Anda di halaman 1dari 13

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN

SECTIO SESARIA

I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Seksio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesaria
adalah suatu histerectomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Indikasi
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit.
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis
ialah CV = 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin dengan normal, harus diselesaikan dengan seksio
sesaria. CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru
setelah gagal dilakukan seksio sesaria sekunder.

3. Disproporsi sefalo-pelvik : yaitu ketidak seimbangan


antara ukuran kepala dengan panggul.
4. Ruptur uteri mengancam.
5. Partus lama (prolonging labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Preklamsia dan hipertensi
9. Hipertensi janin :
a. Letak lintang :
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
 Bila ada kesempitan panggul, maka seksio
sesaria adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang
dengan janin hidup dan besar biasa.
 Semua primigravida dengan letak lintang
harus ditolong dengan seksio sesaria, walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit.
 Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b. Letak bokong :
Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada :
 Panggul sempit
 Primigravida
 Janin besar dan berharga
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila
reposisi dengan cara-cara lain tidak berhasil.
d. Gemelli, menurut Eastman seksio sesaria
dianjurkan :
 Bila janin pertama letak lintang atau
presentasi bahu (shoulder presentation).
 Bila terjadi interlok (locking of the twins)
 Distosia oleh karena tumor.
 Gawat janin, dan sebagainya

C. Jenis-jenis Operasi Seksio Sesaria


1. Abdomen (Seksio sesaria Abdominalis)
a. Seksio sesaria transperitonialis :
 Seksio sesaria klasik atau korporal dengan
insisi memanjang pada korpus uteri.
 Seksio sesaria ismika atau profunda atau
low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
 Seksio sesaria ekstraperitonialis, yaitu
tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak
membuka cavum abdomimal.
b. Vagina (Seksio sesaria vaginalis)
Manurut arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan
sebagai berikut :

 Sayatan memanjang (longitudinal) menurut


kronig.
 Sayatan melintang (transversal) menurut
Kerr
 Sayatan huruf T (T-incision).
2. Seksio sesaria klasik (Korporal)
Dilakuan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan : mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan


komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang paroksimal
atau distal.
Kekurangan : Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada reperitonialisasi yang baik, untuk persalinan berikutnya lebih
sering terjadi ruptur uteri.
3. Seksio sesaria Ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen
bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
retroperitonialisai yang baik, tumpang tindih dari retroperitonial flap baik
sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum,
perdarahan kurang, dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan
ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil.
Kekurangan : luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga
dapat menyebabkan a.uterine putus sehigga mengakibatkan perdarahan
yang banyak, keluhan pada kandung kemih post opertaif tinggi.

D. Komplikasi
1. Infeksi puerperal (nifas)
a. Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika
yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan, disebabkan karena :
a. Banyak pembuluha darah yang terputus dan
terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan
mendatang.

E. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang. Oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat
menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang
baik oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 100.
Nasib janin yang tertolong secara seksio sesaria sangat tergantung dari
keadaan sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara
dengan pengawasan antenatal yang baik fasilitas neonatal yang sempurna,
angka kematian perinatal sekitar 4-7%.

II. Diagnosa keperawatan, hasil yang diharapkan dan rencana


tindakan.
A. Pengkajian Data Dasar
1. Sirkulasi : Hipertensi, perdarahan pervagina mungkin ada.
2. Integritas Ego : Dapat menunjukan prosedur ayng
diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan/atau refleksi negatif pada
kemampuan sebagai wanita.
3. Makanan/Cairan : Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan,
edema (tanda-anda hipertensi karena kehamilan (HKK).
4. Nyeri/Ketidaknyamanan : Distosia; persalianan
lama/disfungsional, kegagalan induksi; nyeri tekan uterus mungkin juga
ada.
5. Keamanan :
a. Penyakit hubungan seksual aktif (misalnya Herpes)
b. Inkompabilitas Rh yang berat.
c. Adanya komplikasi dari ibu seperti HKK, diabetes, Penyakit ginjal
atau jantung, atau infeksi asenden; trauma abdomen prenatal.
d. Prolaps tali pusat, distress janin.
e. Ancaman kelahiran janin premature.
f. Presntasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
g. Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama
6. Seksualitas
a. Disproporsi sefalopelvis (CPD).
b. Kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat distensi)
c. Melahirkan sesaria sebelumnya, bedah uterus atau serviks
sebelumnya
d. Tumor/neoplasma yang menghambat pelvis/jalan lahir.
7. Penyuluhan/Pembelajaran
Kelahiran sesaria dapat atau mungkin tidak direncanakan,
mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO), dan pencocokan silang,
tes coombs
Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
Pelvimetri : menentukan CPD
Amniosintesis : mengkaji maturias paru janin.
Ultrasonografi : melokalisasi plasenta; menentukan pertumbuhan,
kedudukan, dan presentasi janin.
Tes stress kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respons janin terhadap
gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
Penentuan elektronik kontinu : memastikan status janin/aktivitas uterus.
B. Patofisiologi/pathways

Kegagalan partus normal/ placenta previa/preeklamsi

Tindakan Invasif
Perdarahan vascular berlebih ( SC ) Ketidaksesuaian perencanaan persalinan normal

Terputusnya continuitas jaringan


Hipovolumia ( Kulit, otot, p.darah )
Resti HDR situasional

Aktivasi Pelepasan mediator kimia


Resti perubahan perfusi jaringan ( Histamin, prostaglandin, bradikinin )
Port d’ entry Mikroorganisme

Penurunan venus return


Stimulasi nosiseptor/Nerve Ending Resti Infeksi

Aktifasi serabut d delta dan serabut CX


Resti penurunan CO

Cornuposterior medulla spinalis

Resiko kekurangan volume cairan Melalui saraf spinotalamikus


Efek anestesi

Thalamus direlai
Penurunan sensorimotorik

Cortex cerebri dipersepsikan


( lokasi, integritas ) Kelemahan
Krisis situasi Perubahan status kesehatan

Devisit perawatan diri


Mekanisme Nyeri
koping tidak Kurang terpajan informasi
efektif
Resti cedera maternal

Ansietas Kurang pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan
1. kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur pembedahan,
harapan, regimen pascaoperasi b/d kurang pemajanan/tidak mengenal
informasi, kesalahan interpretasi.
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria.
Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

Rencana Tindakan :
 Kaji kebutuhan belajar; rasional : metode kelahiran alternatif ini
didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak
klien gagal menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna
pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran sesaria
tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil
melahirkan sebelumnya.
 Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak;
rasional : mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima
informasi.
 Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan
pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan
pemahaman mereka; rasional : memberikan informasi dan
mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk
mengevaluasi pemahaman klien/pasangan terhadap situasi.
 Mandiri : Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif
kelahiran; rasional : perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melali
operasi sesaria; seharusnya dilihat sebagai alternatif bukan cara
yang abnormal, untuk menigkatkan keselamatan dan kesejahteraan
maternal/janin.
 Mandiri : Gambarkan prosedur preoperative dengan jelas, dan
berikan rasional dengan tepat; rasional : informasi memungkinkan
klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan Rencana
Tindakan/tindakan.
 Berikan penyuluhan pascaoperasi, termasuk instruksi latihan kaki,
batuk dan napas dalam (teknik pembebatan dan latihan pengetatan
abdomen; rasional : memberikan teknik untuk mencegah komplikasi
yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik,
dan menurunkan stress pada sisi operasi. Pengetatan abdomen
menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan pembentukan gas
dan distensi abdomen.
 Mandiri : Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan
periode pemulihan; Rasional : rasional : mengetahui apa yang
dirasakan dan apa yang “normal” membantu mencegah maslah yang
tidak perlu.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal dan janin,
transmisi interpersonal.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin,
mendiskusikan parasaan tentang sesaria, tampak benar-benar
rileks, menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif.

Rencana Tindakan :
 Mandiri : Kaji respons psikologis pada kejadian dan ketersediaan
system pendukung; rasional : makin klien merasakan ancaman,
makin bersar tingkat ansietas.
 Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak dirancanakan;
rasional : pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan,
klien/pasangan biasanya tidak mempunyai waktu untuk persiapan
secara psikologis dan fisiologis. Bahkan bila direncanakan, kelahiran
sesaria dapat membuat ketakutan klien/pasangan karena ancaman
fisik actual atau dirasakan pada ibu dan bayi yang berhubungan
dengan prosedur dan pembedahan itu sendiri.
 Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara paerlahan. Tunjuk
empati; rasional : membantu membatasi transmisi ansietas
interpersonal, dan mendemonstrasikan perhatian terhadap
klien/pasangan.
 Beri penguatan aspek postif dari ibu dan kondisi janin; rasional :
memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan
membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam
perpektif.
 Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan dan/atau mengekspresikan
perasaan (menangis); rasional : membantu mengidentifikasi
perasaan/masalah negatif dan memberikan kesempatan untuk
membatasi perasaan ambivalen atau tidak teratasi/berduka. Klien
dapat juga merasakan ancaman emosional pada harga dirinya,
karena perasaannya bahwa ia telah gagal, bahwa ia sebagai wanita
lemah, dan bahwa harapannya tidak terpenuhi. Pelatih dapat
meragukan kemampuan sendiri dalam membantu klien dan
memberikan dukungan yang dibutuhkan.
 Dukung/arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan;
rasional : mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik,
meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan, dan menurunkan
ansietas.
 Diskusikan pengalaman/harapan kelahiran anak pada masa lalu, bila
tepat; rasional : klien dapat mengalami penyimpangan memori dari
melahirkan masa lalu atau persepsi tidak realitas dari abnormalitas
kelahiran sesaria yang akan meningkatkan ansietas.
 Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan,seperti jumlah
orang yang ada, sesuai indikasi keinginan klien; rasional :
memungkinkan kesempatan bagi klien/pasangan untuk
menginternalisasi informasi, menyusun sumber-sumber, dan
mengatasi dengan efektif.
3. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah situasional berhubungan dengan
kegagalan yang dialami dalam hidup.
Tujuan : mengidentifikasikan dan mendiskusikan perasaan negatif.
Mengunkapkan percaya diri pada dirinya dan pada
kemampuannya.

Rencana Tindakan :
 Mandiri : Tentukan perasaan yang biasanya dari klien tentang diri
sendiri dan kehamilan; rasional : mendiagnosa perasaan diri
didasarkan pada pengetahuan persepsi diri masa lalu dan
pengalaman. Kelahiran sesaria, apakah direncanakan atau tidak,
mempunyai potensi untuk mengubah perasaan klien terhadap dirinya
sendiri. Klien melihat bahwa rencana kelahiran telah diubah, dan
Rencana Tindakan pembedahan diperlukan untuk melahirkan bayi,
sementara kebanyakan wanita mampu melahirkan tanpa adanya
Rencana Tindakan ini.
 Anjurkan pengungkapan perasaan; rasional : mengidentifikasi area
yang diatasi. Reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan giagnosa
pada periode praoperasi. Perasaan citra diri negatif berhubungan
dengan kekecewaan akibat pengalaman melahirkan dapat
mengganggu aktivitas pascapartum uang berhubungan dengan
keberhasilan menyusui dan perawatan bayi.
 Anjurkan untuk bertanya dan memberikan informasi/penguatan
pembelajaran sebelumnya; Rasional : meningkatkan pemahanam
dan memperjelas kesalahan konsep.
 Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai metode alternatif kelahiran
anak; rasional : istilah-istilah “seksi C” dan “melahirkan normal”
menunjukan bahwa kelahiran sesaria berbesa dan tidak alamiah,
sehingga klien tidak normal karenanya.
 Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan Rencana Tindakan.
Informasi tertulis dapat diberikan pada waktu selanjutnya; rasional :
bila masalah harga diri timbul pada klien, ini dapat menjadi berat
pada periode pascapartum. Selama periode praoperasi, klien
difokuskan pada saat ini dan disini serta tidak siap untuk membaca
dan menerima informasi tambahan.
 Identifikasi pasangan/sumber lain sebagai rujukan setelah
melahirkan; rasional : pada waktu penting ini, sifat situasi biasanya
tidak memungkinkan untuk berbicara dengan orang lain yang telah
mengalami pengalaman yang sama. Namun, aktivitas ini tidak
menguntungkan pada masa depan untuk membantu resolusi
perasaan/persepsi.
 Kolaborasi : Anjurkan keberadaan pasangan pada saat melahirkan
sesuai kebutuhan; rasional : memberikan dukungan bagi ibu,
meningkatkan ikatan orang tua, dan memberikan asupan tambahan
pada peningatan klien akan pengalaman kelahiran, karena lebih
umum pada masa krisis memori hilang.
 Anjurkan klien/pasangan berpartisipasi dalam aktivitas ikatan di ruang
melahirkan (misalnya, menyusui dan menggendong bayi); rasional :
emberikan penguatan pengalaman kelahiran dan menghilangkan
suasana pembedahan terhadap kelahiran.
4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan interaksi intrpersonal, persepsi
terhadap aturan yang berhubungan dengan penyakit, keputusasaan gaya
hidup.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut dan perasaan kerentanan,
mengekspresikan kebutuhan/keinginan individu.
Rencana Tindakan :
 Mandiri : Kaji faktor-faktor yang menyebabkan rasa keputusasaan;
rasional : kelahiran sesaria tidak direncanakan (dan kadang-kadang
direncanankan) dapat dikarakterisitikan oleh rasa kehilangan
kontrolklien/pasangan terhadap pengalaman kelahiran. Kloien
menjadi subjek untuk prosedur dan peralatan yang akan digunakan
pada penyakit. Untuk klien-klien tersebut yang baru pertama kali
mengalami perawatan di rumah sakit, yang melibatkan rasa takut
karena ketidaktahuan, ketidakberdayaan merupakan faktor stres
utama.
 Mandiri : Berikan pilihan-pilihan dalam perawatan bila mungkin
(misalnya ilihan anestesi, pemasangan I.V, dan penggunaan cermin);
rasional : memungkinkan klien atau pasangan untuk memiliki
beberapa rasa asupan/kontrol terhadap situasi.
 Mandiri : Identifikasi harapan dan keinginan klien/pasangan
berkenaan dengan pengalaman melahirkan; rasional : memberikaan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
pengalaman positif.
 Berikan ruang pribadi dan waktu menyendiri untuk pasangan
sebelum pembedahan. (Catatan : tetap bersama klien bila pasangan
tidak ada); rasional : menciptakan rasa kontrol dan memungkinkan
pasangan mempunyai waktu untuk membicarakan situasi mereka.
Meninggalkan klien sendiri dapat mengakibatkan perasaan ditolak
dan peningkatan tingkat ansietas.
5. Risiko terhadap terjadinya nyeri berhubungan denganpeningkatan/
kontraksi ototyang lebih lama, reaksi psikologis.
Tujuan : mengungkapkan penurunan ketidaknyaman/nyeri.

Inervensi :
 Mandiri : Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri khususnya saat
berhubungan dengan indikasi seksio sesaria; rasional : menandakan
ketepatan pilihan tindakan. Klien yang mennggu kelahiran sesaria
iminen dapat mengalami berbagai derajat ketidaknyamanan,
tergantung pada indikasi terhadap prosedur.
 Mandiri : Hilangkan faktor-faktor yang mangakibatkan ansietas
(misalnya kehilangan kontrol), berikan informasi akurat dan anjurkan
keberadaan pasangan; rasional : tingkat toleransi ansietas adalah
individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ansietas berlebihan
trhadap berbagai pada respon terhadap situasi darurat dapat
meningkatkan ketidaknyamanan karena rasa takut, tegang, dan nyeri
yang saling berhubungan dan merubah kemampuan klien untuk
mengatasi.
 Mandiri : Instruksikan teknik relaksasi, posisikan senyaman mungkin.
Gunakan sentuhan terapeutik; rasional : dapat membantu dalam
reduksi ansietas dan ketegangan dan meningkatkan kenyamanan.
 Kolaborasi : Berikan sedatif, narkotik, atau obat praoperatif; rasional :
meingkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.
Mempunyai potensial kerja agent anestetik.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah
ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin (Hb), pemajanan pada
patogen.
Tujuan : Bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan
luka tanpa komplikasi.
Rencana Tindakan :
 Mandiri :Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebeluymnya.
Catat waktu pecah ketuba; rasional : kondisi dasar ibu, seperti
diabetes, hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk. Risiko korioamnionitis meningkat
dengan berjalannya waktu, membuat ibu dan janin pada berisiko.
Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko kontaminasi janin.
 Mandiri : Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (misalnya peningkatan
suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/waran rabas vagina);
rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korioamnionitis sebelum Rencana Tindakan bedah
dan dapat mengubah penyembuhan luka.
 Berikan perawatan perineal sedikitnya setai 4 jam bila ketuban telah
pecah; rasional : menurunkan risiko infeksi ascenden.
 Kolaborasi : Lakukan persiapan kulit preoperaif, scrub sesuai
protocol; rasional : menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki
insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.
 Kolaborasi : Dapatkan kultur darah, vagian, dan plasenta sesuai
indikasi; rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan
tingkat keterlibatan.
 Kolaborasi : Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat
perkiraan kehilangan darah selamam prosedur pembedahan; rasional
: risiko pasca-melahirkan dan penyembuhan yang buruk meningkat
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan. (Catatan :
makin besar kehilangan darah dihubungkan dengan insisi klasik
daripada insisi uterus segmen bawah).
 Kolaborasi : Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada
praoperasi; roasinal : antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk
mencegah terjadinay proses infeksi atau sebagai pengobatan pada
infeksi yang teridentifikasi khususnya jika klien mengalami pecah
ketuban yang lama. (Catatan : penelitian menunjukan pemberian
antibiotik sampai 2 jam sebelum memulai prosedur memberikan
perling\dungan paling baik terhadap infeksi)
7. Risiko tinggi terhada terjadinya kerusakan pertukaran gas b/d perubahan
aliran darah ke plasenta dan/atau melalui tali pusat.
Tujuan : menunjukan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal.
Memanifestasikan variabilitas normal pada strip pemantau.
Bebas dari deselerasi variable lambat atau lama.
Rencana Tindakan :
 Mandiri : Perhatikan adanya pada ibu factor-faktor yang secara
negatif mempengaruhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin;
rasional : Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam
plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
 Lanjutan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut
atau deselerasi selama dan setelah kontraksi; rasional : Distres janin
dapat terjadi, karena hipoksia, mungkin dimanifestasikan dengan
penuruna variabilitas, deselerasi lambat, dan takikardia. (catatan :
infeksi dan pecah ketuban meningkatkan DJJ).
 Perhatikan adanya variable deselerasi, perubahan posisi klien dari
sisi ke sisi; rasional : kompresi tali pusat diantara jalan lahir dan
bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi.
 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban;
rasional : distress janin pada presentasi dengan kandungan
mekonium, yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia.
 Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban; rasional : prolaps terlihat
atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks penuh
dapat memerlukan kelahiran sesaria.
 Pantau respons jantung janin untuk obat praoperasi atau anestesi
regional; rasional : narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ
dan memerluka pemberian nalokson (Narcan) setelah melahirkan
untuk memperbaiki depresi pernapasan narkotik. Hipotensi maternal
pada respons terhadap anesthesia secara umum memyebabkan
bradikardia janin sementara, menurunkan variabilitas, dan tidur.
 Kolaborasi : Berikan lead internal, dan pemantauan janin elektronik
sesuai indikasi; rasional : memberikan pengukuran lebih akurat dari
respon dan kondisi janin.
 Kolaborasi : Bantu dokter dengan peninggian verteks, bila diperlukan;
rasional : perubahan posisi dapat menghilangkan tekanan pada tali
pusat.
 Kolaborasi : Atur adanya dokter anak dan perawat perhatikan intensif
neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan kelahiran sesaria
darurat; rasional : bayi mungkin praterm atau dapat mengalami
perubahan respons, karena kondisi dasar maternal dan/atau
perubahan proses kelahiran, memerlukan perawatan
segera/resusitasi.

Anda mungkin juga menyukai