Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja
>10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10
g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)
atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare
akut dan kronis (Wong, 2009).

B. KLASIFIKAASI
1. Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a) Lama waktu diare


1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit
kurang dari 14 hari, dan akan mered tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
b) Mekanisme patofisiologik
1) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
3) Malabsorbsi asam empedu.
4) Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
5) Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
6) Gangguan permeabilitas usus.
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
c) Penyakit infektif atau non-infektif.
d) Penyakit organik atau fungsional

2. Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.


b) Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
c) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
d) Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).

3. Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi


a) Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi
dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10%
lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b) Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat
dibagi menjadi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi
yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada
penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak
ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang
(≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

C. ETIOLOGI
1. Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002; Pitisuttithum,
2002)
a. Virus : Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9, Norwalk, Astrovirus, Adenovirus
(type 40, 41), Small bowel structured virus, Cytomegalovirus
b. Bakteri : Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enterophatogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Enteroinvasive E.coli (EIEC).
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). Shigella spp. Campylobacter jejuni
(helicobacter jejuni). Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. V.cholerae
Salmonella (non thypoid).
c. Protozoa : Giardia lamblia. Entamoeba histolytica. Cryptosporidium.
Microsporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis
d. Helminths : Strongyloides stercoralis. Schistosoma spp, Capilaria
philippinensis. Trichuris trichuria.
2. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar,
tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang
dikelompokan sebagai berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep Kes RI,
1999; Yatsuyanagi, 2002)
a. Infeksi :
1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter,
Aeromonas)
2) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
3) Parasit
a) Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
b) Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
c) Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Alergi: alergi makanan
d. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a) Jazad renik, Algae
b) Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
e. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
f. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan
cemas
D. MANIFSTASI KLINIS

1. Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu


a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
2. Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat
badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat
naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin
dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi
ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi
akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat
tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan
pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting
karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi
cairan intravena tanpa alkali.
3. Gejala Diare menurut Kliegman (2006), yaitu:
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai
dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi
kehijauhijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006)
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat
dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi
yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada
penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak
ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang
(≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis
metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002;
Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah
infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya menderita
infeksi C. Jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita
kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot
pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain – Barre
tetap belum diketahui.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
o Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
o Syok
o Kejang
o Sepsis
o Gagal Ginjal Akut
o Ileus Paralitik
o Malnutrisi
o Gangguan tumbuh kembang

F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut:
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya
infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali
kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle
harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi
enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus
dicatat (>250ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore
atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat feses
>300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan
proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak
orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False
negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk
mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir.
Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa
intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare
osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus
diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana
nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit
karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap,
terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam
lemak rantai pendek.Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul
dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap
yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap
tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia
E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang
dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan
abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam
lemak (ADK).
Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium
luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa.
Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan
albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan
normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),
calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda
urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi fese
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.

H. PENCEGAHAN
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
b. Makanan Pendamping ASI
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
d. Mencuci Tangan
e. Menggunakan Jamban
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
b. Pengelolaan Sampah
c. Sarana Pembuangan Air Limbah

I. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima
Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:

1. Berikan Oralit
2. Berikan obat Zinc
3. Pemberian ASI / Makanan :
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
5. Pemberian nasihat pada ibu atau pengasuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Identitas yang mencakup identitas klien dan penanggungjawab
1)Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
tanggal masuk Rumah Sakit, tanggal pengkajian, anak ke,
diagnosa medis.
2)Identitas penanggungjawab meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang terdiri dari
paliatif (P), yaitu faktor penyebab, Qualitaty (Q), bagaimana gejala
dirasakan. Region (R) dimana gejala dirasakan apakah menyebar,
safety (S) atau skala nyeri seberapa tinggi tingkat nyeri yang
dirasakan, Time (T) kapan gejala mulai timbul.
3) Riwayat kesehatn dahulu
Menerangkan medikasi yang telah dilakukan dan hospitalisasi
sebelumnya atau therapi yang sudah dilakukan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan penyakit yang
sama seperti yang dialami klien.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Menjelaskan tentang keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal),
persalinan (natal) dan postnatal atau setelah anak lahir apakah telah
mengalami infeksi tali pusat atau keluhan lain. Dan bagaimana tahap
tumbuh kembangnya.
6) Riwayat immunisasi
Menjelaskan jenis-jenis immunisasi apa saja yang diberikan dan
pada saat usia berapa immunisasi diberikan.
7) Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang pemberian ASI dan PASI, pemberian
makanan, jenis makanan dan pada saat usia berapa makanan tersebut
diberikan.
8) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan fisik berat badan lahir, berat
badan sebelum sakit, berat badan sekarang, panjang badan, lingkar
lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala. Perkembangan
menjelaskan tentang motorik kasar anak yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, bahasa dan
kecerdasan anak, sosial dan kemandirian anak.
9) Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam
bermain dan pola asuh keluarga.
10) Data psikologis
Menjelaskan psikologis klien apakah pendiam atau rewel dan
apakah klien menerima dengan hadirnya perawat, dokter. Dan
psikologis keluarga apakah ada kecemasan pada keluarga.
11) Data biologis
Menjelaskan tentang temuan pemenuhan nutrisi pada saat di rumah
sakit dan di rumah, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene
atau kebersihan anak, pola aktivitas bermain anak pada saat di
rumah dan di rumah sakit.

c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada dasarnya menggunakan 4 metode yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Keadaan umum : penampilan klien pada saat dikaji
2) Tanda-tanda vital
Mengukur suhu, nadi, respirasi pada kasus diare biasanya terjadi
peningkatan suhu tubuh.
3) Sistem neurologi
Hal ini menjelaskan tingkat kesadaran, kesimetrisan kepala,
ketajaman penglihatan, reflek, kesimetrisan pada leher.
4) Sistem pernapasan
Dalam sistem pernapasan kaji bentuk dada, ada nyeri tekan atau
tidak, bunyi suara nafas, pernapasan teratur atau tidak, apakah ada
pernapasan cuping hidung, kaji tanda-tanda distres pernapasan,
palpasi adanya massa, peradangan, kesimetrisan dan ekspansi.
5) Sistem kardiovaskuler
Dalam pemeriksaan kardiovaskuler ditekan pada pemeriksaan
auskultasi.Apakah ada bunyi tambahan, suara jantung, frekuensi
nadi.
6) Sistem gastrointestinal
Kaji kelembaban mulut, warna sianosis/tidak, pembengkakan,
jumlah gigi susu, karies, ukuran dan bentuk abdomen peristaltic.
7) Sistem perkemihan
BAK lancar warna urine kuning khas
8) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas yang dikaji, bentuk dan kebebasan pergerakan.
9) Sistem endokrin
Menjelaskan ukuran tubuh yaitu berat badan, lingkar kepala, lingkar
dada, keadaan kulit meliputi warna, tekstur, turgor dan keadaan
kulit, tekstur dan bentuk rambut, keadaan wajah pucat atau tidak.
10) Sistem integumen
Warna kulit dan rambut, temperatur, tekstur, turgor, ada tidaknya
lesi dan kebersihan kuku.
d. Data penunjang
Meliputi hasil laboratorium (hematologi) diet dan therapy.
2. Analisa Data
Adalah suatu metoda untuk mengetahui sebab mungkin masalah yang
terjadi akibat masalah yang ditimbulkannya.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Diare b/dfactor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional (keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan
melalui selang efek samping obat, kontaminasi traveling), fcator fisiologis
(inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritasi, parasit).
2) Kurang volume cairan b/d kkehilangan volume cairanaktif, kegagalan
dalammekanisme pengaturan.
3) Cemas orang tua b/d proses penyakit anaknya.
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEP. NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI


1. Diare b/dfactor Setelah dilakukan Manajemen Diare (0460)
psikologis (tingkat tindakan keperawatan o Identifikasi faktor yang
stress dan cemas selama .... X 24 Jam mungkin menyebabkan
tinggi), faktor pasien tidak mengalami diare (bakteri, obat,
situasional (keracunan, diare / diare berkurang, makanan, selang makanan,
penyalahgunaan dengan kriteria hasil : dll )
laksatif, pemberian o Evaluasi efek samping
makanan melalui Bowel elimination : obat
selang efek samping - Frekuensi BAB O Ajari pasien
obat, kontaminasi normal < 3 kali/ hari menggunakan obat diare
traveling), fcator - Konsistensi feses dengan tepat (smekta
fisiologis (inflamasi, normal (Lunak dan diberikan 1-2 jam setelah
malabsorbsi, proses Berbentuk) minum obat yang lain)
infeksi, iritasi, parasit) - Gerakan usus tidak o Anjurkan pasien /
meningkat (Terjadi keluarga untuk mencatat
Batasan Karakteristik: setiap 10-30 detik) warna, volume, frekuensi,
- BAB > 3x/hari - Warna feses normal bau,
- Konsistensi encer / - Tidak ada lendir konsistensi feses.
cair darah o Dorong klien makan
- Sura usus hiperaktif - Tidak ada nyeri\tidak sedikit tapi sering
- Nyeri perut ada diare (tambah secara bertahap)
- Kram - Tidak ada kram o Anjurkan klien
- Gambaran peristaltik menghindari makanan
tidak nampak yang berbumbu dan
- Bau feses normal menghasilkan gas.
(tidak amis , Bau o Sarankan klien untuk
busuk ) menghindari makanan
yang banyak mengandung
laktosa.
o Monitor tanda dan gejala
diare
o Anjurkan klien untuk
menghubungi petugas
setiap episode diare
o Observasi turgor kulit
secara teratur
o Monitor area kulit di
daerah perianal
dari iritasi dan ulserasi
o Ukur diare / keluaran isi
usus
o Timbang Berat Badan
secara teratur
o Konsultasikan dokter jika
tanda dan
gejala diare menetap.
o Kolaborasi dokter jika ada
peningkatan
suara usus
o Kolaborasi dokter jika
tanda dan gejala
diare menetap.
o Anjurkan diet rendah serat
o Anjurkan untuk
menghindari laksatif
o Ajari klien / keluarga
bagaimana
meme-lihara catatan
makanan
o Ajari klien teknik
mengurangi stress
o Monitor keamanan
preparat makanan

Manajemen Nutrisi (1100)


o Tentukan faktor fisik atau
psikis yang
menyebabkan diare.
o Terangkan penyebab
masalah dan
alasan dilakukan tindakan.
o Diskusikan prosedur dan
hasil yang
diharapkan dengan klien /
keluarga
o Anjurkan klien / keluarga
untuk mencatat keluaran
feses
o Cuci area perianal dengan
sabun dan
air dan keringkan setiap
setelah habis
bab
o Gunakan cream di area
perianal
o Jaga tempat tidur selalu
bersih dan
kering

Bowel Incintinence Care


(0410)
o Bersihkan secara teratur
dengan teknik aseptik
o Jaga daerah perineum
selalu kering
o Pertahankan klien pada
posisi yang
nyaman
o Berikan obat anti nyeri /
inflamasi
dengan tepat
2. Kurang volume cairan Setelah dilakukan Monitor Cairan (4130)
b/d kkehilangan tindakan keperawatan o Tentukan riwayat jenis
volume cairanaktif, selama .... X 24 Jam dan banyaknya
kegagalan pasien tidak mengalami intake cairan dan kebiasaan
dalammekanisme diare / diare berkurang, eleminasi
pengaturan. dengan kriteria hasil : o Tentukan faktor resiko
yang
Batasan karakteristik : Hidrasi (0602) menyebabkan
- Kelemahan - Hidrasi kulit adekuat ketidakseimbangan
- Haus - Tekanan darah cairan (hipertermi, diu-retik,
- Penurunan turgor dalam ba-tas normal kelainan
kulit - Nadi teraba ginjal, muntah, poliuri,
- Membran mucus - Membran mukosa diare,
/ kulit kering lembab diaporesis, terpapar panas,
- Nadi meningkat, - Turgor kulit normal infeksi)
te-kanan darah - Berat badan stabil o Menimbang BB secara
menu-run, dan dalam batas teratur
tekanan nadi normal o Monitor vital sign
menurun - Kelopak mata tidak o Monitor intake dan output
- Penurunan ce-kung o Periksa serum, elektrolit
pengisian kapiler - Fontanela tidak dan
- Perubahan status cekung membatasi cairan bila
mental - Urin output normal diperlukan
- Penurunan urin - Tidak demam o Jaga keakuratan catatan
out-put - Tidak ada rasa haus intake dan
- Peningkatan yang sangat output
konsen-trasi urin - Tidak ada napas o Monitor membrane
- Peningkatan suhu pendek / kusmaul mukosa, turgor
tubuh Balance Cairan (0601) kulit dan rasa haus
- Hematokrit - Tekanan darah o Monitor warna dan jumlah
mening-kat normal urin
- Kehilangan berat - Nadi perifer teraba o Monitor distensi vena
ba-dan - Tidak terjadi leher,
mendadak. ortostatik krakles, odem perifer dan
hypotension peningkatan
- Intake-output berat badan.
seimbang dalam 24 o Monitor akses intravena
jam o Monitor tanda dan gejala
- Serum, elektrolit asites
dalam batas normal. o Catat adanya vertigo
- Hmt dalam batas o Pertahankan aliran infuse
normal sesua advis
- Tidak ada suara dokter
napas tambahan Manajemen Cairan (4120)
- BB stabil o Timbang berat badan dan
- Tidak ada asites, monitor kecenderungannya.
edema perifer o Timbang popok
- Tidak ada distensi o Pertahankan keakuratan
vena leher catatan intake
- Mata tidak cekung dan output
- Tidak bingung o Pasang kateter bila perlu
- Rasa haus tidak o Monitor status hidrasi
berlebih-an (kelembaban
- Membrane mukosa membrane mukosa, denyut
lem-bab nadi,
- Hidrasi kulit adekuat tekanan darah)
o Monitor vital sign
o Monitor tanda-tanda
overhidrasi / kelebihan
cairan (krakles, edema
perifer,
distensi vena leher, asites,
edema
pulmo)
o Berikan cairan intravena o
Monitor status nutrisi
o Berikan intake oral selama
24 jam
o Berikan cairan dengan
selang (NGT)
bila perlu
o Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit
o Kolaborasi dokter jika ada
tanda dan
gejala kelebihan cairan
Manajemen Hipovolemia
(4180)
o Monitor status cairan
intake dan
output
o Pertahankan patensi akses
intravena
o Monitor Hb dan Hct
o Monitor kehilangan cairan
(muntah
dan diare)
o Monitor tanda vital
o Monitor respon pasien
terhadap
perubahan cairan
o Berikan cairan isotonic /
kristaloid
(Na-Cl, RL, Asering) untuk
rehidrasi
eks-traseluler
o Monitor tempat tusukan
intravena dari
tanda infiltrasi atau infeksi
o Monitor IWL (misalnya :
diaporesis)
o Anjurkan klien untuk
menghindari
meng-ubah posisi dengan
cepat, dari
tidur ke duduk atau berdiri
o Monitor berat badan
secara teratur
o Monitor tanda-tanda
dehidrasi ( turgor
kulit menurun, pengisian
kapiler
lambat, membrane mukosa
kering, urin
output menurun, hipotensi,
rasa haus
meningkat, nadi lemah.
o Dorong intake oral
(distribusikan
cairan selama 24 jam dan
beri cairan
diantara waktu makan)
o Pertahankan aliran infus
o Posisi pasien
Trendelenburg / kaki
elevasi lebih tinggi dari
kepala ketika
hipotensi jika perlu
Monitoring Elektrolit
(2020)
o Monitor elektrolit serum
o Kolaborasi dokter jika ada
ketidakseimbangan
elektrolit
o Monitor tanda dan gejala
ketidakseimbangan
elektrolit (kejang, kram
perut, tremor, mual dan
muntah,
letargi, cemas, bingung,
disorientasi, kram otot,
nyeri tulang, depresi
pernapasan, gangguan ira-
ma
jantung, penurunan
kesadaran : apatis,
coma)
Manajemen Elektrolit
(2000)
o Pertahankan cairan infuse
yang mengandung
elektrolit
o Monitor kehilangan
elektrolit lewat
suc-tion nasogastrik, diare,
diaporesis
o Bilas NGT dengan normal
salin
o Berikan diet makanan
yang kaya
kalium
o Berikan lingkungan yang
aman bagi
klien yang mengalami
gangguan
neurologis atau
neuromuskuler
o Ajari klien dan keluarga
tentang tipe,
penyebab, dan pengobatan
ketidakseimbangan
elektrolit
o Kolaborasi dokter bila
tanda dan gejala
ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
o Monitor respon klien
terhadap terapi
elektrolit
o Monitor efek samping
pemberian suplemen
elektrolit.
o Kolaborasi dokter
pemberian obat
yang mengandung elektrolit
(aldakton,
kalsium glukonas, Kcl).
o Berikan suplemen
elektrolit baik lewat
oral, NGT, atau infus sesuai
advis
dokter
3. Cemas orang tua b/d Setelah dilakukan Coping enhancement
proses penyakit tindakan keperawatan (5230)
anaknya. selama … X pertemuan o Kaji respon cemas orang
kecemasan orang tua tua
Batasan karakteristik : berkurang, dengan o Jelaskan orang tua
- Orang tua sering criteria: tentang proses penyakit
bertanya Anxiety control (1402) anaknya
- Orang tua - Tidur adekuat o Bantu orang tua untuk
mengungkapkan - Tidak ada manifestasi mengenali penyebab
perasaan cemas fisik diare.
- Khawatir - Tidak ada manifestasi o Terangkan orang tua
- Kewaspadaan perilaku tentang prosedur
meningkat - Mencari informasi pemeriksaan dan
- Mudah tersinggung untuk mengurangi pengobatan
- Gelisah cemas o Beritahu dan jelaskan
- Wajah tegang, - Menggunakan teknik setiap perkembangan
memerah re-laksasi untuk penyakit anaknya
- Kecenderungan me- mengurangi cemas o Dorong penggunaan
nyalahkan orang lain - Berinteraksi sosial sumber spiritual
Aggression Control Anxiety Reduction (5820)
(1401) o Jelaskan semua prosedur
- Menghindari kata termasukpera-saan yang
yang meledak-ledak mungkin dialami selama
- Menghindari perilaku men-jalani prosedur
yang merusak o Berikan objek yang
- Mampu mengontrol dapat memberikanra-sa
ung-kapan verbal aman
Coping (1302) o Berbicara dengan pelan
- Mampu dan tenang
mengidentifikasi pola o Membina hubungan
koping yang efektif saling percaya
dan tidak efektif o Dengarkan dengan
- Mampu mengontrol penuh perhatian
ver-bal
- Melaporkan stress / o Ciptakan suasana saling
ce-masnya berkurang percaya
- Mengungkapkan o Dorong orang tua
mene-rima keadaan mengungkapkan
- Mencari informasi o pera-saan, persepsi dan
ber-kaitan dengan cemas secara verbal
penyakit dan o Berikan peralatan /
pengobatan aktivitas yang meng-
- Memanfaatkan hibur untuk mengurangi
dukungan social ketegangan
- Melaporkan o Anjurkan untuk
penurunan stres fisik menggunakan teknik re-
- Melaporkan laksasi
peningkatan o Berikan lingkungan yang
kenyamanan tenang,
psikisnya o batasi pengunjung
- Mengungkapkan
membu-tuhkan
bantuan
- Melaporkan perasaan
ne-gatifnya berkurang
- Menggunakan
strategi ko-ping
efektif
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku
Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.

Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.


Mattingly, David., Seward,Charles. 2006. Bedside Diagnosis 13th Edition. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.

Wiyadi, N. 2007. Book 2 Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M).FK UGM.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai