Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengembangan Obat Herbal
Pengembangan obat tradisional yang kandungan zat aktifnya kecil (<1%)
sehingga sulit diisolasi. Dalam hal ini kandungan kimianya akan banyak jenisnya
sehingga dapat dikatakan sebagai standarisasi ekstrak tanaman obat (campuran
galenik). Standarisasi dalam hal ini dapata dilakukan mulai dari bahan baku obat
sampai menjadi sediaan Fitofarmaka. Ekstrak terstandar (muktikomponen/
campuran bahan aktif) atau sediaan fitofarmaka yang mengandung ekstrak
terstandar yang berkhasiat, terjamin kualitasnya, keamanannya serta kemanfaatan
terapinya (Jamu, OHT dan Fitofarmaka) (Parwata, 2016).
2.1.2 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan suatu bentuk pengobatan alternatif menggunakan
bahan tanaman volatil, banyak dikenal dalam bentuk minyak esensial dan
berbagai macam bentuk lain yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif,
mood, dan kesehatan. Aromaterapi dibentuk dari berbagai jenis ekstrak tanaman
seperti bunga, daun, kayu, akar tanaman, kulit kayu, dan bagian-bagian lain dari
tanaman dengan cara pembuatan yang berbeda-beda dengan cara penggunaan dan
fungsinya masing-masing.2 Ada banyak jenis aromaterapi, seperti minyak
esensial, dupa, lilin, garam, minyak pijat, dan sabun.12 Jenis tanaman yang
digunakan sebagai esktrak juga sangat banyak, yaitu rosemary, sandalwood,
jasmine, orange, basil, ginger, lemon, tea tree, ylang-ylang, dan masih banyak lagi
(Primadiati, 2012).
Beberapa minyak essensial yang sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai
sedatif penenang ringan yang berfungsi nmenenangkan sistem saraf pusat yang
dapat membantu mengatasi insomnia terutama diakibatkan oleh stress, gelisah,
ketegangan, dan depresi (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Dalam bidang pengobatan, aromaterapi digolongkan dalam terapi
komplementer, yaitu terapi yang dilakukan untuk melengkapi terapi konvensional.
Minyak atsiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan
dengan sifat teraupeutik dari minyak atsiri (Koensoemardiyah, 2009).
2.1.3 Manfaat Aromaterapi
Menurut Fitri Kurniasari (2017), beberapa manfaat aromaterapi adalah
sebagai berikut:
a. Antidepresan. Minyak atsiri yang digunakan untuk mengurangi depresi
antara lain minyak peppermint, chamomile, lavender, dan melati.
b. Meningkatkn memori. Minyak sage adalah minyak yang paling sering
direkomendasikan untuk efek meningkatkan memori.
c. Meningkatkan jumlah energi. Banyak minyak esensial yang dikenal
berguna untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan energi, dan
merangsang tubuh dan pikiran tanpa efek samping yang berbahaya.
Minyak esensial yang terbaik untuk mendorong energi termasuk lada
hitam, kapulaga, kayu manis, minyak cengkeh, angelica, melati, pohon
teh, dan rosemary.
d. Penyembuhan dan pemulihan. Beberapa minyak esensial yang paling
populer untuk mempercepat proses penyembuhan termasuk lavender,
calendula, rosehip, everlasting, dan minyak buckthorn.
e. Sakit kepala. Beberapa minyak esensial yang terkait dapat mengurangi
sakit kepala dan migrain adalah peppermint, eucalyptus, minyak esensial
cendana, dan minyak rosemary.
f. Mengatasi insomnia. Beberapa minyak esensial terbaik untuk mengatasi
gangguan insomnia termasuk lavender, chamomile, melati, benzoin, neroli,
mawar, cendana, dan minyak esensial ylang ylang.
g. Sistem kekebalan tubuh. Beberapa minyak yang paling efektif untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh termasuk oregano, kemenyan,
lemon, peppermint, kayu manis, dan minyak esensial eucalyptus.
Menghilangkan rasa nyeri. Minyak esensia termasuk lavender, chamomile,
clary sage, juniper, kayu putih, rosemary, dan minyak peppermint, bisa
digunakan untuk tujuan ini.
2.1.4 Mekanisme Kerja Aromaterapi
Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua
sistem fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bau
merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk ke
rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai
proses penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan, dimulai
dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori yang merupakan suatu
reseptor berisi 20 juta ujung saraf. Selanjutnya bau tersebut akan ditramisikan
sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang terleltak pada bagian belakang
hidung. Pada tempat ini, sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan
mengantarkannya ke sistem limbik. Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang,
marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke
hipotalamus untuk diolah (Hongratanaworakit, 2004).
Melalui penghantaran respons yang dilakukan oleh hipotalamus seluruh
sistem minyak essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia
kepeda organ yang tubuh. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik
dari bahan aromatic akan memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam
system tubuh. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak
yang disebut nuklues rafe untuk mengeluarkan sekresi serotonin (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011).
Saraf penciuman (nervus olfaktorius) adalah satu- satunya saluran terbuka
yang menuju otak. Melalui saraf ini, aromaakan mengalir ke bagian otak sehingga
mampu memicu memori terpendam dan memengaruhi tingkah laku emosional
yang bersangkutan. Hal ini bias terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung
pusat emosi dan kemudian bertugas menyeimbangkan kondisi emosional
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2.1.5 Bentuk Sediaan Aromaterapi
Menurut Sofiani (2019), bentuk sediaan aromaterapi terbagi menjafi
beberapa bentuk yaitu:
1. Gel Aromaterapi, merupakan sediaan semi solid yang dapat digunakan
untuk berbagai pemakaian, baik topical maupun untuk ruangan. Dalam pembuatan
gel untuk produk aromaterapi biasanya ditambahkan minyak atsiri sekitar 1- 2%.
2. Dupa, merupakan produk aromaterapi yang menggunakan minyak atsiri.
Bentuk dari sediaan dupa ini dapat berupa stick ataupun cone. Produk ini dibuat
dengan mencampurkan serbuk-serbuk zat aktif dengan minyak atsiri. Keuntungan
dari produk aromaterapi jenis dupa ini adalah harga yang relatif murah dan
banyak diminati. Kerugian dari produk aromaterapi ini adalah kandungan minyak
atsiri akan rendah ketika dupa tersebut dibakar, karena sifat dari minyak atsiri
yang mudah menguap.
3. Garam aromaterapi, digunakan sebagai salah satu produk mandi.
Keuntungan dari produk aromaterapi ini adalah untuk merelaksasikan tubuh
memberikan perasaan tenang, dengan terbentuknya foaming. Penggunaan garam
aromaterapi ini biasanya untuk menghilangkan rasa sakit di kaki.
4. Lilin aromaterapi, adalah salah satu produk alternatif yang dapat dirasakan
khasiatnya dengan menggunakan indra penciuman (secara inhalasi). Menurut
Raharja tahun 2016, produk lilin aromaterapi ini dapat dirasakan dengan cara
penghirupan aroma dari tetesan minyak atsiri dalam wadah berisi air panas.
Keuntungan dari lilin aromaterapi ini adalah dari sisi penggunaan sangat mudah
dilakukan. Tetapi kerugiannya yaitu wangi minyak atsiri dari produk aromaterapi
tersebut baru dapat dirasakan ketika dibakar.
5. Krim Pijat, merupakan salah satu produk aromaterapi dengan
menggunakan minyak atsiri sekitar 2% dan bahan tambahan yang berfungsi
sebagai basis dalam pembuatan krim. Keuntungan dari krim pijat ini adalah untuk
memberikan rasa panas pada tubuh dan aroma yang wangi dari minyak atsiri.
6. Sabun, merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mandi. Sama
halnya dengan garam aromaterapi, fungsi sabun aromaterapi ini untuk
memberikan rasa segar pada tubuh serta menghilangkan bakteri yang ada pada
tubuh.
7. Roll on, sediaan aromaterapi jenis ini paling banyak digunakan Di
samping penggunaannya yang unik, mudah, dan menarik, sediaan ini mampu
menghilangkan rasa pegal, pusing, sakit kepala, serta kondisi tidak enak lainnya.
Penambahan minyak atsiri pada sediaan ini sekitar 2% dari total komposisi
lainnya.
2.1.6 Metode Pemakaian
1. Dihirup
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan
aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode
yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu
tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan ke pembuluh darah melalui
alveoli. Inhalasi sama dengan metode penciuman bau, di mana dapat dengan
mudah merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak akan
mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak
essensial. Aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik,
baterai, atau lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang sedikit
pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak essensial relaksasi
dan penenang (Walls, 2009).
2. Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara
penguapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin kecil atau
lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat
dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes minyak esensial.
Cara penggunaannya adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan air
dan tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu
minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapan pun terjadi
dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatik (Sharma, 2009).
3. Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering
dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial dicampurkan
dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan efek simultan antara terapi
sentuhan dan terapi wangi-wangian. Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah,
mengembalikan kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energi yang
terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan sehat
(Sharma, 2009).
4. Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat merusak
ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan. Penggunaannya adalah
dengan menambahkan sekitar 10-12 tetes minyak esensial ke dalam setengah liter
air dan menyemprotkan campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan
botol penyemprot (Hapsari, 2011).
5. Mandi dengan berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk
menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke dalam air
berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minyak esensial akan berefek
pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat kulit. Campurkan minyak esensial
dengan cara yang tepat, karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam
air (Sharma, 2009).
2.1.7 Metode Penarikan Senyawa
Destilasi atau penyulingan merupakan proses pemurnian suatu campuran
yang biasanya berupa cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi
merupakan proses pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi kimia. Secara
komersial, destilasi memiliki sejumlah aplikasi, misalnya untuk memisahkan
minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan yang digunakan sebagai
bahan bakar dalam transportasi, pembangkit listrik, maupun dalam proses
pemanasan sehari-hari. Air disuling untuk untuk menghilangkan kotoran, seperti
kandungan garam-garam laut. Udara disuling untuk memisahkan komponen-
komponen penyusunnya, terutama oksigen, nitrogen, dan argon untuk keperluan
industri maupun laboratorium.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Ada 4 jenis destilasi yang akan
dibahas disini, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan
destilasi vakum. Selain itu ada pula destilasi ekstraktif dan destilasi azeotropik
homogen, destilasi dengan menggunakan garam berion, destilasi pressureswing,
serta destilasi reaktif (Mustiadi dkk, 2020).

Gambar 2.1 Ketel uap destilasi


Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol (Mustiadi dkk, 2020).
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap
adalah dapat mendestilasi campuran senyawa dibawah titik didih dari masing-
masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tetapi dapat didestilasi
dengan air (Mustiadi dkk, 2020).
Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eukaliptus dari eukaliptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan
melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga
dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor
dan akhirnya masuk ke labu distilat (Mustiadi dkk, 2020).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum)
a. Klasifikasi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Klasifikasi menurut Hapsoh, (2008):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Gambar 2.1
Famili : Zingiberaceae
Jahe merah
Genus : Zingiber (Zingiber officinale
var rubrum)
Spesies : Zingiber officinale var
rubrum
b. Morfologi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Jahe merah mempunyai rimpang lebih kecil dibandingkan dengan jahe
gajah ataupun jahe kecil, berwarna merah sampai jingga muda. Seratnya agak
kasar, aromanya tajam, dan rasanya sangat pedas. Panjang akar 17,03 - 24,06 cm,
diameter akar 5,36 - 5,46 mm, panjang rimpang 12,33 - 12,60 cm, tinggi rimpang
5,86 - 7,03 cm, dan berat rimpang 0,29 - 1,17 kg. Jahe merah mempunyai batang
agak keras, berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, diselubungi oleh
pelepah daun, dan tinggi tanaman 14,05 - 48,23 cm. Jahe merah mempunyai daun
berselang-seling teratur. Warna daun lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan
jahe gajah ataupun jahe kecil. Permukaan daun atas berwarna hijau muda
dibandingkan dengan bagian bawah. Luas daun 32,55 - 51,18 mm, panjang daun
24,30 - 24,79 cm, lebar daun 2,79 - 7,97 cm (Endyah, 2010).
c. Kandungan Kimia Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Jahe merah mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis
jahe lainnya, terutama jika ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia dalam
rimpangnya. Menurut Lentera dalam Tri (2010), di dalam rimpang jahe merah
(Zingiber officinale var. Rubrum) terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak
atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat.
Jahe merah memiliki rasa pedas yang lebih tinggi, hal itu disebabkan
karena kandungan oleoresin pada jahe merah lebih tinggi dibanding jahe gajah
dan jahe emprit. Kandungan oleoresin setiap jenis jahe berbeda-beda. Oleoresin
jahe bisa mencapai sekitar 3%, tergantung jenis jahe. Oleoresin adalah minyak
damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan
sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin jahe banyak mengandung
komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap, terdiri atas gingerol,
zingiberen, shagaol, minyak jahe, dan resin. Kandungan minyak atsiri dan
oleoresin yang cukup tinggi pada rimpang jahe merah dipercaya menyebabkan
jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia pengobatan, baik pengobatan
tradisional maupun untuk skala industri dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi (Ravindran, 2013).
d. Khasiat Tanaman Jahe (Zingiber officinale var rubrum)
Dari berbagai hasil penelitian, Leach (2017) menyimpulkan bahwa jahe
sangat efektif untuk mencegah atau menyembuhkan berbagai penyakit karena
mengandung gingerol yang bersifat antiinflamasi dan antioksidan yang sangat
kuat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa jahe berkhasiat untuk mengatasi berbagai
penyakit, seperti mual-mual pada saat wanita sedang hamil, mengurangi rasa sakit
dan nyeri otot, membantu menyembuhkan penyakit osteoarthritis, menurunkan
kadar gula darah pada pasien yang menderita diabetes tipe 2 yang sekaligus
menurunkan risiko penyakit jantung, membantu mengatasi gangguan pencernaan
kronis, mengurangi rasa sakit saat wanita sedang menstruasi, menurunkan kadar
kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah, membantu mencegah
penyakit kanker (karena aktivitas 6-gingerol) terutama kanker pankreas, payudara
dan kanker ovarium, meningkatkan fungsi otak dan mengatasi penyakit
Alzheimer, dan membantu mengatasi risiko serangan berbagai penyakit infeksi.
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; ROWE, 2009).
Nama Asli : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alcohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah menguap,


dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter.
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf
atau dengan penyaringan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi kuat
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali
dapat menggelapkan warnanya karena reaksi dengan
jumlah residu aldehida. Garam organik atau akasia
dapat diendapkan dari larutan berair atau dispersi.
Larutan etanol juga tidak cocok dengan aluminium
wadah dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat.
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat dan bahan
Manfaat : Sebagai cairan antiseptik, sebagai cairan pembersih
untuk alat-alat laboratorium, dan lain-lain.
2.3.3 Aquadest (Dirjen POM, 1979).
Nama Asli : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades, Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
2.3.3 Menthol (Dirjen POM, 1979; ROWE, 2009)
Nama Asli : MENTHOLUM
Nama Lain         : Mentol
Rumus Molekul : C10 H20
Berat Molekul   : 156,30
Rumus Strukur   :          

Pemerian            :  Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna,


bau tajam seperti minyak permen, rasa panas dan
aromatik di ikuti rasa dingin
Kelarutan      : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
(95%). Dalam klorofrm P dan eter P, mudah larut dalam
parafin cair P dan dalam minyak atsiri.
Stabilitas : Formulasi yang mengandung mentol 1% b/b dalam
krim berair memiliki dilaporkan stabil hingga 18 bulan
bila disimpan di kamar suhu
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk
pH : 5–9
pKa : -0,81 – 19,55
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan butil kloral hidrat, kamper,
kloralhidrat, kromium trioksida, b-naftol, fenol, kalium
permanganat, pirogalol, resorsinol, dan thymol
Alasan + : 1. Menthol memberikan rasa dingin dan bau khas dari
tanaman (Lawrence, 2013)
2. Senyawa menthol yang menyebabkan relaks dan
akan menyebabkan nyeri berkurang (Nurcahyani,
2019)
3. Penambahan menthol tidak berpengaruh pada
sediaan (Maulina, 2021)
4. Saat dioleskan ke kulit, menthol melebarkan kulit
pembuluh darah, menyebabkan sensasi dingin yang
diikuti dengan efek analgesik (Rowe, 2009)
5. Menthol mampu memperbesar lubang pori pada
lapisan struktur corneum kulit, sehingga dapat
meningkatkan transport perkutan obat dan juga akan
meningkatkan solubilitas dari bahan obat (Jinghua
et all.,2001)
2.3.4 Olive oil (Dirjen POM, 1995; ROWE, 2009)
Nama Asli : Olleum ollume
Nama Lain : Minyak zaitun
Rumus Molekul : CH3 (CH2) CH = (CH2) C8OH
Berat Molekul : 282.5 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah,


tidak tengik, bau khas, pada suhu rendah sebagian atau
seluruhnya membeku
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam
klorofoem P, eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Stabilitas : Ketika dingin olive oil menjadi pucat kurang lebih
10˚C. dan menjadi seperti mentega pada 0˚C. Olive oil
harus disimpan ditempat kering dingin, kedap dan
terlindungi dari cahaya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh.
pH : 7,4 – 7,63
pKa : 0,8 – 2,0
Inkompabilitas : Terjadi saponifikasi oleh alkali hidroksida, zat
pengoksidasi.
Alasan + : 1. Kandungan mayor dari minyak zaitun salah satunya
adalah asam oleat. Kandungan yang tinggi inilah
yang membuat minyak zaitun bisa dimanfaatkan
sebagai emoi\lien (Estikomah, 2018)
2. Olive oil mempunyai asam lemak jenuh sehingga
akan tetap stabil hingga pada suhu tertentu
(Khotimah, 2006)
3. Olive oil mengandung a-tokoferol yang bermanfaat
sebagai elastisitas kulit dan menjaga kelenturan
kolagen (Mailer, 2016)
4. Olive oil mengandung 70-80% asam lemak. Efeknya
terhadap kulit meningkatkan penyerapan zat yang
dibawa dan sebagai zat penghalus (Lubis dkk, 2015)
5. Kandungan asam oleat yang tinggi pada olive oil
berpotensi memiliki fungsi melembabkan dan
menghaluskan kulit (Oktavia dkk, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Ditjen Pom. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Endyah, Murniyati. 2010. Jahe Manfaat Ganda. Sic. Surabaya.


Estikomah, Asfy, Andi. 2018. Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Bunga Rosella
(Hibucus Sabdariffa) Sebagai Pewarna Dan Minyak Zaitun (Olive Oil)
Sebagai Emolien. Surabaya.
Hapsari, E. D. 2011. Perbedaan Skor Kepatuhan Anak Autis Saat Dilakukan
Terapi Perilaku Applied Behavior Analysis (Aba) Tanpa Dan Dengan
Aromaterapi Lavender. Jawa Tengah: Universitas Jenderal Soedirman.
Hapsoh, H.Y., Julianti, E. 2008. Budidaya Dan Teknologi Pascapanen Jahe. Usu
Press Art Design, Publishing & Printing.
Jinghua, Y. Peter & Stephen. 2001. Effect Of Polyetilengglicolon Morphology
Thermomecanical Properti And Water Vapor. Vol. 25.
Khotimah Fini Husnul. 2020. Analisis Karakterisasi CVO dan Olive Oil untuk
Bahan Baku Produk Kosmetik. PT. Mustika.
Koensoemardiyah. 2009. A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, Dan
Kecantikan. Yogyakarta: Lily Publisher. H. 2 – 4, 13 -22.
Kurniasari, Fitri, Nila Darmayanti, Dan Santi Dwi Astuti. 2017. “Pemanfaatan
Aromaterapi Pada Berbagai Produk ( Parfum Solid, Lipbalm, Dan Lilin
Anti Nyamuk ).” Journal Of Chemical Information And Modeling
Lawrence, B.M., 2013. The story of India's mint oils and menthol. Perfumer and.
Flavorist. 38 (1), 26–35. Page 17. 54.
Leach, J. 2017. 11 Proven Health Benefits Of Ginger.
Lubis Astri Yulia Sari. 2015. Efektivitas Pemberian Olive oil dan VCO Topikal
untuk Mencegah Striae Gravidum pada Kehamilan Trimester II. Jurnal
Riset Kesehatan.
Mailer. 2016. Chemistry and Quality Of Olive Oil. MSW of Department.
Maulina, N. 2021. Pengaruh Pemberian Enhancer Mentol Terhadap Karakteristik
Sediaan Natrium Diklofenak Dalam Basis Gel Carbomer. FARMASIS:
Jurnal Sains Farmasi, 2(2), 22–27.
Mustiadi Lalu, Astuti, Aladin Eko Purkuncoro. 2020. Buku Ajar Destilasi Uap
Dan Bahan Bakar Pelet Arang Sampah Organik. Purwokerto: CV IRDH.
Nurcahyani & Agustina. 2019. Analisis Karohidrat Terlarut Total Planet Buncis
(Phaseoulus Vulgaris). Analit 4 (1).
Oktavia Ayu Diah, Rise Desnita, Desy Siska Anastasia. 2020. Potensi
Penggunaan Minyak Zaitun (Olive Oil) Sebagai Pelembab. Pontianak.
Parwata, Dr. Drs I Made Oka Adi. 2016. Bahan Ajar, Antioksidan, Program Studi
Kimia Terapan Pascasarjana. Universitas Udayana
Primadiati, Dr. Rachmi. 2012. Aromaterapi. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama.
Ravindran. 2013. Influence Of Pellet Length On Pellet Quality And Performance
Of Broiler Starters. J. Appl. Poult. Res. 22 :516– 522. Institute Of
Veterinary, Animal And Biomedical Sciences, Massey University,
Palmerston North 4442, New Zealand.
Rowe, R.C. Et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The.
Pharmaceutical Press, London.

Setyoadi Dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Sharma S. 2009. Aroma Therapy. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta:
Kharisma Publishing Group. H. 39 – 40
Sofiani, Rimadani Pratiwi. 2019. Review Artikel: Pemanfaatan Minyak Atsiri
Pada Tanaman Sebagai Aromaterapi Dalam Sediaan-Sediaan Farmasi.
Vol. 15 No. 2
Walls, A. W., 2009. Applied Dental Materials. Ninth Edittion Penyunt.
Singapore: Blackwell Munksgaard.

Anda mungkin juga menyukai