A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja
>10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10
g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)
atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare
akut dan kronis (Wong, 2009).
B. KLASIFIKAASI
1. Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
C. ETIOLOGI
1. Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002; Pitisuttithum,
2002)
a. Virus : Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9, Norwalk, Astrovirus, Adenovirus
(type 40, 41), Small bowel structured virus, Cytomegalovirus
b. Bakteri : Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enterophatogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Enteroinvasive E.coli (EIEC).
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). Shigella spp. Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni). Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. V.cholerae
Salmonella (non thypoid).
c. Protozoa : Giardia lamblia. Entamoeba histolytica. Cryptosporidium.
Microsporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis
d. Helminths : Strongyloides stercoralis. Schistosoma spp, Capilaria
philippinensis. Trichuris trichuria.
2. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar,
tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang
dikelompokan sebagai berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep Kes RI,
1999; Yatsuyanagi, 2002)
a. Infeksi :
1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter,
Aeromonas)
2) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
3) Parasit
a) Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
b) Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
c) Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Alergi: alergi makanan
d. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a) Jazad renik, Algae
b) Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
e. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
f. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan
cemas
D. MANIFSTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis
metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002;
Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah
infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya menderita
infeksi C. Jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita
kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot
pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain – Barre
tetap belum diketahui.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
o Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
o Syok
o Kejang
o Sepsis
o Gagal Ginjal Akut
o Ileus Paralitik
o Malnutrisi
o Gangguan tumbuh kembang
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut:
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya
infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali
kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle
harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi
enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus
dicatat (>250ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore
atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan
proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak
orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False
negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk
mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir.
Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa
intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare
osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus
diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana
nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit
karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap,
terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam
lemak rantai pendek.Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul
dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap
yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap
tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia
E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang
dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan
abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam
lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium
luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa.
Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan
albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan
normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),
calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda
urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi fese
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
H. PENCEGAHAN
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
b. Makanan Pendamping ASI
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
d. Mencuci Tangan
e. Menggunakan Jamban
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
b. Pengelolaan Sampah
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima
Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:
1. Berikan Oralit
2. Berikan obat Zinc
3. Pemberian ASI / Makanan :
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
5. Pemberian nasihat pada ibu atau pengasuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Identitas yang mencakup identitas klien dan penanggungjawab
1)Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
tanggal masuk Rumah Sakit, tanggal pengkajian, anak ke,
diagnosa medis.
2)Identitas penanggungjawab meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang terdiri dari
paliatif (P), yaitu faktor penyebab, Qualitaty (Q), bagaimana gejala
dirasakan. Region (R) dimana gejala dirasakan apakah menyebar,
safety (S) atau skala nyeri seberapa tinggi tingkat nyeri yang
dirasakan, Time (T) kapan gejala mulai timbul.
3) Riwayat kesehatn dahulu
Menerangkan medikasi yang telah dilakukan dan hospitalisasi
sebelumnya atau therapi yang sudah dilakukan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan penyakit yang
sama seperti yang dialami klien.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Menjelaskan tentang keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal),
persalinan (natal) dan postnatal atau setelah anak lahir apakah telah
mengalami infeksi tali pusat atau keluhan lain. Dan bagaimana tahap
tumbuh kembangnya.
6) Riwayat immunisasi
Menjelaskan jenis-jenis immunisasi apa saja yang diberikan dan
pada saat usia berapa immunisasi diberikan.
7) Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang pemberian ASI dan PASI, pemberian
makanan, jenis makanan dan pada saat usia berapa makanan tersebut
diberikan.
8) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan fisik berat badan lahir, berat
badan sebelum sakit, berat badan sekarang, panjang badan, lingkar
lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala. Perkembangan
menjelaskan tentang motorik kasar anak yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, bahasa dan
kecerdasan anak, sosial dan kemandirian anak.
9) Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam
bermain dan pola asuh keluarga.
10) Data psikologis
Menjelaskan psikologis klien apakah pendiam atau rewel dan
apakah klien menerima dengan hadirnya perawat, dokter. Dan
psikologis keluarga apakah ada kecemasan pada keluarga.
11) Data biologis
Menjelaskan tentang temuan pemenuhan nutrisi pada saat di rumah
sakit dan di rumah, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene
atau kebersihan anak, pola aktivitas bermain anak pada saat di
rumah dan di rumah sakit.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada dasarnya menggunakan 4 metode yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Keadaan umum : penampilan klien pada saat dikaji
2) Tanda-tanda vital
Mengukur suhu, nadi, respirasi pada kasus diare biasanya terjadi
peningkatan suhu tubuh.
3) Sistem neurologi
Hal ini menjelaskan tingkat kesadaran, kesimetrisan kepala,
ketajaman penglihatan, reflek, kesimetrisan pada leher.
4) Sistem pernapasan
Dalam sistem pernapasan kaji bentuk dada, ada nyeri tekan atau
tidak, bunyi suara nafas, pernapasan teratur atau tidak, apakah ada
pernapasan cuping hidung, kaji tanda-tanda distres pernapasan,
palpasi adanya massa, peradangan, kesimetrisan dan ekspansi.
5) Sistem kardiovaskuler
Dalam pemeriksaan kardiovaskuler ditekan pada pemeriksaan
auskultasi.Apakah ada bunyi tambahan, suara jantung, frekuensi
nadi.
6) Sistem gastrointestinal
Kaji kelembaban mulut, warna sianosis/tidak, pembengkakan,
jumlah gigi susu, karies, ukuran dan bentuk abdomen peristaltic.
7) Sistem perkemihan
BAK lancar warna urine kuning khas
8) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas yang dikaji, bentuk dan kebebasan pergerakan.
9) Sistem endokrin
Menjelaskan ukuran tubuh yaitu berat badan, lingkar kepala, lingkar
dada, keadaan kulit meliputi warna, tekstur, turgor dan keadaan
kulit, tekstur dan bentuk rambut, keadaan wajah pucat atau tidak.
10) Sistem integumen
Warna kulit dan rambut, temperatur, tekstur, turgor, ada tidaknya
lesi dan kebersihan kuku.
d. Data penunjang
Meliputi hasil laboratorium (hematologi) diet dan therapy.
2. Analisa Data
Adalah suatu metoda untuk mengetahui sebab mungkin masalah yang
terjadi akibat masalah yang ditimbulkannya.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Diare b/dfactor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional (keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan
melalui selang efek samping obat, kontaminasi traveling), fcator fisiologis
(inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritasi, parasit).
2) Kurang volume cairan b/d kkehilangan volume cairanaktif, kegagalan
dalammekanisme pengaturan.
3) Cemas orang tua b/d proses penyakit anaknya.
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.