini dilakukan oleh mereka dengan tanpa motif apapun juga,
sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, perbuatannya sering ganas sadis, suka
menyakiti hati orang lain, suka menyakiti jasmani orang lain. Penjahat delinkuen
ini dikategorikan penjahat paling berbahaya.

d. Delinkuensi Defek Moral


Ciri delinkuensi ini adalah selalu melakukan perbuatan a-sosial, karena
remaja ini tidak mampu mengendalikan dan mengatur dirinya. Remaja ini
biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki(Residivis) yang melakukan
kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif.

Jenis-jenis Kenakalan Remaja, seperti yang sudah diuraikan diatas, maka


kenakalan remaja yang dimaksud di sini adalah perilaku yang menyimpang dari
atau melanggar hukum. Jensen (1985), membagi kenakalan remaja menjadi 4
jenis yaitu:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; perkelahian,
perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain- lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi pencurian.                                         
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain;
4. pelacuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,hubungan seks pranika.
5. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan membolos, melanggar disiplin sekolah.  

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial. 
Perkembangan biologis juga disebut perkembangan fisik. Sarlito Wirawan
(1997:51-52) perubahan fisik ke masa remaja terjadi pada anak perempuan dan
pada anak laki-laki. Sedangkan perkembangan psikologi remaja adalah meliputi
Perkembangan konsep diri, Perkembangan peran sosial dan Perkembangan peran
seksual. 
Juvenile delinquency ( kenakalan remaja ) ialah perilaku jahat/dursila, atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda merupakan  patologi secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Berikut ini adalah beberapa teori penyebab kelakuan kenakalan remaja yang
meliputi Teori Differential Asociation, Teori Anomie, Teori Sub-budaya
Delinkuen, Teori Netralisasi dan Teori Kontrol.
Menurut Kartini Kartono (1992:37), pengelompokkan kenakalan remaja dalam
berbagai tipe yaitu sebagai berikut yaitu Delinkuensi Individual, Delinkuensi
Situasional, Delinkuensi Sistematik dan Delinkuensi Kumulatif.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.
Bandung : Aksara.

Atmasasmita, Romli. 1993. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja (Yuridis Sosk 


Kriminologi). Bandung : Armico.

Darajat, Zakiah. 1974 .Problema Remaja diIndonesia. Jakarta : Bulan Bintang.


-------------------. 1987. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang.

Sembiring Mberguh. 2000. Kriminologi dan Remaja. Medan : UNIMED.

Soerjono, Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta : Rajawali.

Soenarjati, dkk. 2001. Kriminologi dan Kenakalan Remaja. 


Willis, S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Penerbit
Angkasa.
-----------, 1992. Problema Remaja. Bandung : Angkasa.
_______, 1986. Kriminologi. Jakarta : Bina Aksara.
_______, 1986. Patologi Sosial 2 dan Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai