Anda di halaman 1dari 5

MIGRAIN

Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri kepala dengan serangan
nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas
nyerinya sedang sampai berat dan diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual, muntah,
fotofobia dan fonofobia.

Patofisiologi
Pemicu kimia dapat menstimulasi neuroreseptor yang mengakibatkan pelepasan
neurotransmiter. Neurotransmiter dapat mempengaruhi langsung terhadap neuron pada jalur
migren trigeminovaskular sehingga melepaskan substance P (SP), calcitonin gene-related
peptide (CGRP) dan neurokinin yang di aktifkan dari berbagai pencetus. Substance P
berhubungan dengan vasodilatasi, degranulasi mast cell, peningkatan permeabilitas dan
edema meningeal. Secara bersamaan terjadi pembentukan fenomena yang disebut peradangan
neurogenik. Aktivitas ganglia trigeminal yang berlebihan dan peradangan pada neurovaskular
dari meningeal menyebabkan serangan migren.
Hubungan aura dan komponen serangan migren merupakan dasar mekanisme aksi potensial
terhadap diet pencetus. Fase primer adalah neuronal dengan depolarisasi neuron kortikal dan
sensitisasi ganglia saraf trigeminal. Fase sekunder merupakan vasokonstriksi, vasodilatasi
dan peradangan vaskular yang diperantarai oleh neurotransmiter kimia khususnya reseptor
serotonin. Adanya hubungan migren dengan vasokonstriksi arteri intrakranial pada awal,
yang menimbulkan aliran darah menurun ke korteks visual, kemudian diikuti periode
vasodilatasi ekstrakranial. Bagian terdekat dengan inervasi trigeminal dari pembuluh serebral,
duramater dan kulit kepala menunjukan lokasi dari serangan migren.
Pencetus diet mempengaruhi patofisiologi fase proses serangan migren dengan terjadinya
pelepasan serotonin dan norepinefrin. Hal ini mengakibatkan vasokonstriksi atau vasodilatasi
maupun dengan stimulasi langsung ganglia trigeminal, talamus, batang otak dan jalur
neuronal korteks. Mekanisme potensial dan mediator kimia dari pemicu ini mengakibatkan
beberapa reaksi. Reaksi tersebut yaitu pelepasan norepineprin yang diperantarai oleh tyramin
dan phenylethylamine, pelepasan nitritoksida oleh nitrat dan nitrit serta pengaruh histamin
dan reseptor glutamat oleh histamin dan MSG. Pemicu kimia ini menstimulasi neuroreseptor
mengakibatkan pelepasan neurotransmiter atau pengaruh langsung terhadap neuron dalam
jalur migren trigeminovaskular.
Etiologi
Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis,
perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migren
termasuk dalam nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya
serangan migren yaitu :
1. Perubahan hormonal
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan
meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan
migren saat menstruasi.Istilah ‘menstrual migraine’ sering digunakan untuk menyebut
migren yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi dan sehari
setelahnya. Ini terjadi disebabkan penurunan kadar estrogen.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh,
cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan kewaspadaan
dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan
gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala.
3. Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari
ketegangan.
4. Cahaya kilat atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan
menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk
penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia
normal.
5. Makanan
Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala,
kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika dikonsumsi dalam jumlah
yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini disebut ‘Chinese Restaurant
Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada minuman diet dan makanan ringan,
dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu
yang lama.
6. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga
tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang,
sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan membantu mengurangi frekuensi
timbulnya migren.
7. Faktor herediter
8. Faktor kepribadian

Manifestasi Klinis
Keseluruhan manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada setiap individu.Terdapat 4
fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus dialami oleh
setiap individu.Fase-fase tersebut antara lain (Aminoff, MJ et al, 2005) :
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya.
Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi
petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini
dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling
umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-
bintik kecil yang banyak) , gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi
lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan
(fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena
negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat
muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam
beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri
kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase nyeri kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya
berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam
menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada
orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas
nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu
pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan
terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria
setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.

Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada penderita
migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri kepala, dan fase
postdromal.

Penatalaksanaan
1. Mencegah atau menghindari faktor pencetus.
2. Pengobatan non-medik.
Karena faktor pencetus tidak selalu bisa dihindari, maka dianjurkan pengobatan non-
medik, oleh karena hal ini dapat mengurangi banyaknya obat migren sehingga efek
samping dari obat-obatan dapat dikurangi.Termasuk dalam pengobatan non-medik
adalah latihan relaksasi otot (Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua, 2003).
3. Pengobatan simptomatik
Willinson (1988), menganjurkan pada waktu serangan migren sebagai berikut
(Harsono, 2003) :
a. Mencegah pemberian obat-obat yang mengganggu tidur
b. Obat-obat anti mual seperti metoklopramid. Obat anti mual dapat memicu
aktivitas normal pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat serangan
migren.
c. Analgetika sederhana. Misalnya aspirin atau parasetamol dapat menghilangkan
nyeri kepala bila sebelumnya diberi yang memicu aktivitas gastrointestinal.
d. Ergotamin tartrat. Cara kerja obat ini bifasik, bergantung pada tahanan darah
yang telah ada sebelumnya.

4. Pengobatan abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala. Obat yang
dapat digunakan:
a. Ergotamin tartrat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat
antiemetik, analgesik, atau sedatif.
b. Dihidroergotamin (DHE) merupakan agonis reseptor serotonin yang aman dan
efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan efek samping mual yang
kurang dan lebih bersifat vasokonstriktor.
c. Sumatriptan suksinat merupakan agonis selektif reseptor 5- Hidroksi triptamin
(5-HT1D) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri.

5. Pengobatan pencegahan
Pengobatan pencegahan diberikan bila terdapat lebig dari 2 kali serangan dalam
sebulan. Obat pencegah migren adalah (Harsono, 2003):
a. Beta-blocker
b. Antagonis Ca
c. Antiserotonin dan antihistamin
d. Antidepresan trisiklik
e. NSAID

Anda mungkin juga menyukai