Anda di halaman 1dari 9

Disusun oleh: Chairunisa Zata Yumni & Kartika Septyaningrum Sani

Hematemesis
Muntah darah adalah kondisi ketika terdapat darah di dalam muntah. Muntah itu sendiri adalah
keluarnya isi perut. Ketika seseorang muntah darah, maka muntahnya dapat terdiri dari isi perut
dan darah, atau bisa juga hanya terdiri dari darah.

Muntah darah atau hematemesis tidak sama dengan batuk berdarah. Muntah darah adalah
keluarnya darah dari lambung, sedangkan batuk darah adalah keluarnya darah dari paru-paru
atau saluran napas bawah. Oleh karena itu, batuk darah akibat TBC tidak dapat disebut sebagai
muntah darah.

Penyebab Muntah Darah


Muntah darah dapat disebabkan oleh banyak hal, di antaranya:
 Peradangan pada kerongkongan (esofagitis) yang menyebabkan luka
 Pecahnya varises esofagus, yaitu pembuluh darah yang membesar di kerongkongan
 Pecahnya varises lambung
 Pecahnya pembuluh darah arteri yang menonjol di dinding lambung (Dieulafoy’s lesion)
 Robeknya dinding kerongkongan (sindrom Mallory-Weiss)
 Peradangan pada lapisan lambung (gastritis)
 Tukak lambung dan penyakit GERD
 Peradangan pada usus dua belas jari (duodenitis)
 Luka pada usus dua belas jari (ulkus duodenum)
 Cedera parah pada area perut
 Tumor atau kanker pada lambung, kerongkongan (esofagus), atau pankreas

Sementara, muntah darah pada anak bisa disebabkan oleh:


 Kelainan bawaan
 Gangguan dalam proses pembekuan darah
 Menelan darah mimisan dalam jumlah banyak
 Menelan benda asing
 Kekurangan vitamin K
Faktor risiko muntah darah
Ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang berisiko mengalami muntah darah, di
antaranya:
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti pengencer darah atau NSAIDs, dalam jangka
panjang
 Menderita gagal hati akut
 Menderita penyakit dengan gejala muntah yang berkepanjangan atau intensitasnya kuat
 Menderita penyakit hati terkait alkohol, sirosis, atau hipertensi pada vena porta
 Menderita pankreatitis kronis
 Menderita infeksi lambung akibat bakteri Helicobacter pylori
 Menderita gangguan darah, seperti trombositopenia, leukemia, hemofilia, atau anemia
 Menelan zat beracun, seperti arsenik atau asam yang korosif, yang dapat merusak dinding
organ pencernaan
 Mengalami stres berat berkepanjangan

Gejala Muntah Darah


Biasanya, darah yang dimuntahkan berasal dari saluran pencernaan bagian atas. Sementara,
warna darah yang dimuntahkan tergantung pada sumber perdarahan dan tingkat keparahannya.
Darah yang berwarna kehitaman atau seperti bubuk kopi biasanya sudah lama bercampur dengan
asam lambung sebelum dimuntahkan. Sementara itu, darah yang berwarna merah terang
biasanya akibat perdarahan yang baru saja terjadi dan bisa berasal dari esofagus atau lambung.
Terdapat beberapa gejala yang dapat muncul bersamaan dengan muntah darah. Gejala-gejala
tersebut meliputi:
 Mual
 Rasa tidak nyaman di perut
 Nyeri perut
 Tinja berwarna hitam (melena)
Jika darah yang dimuntahkan lebih dari 500 cc (± 2 gelas minum), muntah darah dapat
menyebabkan anemia atau bahkan syok. Anemia dapat dikenali dengan munculnya keluhan
berikut:
 Lemas
 Kulit terlihat pucat dan dingin
 Detak jantung menjadi lebih cepat
 Pusing, pening, atau sakit kepala
Sementara, muntah darah yang memicu munculnya syok dapat dikenali dengan gejala dan tanda
berikut ini:
 Kulit pucat
 Tangan dan kaki terasa dingin dan basah
 Pusing berputar ketika berdiri
 Napas menjadi pendek dan cepat
 Penurunan kesadaran

Diagnosis Muntah Darah


Muntah darah umumnya adalah gejala dari suatu kondisi. Untuk mendiagnosis penyebab muntah
darah, dokter terlebih dulu akan melakukan tanya jawab dengan pasien seputar karakteristik
muntah darah dan riwayat penyakit atau cedera yang dimiliki.
Akan tetapi, apabila pasien datang dengan tingkat kesadaran yang menurun atau bahkan
kehilangan kesadaran, dokter akan langsung memeriksa frekuensi napas, tekanan darah, denyut
nadi, dan suhu tubuh pasien.
Dokter juga akan melakukan tanya jawab dengan orang yang membawa pasien ke rumah sakit.
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menentukan penanganan awal guna menstabilkan kondisi
pasien. Penanganan awal yang diberikan bisa berupa pemberian infus cairan atau oksigen.
Bila kondisi pasien stabil, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk
memastikan penyebab terjadinya muntah darah. Beberapa jenis tes penunjang yang dapat
dilakukan adalah:
Pemindaian dengan CT scan, foto Rontgen, USG, atau MRI, untuk mendeteksi ada tidaknya
pertumbuhan jaringan yang tidak normal atau kerusakan organ pencernaan yang bisa
menyebabkan perdarahan
Endoskopi, untuk memastikan secara langsung sumber perdarahan di saluran pencernaan
Biopsi, untuk mengetahui kemungkinan perdarahan disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau
kanker
Tes darah lengkap, untuk mendeteksi kelainan darah dan memperkirakan jumlah darah yang
berkurang
Tes koagulasi, untuk mengetahui apakah perdarahan disebabkan oleh gangguan pembekuan
darah

Pengobatan Muntah Darah


Pengobatan muntah darah tergantung dari seberapa banyak darah yang hilang, penyebab muntah
darah, dan komplikasi yang muncul. Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan
dokter untuk mengobati muntah darah:
1. Infus cairan
Metode ini bertujuan untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat perdarahan dan mengatasi
atau mencegah timbulnya syok akibat hilangnya cairan tubuh. Jika perdarahan sangat banyak,
transfusi darah bisa dibutuhkan. Infus cairan dapat diberikan sambil menunggu transfusi darah
yang mungkin belum tersedia.
2. Transfusi darah
Transfusi darah, seperti transfusi sel darah merah, sel keping darah, atau faktor pembekuan lain,
dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang akibat muntah darah atau untuk menghentikan
perdarahan. Transfusi darah tidak selalu dibutuhkan, tergantung pada jumlah darah yang hilang.
3. Endoskopi
Selain untuk mengetahui sumber perdarahan, endoskopi juga dapat digunakan untuk
mengendalikan perdarahan kecil yang terus terjadi. Endoskopi dilakukan sesegera mungkin pada
pasien yang mengalami gejala syok atau paling tidak sebelum 24 jam pada pasien yang tidak
mengalami gejala syok.
4. Operasi
Penanganan muntah darah dengan operasi dilakukan untuk mengendalikan perdarahan hebat
yang masih berlangsung. Prosedur ini umumnya dilakukan ketika perdarahan tidak dapat
ditangani dengan endoskopi, misalnya akibat robekan pada lambung atau usus dua belas jari.
5. Obat-obatan
Jenis obat yang diberikan untuk mengendalikan muntah darah tergantung pada penyebabnya.
Obat PPI, seperti omeprazole, diberikan untuk menjaga agar asam (pH) lambung tidak terlalu
asam dan semakin melukai lambung atau esofagus.
Obat lain yang juga bisa diberikan untuk menangani muntah darah antara lain obat untuk
menurunkan tekanan darah pada vena porta, obat pelapis dinding lambung, dan obat antimual.

Komplikasi Muntah Darah


Muntah darah yang tidak segera ditangani dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami
komplikasi, seperti:
 Sulit bernapas karena darah masuk ke dalam saluran pernapasan (aspirasi) dan terkumpul
di paru
 Tercekik akibat gumpalan darah yang menyumbat saluran pernasapan
 Anemia karena perdarahan berlebih
 Syok akibat kekurangan darah
Perlu diketahui, tidak semua orang yang muntah darah pasti mengalami aspirasi. Kondisi ini
lebih berisiko terjadi pada lansia, penderita stroke, gangguan menelan dan kecanduan alkohol.

Pencegahan Muntah Darah


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah muntah darah adalah:
 Hindari mengonsumsi makanan dan minuman penyebab asam lambung naik, misalnya
yang kadar asamnya tinggi, pedas, berlemak tinggi, atau beralkohol.
 Jaga pola dan jadwal makan yang teratur, terutama jika menderita gastritis, GERD, tukak
lambung, atau ulkus duodenum.
 Kontrol rutin ke dokter jika menggunakan obat-obatan, seperti pengencer darah atau
NSAIDs, dalam jangka panjang.
 Lakukan teknik relaksasi untuk mengendalikan stres.

Melena adalah tinja yang berwarna hitam atau gelap akibat perdarahan di saluran pencernaan
bagian atas. Melena merupakan salah satu tanda dari kondisi medis yang perlu segera ditangani.
Melena terjadi akibat perdarahan pada salah satu organ di saluran pencernaan atas, yaitu
kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari (duodenum). Pada sebagian besar kasus,
penyebab perdarahan di bagian tersebut adalah tukak lambung, perdarahan pada varises di
kerongkongan (esofagus), dan tumor di esofagus.

Penyebab Melena
Darah pada tinja bisa berwarna merah, seperti warna normal pada darah. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perdarahan di usus besar. Darah pada tinja berwarna merah karena jarak antara
usus besar dan anus yang dekat.
Sedangkan pada melena, darah di tinja berwarna hitam. Hal ini karena darah telah bercampur
dengan enzim dan asam lambung di saluran pencernaan.
Melena bisa menjadi salah satu tanda dari kondisi medis tertentu, antara lain:
1. Tukak lambung atau ulkus duodenum
Tukak lambung adalah luka yang terbentuk di dinding lambung. Sedangkan ulkus duodenum
adalah luka yang muncul di usus dua belas jari. Luka di kedua organ tersebut dapat
menyebabkan melena bila mengalami perdarahan.
Tukak lambung dan ulkus duodenum merupakan penyebab paling sering dari melena.
2. Sindrom Mallory-Weiss
Sindrom Mallory-Weiss adalah kondisi yang ditandai dengan robeknya lapisan dalam di
kerongkongan yang berbatasan dengan lambung. Melena terjadi jika robekan ini berdarah.
3. Pecah varises esofagus
Varises esofagus adalah pembesaran pembuluh darah vena di bagian esofagus pada penderita
sirosis. Varises esofagus ini dapat pecah sehingga berdarah dan menyebabkan melena.
4. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan di kerongkongan yang dapat dialami oleh penderita penyakit asam
lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Kondisi ini dapat menyebabkan
perdarahan yang salah satunya ditandai dengan melena.
5. Tumor
Melena juga merupakan salah satu gejala dari tumor jinak atau tumor ganas yang tumbuh di
kerongkongan atau lambung.
Selain beberapa kondisi medis di atas, seseorang berisiko terserang melena bila mengonsumsi
obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dalam jangka panjang, atau
menjalani radioterapi.

Gejala Melena
Gejala utama melena adalah darah pada tinja yang menyebabkan tinja berwarna seperti aspal dan
berbau busuk. Melena juga dapat disertai gejala lain, seperti:

 Nyeri perut
 Pusing
 Mual
 Kulit pucat
 Muntah darah (hematemesis)

Diagnosis Melena
Dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala dan riwayat medis, serta obat-obatan yang
terakhir dikonsumsi pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter akan
merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti:
 Tes tinja, untuk memastikan keberadaan darah di tinja
 Tes darah, untuk memeriksa kadar oksigen, zat besi, dan fungsi pembekuan darah
 Endoskopi, untuk melihat kondisi saluran pencernaan bagian atas
 Foto Rontgen atau CT scan, untuk mencari sumber perdarahan pada saluran pencernaan
atas
Penanganan Melena
Metode penanganan melena akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahannya. Jika
perdarahan cukup banyak dan terjadi dengan cepat, dokter akan terlebih dahulu menstabilkan
kondisi pasien dengan memberikan infus dan transfusi darah.
Bila kondisi pasien telah kembali stabil, dokter akan melakukan penanganan lebih lanjut, antara
lain:
1. Obat-obatan
Dokter akan memberikan obat penghambat pompa proton, seperti esomeprazole atau
pantoprazole, untuk mengurangi produksi asam lambung. Dengan demikian, perdarahan akibat
tukak lambung dapat dihentikan.
2. Endoskopi
Prosedur endoskopi dapat dilakukan untuk mengatasi melena yang disebabkan oleh pecahnya
varises esofagus.
3. Embolisasi
Embolisasi dilakukan dengan menyuntikkan zat khusus untuk menutup pembuluh darah yang
bocor atau pecah.
4. Operasi
Operasi dilakukan pada kasus melena yang tidak ditemukan sumber perdarahannya atau bila
penanganan lain tidak berhasil mengatasi perdarahan. Operasi bertujuan untuk memperbaiki
dinding lambung atau usus dua belas jari yang robek, agar perdarahan berhenti. Operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat tumor yang menyebabkan perdarahan.

Komplikasi Melena
Melena dapat menyebabkan komplikasi serius bila tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi
tersebut adalah:
 Anemia, jika melena berlangsung dalam waktu yang lama
 Syok, jika penyebab perdarahan tidak segera diatasi dan bertambah parah

Pencegahan Melena
Melena dapat dicegah dengan menghindari berbagai penyebab perdarahan saluran cerna.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perdarahan tersebut adalah:
 Berhenti merokok
 Minum air putih yang cukup
 Memeriksakan diri ke dokter jika menderita tukak lambung atau GERD, agar
mendapatkan penanganan dengan tepat
 Menghindari konsumsi OAINS atau aspirin tanpa resep dari dokter, terutama dalam
jangka panjang
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein secara berlebihan
 Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang

Referensi
o Du, B. et al. (2019). Treatment of Severe Upper Gastrointestinal Bleeding Caused by Mallory-Weiss
Syndrome After Primary Coronary Intervention for Acute Inferior Wall Myocardial Infraction: A Case
Report. World Journal of Clinical Cases, 7(24), pp. 4407-13.
o Saleem, S. & Thomas, A. (2018). Management of Upper Gastrointestinal Bleeding by an Internist. Cureus,
10(6), pp. 1-8.
o Cancer Research UK (2019). Pancreatic Cancer. Symptoms of Advanced Cancer.
o National Health Service (2019). Health A to Z. Vomiting Blood (Haematemesis).
o National Institute of Health (2018). Medline. Vomiting Blood.
o Cleveland Clinic (2018). Symptoms. Vomiting Blood: Care and Treatment.
o Mayo Clinic (2020). Disease & Conditions. Vomitting Blood.
o Mayo Clinic (2019). Disease & Conditions. Anemia.
o Kahn, A. Healthline (2019). Why am I Vomitting Blood?
o Shannon, J. Healthline (2018). Stomach Ulcers ang What You Can Do About Them.
o Upchurch, B. Medscape (2019). Upper Gastrointestinal Bleeding (UGIB).
o Rull, G. Patient (2018). Vomiting Blood.
o WebMD (2020). Hemoptysis (Coughing Up Blood).
o WebMD (2020). Hypovolemic Shock.
o Yano, Y., et al. (2020). Hematemesis due to Double Sources: A Case Report of Epistaxis Following Gastric
Ulcer. Acute Medicine & Surgery, 7(1), pp. e451.
o Medicover Hospitals (2021). Melaena.
o Gotter, A. Healthline (2018). What’s the Difference Between Hematochezia and Melena?
o Tresca, A. Verywell Health (2021). What Are the Causes of Black Stool?
o Wint, C. Healthline (2019). Everything You Need to Know About Gastrointestinal Bleeding.

Anda mungkin juga menyukai