PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus atau hambatan pasase usus merupakan suatu kelainan abdomen yang
dapat disebabkan oleh suatu obstruksi atau sumbatan pada lumen usus atau
adanya gangguan peristaltik.
Hambatan pasase usus, atau ileus, dapat disebabkan oleh obstruksi lumen
usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus juga disebut obstruksi
mekanik, yang dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi ataupun sumbatan
di lumen usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti
spasme. Ileus adinamik dapat disebabkan oleh paralisis pada peritonitis umum
(Sjamsuhidrajat, R., 2010).
B. Tujuan
C. Manfaat
Laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai sumber referensi
mengenai Kegawatdaruratan Bedah dengan topik Malposisi dan Malrotasi.
Dengan laporan ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari penyakit
tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Skenario
Perut kembung
Dr. Andi yang lagi bertugas di UGD sebuah rumah sakit sedang menangani
seorang pasien laki-laki dewasa yang berumur 50 tahun. Bapak tersebut memiliki
keluhan sakit perut yang hebat dan muntah-muntah sejak 1 hari yang lalu. Muntah-
muntahnya yang terakhir berwarna kehijauan. Selama 2 hari ini dia merasa perutnya
tidak enak, kembung dan susah buang air besar dan buang angin. Sudah dicoba
minum obat maag tapi keluhannay tidak berkurang. Setelah melakukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, dr. Andi melakukan pertolongan awal dan segera
melaporkan kasus tersebut ke dokter bedah. Dokter bedah tersebut menganjrkan
pasien segera dioperasi.
2. STEP 1
Identifikasi Istilah
-
3. STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan keluhan tersebut?
2. Apa interpretasi dari muntah yang berwarna kehijauan?
3. Mengapa diberi obat maag tapi tidak sembuh juga?
4. Pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan?
5. DD?
6. Penatalaksaan awal dari kasus diatas?
7. Indikasi operasi?
2
4. STEP 3
Brainstorming
1. A. Nyeri viseral -> pada organ berongga
B. Nyeri somatik -> rangsangan perifer bsia karena neoplasma, perforasi,
perdarahan, obstruksi, dll
2. Beberapa penyebab dari muntah adalah :
a. Muntah hijau merangsang trigger zone
b. Terdapat obstruksi abdomen
c. Muntah hijau karena ada cairan empedu
3. Karena obat maag tidak mengatasi masalah/penyakit dasarnya
4. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
a. Anamnesis = SOCRATES, gejala penyerta, riwayat penyakit
b. Pemeriksaan fisisk = pem. Abdomen
c. Pemeriksaan penunjang = USG, barium enema
5. Diagnosis yang mungkin pada kasus ini meliputi : hernia, tumor abdomen,
nyeri pelvis, kehamilan ektopik, volvulus, intusisepsi
6. Tata laksana awal yang diberikan oleh dokter umum = cairan IV RL 2L, pantau
AbC, pasang kateter, koreksi keseimbangan elektrolit, NGT
7. Indikasi dilakukannya operasi adalah jika telah terjadi tanda-tanda menuju
nekrosis akibat dari adanya inkarserata/strangulasi organ.
5. STEP 4
Strukturisasi Konsep
3
Sakit Perut Hebat
Pemeriksaan Fisik
Pemriksaan Penunjang
Ileus
Mekanik Non-Mekanik
Penatalaksanaan
6. STEP 5
Learning Objective
1. Ileus Obstruktif
2. Ileus Paralitik
7. STEP 6
Belajar Mandiri
Pada tahap ini, kami melakukan proses belajar mandiri sehubungan dengan
tujuan belajar yang telah dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam
materi-materi yang akan dibahas pada DKK 2 dan pleno.
4
8. STEP 7
Sintesis
A. LO 1 Ileus Obstruksi
Definisi
Ileus obstruksi adalah hambatan pasase usus yang disebabkan oleh obstruksi
lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Hal ini dapat disebabkan oleh karena
strangulasi, incaginasi atau sumbatam di dalam lumen usus (Riwanto, Hamani , Pieter
, Tjambolang , & Ahmadsyah, 2017).
Ileus ini dinamakan juga sebagai ileus mekanik. Pada obstruksi, harus
dibedakan antara obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana
addalah obstruksi yang tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah, sedangkan
pada strangulasi, telah terjadi jepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan menyebabkan nekrosis atau gangren (Riwanto, Hamani , Pieter , Tjambolang ,
& Ahmadsyah, 2017).
Etiologi
a. Hernia inkerserata
Obstruksi akibat hernia inkerserata banyak terjadi pada anak. Biasanya akan
dikelola dengan cara konservatif terlebih dahulu dengan posisi tidur
Trendelenberg. Jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam 8
jam, harus segera dilakukan herniotomi.
b. Invaginasi
c. Adhesi
Ileus akibat ini umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum,
atau juga pasca operasi. Adhesi sendiri dapat berupa perlengketan dalam
5
bentuk tunggal maupun multipel. Walaupun dengan tindakan pembedahan
akan memperbaiki pasase, biadanya obstruksi kemungkinan besar akan
kambuh lagi dalam waktu singkat.
d. Volvulus
e. Askariasis
Kebanyakan cacing askaris akan hidup di usus halus bagian jejenum,
jumlahnya biasanya mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi sendiri
dapat terjadi di berbagai tempat di usus halus, tetapi biasanya akan terjadi di
ileum terminal dikarenakan lumennya yang paling sempit.
f. Kelainan rotasi bawaan
g. Atresia atau stenosis bawaan
h. Neoplasma
Patofisiologi
Selama 12-24 jam obstruksi, terjadi penurunan mencolok fluks natrium dan
dengan demikian juga air dari lumen ke darah di usus proksimal yang teregang.
Setelah 24 jam, natrium dan air mengalir ke dalam lumen yang semakin menambah
peregangan dan kehilangan cairan. Tekanan intra luminal meningkat dari normal 2-4
cmH2O menjadi 8-10 cmH2O. Cairan dan elektrolit yang hilang dapat terjadi secara
signifikan kecuali jika penanganan dilakukan secara cepat untuk mengganti cairan
yang hilang tersebut.
6
gangguan aliran balik vena juga ikut berperan dalam menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit dalam jumlah besar.
Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus
melawan obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul
setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit
pada ileus obstruktif usus besar.
Nyeri dari ileus obstruktif usus halus demikian biasanya terlokalisasi supra
umbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar
biasanya tampil dengan nyeri intraumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang,
sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal
7
generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi
terlokalisasi baik, parah, menetap dantanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata
harus dicurigai (Zinner & Ashley, 2007).
Setelah ia mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika
ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga
tak terlihat distensi.Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan
setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai
hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang
usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak mendekompresi total usus di
atas obstruksi (Sabiston, 2004).
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Geraka peristaltic terkadang dapat
dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau
absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus (Sabiston, 2004).
8
obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare merupakan
gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi (Sabiston, 2004).
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan
muntah yanbg berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit
kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek danmata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder (Zinner & Ashley, 2007).
9
srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan
abdomen.
5. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomi segera.
6. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi
konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus di
diagnosa.
7. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang,
lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan
semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang
sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya lebih
rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang tidak ada padapenderita lanjut usia yang
pandai menahan nafsu (Sjamsuhidajat & de Jong, 2010). Muntah-muntah terjadi
lambat, khususnya bila katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradox
sangat jarang. Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang
baru terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu
(Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, & Pollock, 2007).
Diagnosis
Alur dari diagnosis obstruksi usus meliputi (Brunicardi, 2007):
- Membedakan obstruksi dan ileus
- Menentukan etiologi obstruksi
- Menentukan apakah obstruksi parsial atau komplit
- Menentukan apakah obstruksi sederhana atau strangulasi
10
Anamnesis
Beberapa poin penting dalam anamnesis meliputi:
- Riwayat pasca operasi – mengarahkan kemungkinan adhesi intestinal
- Riwayat penyakit gastrointestinal sebelumnya – neoplasma ataupun IBD
Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Tujuan : untuk menentukan apakah ada strangulasi atau tidak. Pada
strangulasi, dapat ditemukan takikardia dan demam
2. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Melihat asimetrisitas abdomen akibat massa dan distensi abdomen
Auskultasi
Mendengar bising usus, apakah menurun sejak awal (ileus paralitik) atau
meningkat kemudian menurun (obstruksi)
Perkusi
Menentukan keberadaan massa berupa redup atau asites dengan metode fluid
wave dan shifting dullness
Palpasi
Menentukan keberadaan massa superfisial ataupun profundal
3. Pemeriksaan hernia
Tujuan : menentukan apakah hernia sebagai penyebab obstruksi. Pemeriksaan
meliputi hernia inguinalis ataupun hernia femoralis
4. Rectal touché
Tujuan : menentukan keberadaan darah pada feses. Jika terdapat darah pada
feses, curiga adanya strangulasi
11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
Hemokonsentrasi akibat penurunan volume vaskuler dan leukositosis,
terutama jika terjadi strangulasi.
2. Pemeriksaan feses
Ditemukan darah atau darah tersamar (occult bleeding) terutama bila terjadi
strangulasi.
3. Pemeriksaan Radiologi
o Foto polos abdomen 2 posisi yaitu supine dan tegak dengan foto thoraks
tegak. Gambaran tampak dilatasi lengkung usus (diameter > 3 cm), adanya
gambaran air-fluid level, dan berkurangnya gambaran udara di kolon.
Sensitivitas 70 – 80 %, namun spesifisitas rendah karena sukar
membedakan antara obstruksi dan ileus paralitik. Kemungkinan false-
negative pada kondisi obstruksi lengkung tertutup (closed-loop
obstruction), karena pada kondisi ini usus yang mengalami obstruksi hanya
terisi oleh cairan, sehingga gambaran air-fluid level tidak jelas.
o CT-Scan
Biasanya dilakukan setelah pemberian water-soluble contrast atau barium
yang diencerkan per oral. Gambaran tampak dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus distal, kontras intraluminal tidak dapat melewati bagian
obstruksi, dan sedikitnya udara dan cairan di kolon. Sensitivitas 80 – 90 %
dan spesifitas 70 – 80 %
Keunggulan :
o Dapat mendeteksi closed-loop obstruction
Gambaran : dilatasi usus seperti huruf U atau C akibat adanya
gambaran radia arteri mesenterium pada bagian usus yang
terpuntir.
o Dapat mendeteksi strangulasi
12
Gambaran : penebalan dinding usus, pneumatosis intestinal (udara
di dinding usus), gas pada vena porta, kekaburan mesenterium, dan
penurunan ambilan kontras pada dinding bagian usus yang
mengalami obstruksi.
B. LO 2 Ileus Paralitik
Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini
bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. (Djumhana & Syam, 2014)
13
Eliastam (2014) Sangat penting untuk membedakan obstruksi mekanik dari
ileus adinamik :
1. Ileus adinamik sebagai akibat dari banyak proses yang berbeda seperti
peritonitis, trauma berlebihan selama operasi, cedera pada organ
intraabdominal, hipokalemia dan penyakit lain.
2. Nyeri sering kali tidak dijumpai, kecuali pada pasien dengan ileus pasca
bedah.
3. Bising usus secara karakteristik tidak ada.
4. Foto polos abdomen memperlihatkan segmen-segmen yang distensi baik usus
besar maupun kecil dengan pola cairan bertingkat multipel
5. Pada osbtruksi mekanik, pada usus kecil atau usus besar predominan terkena,
tergantung tingkat dari obstruksi. (Eliastam, 2014)
Etiologi
Manifestasi Klinis
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),
anoreksia, mual, dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada.
Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut
kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
14
kembung tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. (Djumhana & Syam,
2014)
Pada pemeriksaan fisis diddapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan tidak terdengar sama sekali. Pada
palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak
ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). apabila
penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran
peritonitis. (Djumhana & Syam, 2014)
Sabiston (1995) Ileus paralitik suatu diagnosis banding utama untuk obstruksi
usus dan pada keadaan ini ditandai oleh bunyi usus hipoaktif pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit,
ureum, glukosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat membantu
menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung usus
halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up
(segaris). hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang
memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). apabila dengan pemeriksaan
otot polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen
dengan mempergunakan kontras. (Djumhana & Syam, 2014)
Pada foto polos abdomen memperlihatkan dilatasi usus yang tersebar di seluruh
sistem intestinal, terutama udara di dalam kolon dan rektum. Air fluid level mungkin
terlihat dan dilatasi sistem intestinal yang bervariasi (Sabiston, 2009)
Tata Laksana
15
penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa
nasogastrik. (bila perlu dipasang juga rectal tube). pemberian cairan, koreksi
gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat
dicoba yaitu metoklopamid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. (Djumhana & Syam, 2014)
Prognosis
Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi (Djumhana &
Syam, 2014)
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ileus atau hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus
atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik,
yang dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi ataupun sumbatan di lumen
usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.
Ileus adinamik dapat disebabkan oleh paralisis pada peritonitis umum
(Sjamsuhidrajat, R., 2010).
Menurut etiologinya ileus obstruktif disebabkan oleh adhesi, neoplasma,
hernia, penyakit crohn’s, volvulus, intususepsi, benda asing, diverticulitis,
divertikulum meckel, kelainan congenital, cacing askaris.
Terapi obstruksi usus mekanik biasanya melibatkan intervensi bedah.
Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses
obstruksi.operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan
keadaan keseluruhan pasien. Yang dengan obstruksi mekanik sederhana yang
diperiksa dini dalam perjalanannya, bisa dioperasi cepat
B. Saran
Laporan ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, sehingga diperlukan
bimbingan dari dosen-dosen pengajar untuk mengarahkan teori yang telah
didapatkan mahasiswa agar bisa diterapkan di lapangan secara optimal.
Mahasiswa juga diharapkan terus belajar tentang materi terkait untuk
memperkaya ilmu pengetahuan.
17
Daftar Pustaka
Riwanto, I., Hamani , A. H., Pieter , J., Tjambolang , & Ahmadsyah, I. (2017). Usus
Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum. In Buku Ajar Ilmu Bedah (pp. 738-
748). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo, A. W., Setihadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2013). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Townsend, C., Beauchamp, R. D., Evers, B. M., & Mattox, K. L. (2017). Sabiston
Textbook of Surgery. The Biological Basis of Modern Surgical Practice.
Canada: Elsevier Inc.
18