Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KOSMETIKA HERBAL DAN AROMATERAPI

LAVENDER

OLEH:
1. Ni Ketut Indah Cahaya Dewi (161200032)
2. Ni Komang Kartika Saraswati (161200034)
3. Ni Komang Sri Wahyuni (161200036)
4. Ni Luh Eka Pratihari Arini (161200037)
5. Ni Luh Wahyu Trisnayanti (161200039)
6. Ni Made Dewi Porsuwati (161200040)
7. A.A.Sagung Istri Iryaningrat (161200041)
8. Gede Dharma Santosa (161200042)
9. Gusti Agung Ayu Sri Agastea Putri (161200043)
10. I Gusti Ayu Arya Puspaningsih (161200049)
11. I Kadek Angga Mardana (161200051)
12. I Made Widi Ambara (161200057)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan emosi. Minyak atsiri adalah minyak alami
yang di ambil dari tanaman aromatik. Seorang ahli pengobatan terkenal di India
bernama Ayurveda, juga telah mencoba dengan menggunakan berbagai macam
minyak esensial dalam praktek pengobatannya. Hal ini diakui oleh Hippokrates,
tokoh kedokteran dari Yunani yang menyatakan bahwa mandi dan melakukan
pemijatan dengan menggunakan bahan-bahan wewangian (minyak esensial)
bisa menjadikan tubuh selalu segar dan tetap sehat. Pendapat senada juga
dikemukakan pula oleh Theophrastus, bahwa kandungan zat aromatis yang
terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang baik terhadap kondisi
pikiran, perasaan dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009).
Berbagai efek minyak atsiri yaitu sebagai antiseptik, antimikroba,
antivirus, dan anti jamur, zat analgesik, antiradang, antitoksin, zat balancing,
immunostimulan, pembunuh dan pengusir serangga, mukolitik dan
ekspektoran. Minyak atsiri yang bersifat analgesik (menghilangkan rasa sakit)
adalah chamomile frankincense, cengkih, wintergreen, lavender dan mint
(Koensoemardiyah, 2009). Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam
tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi
tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis,
daya ingat dan emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah
menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan
seingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman (Yunita, 2010).
Aromaterapi digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa
nyeri, gangguan pada saluran kencing, gangguan pada alat kelamin dan juga
masalah mental dan emosional. Hal ini terjadi karena aromaterapi mampu
memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress yang
dirasakan (Laila, 2011). Ada berbagai jenis wewangian aromaterapi yang ada,
yaitu basil, lavender, jasmine, sandalwood, peppermint, ginger, lemon, orange,
geranium dan masih banyak lagi. Setiap wangi-wangian tersebut memiliki
kelebihan positif yang bermacam-macam. Misalnya, aroma lavender dipercaya
dapat mengurangi rasa stres dan mengurangi kesulitan tidur (insomnia)
(Prabuseenivasan S, 2006).
Kelebihan minyak lavender dibandingkan minyak essensial lainnya
adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan
alergi (Yunita, 2010). Aromaterapi lavender memiliki keunggulan
dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu ekonomis, mudah
diperoleh, aman digunakan, tidak memerlukan waktu lama dan praktis karena
tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi terapi lavender dengan
pengobatan medis akan meningkatkan kondisi pasien (Zelner, 2005). Minyak
lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman. Karenanya sering
digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru, sinus, vagina, dan kulit, juga
meringankan sakit kepala, nyeri otot dan nyeri lainnya (Koensoemardiyah,
2009). Bunga yang digunakan untuk aromaterapi adalah lavendula atau biasa
disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae
yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah
Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan
dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna
ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak
aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedatif lavendula
angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak
tersebut (Ogan, 2005).
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Aromaterapi Secara Umum


Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan
therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan.
Sehingga aromaterapidapat diartikan sebagai: “suatu cara perawatan tubuh dan
atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial (essential
oil)” (Jaelani, 2009). Aromaterapi adalah istilah modern untuk praktik yang
sudah dilakukan ribuan tahun yang lalu, yang merupakan penatalaksanaan
perawatan dan pengobatan menggunakan minyak esensial (Sunito, 2010).
Aromaterapi adalah adalah praktek penyembuhan menggunakan bau-bauan
murni sebagai penyembuhan alami (Datusanantyo & Robertus, 2009).
Aromaterapi adalah sebuah disiplin menyeluruh yang menggunakan minyak
esensial yang secara alami diekstrak dari tumbuh- tumbuhan karena efek
terapetiknya (Danusanantyo & Robertus, 2009). Aromaterapi adalah
pengobatan menyeluruh yang dianggap sebagai teknik perawatan tubuh dengan
menggunkan minyak esensial yang diekstraksi dari tanaman (Tri Akoso &
Galuh,2009).
Minyak esensial adalah minyak yang berasal dari saripati tumbuhan
aromatis yang biasa disebut minyak atsiri. Minyak atsiri ini merupakan hormon
atau life force tumbuhan, yang biasa didapat dengan cara ekstraksi. Minyak
esensial itu berefek sebagai antibakteri dan antivirus, juga merangsang
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut. Minyak esensial adalah
konsentrat yang umumnya merupakanhasil penyulingan dari bunga, buah,
semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010). Aroma berpengaruh langsung
terhadap otak manusia, seperti halnya narkotika. Hidung memiliki kemampuan
untuk membedakan lebih dari 100.000 aroma yang berbeda yang
mempengaruhi dan itu terjadi tanpa disadari. Aroma tersebut mempengaruhi
bagian otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan pembelajaran.
Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan
gelombang- gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang
membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Maifrisco, 2008).
Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma
yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya
mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat
terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian
memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan
memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan
pengatur system internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan
reaksi terhadap stress (Shinobi, 2008).

2.2 Manfaat Aromaterapi


Manfaat Aromaterapi menurut Shinobi (2008) adalah:
1) Aromaterapi merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat
dan efisien dalam menjaga tubuh tetap sehat.
2) Aromaterapi banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya
untuk membantu penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih
ditujukan sebagai terapi pendukung (supporttherapy)
3) Aromaterapi membantu meningkatakn stamina dan gairah
seseorang, walapun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah
dan semangat hidup
4) Aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada
jasmani, pikiran dan rohani (soothing the physical, mind and
spiritual)
5) Aromaterapi mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang
berwibawa, jiwa pemberani, sifat familiar, perasaan gembira,
damai, juga suasana romantis.
6) Aromaterapi merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami
yang dapat menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi
lebih awet.
2.3 Efek Aromaterapi
Minyak esensial memiliki peran amat penting bagi perkembangan
kesehatan saat ini, yaitu sebagai sumber obat-obatan alami yang aman dan
murah, melalui metode aromaterapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada
minyak esensial terdapat kandungan kimia bahan aktif yang memiliki khasiat
dan efek yang cepat dalam membantu penyembuhan penyakit. Bahan-bahan
aktif dalam minyak esensial ini juga merupakan sediaan kosmetika yang efektif
dan praktis. Adapun efektivitas kimia bahan aktif minyak esensial tersebut
dapat dijelaskan melalui mekanisme menurut Sunito (2010) sebagai berikut:
1) Butiran Molekulnya sangat kecil dengan mudah dapat diserap melalui
aliran darah hingga pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh.
Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak esensial ini kemudian
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih mudah
mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (targetsite).
2) Minyak esensial juga memiliki sifat mudah larut dalam lemak, sehingga
dengan mudah terserap ke dalam lapisan kulit dan lapisan kulit yang ada
di bawahnya (subkutan) bila dioleskan atau digosokkan.
3) Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang
sedang yang sedang mengalami kelelahan akibat aktivitas yang
berlebihan.
4) Efek dari zat aktifnya dapat mempengaruhi lapisan dinding usus secara
langsung, selaput lendir, dan otot-otot pada dinding usus di sekitarnya
bila dikonsumsi secara internal melaluioral.
5) Minyak esensial juga mampu mempengaruhi impuls dan refleks saraf
yang diterima oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari
kulit, dibawah lapisan epidermis. Selain itu, minyak ini dapat
mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang
berhubungan dengan indera penciuman. Respons ini akan dapat
merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf otak
(neurotransmitter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi
psikis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dankeinginan).
6) Efek medis minyak esensial juga mampu mempengaruhi kelenjar getah
bening. Dalam hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu
produksi prostaglandin yang berperan penting dalam meregulasi
tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbangan hormonal.
7) Minyak esensial juga ikut membantu kinerja enzim, antara lain, enzim
pencernaan yang berperan dalam menstimulasi nafsu makan; asam
hidrokhlorik, pepsin, musin dan substansi lain yang ada dilambung.

2.4 Sifat-sifat yang Terkandung Dalam Minyak Esensial


Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial lavender yaitu sebagai
antiseptik, antidepresan, meringankan stres dan sulit tidur, mengatasi gigitan
serangga (Sunito, 2010).

2.5 Bentuk-bentuk Aromaterapi


Bentuk aromaterapi yang banyak ditemukan adalah aromaterapi
berbentuk lilin dan dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang
berbentuk minyak esensial tapi umumnya tidak murni, hanya beberapa persen
saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut :
1. Dupa
Dibuat dari bubuk akar yang dicampur minyak esensial III cara
penggunaanya adalah dengan cara dibakar.
2. Lilin
Biasanya lilin aromaterapi wanginya itu-itu saja, misalnya
sandalwood dan lavender. Sebab, sejumlah minyak esensial tertentu
membuat lilin sulit membeku. Bahan baku lilin itu kemudian
dicampur dengan beberapa tetes minyak esensial grade III. Kualitas
lilin di pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya
adalah mencoba membakarnya lebih dahulu, lilin yang bagus tak
mudah meleleh dan asapnya tidak hitam.
3. Minyak Esensial
Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil
penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito,
2010).

2.6 Cara Menggunakan Aromaterapi


Cara menggunakan minyak esensial menurut Jaelani (2009):
1. Kompres
Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik
dengan cara memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir
efek rasa sakit. Caranya adalah dengan menambahkan 3-6 tetes
minyak esensial pada setengah liter air. Masukan handuk kecil
pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada
wilayah yang diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah
dengan menambahkan 2 tetes minyak esensial pada satu mangkuk
air hangat. Masukan kain atau handuk kecil pada air atau larutan
dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa menit. Ulangi cara
tersebut selama tigakali.
2. Pemijatan/ Massage
Pemijatan/ massage termasuk salah satu cara terapi yang sudah
berumur tua. Meskipun metode ini tergolong sederhana, namun
cara terapi ini masih sering digunakan. Caranya adalah dengan
menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang sejenis dalam 10-
14 tetes minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila
menggunakan tiga macam minyak esensial. Cara pemijatan ini
dapat dilakukan dengan suatu gerakan khusus melalui petrissage
(mengeluti, meremas, mengerol dan mencubit); effleurage (usapan
dan belaian) friction (gerakan menekan dengan cara memutar
mutarkan telapak tangan atau jari).
3. Streaming
Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan
uap aromatis melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini,
setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak esensial dalm 250 ml air
panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil
muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas
mengenai muka.
4. Hirup atau Inhalasi
Adapun maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat
zat-zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung atau
melalui alat bantu aromaterapi, seperti tabung inhaler dan spray,
anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang
dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus, asap, serta
uap sublimasi yang akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat
mulut. Hirup selama menit 15-30 menit.

Gambar 2.6 Berbagai lintasan minyak esensial di dalam tubuh

2.7 Aromaterapi Lavender


Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang menggunakan bunga
lavendula atau biasa disebut lavender, yang memiliki zat aktif berupa
linaloolacetatedan linalylacetate yang dapat berefek sebagai analgesik
(Wolfgang & Michaela, 2008). Kelebihan minyak lavender dibandingkan
minyak essensial lainnya adalah kandungan racunnya yang relatif sangat
rendah, jarang menimbulkan alergi (Yunita, 2010). Aromaterapi lavender
memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu
ekonomis, mudah diperoleh, aman dipergunakan, tidak memerlukan waktu
lama dan praktis karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi
terapi lavender dengan pengobatan medis akan meningkatkan kondisi klien
(Zelner, 2005).Minyak lavender berbau manis, floral, sangat herbal dan
mempunyai tambahan bau seperti balsam. Minyak lavender merupakan salah
satu minyak yang paling aman. Karenanya sering digunakan untuk mengobati
infeksi paru-paru, sinus, vagina, dan kulit, juga meringankan sakit kepala, nyeri
otot dan nyeri lainnya (Koensoemardiyah, 2009).
Bunga yang digunakan untuk aromaterapi adalah lavendula atau biasa
disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae
yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah
Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan
dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna
ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak
aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedative
lavendula angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam
minyak tersebut (Ogan, 2005).

2.8 Tujuan Penggunaan Aromaterapi Lavender


Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki
efek sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive baik pada hewan maupun pada
manusia. Karena minyak lavender dapat memberikan rasa tenang, sehingga
dapat digunakan sebagai manajemen stress. Kandungan utama dalam minyak
lavender adalah linalool asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan
sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Linalool juga
menujukkan efek hipnotic dan anticonvulsive, karena khasiat inilah bunga
lavender sangat baik digunakan sebagai aromaterapi. Selain itu beberapa tetes
minyak lavender dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki
mood seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan tingkat
kewaspadaan, dan tentunya dapat memberikan efek relaksasi (Yamada,2005).
Aromaterapi lavender berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga yang
berkasiat untuk mengharmoniskan, meredakan, menyeimbangkan,
menyegarkan, merilekskan dan menenangkan. Minyak lavender digunakan
untuk membantu dalam meringankan rasa mudah marah, gelisah, nyeri, stres,
meringankan otot pegal, gigitan, sengatan, sebagai antiseptik, menyembuhkan
insomnia, sakit kepala dan dapat digunakan secara langsung pada rasa sakit dari
luka bakar atau melepuh ringan (Sharma, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Terapi Aroma Lavender untuk Penurunan Nyeri pada Klien Infark
Miokard
1. Metode yang digunakan
Sampel akan diberikan aroma terapi lavender (Lavandula
angustifolia) dengan cara inhalasi langsung dengan menggunakan alat
steam atau metode penguapan yang sudah diisi dengan 5 tetes minyak
esensial lavender dan diisi dengan 10-15 cc air. Kemudian akan diletakkan
sejajar atau disamping kepala dengan jarak 10-20 cm selama 60 menit.

2. Hasil Berdasarkan Hasil Uji Mann-Whitney


Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada kelompok pretest, skala
nyeri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa
diperoleh nilai p yaitu 0.717 (>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan data
pada kelompok posttest, berdasarkan skala nyeri didapatkan nilai p yaitu
0.009 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan pada kelompok posttest
(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) ada perbedaan yang
signifikan pada skala nyeri setelah pemberian aroma terapi lavender
(Lavandula angustifolia).
Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan pemberian aroma terapi lavender (Lavandula angustifolia) efektif
dalam menurunkan intensitas skala nyeri pada pasien yang sedang
menderita infark miokard.

3. Hasil Berdasarkan Hasil Uji Wilcoxon


Berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang dilakukan oleh peneliti,
intensitas skala nyeri pada pasien penderita infark miokard sebelum
diberikan aroma terapi lavender (Lavandula angustifolia) yang tertinggi
adalah 6 dan untuk yang terendah adalah 5. Sedangkan, intensitas skala
nyeri setelah pemberian aroma terapi lavender (Lavandula angustifolia)
yang paling tinggi adalah 6 dan untuk yang terendah adalah 4. Berdasarkan
uji statistika yang dilakukan, diperoleh nilai p yaitu 0.001 (<0.05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan amtara intensitas
skala nyeri pada pasien penderita infark miokard sebelum dan sesudah
pemberian aroma terapi lavender (Lavandula angustifolia) pada kelompok
eksperimen. Sehingga, berdasarkan hasil uji Wilcoxon yang dilakukan,
dengan pemberian aroma terapi lavender (Lavandula angustifolia) efektif
dalam menurunkan intensitas skala nyeri pada pasien penderita infark
miokard.
(Dasna dkk, 2016)

3.2 Efek Minyak Esensial Lavender dengan Minyak Jahe terhadap Intensitas
Nyeri Menstruasi
1. Metode Penelitian
Untuk esensial lavender dan jahe, sampel akan melakukan pemijatan
aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial lavender dan jahe.
Selain dilakukan pemijatan, sampel juga dapat melakukan penghirupan
minyak esensial lavender dan jahe jika sampel mengalami nyeri pada saat
menstruasi.

2. Intensitas Nyeri sebelum dan sesudah diberikan minyak esensial lavender


Berdasarkan uji Wilcoxon yang dilakukan, didapatkan nilai p yaitu
0.00 yang memiliki arti, yaitu ada perbedaan yang signifikan dalam
penurunan intensitas nyeri sebelum diberikan minyak esensial lavender dan
sesudah diberikan minyak esensial lavender.

3. Intensitas Nyeri sebelum dan sesudah diberikan minyak esensial jahe


Berdasarkan uji Wilcoxon yang dilakukan, didapatkan nilai p yaitu
0.00 yang memiliki arti, yaitu ada perbedaan yang signifikan dalam
penurunan intensitas nyeri sebelum diberikan minyak esensial jahe dan
sesudah diberikan minyak esensial jahe.

4. Perbandingan Minyak esensial lavender dengan minyak esensial jahe


Intensitas nyeri sampel sebelum diberikan minyak esensial lavender
rata-rata adalah 5.47 (nyeri sedang) dan sesudah diberikan minyak esensial
lavender menjadi 2.93 (nyeri ringan). Sedangkan intensitas nyeri sampel
sebelum diberikan minyak esensial jahe adalah 5.40 (nyeri sedang) dan
sesudah diberikan minyak esensial jahe adalah 2.93 (nyeri ringan).
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, pada kelompok pemberian minyak
esensial lavender dan minyak esensial jahe mendapatkan nilai p yaitu 0.897.
Hal tersebut menandakan bahwa kedua minyak esensial memiliki efek yang
sama dalam penurunan intensitas nyeri pada saat menstruasi.
(Pujiati dkk, 2016)

3.3 Aroma Terapi Lavender terhadap Kualitas Tidur Lansia


1. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan tenik inhalasi uap yang
ditambahkan dengan 5-6 tetes minyak aroma terapi lavender kedalam suatu
mangkok yang sudah berisi air mendidih (sekitar 5 cc) diatas tungku
pemanas dan kemudian diletakkan didekat lansia (selama 30 menit) yang
akan tidur. Diberikan dengan teknik uap akan lebih efektif karena butiran
molekul uap yang sangat kecil akan sangat mudah diserap melalui aliran
darah hingga pembuluh kapiler, sehingga minyak esensial lavender yang
sudah berbentuk uap akan mudah mencapai sasaran lokasi yang akan
diobati.

2. Hasil Berdasarkan Uji Paired T-Test


Berdasarkan uji paired t-test, didapatkan nilai p adalah 0.000
(<0.05), yang berarti terdapat perubahan yang signifikan terhadap
penurunan kualitas tidur dari lansia yang telah diberikan aroma terapi
lavender selama 7 hari berturut-turut. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
perubahan dari kualitas tidur buruk menjadi kualitas tidur baik dari
sebanyak 76.3% menjadi 30.1%.
(Sari dkk, 2018)

3.4 Aroma Terapi Lavender terhadap Nyeri pada Ibu Bersalin


1. Hasil menggunakan uji wilcoxon
Ibu bersalin sebelum mendapatkan perlakuan dengan aroma terapi
lavender sebagian besar mengalami nyeri sedang sekitar 87.9%. Sedangkan,
ibu bersalin sesudah mendapatkan perlakuan dengan aroma terapi lavender
sebagian besar mengalami penurunan nyeri menjadi nyeri ringan sekitar
78.8%. Sehingga, berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan,
terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap pengendalian
nyeri pada ibu bersalin. Terjadinya penurunan skala nyeri setelah pemberian
aroma terapi lavender, karena wangi yang dihasilkan akan menstimulasi
thalamus untuk mengeluarkan penghilang rasa sakit alami (enkefalin).
(Susilarini dkk, 2017)

3.5 Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien


Skizofrenia
1. Metode Penelitian
Pasien penderita skizofrenia akan diberikan aromaterapi dengan
cara meneteskan aromaterapi di tissue atau kapas dan kemudian akan
dihirup selama 5 menit.

2. Hasil Berdasarkan Uji Mann-Whitney


Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p sebesar 0.000
(<0.05), sehingga pemberian aromaterapi lavender efektif dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia.
(Sulistyowati dkk, 2016)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah disusun, aromaterapi lavender dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan antara lain untuk mengurangi nyeri
pada pasien penderita infark miokard, untuk menurunkan tingkat nyeri pada saat
menstruasi pada remaja, untuk perbaikan kualitas tidur lansia, mengurangi nyeri
pada ibu bersalin, dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan
pada pasien skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA

Dasna, Utami, G.T., Arneliwati. 2016. Efektifitas Terapi Aroma Bunga Lavender
(Lavandula angustifolia) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Klien
Infark Miokard.

Pujiati, W., Hartati, M.S., Hapsari, E.D. 2016. Efek Minyak Esensial Lavender
Dibandingkan Dengan Minyak Esensial Jahe Terhadap Intensitas Nyeri
Menstruasi Pada Remaja. Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 3 Nomor
2. p: 98-105.

Sari, D., Leonard, D. 2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas
Tidur Lansia di Wisma Cinta Kasih. Jurnal Endurance 3 (1). p: 121-130.

Sulistyowati, D.A., Herningtyasasri, G. 2016. Efektifitas Aromaterapi Lavender


Terhadap Punurunan Tingkat Kecemasan Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan Volume 2 Nomor 3. p: 1-6.

Susilarini, Winarsih, S., Idhayanti, R.I. 2017. Pengaruh Pemberian Aromaterapi


Lavender TerhadapPengendalian Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu
Bersalin. Jurnal Kebinanan Volume 6 Nomor 12. p: 47-54.

Anda mungkin juga menyukai