Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua
sahingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah KMB II tentang penyakit
Abdominal Emergency.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Triyanto Saudin selaku koordinator
Pendidikan dan dosen KMB II yang telah membimbing penyusun dalam penyelesaian
makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat
kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf
apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi para mahasiswa Akademik Perawat dan pembaca.

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar. i
Daftar Isi. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hematemisis Melena .. 3
2.2 Hernia. 10
BAB III PNUTUP
3.1 Kesimpulan.. 14
3.2 Saran dan Kritik. 14
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.

Hematemisis Melena

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah
yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi
karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. Delapan puluh
enam persen dari angka kematian akibat pendarahan SCBA di Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit
sirosis hati dan hepatoma Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis
disebabkan oleh pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati
sehingga prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Perdarahan
akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol, obatobatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena, atau
keduanya. Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, tetapi sebaiknya
setiap pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu keaadaan serius yangs setiap
saat dapat membahayakan pasien. Setiap pasien dengan pendarahan harus dirawat di
rumah sakit tanpa kecuali, walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal
ini harus ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah
pendarahan lebih banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang berhubungan dengan
pendarahan tersebut, termasuk kematian pasien.

1.

Hernia

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya
buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang
kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan
nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu
aktif. Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui
jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Penyakit hernia banyak
diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh
dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina
yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia
akan segera menghinggapinya.
1.2. Tujuan
Secara umum makalah ini memiliki tujuan agar lebih mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan Kegawatan dalam perut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hematemisis Melaena


1.

A. Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran
cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang
mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal
(Grace & Borley, 2007).
Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar
(bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan
asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan
sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari
muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan atas
yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal,
dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan perdarahan saluran
pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus (Davey, 2005).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari
saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis,
ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung,
darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan
dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur
darah; umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari
50-100 ml dan biasanya disertai hematemesis ( Purwadianto & Sampurna, 2000).
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit.

1.

B. Etiologi

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas seperti hematemesis biasanya terjadi
bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri
atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak
50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar
kecilnya perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan pada saluran cerna bagian
atas paling sering disebabkan oleh :
1. Kelainan Esofagus
a. Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esofagus,
tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitamhitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita
muntah darah dan itupun tidak masif. Pada pemeriksaan endoskopi jelas terlihat
gmabaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan mudah berdaharah yang
terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntahmuntah hebat yang pada akhirnya
baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda.
Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus
menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh karsinoma
esofagus.
d. Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria muntah
darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras tersebut
ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat korosif untuk mukosa
mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah penderita juga mengeluh rasa
nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.

e. Esofagitis dan tukak esofagus


Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermittem atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hematemesis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan
yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu
hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat
rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan
makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan
semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat
hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih,
nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi
lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
1.

C. Faktor Pencetus

a)

Makanan yang merangsang, pedas, kasar

b)

Obat-obatan

c)

Kelelahan fisik

d)

Peningkatan asam lambung

e)

Over hidrasi

1.

D. Patofisiologi

Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat
muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang
berlebihan mengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya
riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah MalloryWeiss. Konsumsi alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%),
penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat
badan mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya
bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises. Adanya
riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan
fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna
bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi
yang normal, harus dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa,
biasanya dekat jantung, yang dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan
intermitten yang banyak) (Davey, 2005).

1.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah
syok (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan
koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada
lambung, hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam,
leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan
kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri
usus (Purwadianto & Sampurna, 2000).

1.

F. Diagnosis

Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dispepsia, bila ada riwayat
makan obat GAINS, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan erosl/ulkus
peptikum. riwayat sakit kuning/hepatitis. Keadaan umum pasien sakit ringan sampai
berat, dapat disertai pangguan kesadaran (prekoma. koma hepatikum), dapat terjadi
syok hipovolemik
Diagnosis terdiri dari 2 tahap yaitu:
(1) Diagnosis klinis tentative
Dibuat saat anamnesa, pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboraturium
(2) Diagnosis spesifik
Dilakukan saat pemeriksaan endoskopi dan pemeriksaan radiology
1.

G. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma
hepatik(suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran,
penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim
hati), syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung
dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat
cairan yang masuk saluran napas), anemi posthemoragik (kehilangan darah yang
mendadak dan tidak disadari). (Mubin, 2006)
1.

H. Penatalaksanaan

Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti
dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna
bagian atas meliputi:

1.Pengawasan dan pengobatan


a. Penderita harus
diistirahatkan mutlak, obat obat yang menimbulkan
efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan .
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang
0,9 % selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan
perlu dipasang CVP monitor.

dan diberikan larutan garam fisiologis NaCl


darah, nadi, kesadaran penderita dan bila

e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti


keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50 70 % nilai normal.
g. Pemberian obat obatan hemostatik seperti vitamin K 410 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika
yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh usus, dan
ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
1.

Pemasangan pipa nasogastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
lavage (umbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian
air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga
diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Umbah lambung ini akan dilakukan berulang kali
memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan
bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1 2 jam. Pemeriksaan endoskopi
dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)


Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infuse akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan
tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat merangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan
pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena
itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan
adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore Tube
Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube (SB tube) untuk
penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB
tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita
dapat diberitahu dan dijelaskan tujuan pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian
SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas akibat
pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti
laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah ditemukan.
5.Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3
ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan
varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Cara pengobatan ini sudah
mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.
6.Tindakan operasi
Bila usaha usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan
operasi yang basa dilakukan adalah: ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto -kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan
berhenti dan fungsi hati membaik.

2.2 Hernia
1.

A. Definisi

Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith,
1994).
Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya.
1.

B. Klasifikasi

Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan
proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a. Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya, seperti :
1. Inguinal. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
o Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut
atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan
tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
o Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien

terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil
bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum wanita
daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata
dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui
jaringan parut yang lemah.

b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :


1. Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena
tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita.

2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)


.
c. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1 Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2 Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis).
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3 Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Hernia strangulata mengakibatkan


nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya
perlu mendapat pertolongan segera.
1.

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari hernia yang tidak inkarserata / strangulata tidak memberi
gejala apa-apa, kecuali menonjol keluar terutama bila mengejan. Pada hernia
inkarserata / strangulata, karena terdapat obstruksi menimbulkan hiperperistalsis dan
akhirnya kolik abdomen.
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Sakit Toksis
Reponibel/bebas +
Ireponibel/akreta

Inkarserasi + + +
Strangulasi + + + + + + +
1.

D. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti


tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batukyang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertamatama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi
hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai
darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

1.

E. Komplikasi

Hernia berulang,

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki

Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah

Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,

Fostes urin dan feses,Residip,

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

1.

F. Diaonosa Banding

Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai


Diagnosis

Umur Lazim

(Tahun)

TransiluminasiEritema

Skrotum

Nyeri

Epididimitis

Semua umur Tidak Ya

Torsio testis

< 35

Tidak Ya

Tumor testis

< 35

Tidak Tidak Minimal

Hidrokel

Semua umur Ya

Tidak Tidak ada

Spermatokel Semua umur Ya

Tidak Tidak ada

Berat

Berat

Hernia Semua umur Tidak Tidak Tidak ada sampai sedang*


Varikokel

> 15

Tidak Tidak Tidak ada

* Kecuali kalau mengalami inkarserasi, di mana nyerinya mungkin berat

1.

G. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral


Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia
ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada
diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan
inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak
selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak,
mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi
lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan
periksalah kembali daerah itu.
1.

H. Penatalaksanaan

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang


rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari:
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan
pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
1.

I. Pencegahan

Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun
langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan
abdomen:

Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,
konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang sesuai.

Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan


gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat yang
dapat mencegah konstipasi.

benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda berat.
Jika harus mengangkat benda berat, biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan
membungkuk dengan bertumpu pada pinggang.


Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit
serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk
kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hematemesis adalah muntah darah benvarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna
bagian atas. Melena adalah buang air besar (BAB) berwama hitam ter yang berasal
dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas
adalah saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum
proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.
Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya.
1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik dan saran
kami tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

1.
Doenges, Marylin E, et. al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien(3rd ed.). Jakarta: EGC.
2.
Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena. Diambil
pada 13 Juli 2010
darihttp://kumpulanasuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatanhematomesis-melena.html.
3.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta :
EGC, 2004. pp. 519-37

Anda mungkin juga menyukai