Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna
hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada
saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang
sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif
atau ulkus peptikum. anusia. Sistem pencernaan mengolah makanan atau
asupanyang masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
Sistempencernaan dari bagian atas hingga bawah terdiri dari organ-organ
vital,misalnya esofagus, lambung, dan saluran intestinal. Oleh karena itu, system
pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus selalu terjaga agartetap
dapat menjalankan fungsinya secara optimal.Walaupun sistem pencernaan
harus selalu dipertahankan dalamkondisi baik tetapi terkadang muncul
berbagai gangguan yang muncul padasistem ini.
Adanya hematemesis melena merupakan salah satu
indikasimunculnya gangguan dalam sistem pencernaan. Hematemesis melena
dapatdisebabkan oleh berbagai hal, salah satunya peptic ulcer atau ulkus
peptikum.Mengenai hematemesis melena, penyebab dan patofisiologinya
akandibahas di bab selanjutnya.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam makalah ini antara lain:
a. Apakah pengertian hematemesis melena?
b. Apakah penyebab dari hematemesis melena?
c. Apa saja tanda dan gejala dari hematemesis melena?
d. Bagaimana patofisiologis dari hematesis melena?
e. Apakah pemeriksaan penunjang hematesis melena?
f. Apa saja penatalaksanaan dari hematesis melena?
g. Bagaimana proses keperawatan dari hematesis melena?
C. tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
a. Memaparkan dan mengetahui pengertian hematemesis melena.
b. Memaparkan dan mengetahui penyebab dari hematemesis melena.
c. Memaparkan dan mengetahui tanda dan gejala dari hematemesis melena.
d. Memaparkan dan mengetahui patofisiologis dari hematesis melena.
e. Memaparkan dan mengetahui pemeriksaan penunjang hematesis melena.
f. Memaparkan dan mengetahui penatalaksanaan dari hematesis melena.
g. Memaparkan dan mengetahui proses keperawatan dari hematesis melena.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP TEORI PENYAKIT HEMATESIS MELENA

A. DEFINISI
Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bias terjadi
dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa
berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bias juga
tersembunyi dan hanya bias diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan
yang terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosiarteriakan
mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan
penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000)
B. KLASIFIKASI
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah /Lower gastrointestinal bleeding
(LGIB)
(Mansjoer, 2000)
C. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan saluran cerna bagi anatas terbanyak di Indonesia adalah
karena pecahnya variseses ophagus, dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan
saluran cerna bagian atas.
1. Etiologi perdarahan saluran cerna bagian atas diantaranya adalah :
 Kelainan esophagus: varises, esophagitis, keganasan
 Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung & duodenum,
keganasan, dll
 Penyakit darah: leukemia, purpura trombositopenia, dll.
 Penyakit sistemik lainnya: uremia, dll
 Pemakaian obat yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dll
2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
 Tumor ganas
 Polip
 Kolitisulseratif
 Penyakit Chron
 Angiodiplasia
 Divertikula
 Hemorhoid
 Fistula rectal
 Hemoragik massif salurancernabagianatas
(Suparman, 1987)
D. TANDA DAN GEJALA
Gejalanya bias berupa :
1. Muntah darah (hematemesis). Hematemesis adalah muntah darah dan
biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena
adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung
campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal
(Grace &Borley, 2007)
2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena). Tinja yang kehitaman
biasanya merupakan akibat dari perdarahan di saluran pencernaan bagian
atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi
karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan kuman
selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah
dapat menghasilkan tinja yang berwarna kehitaman.
3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia)
4. Waterbrash merupakan regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut.
Gangguan ini dirasakan terdapat pada tenggorokan sebagai rasa asam atau
cairan panas yang pahit
5. Pirosis ( nyeri ulu hati )
Pirosis sering ditandai sensasi panas. Nyeri ulu hati dapat disebabkan oleh
refluks asam lambung atau sekrat empedu kedalam esofahus bagian
bawah, keduanya sangat mengiritasi mukosa.
6. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bias menunjukkan gejala-
gejala anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing.
Jika terdapat gejala-gejala tersebut, dokter bias mengetahui adanya
penurunan abnormal tekanan darah, pada saat penderita berdiri setelah
sebelumnya berbaring.
7. Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah
denyut nadi yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya
pembentukan air kemih. Tangan dan kaki penderita juga akan teraba
dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah keotak karena kehilangan
darah, bias menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan
bahkan syok
8. Pada penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari
penyakit lainnya, seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit
paru-paru dan gagal ginjal, bias bertambah buruk. Pada penderita penyakit
hati, perdarahan kedalam usus bias menyebabkan pembentukan racun
yang akan menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan
kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopatihepatik).
A. Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluarn feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan
dan bergumpal-gumpal. ( Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC)
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan
lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC ).
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru di
jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau
melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besra kecilnya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan
yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit
saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per
rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan
usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat
berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis,
hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan
asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya
tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna
hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat perdarahan
saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai
hematemesis (Purwadianto & Sampurna, 2000).
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan kontak antara darah dengan asam lambung dan besarkecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah – merahan dan
bergumpal – gumpal (Netina, Sandra M, 2001).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan
lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran certa atas (Sylvia, A. Price, 2005)

B. Etiologi
a) Kelainan di esophagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium.
Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang
dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena
sudah bercampur dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan
anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif.

3) Sindroma Mallory – Weiss


Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan. misalnya pada peminum alkohol atau
pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah
- muntah hebat dan terus - menerus.
4) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermiten
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
daripada hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.
b) Kelainan di lambung
1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum
obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah
penderita mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan
melena lebih dominan dari hematemesis.
c) Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
trombositopenia purpura.
C. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba, penurunan
arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda
dan gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh,
dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami
kegagalan. Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi
berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL
lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin.
Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus
atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan
tertahan pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi
hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan
melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah
perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam
tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi
terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis
melena adalah muntah darah (hematemesis), mengeluarkan tinja yang kehitaman
(melena), mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia), syok (frekuensi denyut
jantung meningkat, tekanan darah rendah), akral teraba dingin dan basah, penyakit
hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati purpura serta memar, demam ringan
antara 38 -39° C, nyeri pada lambung / perut, nafsu makan menurun,
hiperperistaltik, jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia) dengan gejala mudah lelah, pucat nyeri
dada, dan pusing yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan
trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum
darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus
(Purwadianto & Sampurna, 2000)
Gejala yang ada yaitu :
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah
e. Akral teraba dingin dan basah
f. Nyeri perut
g. Nafsu makan menurun
h. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double kontrast
pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai
posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus
lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik
dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis
berhenti.

c. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati


Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan secara
berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita(Davey, 2005).

F. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
Pengawasan dan pengobatan umum.
1. Tirah baring.
2. Diet makanan lunak
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
(hematemesis melena)
5. Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu CVP monitor.
7. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti
keadaan perdarahan.
8. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
9. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis berguna untuk menanggulangi perdarahan.
10. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang
tidak diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak
oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
11. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan
lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-
obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan
vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran
darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti.
Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air
sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan
endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung
sudah jernih.
12. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per
infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus
sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian
diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa
pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
13. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB
tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas
akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube
yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas
tidak pernah dijumpai.
14. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3
% sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel
disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB
tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang
beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan
merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.
15. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah :
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan
fungsi hari membaik

G. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu
kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun
di dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
WOC Hematemesis Melena

Kelainan esophagus: Kelainan lambung dan Penyakit darah:


varises esophagus, leukemia, DIC, purpura Penyakit sistemik: Obat-obatan
duodenum: tukak
esophagitis, trombositopenia, sirosis hati ulserogetik: gol.salisilat,
lambung, keganasan
keganasan esophagus hemophilia kortikosteroid, alcohol.

Tekanan portal Infeksi mukosa Pecahnya PD Obstruksi aliran O2 mukosa


lambung darah lewat hati terhambat

Pembuluh darah
Erosi dan ulserasi Perdarahan Pembentukan Asam lambung
pecah
kolateral

Kerusakan vaskuler Masuk saluran Distensi PD Inflamasi mukosa


pada mukosa cerna abdomen lambung
lambung

Varises

PD ruptur

HEMATEMESIS
MELENA

MK: ansietas perdarahan


Anoreksia Mual-muntah

Tekanan kapiler
MK: Syok
ketidakseimbangan hipovolemik Protein plasma
nutrisi kurang dari hilang
kebutuhan tubuh
MK: gangguan
keseimbangan Edema
cairan dan
Spasme dinding
elektrolit Penekanan PD
perut

Perfusi jaringan
MK:nyeri
akut
MK:
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
gastrointestinal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. PENGKAJIAN EMERGENCY dan KRITIS


a. Primary Survey
1) Airway
Look :
 Sesak napas, hipoksia, retraksi interkosta, napas cuping hidung,
kelemahan.
 Sumbatan atau penumpukan secret.
Listen :
 Gurgling, snoring, crowing, wheezing, krekels, stridor.
Feel :
 Diaporesis
Diagnosa keperawatan :
 Ketidakefektifan pola napas
NOC :
NIC :

2) Brething
a) Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
c) Ronki, krekels.
d) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh.
e) Penggunaan obat bantu nafas.
f) Tampak sianosis / pucat
g) Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
Diagnosa keperawatan :

3) Circulation
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia,
hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan
(vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah kehilangan
darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respon psikologik).
a) Nadi lemah/tidak teratur.
b) Takikardi dan bradikardi bisa terjadi
c) TD meningkat/menurun.
d) Edema.
e) Gelisah.
f) Akral dingin.
g) Gangguan sistem termoregulasi (hipertermia dan Hipotermia)
h) Kulit pucat atau sianosis.
i) Output urine menurun / meningkat

4) Disability
a) Penurunan kesadaran.
b) Penurunan refleks.
c) Tonus otot menurun
d) kekuatan otot menurun karena kelemahan.
e) Kelemahan
f) Iritabilitas,
g) Turgor kulit tidak elastis

5) Exposure
Nyeri kronis pada abdomen, perdarahan peses, nyeri saat mau BAB dan BAK,
distensi abdomen, perkusi hipertimpani, hiperperistalitik usus, mual muntah, hasil
foto rontegen abdomen infeksi saluran cerna.

b. Secondary Survey
1) TTV
a) Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari tidur
sampai duduk/berdiri.
b) Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
c) RR lebih dari 20 x/menit.
d) Suhu hipotermi/hipertermia.
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b) Nyeri abdomen, hiperperistalitik usus, produksi, Anoreksia, mual, muntah
(muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan
dengan luka duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa
bau asam, mual/muntah, tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan
pedas, coklat; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat
badan.
Tanda : Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis), berat jenis urin meningkat. urin menurun,
pekat,
c) Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih, krekels,
mengi, whwzing, ), sputum.
d) Odem ekstremitas, kelemahan, diaporesis
3) Pemeriksaan selanjutnya
a) Keluhan nyeri abdomen.
b) Obat-obat anti biotic, analgeti.
c) Makan-makanan tinggi natrium.
d) Penyakit penyerta DM, Hipertensi, hepatitis, gastroenteritis.
e) Riwayat alergi.

c. Tirtiary Survey
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Patologi Klinis : Darah lengkap, hemostasis (waktu perdarahan,
pembekuan, protrombin), elektrolit (Na,K Cl), Fungsi hati (SGPT/SGOT,
albumin, globulin)
b) Patologi Anatomi : Pertimbangkan dilakukan biopsi lambung
c) CPKMB, LDH, AST
d) Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
e) Sel darah putih (10.000-20.000).
f) GDA (hipoksia).
g) Radiologi : Endoskopi SCBA, USG hati

2. Diagnose Keperawatan Emergency dan Kritis


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan cairan tubuh
secara aktif) ditandai dengan perubahan pada status mental, penurunan tekanan darah,
tekanan nadi, volume nadi, turgor kulit, haluaran urine, pengisian vena, dan berat
badan tiba – tiba, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit,
suhu tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi urine, haus, dan kelemahan.
b. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan
hipovolemik karena perdarahan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada
mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi tentang
penyakitnya.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Kekurangan volume  Fluid balance Fluid management


cairan berhubungan  Hydration
 Pertahankan catatan intake
dengan perdarahan  Nutritional status : food
dan output yang akurat
and fluid
 Monitor status hidrasi (
 Intake
kelembapan membran
mukosa,nadi
Kriteria hasil :
adekuat,tekanan darah
 Mempertahankan urine
ortostatik )
output sesuai dengan
 Monitor vital sign
usia dan BB
 Monitor masukan
 Tekanan darah,nadi suhu
makanan
tubuh, dalam batas
 Kolaborasikan pemberian
normal
cairan Iv
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi  Monitor status nutrisi

 Elastisitas turgor kulit  Dorong masukan oral

baik,membran mukosa  Dorong keluarga untuk


lembab,tidak ada rasa membantu pasien makan
haus yang berlebihan  Kolaborasikan
pengamatan hasil
elektrolit serum
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
 Monitor tingkat HB dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Risiko ketidakefektifan  Circulation status Acid-base management
perfusi gastrointestinal  Elektrolit and acid
 Observasi status hidrasi
dan/atau ginjal  Base balance
(kelembapan membran
berhubungan dengan  Fluid balance
mukosa,TD ortostatik,dan
hipovolemik karena  Hidration
keadekuatan dinding nadi
perdarahan.  Urinary elimination
)
 Monitor HMT,
Kriteria hasil :
ureum,albumin,total
 Tekanan systole dan protein,serum osmolalitas
diastole dalam rentang dan urine
normal  Observasi tanda-tanda
 Tidak ada ganguan cairan berlebih
mental,orientasi kognitif  Pertahankan intake dan
dan kekuatan otot output secara akurat
 Tidak ada distensi vena  Monitor ttv
leher  Monitor glukosa darah
 Tidak ada bunyi paru arteri dan serum,elektrolit
tambahan urine
 Intake dan output  Monitor hemodinamik
seimbang status
 Tidak ada oedem perifer  Bebaskan jalan nafas
dan asites
 Menejemen akses
intravena

Pasien hemodialisis
 Observasi terhadap
dehidrasi
 Monitor TD
 Monitor BUN,creat,HMT
dan elaktrolit
 Timbang BB sebelum dan
sesudah prosedur
 Kaji status mental
 Monitor CT
 Pasien peritoneal dialysis
 Kaji
temperatur,TD,denyut
perifer,RR,dan BB
 Monitor adanya
respiratory distress
3 a. Nyeriakut Kriteria hasil :  Kaji nyeri
berhubungan dengan  Ajarkan tekhnik relaksasi
 Adanya penurunan
agen cedera biologis kepada pasien
intensitas nyeri
(rasa panas/terbakar  Berikan analgetik sesuai
 Ketidaknyamanan akibat
pada mukosa jadwal
nyeri berkurang
lambung dan rongga  Kolaborasikan dengan
 Tidak menunjukkan
mulut atau spasme dokter pemberian
tanda-tanda fisik dan
otot dinding perut). antibiotik
perilaku dalam nyeri
akut  Observasi TTV
 Pastikan keadaan
nadi,RR,Td dalam
rengtang normal
4 a. Ketidakseimbangan  Nutritional status Nutrition manegemnt :
nutrisi : kurang dari  Weight control
kebutuhan tubuh
berhubungan  Kaji adanya alergi
Kriteria hasil :
dengan makanan
ketidakmampuan  Adanya peningkatan  Kolaborasika dengan ahli
mencerna makanan berat badan sesuai tujuan gizi untuk menentukan
akibat perdarahan  Berat badan ideal sesuai jumlah kalori dan nutrisi
pada saluran dengan tinggi badan yang dibutuhkan pasien
pencernaan  Mampu mengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan intake
 Tidak ada tanda-tanda  Anjurkan pasien untuk
malnutris meningkatkan protein
 Tidak menunjukakan vitamin c
penurunan berat badan  Berikan makanan yang
berati sudah dikonsulkan oleh
ahli gizi
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah penegeluaran tinja


yang berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari pencernaan. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antar darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan saluran makanan


proksimal dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan
dalam pengelolaan dan prognosis. Manifestasi perdarahan saluran makanan
bagian atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah
yang hilang, dan apakah perdarahan berlangsung terus-menerus atau tidak.

Penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas yang sering dilaporkan


adalah pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati
kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan keganasan. Perbedaan laporan-laporan
penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas terletak pada urutan penyebab
tersebut.

Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna sama seperti


perdarahan pada umumnya, yakni meliputi pemeriksaan awal, resusitasi,
diagnosa, dan terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas
hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah perdarahan ulang.
Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan perdarahan saluran makanan bagian
atas adalah sebagai berikut: 1). Pemeriksaan awal, penekanan pada status awal
hemodinamik; 2). Resusitasi, terutama untuk stabilitas hemodinamik; 3).
Melanjutkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan
; 4). Memastikan perdarahan saluran makanan bagian atas atau bawah; 5).
Menegakkan diagnosa pasti penyebab perdarahan; 6). Terapi untuk menghentikan
perdarahan, penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah perdarahan ulang.
Tegaknya diagnosa penyebab perdarahan sangat menentukan langkah terapi yang
diambil.

B. Saran

Setelah di lakukan dan seminar ini kami berharap mahasiswa dapat


menjelaskan konsep dasar teori tentang penyakit hematomesisi melena,
memaparkankan tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
hematomesisi melena terkait gangguan sistem pencernaan, memberi asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit hematomesis melena

C. Kata Penutup

Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada


hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Hanya kepada
Allah penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Huda Nurarif.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action

Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah rded.). Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media.
Aesculapius.

Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-
110). Jakarta: Binarupa Aksara.

Primanileda (2009). Askep Hematemesis Melena. Diambil pada 13 Juli 2010 dar
http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan keperawatan-gratis-free.html.

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan. Edisi 6.


Jakarta : EGC
http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301026/bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai