DISUSUN OLEH :
Perawati
Kelas X IPS 5
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas izinNyalah penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun makalah
tentang Kenakalan Pada Remaja. Dalam penyusunan makalah ini penulis
mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari internet yang memudahkan
saya dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan kesempurnaan Dalam hal
pembangunan dan penyempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik,
masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1 Pengertian Remaja…………………………………………………………
2.2 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Biologis………………….
2.3 Karakteristik Remaja dari Segi Perkembangan Psikis…………………….
2.4 Pengertian Kenakalan Remaja……………………………………………..
2.5 Teori Perilaku Kenakalan Remaja…………………………………………
2.6 Bentuk Kenakalan Remaja…………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2. Teori Anomie
Teori anomie yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang
berorientasi pada kelas-kelas sosial. Istilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari
seorang pakar sosiologi Perancis, Emile Durkeim, yang berarti suatu keadaan
tanpa norma. Konsep anomie ini kemudian oleh Merton diformulasikan dalam
rangka menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan
pengadaptasiannya dalam sikap dan perilaku kelompok. Merton berusaha
menunjukkan bahwa berbagai struktur sosial yang mungkin terdapat di
masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang dengan kualitas
tertentu cenderung berperilaku menyimpang ketimbang mematuhi norma-norma
kemasyarakatan.
4. Teori Netralisasi
Pada dasarnya teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia
selalu dikendalikan oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku
jahat atau menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka
untuk merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai ( yang seharusnya berfungsi
sebagai pencegah perilaku jahat ) menurut persepsi dan kepentingan mereka
sendiri.
5. Teori Kontrol
Teori kontrol atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari
asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan
yang sama kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang
sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya membuatnya demikian, dan menjadi
jahat apabila masyarakatnya membuatnya demikian.
2. Delinkuensi Situasional
Kenakalan ini dilakukan oleh anak normal tetapi dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan situasional dan lingkungan yang semuanya memberikan
pengaruh menekan memaksa pada pembentukan perilaku buruk/dirangsang pada
kebutuhan sesaat.
3. Delinkuensi Sistematik
Kejahatan anak-anak remaja yang diorganisir dan disertai pengaturan yaitu
gang. Lingkungan sekitar remaja itu tinggal juga mempengaruhi kejahatan
tersebut.
4. Delinkuensi Kumulatif
Situasi sosial dan kondisi kultural buruk yang mempengaruhi terus
menerus dan berlangsung berulang kali dapat mengintensifkan perbuatan jahat
remaja, sehingga kumulatif sifatnya, yaitu terdapat dimana-mana, tidak hanya di
ibu kota Negara saja, tetapi sampai daerah pinggiran pedesaan. (produk konflik
budaya hasil dari banyak konflik cultural yang kontroversial)
Pembagian lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian yang defek
atau ciri kepribadian yang rusak, antara lain:
a. Delinkuensi Terisolir
Kejahatan didorong oleh faktor:
1. Motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselesaikan,
dipengaruhi oleh keinginan meniru dengan gangnya.
2. Sudah masuk dalam gang sejak kecil dan mulai terbiasa dengan aktivitas
di dalamnya.
3. Berasal dari keluarga yang broken home, lalu ikut dalam lingkungan anak
criminal untuk memuaskan kebutuhannya.
4. Tidak mendapat didikan tentang kedisiplinan yang teratur.
b. Delinkuensi Neurotik
Anak delinkuensi ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius,
misalnya kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan
terpojok, merasa bersalah atau berdosa.
c. Delinkuensi Psikopatik
Delinkuensi ini dilakukan oleh mereka dengan tanpa motif apapun juga,
sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, perbuatannya sering ganas sadis, suka
menyakiti hati orang lain, suka menyakiti jasmani orang lain. Penjahat delinkuen
ini dikategorikan penjahat paling berbahaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
Perkembangan biologis juga disebut perkembangan fisik. Sarlito Wirawan
(1997:51-52) perubahan fisik ke masa remaja terjadi pada anak perempuan dan
pada anak laki-laki. Sedangkan perkembangan psikologi remaja adalah meliputi
Perkembangan konsep diri, Perkembangan peran sosial dan Perkembangan peran
seksual.
Juvenile delinquency ( kenakalan remaja ) ialah perilaku jahat/dursila, atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda merupakan patologi secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Berikut ini adalah beberapa teori penyebab kelakuan kenakalan remaja yang
meliputi Teori Differential Asociation, Teori Anomie, Teori Sub-budaya
Delinkuen, Teori Netralisasi dan Teori Kontrol.
Menurut Kartini Kartono (1992:37), pengelompokkan kenakalan remaja dalam
berbagai tipe yaitu sebagai berikut yaitu Delinkuensi Individual, Delinkuensi
Situasional, Delinkuensi Sistematik dan Delinkuensi Kumulatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.
Bandung : Aksara.