Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ileus atau hambatan pasase usus merupakan suatu kelainan abdomen yang
dapat disebabkan oleh suatu obstruksi atau sumbatan pada lumen usus atau
adanya gangguan peristaltik.
Hambatan pasase usus, atau ileus, dapat disebabkan oleh obstruksi lumen
usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus juga disebut obstruksi
mekanik, yang dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi ataupun sumbatan
di lumen usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti
spasme. Ileus adinamik dapat disebabkan oleh paralisis pada peritonitis umum
(Sjamsuhidrajat, R., 2010).

B. Tujuan

Setelah melewati modul ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan


memahami tentang ileus (ileus obstruktif dan ileus paralitik), patomekanisma
ileus, gejala khas pada ileus (ileus obstruktif dan ileus paralitik, serta
penatalaksaan yang dilakukan pada pasien yang menderita ileus.

C. Manfaat
Laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai sumber referensi
mengenai Kegawatdaruratan Bedah dengan topik Malposisi dan Malrotasi.
Dengan laporan ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari penyakit
tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Skenario

Perut kembung

Dr. Andi yang lagi bertugas di UGD sebuah rumah sakit sedang menangani
seorang pasien laki-laki dewasa yang berumur 50 tahun. Bapak tersebut memiliki
keluhan sakit perut yang hebat dan muntah-muntah sejak 1 hari yang lalu. Muntah-
muntahnya yang terakhir berwarna kehijauan. Selama 2 hari ini dia merasa perutnya
tidak enak, kembung dan susah buang air besar dan buang angin. Sudah dicoba
minum obat maag tapi keluhannay tidak berkurang. Setelah melakukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, dr. Andi melakukan pertolongan awal dan segera
melaporkan kasus tersebut ke dokter bedah. Dokter bedah tersebut menganjrkan
pasien segera dioperasi.

2. STEP 1
Identifikasi Istilah
-

3. STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan keluhan tersebut?
2. Apa interpretasi dari muntah yang berwarna kehijauan?
3. Mengapa diberi obat maag tapi tidak sembuh juga?
4. Pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan?
5. DD?
6. Penatalaksaan awal dari kasus diatas?
7. Indikasi operasi?

2
4. STEP 3
Brainstorming
1. A. Nyeri viseral -> pada organ berongga
B. Nyeri somatik -> rangsangan perifer bsia karena neoplasma, perforasi,
perdarahan, obstruksi, dll
2. Beberapa penyebab dari muntah adalah :
a. Muntah hijau merangsang trigger zone
b. Terdapat obstruksi abdomen
c. Muntah hijau karena ada cairan empedu
3. Karena obat maag tidak mengatasi masalah/penyakit dasarnya
4. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
a. Anamnesis = SOCRATES, gejala penyerta, riwayat penyakit
b. Pemeriksaan fisisk = pem. Abdomen
c. Pemeriksaan penunjang = USG, barium enema
5. Diagnosis yang mungkin pada kasus ini meliputi : hernia, tumor abdomen,
nyeri pelvis, kehamilan ektopik, volvulus, intusisepsi
6. Tata laksana awal yang diberikan oleh dokter umum = cairan IV RL 2L, pantau
AbC, pasang kateter, koreksi keseimbangan elektrolit, NGT
7. Indikasi dilakukannya operasi adalah jika telah terjadi tanda-tanda menuju
nekrosis akibat dari adanya inkarserata/strangulasi organ.

5. STEP 4
Strukturisasi Konsep

3
Sakit Perut Hebat

Muntah warna kehijauan

Perut tidak enak, kembung,


susah BAB, dan flatus

Pemeriksaan Fisik

Pemriksaan Penunjang

Ileus

Mekanik Non-Mekanik

Adhesi Volvulus Hernia Invaginasi Ascariasis Paralitik Spasme

Penatalaksanaan

6. STEP 5
Learning Objective
1. Ileus Obstruktif
2. Ileus Paralitik

7. STEP 6
Belajar Mandiri
Pada tahap ini, kami melakukan proses belajar mandiri sehubungan dengan
tujuan belajar yang telah dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam
materi-materi yang akan dibahas pada DKK 2 dan pleno.

4
8. STEP 7
Sintesis

A. LO 1 Ileus Obstruksi
Definisi

Ileus obstruksi adalah hambatan pasase usus yang disebabkan oleh obstruksi
lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Hal ini dapat disebabkan oleh karena
strangulasi, incaginasi atau sumbatam di dalam lumen usus (Riwanto, Hamani , Pieter
, Tjambolang , & Ahmadsyah, 2017).

Ileus ini dinamakan juga sebagai ileus mekanik. Pada obstruksi, harus
dibedakan antara obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana
addalah obstruksi yang tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah, sedangkan
pada strangulasi, telah terjadi jepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan menyebabkan nekrosis atau gangren (Riwanto, Hamani , Pieter , Tjambolang ,
& Ahmadsyah, 2017).

Etiologi

Penyebab dari ileus obstruksi tediri dari :

a. Hernia inkerserata
Obstruksi akibat hernia inkerserata banyak terjadi pada anak. Biasanya akan
dikelola dengan cara konservatif terlebih dahulu dengan posisi tidur
Trendelenberg. Jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam 8
jam, harus segera dilakukan herniotomi.
b. Invaginasi
c. Adhesi
Ileus akibat ini umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum,
atau juga pasca operasi. Adhesi sendiri dapat berupa perlengketan dalam

5
bentuk tunggal maupun multipel. Walaupun dengan tindakan pembedahan
akan memperbaiki pasase, biadanya obstruksi kemungkinan besar akan
kambuh lagi dalam waktu singkat.
d. Volvulus
e. Askariasis
Kebanyakan cacing askaris akan hidup di usus halus bagian jejenum,
jumlahnya biasanya mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi sendiri
dapat terjadi di berbagai tempat di usus halus, tetapi biasanya akan terjadi di
ileum terminal dikarenakan lumennya yang paling sempit.
f. Kelainan rotasi bawaan
g. Atresia atau stenosis bawaan
h. Neoplasma

Patofisiologi

Peregangan usus disebabkan oleh akumulasi gas dan cairan di sebelah


proksimal dan di dalam segmen yang tersumbat. Akumulasi cairan proksimal dari
letak obstruksi disebabkan tidak hanya oleh cairan yang ditelan melainkan juga
berasal dari air liur, getah lambung, dan sekresi empedu dan pankreas, serta berasal
dari adanya gangguan transpor natrium dan air.

Selama 12-24 jam obstruksi, terjadi penurunan mencolok fluks natrium dan
dengan demikian juga air dari lumen ke darah di usus proksimal yang teregang.
Setelah 24 jam, natrium dan air mengalir ke dalam lumen yang semakin menambah
peregangan dan kehilangan cairan. Tekanan intra luminal meningkat dari normal 2-4
cmH2O menjadi 8-10 cmH2O. Cairan dan elektrolit yang hilang dapat terjadi secara
signifikan kecuali jika penanganan dilakukan secara cepat untuk mengganti cairan
yang hilang tersebut.

Muntah, akumulasi cairan di dalam lumen, dan sekuesterasi cairan ke dalam


dinding usus yang edematosa dan rongga periotonium sebagai gejala akibat adanya

6
gangguan aliran balik vena juga ikut berperan dalam menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit dalam jumlah besar.

Manifestasi Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Sabiston, 2004):


1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi)

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Sabiston, 2004):


• Lokasi obstruksi
• Lamanya obstruksi
• Penyebabnya
• Ada atau tidaknya iskemia usus

Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok


hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.
Terhadapsetiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia
harus diperiksa (Sabiston, 2004).

Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus
melawan obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul
setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit
pada ileus obstruktif usus besar.

Nyeri dari ileus obstruktif usus halus demikian biasanya terlokalisasi supra
umbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar
biasanya tampil dengan nyeri intraumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang,
sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal

7
generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi
terlokalisasi baik, parah, menetap dantanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata
harus dicurigai (Zinner & Ashley, 2007).

Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang


memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh
cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu (Brunicardi, Andersen, Billiar,
Dunn, Hunter, & Pollock, 2007).

Setelah ia mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika
ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga
tak terlihat distensi.Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan
setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai
hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang
usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak mendekompresi total usus di
atas obstruksi (Sabiston, 2004).

Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Geraka peristaltic terkadang dapat
dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau
absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus (Sabiston, 2004).

Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut (dimanafeses


dan gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif.
Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan
isinya sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus
dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di usus besar. Lewatnya isi usus
dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu, sehingga mungkin tidak ada
obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus obstruktif usus besar, maka

8
obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare merupakan
gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi (Sabiston, 2004).

Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan
muntah yanbg berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit
kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek danmata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder (Zinner & Ashley, 2007).

Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif


sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase didalam
serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau leukopenia.
Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunakan sebagai petanda (Sabiston, 2004):

• Mulainya terjadi iskemia.


• Perforasi usus.
• Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi

Nyeri tekan abdomen yang terlokalisir menandakan iskemia yang mengancam


atau sudah terjadi.Perkembangan peritonitis menandakan infark atauperforasi. Sangat
penting untuk membedakan antara ileus obstruktif denganstrangulasi dengan tanpa
strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya
tergantung gejala kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan (Sabiston, 2004):

1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung


2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang
sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian
rutin. Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area
dengan nyeri tekan lokal pada tempat yang mengalami obstruksi, pada

9
srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan
abdomen.
5. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomi segera.
6. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi
konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus di
diagnosa.
7. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang,
lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan
semakin membesar.

Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang
sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya lebih
rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang tidak ada padapenderita lanjut usia yang
pandai menahan nafsu (Sjamsuhidajat & de Jong, 2010). Muntah-muntah terjadi
lambat, khususnya bila katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradox
sangat jarang. Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang
baru terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu
(Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, & Pollock, 2007).

Diagnosis
Alur dari diagnosis obstruksi usus meliputi (Brunicardi, 2007):
- Membedakan obstruksi dan ileus
- Menentukan etiologi obstruksi
- Menentukan apakah obstruksi parsial atau komplit
- Menentukan apakah obstruksi sederhana atau strangulasi

Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang (Brunicardi, 2007):

10
Anamnesis
Beberapa poin penting dalam anamnesis meliputi:
- Riwayat pasca operasi – mengarahkan kemungkinan adhesi intestinal
- Riwayat penyakit gastrointestinal sebelumnya – neoplasma ataupun IBD

Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Tujuan : untuk menentukan apakah ada strangulasi atau tidak. Pada
strangulasi, dapat ditemukan takikardia dan demam
2. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Melihat asimetrisitas abdomen akibat massa dan distensi abdomen
Auskultasi
Mendengar bising usus, apakah menurun sejak awal (ileus paralitik) atau
meningkat kemudian menurun (obstruksi)

Perkusi
Menentukan keberadaan massa berupa redup atau asites dengan metode fluid
wave dan shifting dullness

Palpasi
Menentukan keberadaan massa superfisial ataupun profundal

3. Pemeriksaan hernia
Tujuan : menentukan apakah hernia sebagai penyebab obstruksi. Pemeriksaan
meliputi hernia inguinalis ataupun hernia femoralis

4. Rectal touché
Tujuan : menentukan keberadaan darah pada feses. Jika terdapat darah pada
feses, curiga adanya strangulasi

11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
Hemokonsentrasi akibat penurunan volume vaskuler dan leukositosis,
terutama jika terjadi strangulasi.
2. Pemeriksaan feses
Ditemukan darah atau darah tersamar (occult bleeding) terutama bila terjadi
strangulasi.
3. Pemeriksaan Radiologi
o Foto polos abdomen 2 posisi yaitu supine dan tegak dengan foto thoraks
tegak. Gambaran tampak dilatasi lengkung usus (diameter > 3 cm), adanya
gambaran air-fluid level, dan berkurangnya gambaran udara di kolon.
Sensitivitas 70 – 80 %, namun spesifisitas rendah karena sukar
membedakan antara obstruksi dan ileus paralitik. Kemungkinan false-
negative pada kondisi obstruksi lengkung tertutup (closed-loop
obstruction), karena pada kondisi ini usus yang mengalami obstruksi hanya
terisi oleh cairan, sehingga gambaran air-fluid level tidak jelas.
o CT-Scan
Biasanya dilakukan setelah pemberian water-soluble contrast atau barium
yang diencerkan per oral. Gambaran tampak dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus distal, kontras intraluminal tidak dapat melewati bagian
obstruksi, dan sedikitnya udara dan cairan di kolon. Sensitivitas 80 – 90 %
dan spesifitas 70 – 80 %
Keunggulan :
o Dapat mendeteksi closed-loop obstruction
Gambaran : dilatasi usus seperti huruf U atau C akibat adanya
gambaran radia arteri mesenterium pada bagian usus yang
terpuntir.
o Dapat mendeteksi strangulasi

12
Gambaran : penebalan dinding usus, pneumatosis intestinal (udara
di dinding usus), gas pada vena porta, kekaburan mesenterium, dan
penurunan ambilan kontras pada dinding bagian usus yang
mengalami obstruksi.

Kelemahan : tidak dapat mendeteksi obstruksi parsial. Pada kasus obstruksi


parsial, digunakan metode kontras berupa pemeriksaan dengan barium
follow-trough serial atau enteroclysis (Brunicardi, 2007):

 Barium follow-through serial. Metode yang dipakai adalah


pemberian barium atau water-soluble contrast (Gastrogrifin)
melalui NGT, lalu dilakukan foto abdomen serial sampai kontras
mengalir ke intestinal distal. Metode ini dapat melihat penyebab
obstruksi intraluminal dan intramural, terutama jika terdapat
massa.
 Enteroclysis. Metode yang diapakai dengan memasukkan barium
200 – 250 ml diikuti dengan pemberian metilselulosa sebanyak 1 –
2 L melalui kateter nasoenterik sampai ke jejunum proksimal.
Metode ini dapat mengevaluasi permukaan mukosa dan lesi kecil
yang relatif sukar untuk dideteksi. CT enteroclysis sering
digunakan dewasa ini, dan didapatkan lebih superior daripada foto
polos abdomen dengan kontras.

B. LO 2 Ileus Paralitik

Definisi

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini
bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. (Djumhana & Syam, 2014)

13
Eliastam (2014) Sangat penting untuk membedakan obstruksi mekanik dari
ileus adinamik :

1. Ileus adinamik sebagai akibat dari banyak proses yang berbeda seperti
peritonitis, trauma berlebihan selama operasi, cedera pada organ
intraabdominal, hipokalemia dan penyakit lain.
2. Nyeri sering kali tidak dijumpai, kecuali pada pasien dengan ileus pasca
bedah.
3. Bising usus secara karakteristik tidak ada.
4. Foto polos abdomen memperlihatkan segmen-segmen yang distensi baik usus
besar maupun kecil dengan pola cairan bertingkat multipel
5. Pada osbtruksi mekanik, pada usus kecil atau usus besar predominan terkena,
tergantung tingkat dari obstruksi. (Eliastam, 2014)

Etiologi

 Neurogenik. Pascaoperasi, kerusakan medul spinalis, keracunan timbal,


kolik ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
 Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalami),
uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel.
 Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin,
antihistamin)
 Infeksi. Pneumonia, empiema, urosepsis, peritonitis, infeksi sistemik berat
lainnya
 Iskemia Usus (Djumhana & Syam, 2014)

Manifestasi Klinis
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),
anoreksia, mual, dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada.
Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut
kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut

14
kembung tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. (Djumhana & Syam,
2014)
Pada pemeriksaan fisis diddapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan tidak terdengar sama sekali. Pada
palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak
ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). apabila
penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran
peritonitis. (Djumhana & Syam, 2014)

Sabiston (1995) Ileus paralitik suatu diagnosis banding utama untuk obstruksi
usus dan pada keadaan ini ditandai oleh bunyi usus hipoaktif pada pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit,
ureum, glukosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat membantu
menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung usus
halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up
(segaris). hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang
memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). apabila dengan pemeriksaan
otot polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen
dengan mempergunakan kontras. (Djumhana & Syam, 2014)
Pada foto polos abdomen memperlihatkan dilatasi usus yang tersebar di seluruh
sistem intestinal, terutama udara di dalam kolon dan rektum. Air fluid level mungkin
terlihat dan dilatasi sistem intestinal yang bervariasi (Sabiston, 2009)

Tata Laksana

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya


berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa
atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis

15
penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa
nasogastrik. (bila perlu dipasang juga rectal tube). pemberian cairan, koreksi
gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat
dicoba yaitu metoklopamid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. (Djumhana & Syam, 2014)

Prognosis
Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi (Djumhana &
Syam, 2014)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ileus atau hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus
atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik,
yang dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi ataupun sumbatan di lumen
usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.
Ileus adinamik dapat disebabkan oleh paralisis pada peritonitis umum
(Sjamsuhidrajat, R., 2010).
Menurut etiologinya ileus obstruktif disebabkan oleh adhesi, neoplasma,
hernia, penyakit crohn’s, volvulus, intususepsi, benda asing, diverticulitis,
divertikulum meckel, kelainan congenital, cacing askaris.
Terapi obstruksi usus mekanik biasanya melibatkan intervensi bedah.
Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses
obstruksi.operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan
keadaan keseluruhan pasien. Yang dengan obstruksi mekanik sederhana yang
diperiksa dini dalam perjalanannya, bisa dioperasi cepat

B. Saran
Laporan ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, sehingga diperlukan
bimbingan dari dosen-dosen pengajar untuk mengarahkan teori yang telah
didapatkan mahasiswa agar bisa diterapkan di lapangan secara optimal.
Mahasiswa juga diharapkan terus belajar tentang materi terkait untuk
memperkaya ilmu pengetahuan.

17
Daftar Pustaka

Eliastam, M., Sternbach, G. L., & Bresler, M. J. (2014). Penuntun Kedaruratan


Medis. Jakarta: Pernebit Buku Kedokteran EGC.

Riwanto, I., Hamani , A. H., Pieter , J., Tjambolang , & Ahmadsyah, I. (2017). Usus
Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum. In Buku Ajar Ilmu Bedah (pp. 738-
748). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sabiston, D. (2014). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sudoyo, A. W., Setihadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2013). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Townsend, C., Beauchamp, R. D., Evers, B. M., & Mattox, K. L. (2017). Sabiston
Textbook of Surgery. The Biological Basis of Modern Surgical Practice.
Canada: Elsevier Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai