Anda di halaman 1dari 31

15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Aromaterapi

2.1.1 Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak esensial atau

sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan

raga, serta merangsang proses penyembuhan. Minyak esensial atau minyak

atsiri adalah cairan hasil sulingan yang kaya akan zat biologi aktif yang

berasal dari akar, batang, bunga, kulit kayu, buah, daun, dan bagian lain

dari tumbuhan yang memiliki khasiat untuk mengobati. Minyak esensial

lazim digunakan sebagai aroma terapi (Mulyana, Warya, Fika & Inayah,

2011 dalam Aisyah 2016).

Aromaterapi adalah istilah yang dipakai untuk proses

penyembuhan yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni.

Tujuannya untuk meningkatkan kesehatan tubuh, mental dan emosional.

Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam

cara pengolahan dan dikenal dengan nama minyak esensial (essensial oil).

Minyak essensial merupakan sari tumbuhan hasil ekstraksi batang, daun,

bunga, kulit buah, kulit kayu, biji, atau tungkai tumbuhan yang

menghasilkan unsur aromatik tertentu. Minyak essensial didapat dengan

metode cold expression, effleurage, macerate, ekstrraksi solven, ekstraksi


16

karbon dioksida dan distilasi uap (Sholikha, 2011 dalam Sam’ani, M.T

2017)

Gambar 1.1 Tungku Aromaterapi

2.1.2 Sejarah pemakaian aromaterapi

Tumbuhan aromatik dan ekstraknya telah digunakan pada komestik

dan parfum serta untuk keperluan religius selama ribuan tahun, meskipun

hanya sedikit kaitannya dengan penggunaan terapeutik minyak minyak

atsiri (minyak essensial). Dasar – dasar aromaterapi berkaitan dengan

Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia pembuat parfum dari

Perancis, yang pertama kali menggunakan istilah aromaterapi pada tahun

1928 (Vickers 1996). Gattefosse terbakar tangannya ketika sedang bekerja

di laboratorium dan menemukan bahwa minyak lavender membantu luka

bakarnya menjadi cepat sembuh dengan hanya sedikit bekas luka. Jean

Valnet mengembangkan gagasan Gattefosse tentang manfaat minyak atsiri

dalam menyembuhkan luka, dan menggunakan minyak atsiri lebih luas

untuk gangguan medis tertentu. Marguerite Maury mempopulerkan

penggunaan kuno minyak atsiri untuk kesehatan, kecantikan, dan


17

kesejahtraan, juga berperan dalam kebangkitan kembali aromaterapi

modern (Price, 2005 dalam Aisyah 2016).

2.1.3 Cara kerja aromaterapi

Dr. Alan Huck, seorang ahli neurologi, ahli psikiatri, dan direktur

Smell dan Research Centre di Chicago mengatakan bahwa bau

berpengaruh secara langsung pada otak seperti obat. Hidung manusia

mempunyai kapasitas untuk membedakan 100.000 bau yang berbeda

(banyak diantaranya) mempengaruhi secara tidak sadar. Aroma tersebut

memasuki hidung dan berhubungan dengan cilia, rambut – rambut halus

yang berada pada daerah hidung bagian dalam. Reseptor dalam cilia

berhubungan dengan tonjolan olfaktorius yang berada di ujung saluran

penciuman. Ujung dari saluran penciuman itu berhubungan dengan otak.

Bau diubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak

melalui olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik, yang

merupakan bagian dari yang dikaitkan dengan suasana hati, memori,

emosi, dan belajar. Semua bau yang mencapai sistem limbik mempunyai

pengaruh kimia langsung pada suasana hati. Sistem limbik juga merupakan

tempat penyimpanan jutaan bau yang diingat. Ukuran molekul dari minyak

essensial sangat kecil dan semuanya dapat dengan mudah menembus kulit

dan masuk ke aliran darah. Diperlukan waktu antara beberapa detik sampai

dua jam bagi minyak essensial untuk memasuki kulit dan dalam waktu

empat jam racun dapat keluar dari badan lewat urin, keringat dan

pembuangan lain (Sharma,2009 dalam Sam’ani, M.T 2017).


18

2.1.4 Jenis aromaterapi

Menurut (Sharma,2009 dalam Aisyah 2016) beberapa jenis

aromaterapi yang umum digunakan dan manfaatnya antara lain :

1. Cendana (Santalum Album)

Berkhasiat untuk menenangkan dan membuat mengantuk.

Kegunaanya membantu meredakan ketegangan saraf, depresi, stres,

gelisah, mudah marah, insomnia, batuk kering, sakit waktu menelan,

bronkitis, mual, mabuk perjalanan. Menyembuhkan kulit yang

meradang, pecah – pecah, kering, jerawat dan jaringan parut bekas luka.

Gambar 1.2 Cendana (Santalum Album)

2. Lavender (Lavandula Angustifolia)

Aromaterapi lavender bekerja dengan merangsang sel saraf

penciuman dan mempengaruhi sistem kerja limbik dengan

meningkatkan perasaan positif dan rileks. Aromaterapi lavender bekerja

dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi.

Manfaat pemberian aromaterapi lavender bagi seseorang adalah dapat

menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi, frekuensi


19

jantung, laju metabolik, dan mengatasi gangguan tidur (insomnia),

stress dan meningkatkan produksi hormon melatonin dan seretonin.

Gambar 1.3 Lavender (Lavandula Angustifolia)

3. Kenanga (Cananga Odorata)

Berkhasiat menyeimbangkan, membuat rileks. Kegunaannya

membantu meredakan ketegangan, kemarahan yang tidak terkendali,

stres, kegelisahan, denyut nadi cepat, pernapasan cepat, bermanfaat

untuk tekanan darah tinggi, menopause, PMT, insomnia, impotensi,

frigiditas, menyehatkan kulit kepala serta bermanfaat untuk merawat

kulit.

Gambar 1.4 Kenanga (Cananga Odorat


20

4. Jasmine (Rosemarinus Officinalis)

Mengurangi depresi dan rasa cemas. Menyejukkan,

meningkatkan kepekaan, kejernihan pikiran, ketenangan,

menghangatkan emosi. Membantu keteraturan sistem pernafasan dan

mengurangi iritasi karena batuk.

Gambar 1.5 Jasmine (Rosemarinus Officinalis)

5. Mawar (Rose Centifoda)

Pada saat aromaterapi mawar dihirup, molekul yang mudah

menguap akan membawa unsur aromaticyang akan merangsang memori

dan respon emosional yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks

serta dapat memperlancar aliran darah.

Gambar 1.6 Mawar (Rose Centifoda)


21

6. Lemon (Citrus Lemon)

Minyak esensial dengam daya kerja tinggi, mudah menguap,

menyegarkan badan, melancarkan sirkulasi tubuh. Sebagai tonikum

yang kaya vitamin C, ampuh untuk mengatasi berbagai infeksi dan

gangguan saluran pencernaan. Meringankan rasa sakit rematik dan

nyeri sendi.

Gambar 1.7 Lemon (Citrus Lemon)


2.1.5 Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu terapi pengobatan kuno yang

masih bertahan hingga kini. Metode pengobatan ini sudah berlangsung

turun menurun, sehingga wajar jika ketertarikan dan respon masyarakat

akan aromaterapi menjadi sangat besar. Sekalipun metode yang digunakan

tergolong sederhana, namun cara terapi ini memiliki beberapa keunggulan

dan menurut Jaelani (2009) kelebihan dibandingkan metode penyembuhan

lainya antara lain :

1. Biaya yang dikeluarkan relative murah.

2. Bias dilakukan dalam berbagai tempat dan keadaan.

3. Dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain.


22

4. Tidak mengganggu aktifitas yang bersangkutan.

5. Cara pemakaian tergolong praktis dan efisien.

6. Efek zat yang ditimbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh.

2.1.6 Cara Penggunaan Aromaterapi

Menurut Dia, 201 dalam Lilik (2016) cara penggunaan aromaterapi

yaiyu, penghrupan langsung, pijat atau urut, mandi dengan berendam,

ditelan, di semprotkan, penggunaan oil burner atau tunggku panas.

Sedangkan menurut Wahyuningsih, 2014 cara penggunaan aromaterapi

dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Inhalasi

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam

penggunaan metode aromaterapi yang paling simple dan cepat. Inhalasi

jua merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi.

Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap

dengan mudah, melewati paru-paru dialirkan ke pembuluh darah melalui

alveoli dan biasanya metode inhalasi inin menggunakan beberapa

peralatan yang sederhana seperti, anglo pemanas, penyemprotan, dan

pemanas listrik.
23

Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung menurut

Sholika (2011) adalah sebagai berikut:

a. Tissue atau Gulungan Gabus

Ambil 1-5 tetes minyak esensial. Teteskan pada tissue atau

kapas, kemudian hirup 5-10 menit. Dapat juga tissue atau kapas

tersebut diletakkan dibawah bantal

b. Steam

Tambahkan 1-5 tetes minyak esensial dalam alat steam atau

penguap yang di isi air, letakkan alat tersebut disamping

pasien. Anjurkan pasien untuk mmenghirup selama 10 menit.

Anjurkan pasien untuk menutup mata dan melepaskan kontak

lensa atau kacamata selama inhalasi, karena dapat

menyebabkan pedih.

Adapun beberapa cara inhalasi tidak langsung, menurut Sholika

(2011) antara lain:

a. Pengharum atau penyegar ruangan

Tambahkan 1-5 tetes minyak esensial kedalam alat pemanas

yang telah berisi air, kemudian diletakkan di temapat yang

aman atau di sudut ruangan. Sangat bagus apabila ditambah air

conditioner (AC) dalam ruangan tersebut.

b. Tungku Pemanas Listrik

Terapi aroma yang di gunakan melalui inhalasi caranya adalah

minyak aromaterapi di tempatkan diatas peralatan listrik


24

dengan cara diuapkan, dimana peralatan listrik ini sebagai alat

penguap. Peralatan listrik harus dicek oleh petugas sebelum di

gunakan demi keamanan pasien. Kemudian dilakukan

penambahan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vapariser

dengan 20 mili air untuk dapat menghasilkan uap air.

2. Pijat

Tehnik pijat adalah yang paling umum melalui pemijatan, daya

penyembuhan yang dikandung oleh minyak esensial bisa menembus

melalui kulit dan dibawa kedalam tubuh, dan berpengaruh terhadap

jaringan internal serta organ tubuh. Karena minyak esensial sangat

berbahaya bila diaplikasikan langsung kekulit dalam bentuk minyak

yang murni. Minyak esensial baru bias digunakan setelah dilarutkan

dengan minyak dasar seperti minyak zaitun dan minyak kedelai.

3. Kompres

Penggunaan aromaterapi melalui kompres hanya sedikit

membutuhkan minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak

yang dapat menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut.

4. Berendam

Cara lain yaitu dengan menambah tetesan minyak esnsial ke

dalam air hangat yang digunakan untuk berendam. Dengan cara ini

minyak esensial akan membuai perasaan dan membuat perasaan

rileks, mengurangi pegal dan nyeri.


25

2.2 Konsep Aromaterapi Kenanga

2.2.1 Definisi Aromaterapi kenanga

Kenanga (canangium odoratum terdiri dari 2 jenis yaitu berbentuk

pohon tingginya 2-30 meter dan berbentuk perdu tingginya 2-3 meter.

Kenanga dikenal forma yaitu macrophylla terdapat di Indonesia (daunnya

membundar) dan genuina terdapat di Filipna (daun agak lancip). Kenanga

berbentuk perdu, klit batangnya berwarna abu-abu atau putih, kadang-

kadang sawo muda, tidak beralur dan tidak mengelupas. Pohonnya

bertajuk lebar, daunnya berbentuk lebar telur agak lancip dan sisinya rata.

Bentuk bunga nya seperti bintang, berbau harum, berwarna hijau

kekuningan. Buahnya bulat lonjong an berkelompok, berbunga sepanjang

tahun (Biojojo, 2012).

2.2.2 Klasifikasi Kenanga

1. Klasifikasi tanaman kenanga menurut (Ludang Y, 2017) :

Kingdom : Plantae

Super devisi : Angiospermae

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Dialypetelae

Ordo : Polycarpicae, Ranales dan Ranunculales

Family : Annonaceae
26

Genus : Canangium

Spesies : Canangium odoratum

2. NamaDaerah dan Nama Asing menurut (Agriflo & swadaya, 2015)

Nama ilmiah : Cananga Odorata

Indonesia :Kananga (Sunda), Kenango (Jawa), kananga wangi

(Ambon), kupa apale (Sumatra Barat), Langiran

(Sulewesi Utara), Kananga (Bugis).

Luar Negri : Siang Sui su (Cina)

2.2.3 Kandungan Aromaterapi Kenanga

Tanaman Kenanga (cananga odorata) merupakan jenis tanaman

yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup banyak. Minyak

kenanga adalah salah satu jenis minyak atsiri yang banyak mengandung

senyawa hidrokarbon seperti terpen, caryophyllene, linalool, geraniol,

alcohol, aldehyd, ester. Senyawa yang banyak terdapat dalam minyak

kenanga yaitu senyawa sesuieterpenes. Untuk dapat memproleh minyak

kenanga yang bermutu tinggi maka perlu penyulingan seperti pengirisan

tersebut adalah untuk mempercepat penyulingan. Minyak kenanga dikenal

sebagai anti depresan dalam pengobatan dengan aromaterapi karena

membuat rileks badan, menyeimbangkan perasaan serta mempunyai efek

dapat menurunkan tekanan darah ( Saputra, 2015)

2.2.4 Cara kerja Aromaterapi Kenanga

Dengan adanya kandungan linalool maka minyak kenanga

memiliki sifat sedatif dan analgesik. Kandungan lainnya yang cukup besar
27

adalah kandungan seskuiterpennya. Efek farmakologi yang mempengaruhi

fungsi tubuh untuk relaksasi dari minyak kenanga ini yaitu sebagai

analgesik, sedatif, dan relaksan pada pembuluh darah aorta yang memiliki

efek hipotensif.

2.2.5 Kegunaan Aromaterapi Kenanga

Bunga kenanga bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit,

seperti malaria, asma, sesak napasdfan bronchitis. Orang-orang banyumas

( jawa tengah ) terbiasa memanfaatkan ekstrak bunga kenanga untuk

menyembuhkan serangan penyakit malaria. Bunga kenanga dapat di ambil

minyak astrinya dengan cara disuling dan dipakai dalam industry

wewangian, kometik, parfum. Sesungguhnya Indonesia sudah lama

menjadi Negara pengekspor minyak kenanga, yang lebih dikenal dengan

sebutan Java Cananga Oil ( Biojojo, 2012 )

2.2.6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Aromaterapi Kenangan

Persiapan alat dan bahan :

1. Tungku aroma terapi 4. Pipet

2. Essensial oil kenanga 5. Sendok makan

3. Air 6. Jam tangan

Prosedur tindakan :
Tabel 2.1 SOP (Standard Operating Procedures) Pemberian Aroamterapi
kenanga.
Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi
3 Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan panggil klien dengan namanya dan perkenalkan diri
5 Menanyakan keluhan / keadaannya saat ini
28

6 Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
7 Beri kesempatan klien dan keluarga bertanya serta atur posisi klien
Tahap Kerja
8 Jaga privasi klien
9 Sambungkan tungku aromaterapi dengan listrik
10 Tuangkan air kedalam mangkok secukupnya (±20ml/ 2 sendok makan)
11 Nyalakan tungku aromaterapi
12 Tuangkan essensial oil ke dalam air hangat di dalam mangkok sebanyak 5 tetes
13 Anjuarkan klien untuk menghirup uap essesial oil pada mangkok selama 15 menit
14 Setelah terapi selesai bersihkan alat
Fase Terminasi
15 Evaluasi hasil kegiatan
16 Berikan umpan balik positif
17 Kontrak pertemuan selanjutnya (bila dianjurkan untuk mengikuti terapi lanjutan)
18 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19 Bereskan peralatan
20 Cuci tangan
Dokumentasi
21 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Sumber..:..(DEPDIKNAS, 2017)

2.3 Konsep Aromaterapi Lemon

2.3.1 Definisi Aromaterapi Lemon

Jeruk atau limau adalah tumbuhan berbunga marga Citrus dari suku

tanaman jeruk-jerukan. Anggotanya berbentuk pohon dengan buahyang

berdaging dengan rasa asam yang segar,meskipun banyak diantara yang

memiliki rasa manis. Rasa asam berasal dari kandungan asam sitrat yang

memang terkandung pada semua anggotanya (Marwanto,2014)

2.3.2 Klasifikasi Lemon

Klasifikasi tanaman lemon menurut Marwanto(2014):

Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua dikotil)

Bangsa : Sapindales
29

Suku : Rutacae (Suku jeruk-jerukan)

Marga : Citrus

Jenis : Citrus lemon

2.3.3 Kandungan Aromaterapi Lemon

Buah lemon mengandung asam-asam yang berperan pada pembentukan

rasa asam buah. Buah lemon merupakan salah satu sumber vitamin C,

antidioksida, potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B, fosfor,

bioflavonoid, limonen, linalool, dan asam pantotenat (Nizhar,2012).

2.3.4 Cara kerja Aromaterami Lemon

Tindakan pemberian aromaterapi lemon dilakukan selama 3 hari. Satu hari

satu kali dalam waktu 15-20 menit. Ketika minyak atsiri dihirup, molekul

yang menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke

“atap” hidung di mana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor.

Ketika molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan

elektrokimia akan ditransmisi kan melalui bola dan saluran olfactory ke

dalam sistem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons

emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator,

memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak

dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi

tindakan yang berupa pelepasan senyawa eletrokimia yang menyebabkan

relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh, sehingga

produksi hormon adrenalin menurun, hal ini dapat membuat penurunan

tekanan darah (Jain, 2011).


30

2.3.5 Kegunaan Aromaterapi Lemon

Memiliki sifat menenangkan dan aroma yang segar kandungan zat yang

aktif yang bermanfaat untuk mengatasi infeksi, gangguan pencernaan,

menyegarkan badan, melancarkan sirkulasi tubuh. Baik digunakan untuk

influenza dan sakit tenggorokan. Menguatkan system kekebalan tubuh.

Membangkitkan nafsu makan. Meringankan rasa sakit karena rematik dan

nyeri sendi. Menyegarkan pikiran dan meningkatkan konsetrasi.

Membantu menghilangkan depresi dan kecemasan (Sharma,2009).

2.3.6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Aromaterapi Lemon

Persiapan alat dan bahan :

1. Tungku aroma terapi 4. Pipet

2. Essensial oil lemon 5. Sendok makan

3. Air 6. Jam tangan

Prosedur tindakan :
Tabel 2.2 SOP(Standard Operating Procedures)Pemberian Aroamterapi
lemon
Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi
3 Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan panggil klien dengan namanya dan perkenalkan diri
5 Menanyakan keluhan / keadaannya saat ini
6 Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
7 Beri kesempatan klien dan keluarga bertanya serta atur posisi klien
Tahap Kerja
8 Jaga privasi klien
9 Sambungkan tungku aromaterapi dengan listrik
10 Tuangkan air kedalam mangkok secukupnya (±20ml/ 2 sendok makan)
11 Nyalakan tungku aromaterapi
31

12 Tuangkan essensial oil ke dalam air hangat di dalam mangkok sebanyak 5 tetes
13 Anjuarkan klien untuk menghirup uap essesial oil pada mangkok selama 15 menit
14 Setelah terapi selesai bersihkan alat
Fase Terminasi
15 Evaluasi hasil kegiatan
16 Berikan umpan balik positif
17 Kontrak pertemuan selanjutnya (bila dianjurkan untuk mengikuti terapi lanjutan)
18 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19 Bereskan peralatan
20 Cuci tangan
Dokumentasi
21 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Sumber..:..(DEPDIKNAS, 2017)

2.4 Konsep Hipertensi

2.4.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi

adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir

tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika

memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada

arterial sistemik, baik diastolik lmaupun sistolik, atau keduanya secara

berkelanjutan. (Sutanto, 2010 dalam Pramana, 2016)

Menurut (Triyanto,2014 dalam Hastuti, 2015) Hipertensi adalah

suatu kondisi seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal 120/80 mmHg, yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi juga sering

disebut sebagai “silent killer” karena orang dengan penyakit hipertensi

tidak menampakan tanda dan gejala yang jelas. Hipertensi bisa menyerang
32

siapa saja baik laki-laki maupun perempuan usia 30-60 tahun (Susilo &

Wulandari, 2011 dalam Pranoto, 2015).

Pada penderita hipertensi tidak terlihat adanya tanda gejala yang

menyertainya. Tanda gejala hipertensi akan muncul selama bertahun-tahun

dan ketika terdiagnosa telah mengalami keparahan dan menyebabkan

kerusakan organ lainnya. Komplikasi dari penyakit hipertensi antara lain

stroke dan penyakit jantung (Triyanto, 2014 dalam Pranoto, 2015).

2.4.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evalition and Treatment of High Blood Pressure

JNC VII 2003 (Mansjoer, dkk 2001 dalam Kartikasari (2012), klasifikasi

Hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, pre

hipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2, sebagai berikut :

Tabel 2.3. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII 2003

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

2.4.3 Penyebab Hipertensi

Menurut (Habert Benson, dkk, 2012 dalam Artyaningrum, 2015)

berdasarkan etiologi hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Hipertensi Primer ( Hipertensi Esensial)

Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah

hipertensi yang tidak jelas penyebabnya, hal ini ditandai dengan


33

terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh

darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok

ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya

hidup, dan lingkungan.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis,

hyperldosteronism, hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan

hormon dan penyakit sistemik lainnya. Prevalensinya hanya sekitar 5-

10% dari seluruh penderita hipertensi.

2.4.4 Faktor Risiko Penyebab Hipertensi

Faktor risiko yang memengaruhi terjadinya hipertensi terbagi

menjadi 2 kategori, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor

yang dapat dikendalikan sebagai berikut;

1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan

a. Keturunan (genetic)

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak

menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada

riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi,

akan mempertinggi resiko terkenan hipertensi pada keturunannya.

Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan hipertensi

sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika

seseorang memiliki riwayat hipertensi salah satu orang tuanya


34

menderita penyakit tidak menular, maka di mungkinkan

sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang

penyakit tersebut. Apabila kedua orang tua memiliki penyakit

tidak menular maka kemungkinan mendaptkan peluang penyakit

tersebut sebesar 60%. (Sheldon, 2005 dalam Kartikasari, 2012).

b. Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang

disebabkan oleh interaksi berbagai faktor resiko yang dialami

seseorang. Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan

fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat

adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembulu darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku

dimulai saat usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan

resistensi perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya

sensitivitas baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran

ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Arif, D, 2013 dalam

Pramana, 2016).

c. Jenis Kelamin

Prevelensi terjadinya hipertensi pada laki-laki maupun

perempuan sama. Namun hipertensi lebih awal banyak terjadi

pada laki-laki setelah usia dewasa muda. Namun hal ini akan

terjadi sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian


35

perempuan mengalami menopouse, hipertensi lebih banyak

ditemui pada perempuan. (Djunaedi, 2013 dalam Hastuti, 2015)

2. Faktor Yang Dapat di Kendalikan

Faktor risiko yang dapat dikendalikan menurut (Triyanto, 2014

dalam Hastuti, 2015) yaitu :

a. Rokok

Rokok meskipun efek jangka panjang merokok terhadap

tekanan darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok

dengan tekanan darah yang tinggi terhadap resiko kardiovaskuler

telah didokumentasikan secara nyata. Merokok menyebabkan

peninggian tekanan darah. Perokok beratdapat dihubungkan

dengan peninggian insiden hipertensi maligna.

b. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat

meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan

katekolamin plasma. Kebisiasaan orang minum alkohol

berlebihan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi.

c. Kurang Aktivitas Olahraga

Kurangnya seseorang melakukan aktivitas olahraga dapat

mengakibatkan berbagai macam keluhan pada tubuh seseorang.

Salah satunya sistem kardiovaskuler yaitu ditandai dengan

menurunnya denyut nadi maksimal serta menurunnya jumlah


36

darah yang dipompa dalam tiap denyutannya. Kurangnya

olahraga atau kegiatan fisik juga dapat meningkatkan tekanan

darah, dengan latihan olahraga yang rutin diharapkan dapat

menurunkan tekanan darah dengan sendiri.

d. Obesitas

Obesitas merupakan faktor yang diketahui dengan baik,

obesitas berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler

dan curah jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah

dapat menurunkan tekanan darah.

e. Stress

Stres merupakan Suatu keadaan non spesifik yang dialami

penderita akibat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang

melebihi daya dan kemampuan untuk mengatsi dengan efektif.

Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja

saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas syaraf simpatis

mengakibatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

Gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada

orang yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres.

Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian

tekanan darah yang menetap (Sutanto, 2010 dalam Artiyanigrum

2014).
37

2.4.5 Komplikasi Hipertensi

Menurut Yugiantoro (2006 dalam Kartikasri, 2012). Hipertensi

dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab

kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari

kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,

antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress

oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan

bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar

dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh

darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-

β).

1. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri yang mendarahi otak mengalami

hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah yang

diperdarahinya akan berkurang. Arteri di otak yang mengalami


38

arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

2. Infark miokardium

Penyakit ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran

darah melalui arteri koroner. Maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark.

3. Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan

glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit fungsional

ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian ginjal Kerusakan membran glomerulus juga akan

menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai

edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang

berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik

(Fraklin, dkk, 2010 dalam Kartikasari, 2012)

4. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin

lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula


39

kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang

terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik

neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang

buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah

pada arteri dan vena retina. Penderita hypertensive retinopathy pada

awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi

kebutaan pada stadium akhir. (Franklin, dkk, 2010 dalam Kartikasari,

2012).

5. Enselopati (kerusakan otak)

Enselopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada

kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang interstitium di seluruh susunan

saraf pusat. Neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta

kematian mendadak.

2.4.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Susilo. Y & Ari W (2011 dalam Dewi, 2014),

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu:

1. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatanfarmakologi pada tiap penderita hipertensi

memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi,


40

kelainan organ dan faktor lain. Jenis obat anti hipertensi yang sering

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Diuretik

Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing,

mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar

Na+, maka tekanan darah akan turun dan efek hipotensifnya

kurang kuat. Obat yang banyak beredar adalah spironolactone,

HCT, chlortalidone dan indopanide.

b. Alfa-blocker

Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan

menyebabkan vasoliditasi perifer serta turunnya tekanan darah.

Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya

agak kuat. Obat yang termaksud dalam jenis alfa-blocker adalah

prazosin dan terazosin.

c. Beta-blocker

Mekanisme obat beta blocker belum diketahui dengan pasti,

diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga

mengurangi daya dan frekuensi jantung. Obat yang terkenal dari

jenis beta blocker adalah propanolol, atenolol, pindolol, dan

sebagainya.

d. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding

arteri sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan


41

tekanan darah menurun. Obat yang termaksud jenis ini adalah

Hidralazine dan Ecarazine.

e. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah

dengan cara menghambat Angiotension converting enzyme yang

berdaya vasokontraksi kuat. Obat jenis ini yang populer adalah

captopril dan enalapril.

2. Penantalaksanaan Non Farmakologis

Terapi non farmakologis selalu menjadi hal yang penting

dilakukan pada penderita hipertensi berusia lanjut. Hal inilah yang

mendasari pemilihan terapi alternatif dalam pengobatan hipertensi.

Penanganan non-farmakologis meliputi menghentikan merokok,

menurunkan konsumsi alkohol berlebih, menurunkan asupan garam

dan lemak, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, penurunan berat

badan berlebihan, latihan fisik dan terapi komplementer. Terapi

komplementer ini bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya

adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,

meditasi, terapi tawa, akupuntur, aromaterapi, dan hidroterapi.

Adapun terapi non farmakologis yang dapat menurunkan

tekanan darah tinggi ( hipertensi ) antara lain :

a. Terapi herbal

Terapi herbal adalah penggunaan bahan alami seperti

tanaman obat secara tradisional atau tanaman yang sudah teruji


42

secara klinis. Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi

dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi. Mekanisme umum

tanaman obat dalam mengontrol tekanan darah antara lain,

memberikan efek dilatatsi pada pembuluh darah dan menghambat

ACE (angiotensin converting enzyme). Penghambatan system

rennin angiotensin memungkinkan dapat menurunkan

kemampuan ginjal dalam meningkatkan tekanan darah (Mursito,

2002 dalam Fitria, 2016).

b. Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot

dalam yang tidak memerlukan imajinasi tetapi hanya memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot

yang tegang kemudian menurunkan ketegangan sehingga

mendapatkan perasaan relaks. (Setyoadi, 2011 dalam Triwijaya,

2014)

c. Meditasi

Meditasi merupakan suatu kondisi yang rilaks untuk

konsentrasi pada kejadian realitas yang sedang berlangsung, atau

suatu kondisi yang pikiran bebas dari segala macam pikiran, atau

suatu kondisi yang bebas dari semua yang melelahkan dan

berfokus pada tuhan atau suatu konsentrasi yang tinggi. Meditasi

dapat menenangkan otak memperbaiki atau memulihkan tubuh,

meditasi yang dilakukan secara teratur dapat digunakan untuk


43

menurunkan stress dan depresi. (Glickman, dkk, 2007 dalam

Widodo & Purwaningsih, 2013).

d. Aroma Terapi

Aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy yang

dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan.

Sehingga aroma terapi yaitu suatu cara perawatan tubuh dan

penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial

(essential oil) (Jaelani, 2009 dalam Damawanti, 2016).

e. Hidroterapi

Hidroterapi adalah metode pengobatan tubuh yang

menggunakan air sebagai agen penyembuhan. Air dimanfaatkan

sebagai pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan dan

ketahanan terhadap penyakit. Terapi air juga dapat memperbaiki

fertilitas, mencegah flu/demam. Meningkatkan fungsi imunitas,

serta dapat membantu untuk kelancaran sirkulasi darah

(Wijayanti, 2009 dalam Syam 2016)

2.5 PerbandinganAroma Terapi Kenangadan Aroma Terapi Lemon

Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Hipertensi dapat dilakukan melalui pengobatan nonfarmakologis

relatif praktis dan efisien salah satunya adalah aroma terapi kenanga dan

aroma terapi lemon. Efek dari aroma terapi kenanga dapat memberikan

relaksasi sehingga dapat meningkatkat sirkulasi darah keseluruh tubuh.


44

Sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja jantung yang baik.

(Jaelani, 2009 dalam Kenia, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh (Shaleha, Hendra, & Parjo ,2016)

mengenai pengaruh pemberian aromaterapi minyak kenanga terhadap

penurunan tekanan darah di desa sebubus kecamatan paloh kabupaten

sambas, didapatkan bahwa penderita hipertensi di Desa Sebubus

Kecamatan Paloh Kabupaten Sambasberdasarkan jenis kelamin di

dominasi oleh perempuan (82,4%) sedangkan laki-laki (17,6%). Tekanan

darah sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai tekanan

sistolik 160,59 mmHg dan tekanan diastoliknya memiliki nilai 101, 47

mmHg. Tekanan darah sesudah diberikan intervensi pada responden

memiliki nilai tekanan sistolik 146,35 mmHg dan tekanan distoliknya

memiliki nilai 92,94 mmHg. Terdapat pengaruh yang signifikan

pemberian aromaterapi minyak kenanga terhadap penurunan tekanan darah

padapenderita hipertensi di Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten

Sambas.

Penelitian yang dilakukan oleh (Majidi & Juanita,2013) mengenai

pemberian aromaterapi kenanga (cananga odorata) untuk menurunkan

tekanan darah lansia di dusun sumlaran Desa Sukodadi kecamatan

sukodadi kabupaten lamongan. Pada penderita Hipertensi sebelum

diberikan aromaterapi kenanga, hampir sebagian Hipertensi tingkat 2 yaitu

sebanyak 9 orang atau 45%. Sedangkan sesudah diberikan aromaterapi

kenanga, sebagian Hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%.


45

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan

sesudah pemberian aromaterapi kenanga pasien hipertensi pada lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh (Werdyastri, Armiyati, & Kusuma)

mengenai perbedaan efektifitas aromaterapi lemon dan relaksasi nafas

dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi di RSUD

Tugurejo Semarang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan efektifitas aromaterapi lemon dan relaksasi nafas

dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di RSUD

Tugurejo Semarang.

Anda mungkin juga menyukai