LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada pasien DHF DI Ruang Wijaya Kusuma D RSUD DR.
SOEDONO Madiun sesuai praktik yang dilakukan oleh :
Nama : Edy Kariyono
NIM : 170511008
Sesuai syarat program profesi Ners dari STIKES PEMKAB JOMBANG yang
dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2019 sampai dengan 9 Nopember 2019
Mengetahui,
Madiun, 7 Nopember
2019
Pembimbing Akademik Pembimbing ruangan
(……………………………..) (………………………………..)
Kepala Ruangan
(…………………………….)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)
3. Ukuran Panggul
a. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak
dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba
sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari
telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis (saifuddin,
2008).
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium
yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih
kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting
yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas panggul yaitu (Saifuddin, 2008):
1. Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke simfisis pubis,
ukuran normal diameter antero-posterior adalah 11-12 cm. Diameter ini dapat
diperkirakan dengan jari-jari tangan ketika melakukan pemeriksaan vagina.
2. Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas panggul dengan
ukuran 13 cm.
b. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan
setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala
engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital
posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5
cm. (Winkjosastro, 2007, Cunningham, 2005) .
c. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber
isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui
pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia
tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis
ke ujung sacrum (11,5 cm).
Diameter terpenting pada pintu bawah panggul yaitu :
1. Diameter transversal atau diameter inter-tuberosa berukuran 11 cm.
2. Diameter antero-posterior yang diukur dari aspek arkus pubis ke koksigis
selama kelahiran kepala janin, koksigis melengkung ke belakang sehingga
diameter membesar. Diameter yang besar ini berukuran sekitar 13 cm.
Risiko infeksi
maternal
Janin akan menekan servik Diperlukan waktu untuk Dianjurkan untuk section
dan terjadi kontrkasi janin turunnya kepala caesar
Kecemasan
Bagan 1. Pathway Cephalopelvic Disproportion
8. Prognosis
Apabila persalinan dengan CPD dibiarkan berlangsung sendiri, dan
dilakukan pengambilan tindakan yang tidak tepat timbul bagi ibu dan janin.
a. Bahaya pada ibu
1. Partus lama yang seringkali disertai ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
2. Dengan His yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan
lingkaranretransi patologik (Bandl). Keadaan ini dinamakan Ruptur Uteri
mengancam, apabila tidak segera mengambil tindakan untuk mengurangi
regangan maka akan timbul rupture uteri
3. Dengan perselisihan tidak maju kanan CPD, jalan lahir pada suatu tempat
mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul
Hal ini menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskenia dan
kemudian rekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari Post Partum akan
terjadi Fistula Vesiko Servikalis atau Fistula Vesiko Vaginalis atau Fistula
Rekto Vaginalis.
b. Bahaya pada janin
1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah
dengan infeksi intra partum
2. Prolapsus Funinuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup
3. Dengan adanya CPD kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul
dengan mengadakan Movlage
4. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisi pada
panggul pican menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala,
dapat pula menimbulkan fraktur pada OS parietalis.
9. Pemeriksaan
Pada kehamilan pertama, biasanya dilakukan pemeriksaan kapasitas
rongga panggul pada usia kehamilan 38-39 minggu.
a. Pemeriksaan secara klinis
Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan
pemeriksaan dokter tanpa alat):
1. Metode Pinard
a. Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
b. Pasien dalam posisi semi duduk.
c. Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul
sementara jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis)
untuk mendeteksi ketidak seimbangan kepala dengan jalan lahir
(disproporsi).
2. Metode Muller – Kerr
Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan
lahir.
a. Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
b. Posisi berbaring telentang.
c. Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang
kemaluan
Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran atau jarak antara bagian
bawah tulang kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang
(promontorium). Jarak ini dinamakan konjugata vera (garis merah pada gambar di
bawah ini).
Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9 cm,
sempit berat: 6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm
b. Pemeriksaan Radiologi/rontgen/CT-scan, MRI
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu menggunakan alat rontgen.
Hasil foto kemudian dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Mulai dari pintu
atas panggul, pintu tengah panggul, dan pintu bawah panggul.
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak
lurus diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping.
Dari keduanya dapat dilihat:
1. Diameter transversa
2. Distansia Interspinarumng Lebih Baru Posting Lama
3. Jenis Pelvik
4. Conjugata diagonalis – conjugatavera
5. Dalamnya Pelvis
6. Diameter AP pintu bawah
7. Diameter sagitalis posterior (Cald well)
8. Bentuk sakrum, spina ischiadika
11. Komplikasi
a. Komplikasi pada Kehamilan
1. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan pelvic,
jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit absolute
2. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osbom (+)
3. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung)
4. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung
b. Komplikasi pada saat Persalinan
1. Persalinan akan berlangsung lama
2. Sering dijumpai ketuban pecah dini
3. Moulage kepala berlangsung lama
4. Sering terjadi inertia uteri sekunder
5. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal
c. Komplikasi pada Janin
1. Infeksi intrapartal
2. Kematian janin intrapartal
3. Prolaps funikuli
4. Perdarahan intracranial
5. Kaput seuksedaneum sefalo-hematomayang besar
6. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (kontraksi uterus selama
persalinan).
b. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan (sectio Caesar).
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
prosedur perawatan sebelum dan sesudah melahirkan melalui operasi SC.
d. Resiko tinggi cidera pada janin faktor risiko sulit untuk melewati jalan lahir.
e. Risiko kematian fetal/maternal faktor risiko komplikasi kehamilan.
f. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
g. Resiko infeksi maternal faktor risiko prosedur invasive berulang, trauma
jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
3. Diagnosa Prioritas
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (kontraksi uterus selama
persalinan).
b. Kecemasan berhubungan dengan ancaman/perubahan status kesehatan
terhadap tindakan pembedahan (sectio Caesar)
c. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
d. Resiko tinggi cidera pada janin faktor risiko sulit untuk melewati jalan lahir.
e. Resiko infeksi maternal faktor risiko prosedur invasive berulang, trauma
jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
4. Analisa Data
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 DS: Agen injuri biologi Nyeri akut
Terasa nyeri pada
(kontraksi uterus
bagian perut bawah
selama persalinan)
DO:
- Terlihat meringis
- Terlihat memegang
perut
- Terlihat gelisah
- Terdapat diaphoresis
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC.