NAMA KELOMPOK :
Ni Luh Eka Pratihari Arini 161200037
Ni Luh Setiawati 161200038
Ni Luh Wahyu Trisnayanti 161200039
Ni Made Dewi Porsuwati 161200040
A.A Sagung Istri Iryaningrat 161200041
Kelompok : II (dua)
Kelas : A1B
DOSEN PENGAMPU : Dhiancinantyan Windydaca B.P, S.Farm., M.Farm.,
Apt
Tata Laksana terapi pada pasien bipolar terdiri dari terapi farmakologi, non
farmakologi dan monitoring pengobatan. Berikut merupakan uraian tata laksana
terapi pada penyakit bipolar :
1. Terapi Non-Farmakologi
˗ Psychoeducation untuk pasien dan keluarga
˗ Psikoterapi
˗ Menurunkan stress dengan jalan relaksasi, yoga dan pijat
˗ Tidur, nutrisi, olahraga
˗ ECT (electroconvulsive therapy) (Dipiro, 2015).
2. Terapi Farmakologi
Dapat dilihat pada tabel
3. Monitoring
Hal yang perlu dimonitoring adalah
Mood episodes : dokumentasi gejala pada daily mood chart
(documentasikan life stressors, tipe episode, lama waktu tiap episode
dan outcome terapi)
Kepatuhan terapi (lupa meminum obat merupakan alasan utama dari
tidak efektifnya terapi yang diberikan dan episode kekambuhan)
Efek samping, khususnya mengantuk dan peningkatan berat badan
(kelola dengan cepat untuk mencegah ketidakpatutan)
Keinginan untuk bunuh diri
Tabel 1. Algoritma Terapi Farmakologi Bipolar Disorder (Dipiro, 2015)
BAB III
ALAT, BAHAN DAN STUDI KASUS
3.1 Alat
1. Form SOAP.
2. Form Medication Record.
3. Catatan Minum Obat.
4. Kalkulator Scientific.
5. Laptop dan koneksi internet.
3.2 Bahan :
1. Text Book (Dipiro, Koda Kimble, DIH, ECS, JNC).
2. Data nilai normal laboraturium.
3. Evidence terkait (Journal, Systematic Review, Meta Analysis).
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan usia 50 tahun, tampak sesuai usianya, bertubuh
kurus. Pada saat wawancara pasien mengenakan baju terusan berwarna
kemerahan, menggunakan alas kaki sandal jepit. Kebersihan dan kerapihan
diri cukup.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : tampak terganggu.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien sedang datang UGD RSJSH ditangani oleh
dokter jaga UGD
b. Selama wawancara : pasien duduk didepan pemeriksa, melakukan kontak
mata. Pasien duduk agak gelisah dan menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan baik. Pasien kadang tampak termenung, sebelum
melanjutkan percakapan. Sesekali pasien tampak meremas tangannya.
c. Sesudah wawancara : Pasien beristirahat kembali di bed pasien
4. Sikap Terhadap Pemeriksa: kooperatif, tampak bersahabat
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Pembicaraan spontan, lancar dan keras.
b. Gangguan berbicara : Atikulasi jelas
c. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
d. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf Pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan (tamat SMP)
2. Pengetahuan Umum : Baik (mengetahui nama presiden saat ini)
3. Kecerdasan : Rata-rata
4. Konsentrasi : Baik (Pasien dapat mengeja namanya dari depan
kebelakang dan sebaliknya)
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (dapat mengetahui waktu wawancara).
b. Tempat: Baik (pasien mengetahui ia berada di rumah sakit).
c. Orang : Baik (pasien mengetahui ia diantar oleh siapa ke rumah sakit).
d. Situasi : Baik (Pasien mengetahui situasi di sekitar RSJSH).
6. Daya Ingat
a. Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahirnya)
b. Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat ia naik kendaraan apa
untuk ke rumah sakit).
c. Segera : Baik (Pasien dapat mengulang tiga nama benda yang
disebutkan pewawancara)
7. Pikiran Abstraktif : Baik (pasien dapat mendeskripsikan perbedaan dan
persamaan bola dengan jeruk)
8. Visuospasial : Baik (pasien mampu menggambar jam)
9. Bakat Kreatif : Tidak dapat terlihat
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien makan, mandi, dan
berpakaian sendiri).
e. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : berpikir cepat, banyak bicara
b. Kontinuitas : flight of ideas, asosiasi baik
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : tidak ada
b. Waham : tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
e. Gagasan rujukan : Tidak ada
f. Gagasan pengaruh : Tidak ada
f. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien bersemangat dan tidak menunjukkan gejala
yang agresif.
g. Daya Nilai
1) Daya nilai sosial: Baik (pasien mengetahui bahwa mencuri itu berdosa)
2) Uji daya nilai: Baik (pasien akan mengembalikan dompet ke kantor polisi
apabila menemukan dompet yang terjatuh di jalanan)
3) Daya nilai realitas : Buruk
h. Tilikan
Derajat 2 : mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkal pada waktu yang bersamaan
B. Status Neurologik
1. Saraf kranialis (I–XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus otot (N), tremor
(-), distonia (-)
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada (none)
Aksis IV : Masalah perumahan
Aksis V : GAF current : 80-71
GAF saat masuk rumah sakit : 80-71
GAF HLPY : 90-81
Ny : RW
Presenting Complaint :
Pasien tidak tidur sejak 3 hari yang lalu karena pasien merasa dirinya tidak capek
dan tidak lelah. Pasien merasa jika tidur akan menghabiskan waktunya untuk
memperbaiki sosok dirinya. Setahun lalu pasien pernah mengalami kejadian
serupa karena pasien mengalami ketakutan dan kecemasan. Pada tahun 2014
pasien banyak melamun dan bicara tidak jelas. Pada tahun 2015 pasien datang
dengan keluhan mengamuk dan membanting barang.
Diagnosa kerja :
Alergi Obat : -
No Pemeriksaan Vital Hasil
3. Respirasi 20 x/menit
Medication
900-1.600
mg/hari
1. Lithium 10mg Bipolar 3 x 10mg
3-4 x sehari
(Medscape)
Tidak boleh
Valproat
2. Bipolar mania 3 x 2 tablet melebihi
500mg
60mg/kg
(Medscape)
Medical Pharmaceutical
Pharmaceutical Problem
Subjective ( symptom )
Pasien tidak tidur sejak 3 hari yang lalu karena pasien merasa dirinya tidak capek dan
tidak lelah. Pasien merasa jika tidur akan menghabiskan waktunya untuk memperbaiki
sosok dirinya. Setahun lalu pasien pernah mengalami kejadian serupa karena pasien
mengalami ketakutan dan kecemasan. Pada tahun 2014 pasien banyak melamun dan
bicara tidak jelas. Pada tahun 2015 pasien datang dengan keluhan mengamuk dan
membanting barang.
Objective ( signs )
1. Berdasarkan tanda gejala yang dialami pasien yaitu pasien mengalami peningkatan
energi, mengalami episode tiba-tiba, tidak mengkonsumsi obat herbal, dan tidak menerima
terapi somatic, sehingga pasien didiagnosa mengalami bipolar jenis hipomania.
2. Adapun DRP (Drug Realeted Problem) yang terjadi yaitu :
a. P 1.2 Efek obat tidak optimal
C 3.1 Dosis obat terlalu rendah / underdose
DRP ini terjadi karena pasien diberikan terapi kombinasi Lithium 10mg 3 x
10mg dengan Valproat 500mg 3 x sehari 2 tablet. Berdasarkan literature dosis
lithium berada dibawah rentang dosis terapi/ underdose.
Plan ( including primary care implication )
Terapi Farmakologi
1. Pemberian terapi kombinasi Lithium dengan Valproat lebih baik untuk
menstabilkan mood pada pasien bipolar hipomania dibandingkan dengan
monoterapi. Dosis Lithium ditingkatkan menjadi 3 x 900mg dan Valproat 500mg 3
x sehari 2 tablet.
Terapi Non Farmakologi
1. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga.
Monitoring
Efek Samping
1. Lithium : Sakit kepala dan mual
2. Valproat : Sakit kepala, tremor, mual
BAB V
PEMBAHASAN
5.4 Subyektif
Pasien tidak tidur sejak 3 hari yang lalu karena pasien merasa dirinya tidak
capek dan tidak lelah. Pasien merasa jika tidur akan menghabiskan waktunya
untuk memperbaiki sosok dirinya. Setahun lalu pasien pernah mengalami kejadian
serupa karena pasien mengalami ketakutan dan kecemasan. Pada tahun 2014
pasien banyak melamun dan bicara tidak jelas. Pada tahun 2015 pasien datang
dengan keluhan mengamuk dan membanting barang.
5.5 Obyektif
Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pasien,
obyektif dari kasus ini antara lain:
1. Tekanan darah : 170/101 mmHg
2. Nadi : 127 x/menit
3. Suhu : 36.30C
4. RR : 20 x/menit
5.6 Assesment
Berdasarkan deskripsi kasus dan FIR yang ditanyakan kepada pasien,
maka assessment dari kasus ini antara lain:
1. Jenis bipolar yang dialami pasien adalah bipolar hipomania karena
berdasarkan FIR, pasien mengalami peningkatan energi, pasien tidak
menggunakan obat-obatan herbal dan pasien tidak pernah melakukan
terapi somatic. Pemakaian obat-obat herbal dan terapi somatic dapat
menjadi acuan karena hal tersebut dapat menginduksi terjadinya
mania.
2. Berdasarkan pengobatan yang diterima pasien saat ini, terdapat DRP
(Drug Related Problem) yaitu P 1.2 (efek obat tidak optimal) C 3.1
(dosis obat terlalu rendah atau underdose). DRP ini terjadi pada obat
litium. Pemberian dosis obat litium berdasarkan literature adalah 900-
1600 mg/hari dan diminum 3-4x sehari. Sedangkan pemberian litium
pada pasien adalah dengan dosis 3x10 mg (pasien hanya meminum 30
mg litium sehari), dimana dosis litium yang diberikan kepada pasien
adalah underdose sehingga efek terapi tidak terapai.
5.7 Terapi
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang dapat diberikan kepada pasien adalah
dengan tetap melanjutkan terapi yang diberikan saat ini kepada pasien
yaitu tetap melanjutkan pemberian obat kombinasi litium dan valproate.
Berdasarkan literature, pemberian kombinasi terapi untuk pasien bipolar
lebih banyak digunakan untuk menstabilkan mood dibandingkan dengan
pemberian monoterapi. Berdasarkan literature, pemberian kombinasi
litium dan valproate dapat menurunkan resiko rawat inap dari penderita
bipolar (Kessing et al, 2018). Literature lain menyatakan bahwa
penggunaan obat kombinasi litium dan valproate dapat meningkatkan
kesembuhan pada pasien bipolar hipomania sebesar 50%, selain itu
penggunaan obat kombinasi ini menunjukkan perkembangan klinis yang
baik jika dibandingkan dengan pengobatan monoterapi yaitu litium
(Grander et al, 2014). Berdasarkan literature, maka pengobatan yang
dilakukan oleh pasien saat ini tetap dilanjutkan dengan dosis sebagai
berikut:
1. Litium dengan dosis 900 mg diminum 3x1
2. Valporate dengan dosis 3x2 tablet (1 tablet 500 mg)
Gambar 5.1 Pengobatan Farmakologi Untuk Penyakit Bipolar
5.8 Monitoring
1. Efektivitas
Berdasarkan pengobatan yang telah diberikan maka monitoring
efektivitas yang dapat dilakukan kepada pasien adalah dengan terus
memonitoring mood episode dari pasien. Memonitoring mood episode
pada pasien dapat dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi gejala
pada daily mood chart atau mendokumentasikan life stressor, tipe episode
yang terjadi, lama waktu episode dan outcome dari terapi yang diberikan.
6.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut.
Dalam: Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal 1-6Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan
Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam: Kumpulan Makalah Konas I
Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 1-6
Bauer M, Alda M., Priller J dan Young LT., 2003, Implications of the
neuroprotective effects of lithium for the treatment of bipolar and
neurodegenerative disorders, Pharmacopsychiatry, 2003; 36 Suppl 3:S250-
4 (ISSN: 0176-3679)
Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 2012. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan
Pertama. Jakarta. P: 118-120
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V.,
2015,Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM.
Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. 7th ed. New York:
TheMcGraw-Hill Companies, Inc.; 2009.
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ, 2013, Diagnnosa Multaksial.
https://www.slideshare.net/dadadony/diagnosa-multiaksial (Diakses pada
tanggal 4 Juli 2019)
Evans D.L., (2000) Bipolar Disorder: Diagnostic Challenges and Treatment
Considerations. J Clin Psychiatry 2000;61(suppl 13);26-31.
Israr Yayan A., 2009, Gangguan Afektif Bipolar, Faculty of Medicine, universitas
Riau, Pekanbaru Riau.
Kepmenkes RI, 2015, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa, Menteri
Kesehatan RI: Jakarta.
Sadock, B.J. and Sadock, V.A. 2013. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry
ninth edition. Philadelphia, USA. Pippincot Williams and Wilikins p.623-
631
Severus Emanuel, Mathew J Taylor, Cathrin Sauer, Andrea Pfennig, Phillip
Ritter, Michael Bauer dan John R. Geddes, 2014, Lithium for Prevention of
Mood Episodes in Bipolar Disorder: Systematic Review and Meta-analysis,
International Journal of Bipolar Disorder,
https://journalbipolardisorders.springeropen.com/track/pdf/10.1186/s40345-
014-0015-8?site=journalbipolardisorders.springeropen.com (Diakses pada
tanggal 4 Juli 2019)
Soetjipto, 2012. Terapi Rumatan pada Pasien Gangguan Bipolar. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal 14-22.
Tirto Jiwp, 2012, Mengenal Gangguan Bipolar. http://tirtojiwo.org/wp-
content/uploads/2012/06/kuliah-bipolar.pdf
Tohen M dan Angst J, 2002. Epidemiology of Bipolar Disorder. In MT Tsuang &
Tohen M (Eds.), Textbook in Psychiatric Epidemiology second edition (pp.
427-447). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Toni C., Perugi G., Mata B., Madaro D., Maremmani I., Akiskal H.S., (2000) Is
mood-incongruent manic psychosis a distinct subtype?. Eur arch psychiatry
Clin Neurosci (2001) 251:12-17.
Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, Parikh SV, Beauliu S, O’Donovan C,
McQueen G, McIntyre RS, Sharma V, Ravindran, Young LT, Young AH,
Alda M, Milev R, Vieta E, Calebrese JR, Berk M, Ha K, Kapczinski F,
2018. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatment (CANMAT) and
International Society for Bipolar Disorder collaborative update of
CANMAT guidelines for management of patient with bipolar disorder:
update 2018. Bipolar Disord. May; 11:225-255.