TINJAUAN PUSTAKA
ASITES
A. Definisi
Kata asites berasal dari bahasa yunani, yaitu askites dan askos yang berarti kantong
pada wanita ditemukan sedikit (20 ml, atau kurang dari satu ons) kadang-kadang
dapat ditemukan tergantung pada siklus menstruasi. Sementara itu pada laki-laki
ditemukan hanya sedikit atau tidak sama sekali cairan intraperitoneal. 5,6 Asites paling
sering dijumpai di Indonesia. Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik
pada beberapa penyakit, seperti pada penyakit serosis hepatis. Asites juga
pada cairan asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasrnya oleh karena
B. Epidemiologi
rendah. Fibroma ovarium didapatkan pada 2-5 % tumor. Ascites dengan tumor
ovarium dan juga efusi pleura memiliki prevalensi sebesar 1 % pasien, terutama
mereka yang memilki ukuran tumor yang besar. 40 % dari kasus-kasus fibroma
22
ovarium ditemukan ascites dan hidrotoraks. Insiden dari tumor ovarium meningkat
pada decade ketiga dan meningkat secara progresif hingga puncaknya pada dekade
ketujuh. Pasien dengan asites refrakter biasanya memiliki prognosis yang buruk dan
biasanya kurang dari 50% hanya hidup dalam satu tahun. 5,6
C. Etiologi
Penyebab dari asites sangat bervariasi dan yang tersering adalah sirosis hati.
Hampir sekitar 80% kejadian asites disebabkan oleh sirosis hati. Penyebab lainnya
adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal kronik, yang mengakibatkan retensi
air dan garam. Pada beberapa kasus, terjadi peningkatan tahanan vena porta akibat
porta tanpa sirosis, misalnya pada kasus adanya tumor di dalam perut yang menekan
vena porta; atau adanya sumbatan karena gumpalan darah seperti pada kasus Budd
Chiari syndrome.
Asites juga dapat dijumpai pada kasus keganasan. Iritasi langsung dari
peradangan. Iritasi ini mungkin disebabkan oleh keganasan (kanker) atau infeksi.
Penyakit ovarium dapat dikaitkan dengan ascites. Kanker ovarium tidak memiliki
gejala awal, dan banyak wanita baru terdiagnosis setelah adanya ascites. Permukaan
keras tumor ovarium dapat menyebabkan iritasi yang signifikan dari peritoneum,
Asites pada penyakit pankreas biasanya muncul pada pankreatitis lama. Hal ini
terjadi akibat ruptur duktus pankreatis atau leakage sekret pankreas dari pseudokist.
23
Iritasi peritoneum oleh sekresi pankreas dapat menyebabkan akumulasi potein yang
kaya eksudat pada kavitas peritoneal. Asites bilier terbentuk oleh karena mekanisme
yang sama.
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pada jantung
bagian kanan menyebabkan terjadinya kongesti sinusoid hepatik dan leakage cairan
dari permukaan hati. Sebagai tambahan, penurunan volume darah akan menyebabkan
retensi garam dan air oleh ginjal. Mekanisme asites pada sindrom nefrotik dan dialisis
masih belum jelas tapi biasanya berhubungan dengan ekspansi volume dan
24
D. Patofisiologi
ketidakseimbangan pengeluaran air dan garam. Saat ini penyebabnya belum diketahui
dengan pasti, namun ada beberapa teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan
Hipotesis Underfilling
Berdasarkan hipotesis ini, asites dimulai dari volume cairan plasma yang
Akibat volume cairan intravaskular yang menurun, ginjal akan bereaksi dengan
Hipoalbuminemia pada pasien sirosis terjadi akibat penurunan fungsi sintetik dari
hati.
Hipotesis Overfilling
mengatasi retensi garam dan air, yang berakibat tidak adanya penurunan volume.
Dasar teori ini adalah kondisi hipervolemia intravaskular yang umum dijumpai pada
pasien dengan sirosis hati. Hal ini terjadi akibat peningkatan aktivitas hormon anti-
diuretik (ADH) dan penurunan aktivitas hormon natriuretik karena penurunan fungsi
hati. Hipotesis ini tidak dapat menjelaskan kelanjutan asites menjadi sindrom
25
hepatorenal dan juga gagal menerangkan gangguan hormonal yang terjadi pada
Hipotesis ini adalah hipotesis terbaru yang merupakan gabungan dari kedua
hipotesis sebelumnya. Menurut teori ini, faktor patogenesis pembentukan asites yang
amat penting adalah hipertensi porta yang sering disebut sebagai faktor lokal dan
gangguan fungsi ginjal yang sering disebut faktor sistemik. Sesuai dengan perjalanan
natrium oleh ginjal sehingga volume plasma meningkat. Urutan kejadian antara
hipertensi porta dan retensi natrium ginjal belum jelas. Hipertensi porta juga
kimia yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah splanknik dan perifer. Kadar
NO pada arteri hepatika pasien asites lebih besar daripada pasien tanpa asites.
rongga peritoneum. Dengan demikian, asites jarang terjadi pada pasien sirosis tanpa
26
Gambar 2. Bagan patogenesis asites2
masih merupakan spekulasi. Meigs menduga bahwa iritasi dari peritoneum dari tumor
ovarium yang keras dan solid menstimulasi produksi cairan peritoneum. Samanth dan
Black menemukan bahwa ascites hanya terdapat pada tumor dengan diameter lebih
dari 10 cm dengan komponen myxoid sampai struma. Mekanisme lain yang diajukan
adalah tekanan langsung pada aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura pada tumor ovarium juga tidak jelas. Teori
dari Efskind dan Terade dkk mengatakan bahwa cairan ascites berpindah melalui
jumlahnya ascites. Cairan ascites dan efusi pleura pada tumor ovarium dapat berupa
27
transudat atau eksudat. Meigs melakukan elektroforesis pada beberapa kasus dan
menemukan bahwa pada dasarnya cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat
yang sama.5,6
E. Manifestasi Klinik
penyebab dari asites. Pasien bisa saja tidak bergejala jika hanya terdapat sedikit
pasien akan mulai mengeluhkan nyeri perut dan kembung. Biasanya sudah terdapat
sekitar 1-2 Liter cairan dalam rongga peritoneum sebelum pasien menyadari bahwa
telah terjadi pembesaran perut. Cairan dalam jumlah besar akan mengakibatkan sesak
napas. Pasien dengan asites yang masif biasanya malnutrisi dan memiliki atrofi otot
serta terdapat fatigue dan kelemahan yang banyak. Perkembangan tiba-tiba dari asites
hepatoma.2,8,10
28
Ada perbedaan gejala klinis antara pasien yang mengembangkan asites karena
penyakit hati dan sirosis, dan mereka yang mengembangkannya karena peradangan
peritoneum karena kanker. Penyakit hati cenderung relatif tanpa rasa sakit, sementara
pasien kanker mengalami sejumlah besar nyeri. Hal ini sering tanda-tanda penyakit
yang mendasari yang awalnya membawa pasien untuk mencari perawatan medis.
Dalam sirosis hati, tidak hanya cairan menumpuk di rongga perut, tapi mungkin ada
karena ensefalopati.5,6,7
Jika ascites adalah karena gagal jantung, mungkin ada sesak napas serta kaki
bengkak (edema). Sesak napas cenderung lebih buruk dengan aktivitas dan dengan
berbaring datar (ortopnea). Pasien dengan asites akibat gagal jantung cenderung
Pasien dengan kanker mungkin mengeluh sakit, penurunan berat badan, dan
F. Diagnosis
dokter mencari tahu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada hati,
seperti: riwayat kolestasis neonatal, jaundice, hepatitis kronik, riwayat transfusi atau
suntikan, atau riwayat keluarga dengan penyakit hati. Selain itu, biasanya perlu
29
Perut membesar pertama kali diketahui penderita dari ukuran ikat pinggang dan
pakaian yang semakin besar, timbulnya hernia abdominal dan inguinal, atau
perasaan menekan atau tegang pada pinggang dan nyeri pada pinggang bawah. Nyeri
lokal umumnya berasal dari keterlibatan suatu organ abdomen (misalnya bendungan
Nyeri tidak umum terdapat pada asites, umumnya terdapat pada pankreatitis,
hepatoseluler carcinoma atau peritonitis. Asites yang besar atau tumor abdomen dapat
mengakibatkan heart burn dan keluhan indigesti akibat reflux gastroesofageal atau
dispnea, ortopnea ,dan takipnea akibat diafragma yang tinggi. Pleural effusi yang
diafragma. Penderita perlu ditanyakan tentang riwayat intake alcohol, riwayat sakit
Pemeriksaan Fisik
awal pemeriksaan fisik, perlu dibedakan apakah pembesaran perut yang terjadi karena
asites, atau penyebab lain seperti: kegemukan, obstruksi usus, atau adanya massa di
abdomen. Flank dullness yang biasanya terdapat pada 90% pasien dengan asites
merupakan tes yang paling sensitif, sedangkan shifting dullness lebih spesifik tetapi
kurang sensitif. Tes lain yang bisa dilakukan untuk mengetahui asites adalah melalui
pemeriksaan puddle sign. Puddle sign ini bisa digunakan untuk mengetahui asites
pada jumlah yang masih sedikit (+120 ml). Untuk melakukan pemeriksaan ini posisi
pasien harus bertumpu pada siku dan lutut selama pemeriksan. Pemeriksaan fisik
30
yang menyeluruh dan seksama dapat memberi arahan mengenai penyebab asites.
Tanda-tanda dari penyakit hati kronis adalah eritema palmaris, spider nevi, jaundice.
peningkatan tahanan vena porta. Asites yang disebabkan oleh gagal jantung kronis,
Pemeriksaan Penunjang
Setelah anamnesis dan pemeriksan fisik penegakan diagnosis dapat dibantu oleh
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan rontgen toraks dan
1. Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap (CBC) dapat membantu dalam mencari potensi infeksi
(peningkatan jumlah sel darah putih atau leukositosis), anemia, dan secara tidak
langsung, fungsi hati (jumlah trombosit rendah). Tes darah lainnya dapat membantu
dalam menilai keseimbangan elektrolit, fungsi ginjal dan hati, dan jumlah protein di
dalam tubuh.
tumor marker. Tumor marker CA-125 dapat meningkat pada pasien Meigs Sindrom
(Asites, Tumor Ovarium, dan efusi pleura) tetapi derajat peningkatannya tidak
31
2. Rontgen toraks dan abdomen
Asites masif mengakibatkan elevasi difragma dengan atau tanpa adanya efusi
pleura. Pada foto polos abdomen asites ditandai dengan adanya kesuraman yang
merata, batas organ jaringan lunak yang tidak jelas, seperti: otot psoas, liver dan
limpa. Udara usus juga terlihat mengumpul di tengah (menjauhi garis lemak
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah cara paling mudah dan sangat sensitif, karena dapat
mendeteksi asites walaupun dalam jumlah yang masih sedikit (kira kira 5-10 ml).
Apabila jumlah asites sangat sedikit, maka umumnya akan terkumpul di Morison
Pouch, dan di sekitar hati tampak seperti pita yang sonolusen. Asites yang banyak
gambaran USG umumnya anekoik homogen, dan usus tampak bergerak bebas.6
ekostruktur cairan heterogen, dan tampak debris internal. Usus akan terlihat
menempel sepanjang dinding perut belakang; pada hati atau organ lain; atau
asites pada pasien obesitas, dan asites yang terlokalisir karena gelombang ultrasound
32
4. Computed Tomography (CT Scan)
CT Scan memberikan gambaran yang jelas untuk asites. Asites dalam jumlah
yang sedikit akan tampak terlokalisasir pada area prehepatik kanan, subhepatik
bawah, dan pada kavum douglas.6 Densitas dari gambaran CT Scan dapat memberi
MRI adalah pemeriksaan yang sangat baik digunakan dalam mendeteksi cairan di
rongga peritoneum. Pemeriksaan MRI ini lebih disukai karena waktu pemeriksaan
6. Abdominal Parasentesis
Abdominal parasentesis umum dikerjakan pada pasien dengan asites yang belum
diketahui penyebabnya, dan pada pasien dengan penambahan jumlah asites yang
sangat cepat, perburukan klinis, disertai demam dan nyeri perut. Pemeriksaan ini
Cairan asites kemudian dikirim untuk mengetahui jumlah sel, albumin, kultur asites,
protein total, gram stain dan sitologi. Pemeriksaan cairan asites meliputi:1,6,7,13
33
Gambar 4. Tabel diagnosis Asites berdasarkan Abdominal Parasentesis
Inspeksi
Sebagian besar cairan asites berwarna transparan dan kekuningan. Chylous asites
sering akibat suatu obstruksi limfa, tumor, tuberculosis, filariasis, nefrotik atau
Warna cairan akan berubah menjadi merah muda jika terdapat sel darah Merah
>10 000/l, dan menjadi merah jika SDM >20 000/l. Cairan asites yang
34
berwarna merah akibat trauma akan bersifat heterogen dan akan membeku, tetapi
jika penyebabnya non trauma akan bersifat homogen dan tidak membeku. Cairan
Cairan asites yang normal biasanya mengandung <500 leukosit/mm3 dan <250
ditegakkan bila jumlah leukosit >500 sel/mm3 dan konsentrasi protein <1g/dl.
hepatoseluler.
Gs
35
7. Serum Ascites Albumin Gradient (SAAG) 1,2,6,7
konsentrasi protein >25 g/l, dan transudat jika konsentrasi protein < 25g/l. Tujuan
pembagian ini adalah untuk mencari penyebab asites, misalnya asites pada kasus
keganasan bersifat eksudat, sedangkan pada sirosis bersifat transudat. Saat ini
(SAAG >1,1 g/dl) dan non-hipertensi portal (SAAG <1,1 g/dl). Cara penghitungan
SAAG adalah dengan menghitung jumlah albumin cairan asites dikurangi jumlah
albumin serum. Hal tersebut erat hubungannya dengan tekanan vena porta.
Pemeriksaan ini 97% akurat untuk membedakan asites dengan atau tanpa hipertensi
portal.
dan biopsy. Test-test lain dapat dipakai untuk menentukan letak tumor primer. Asites
karena penyakit pancreas biasanya akibat ektravasasi cairan pancreas dari sistem
duktus pancreas yang rusak biasanya dari pseudokista. USG, CT scan dan ERCP
36
High gradient asites (transudat) tanpa sebab yang jelas umumnya disebabkan
oleh sirosis, hipertensi vena sisi kanan yang meningkatkan tekanan sinusoid hepatic,
keadaan hipoalbuminemia. Pemeriksaan fungsi hati, scan lien dan hepar, CT scan
Sensitivitas kultur mencapai 92% dalam mendeteksi bakteri pada cairan asites.
Hasil kultur yang positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan hitung neutrofil. Jika
hasil hitung neutrofil dalam batas normal dan pasien tidak bergejala maka hasil kultur
dapat diabaikan. Tetapi jika hitung neutrofil >250 sel/mm3 maka pasien diterapi
sesuai SBP. Di lain pihak, sensitivitas pewarnaan gram hanya 10% untuk deteksi dini
kemungkinan SBP.1,14
37
9. Sitologi Cairan Asites1
dengan cara yang baik akan memberikan hasil true positive hampir 100%. Sampel
untuk pemeriksaan sitologi harus cukup banyak (kira-kira 200 ml) untuk
meningkatkan sensitivitas.
G. Tatalaksana
1. Tirah baring
Tirah baring dapat memperbaiki efektifitas diuretika, pada pasien asites transudat
berhubungan dengan perbaikan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus akibat tirah
baring. Tirah baring akan menyebabkan aktivitas simpatis dan sistem renin-
total di tempat tidur sepanjang hari, tetapi tidur terlentang, kaki sedikit diangkat,
2. Diet
Diet rendah garam ringan sampai sedang dapat membantu diuresis. Konsumsi
garam (NaCl) per hari sebaiknya dibatasi hingga 40-60 meq/hari. Hiponatremia
rendah garam, mengingat hiponatremia pada pasien asites transudat bersifat relatif.
38
Biasanya diet rendah garam yang mengandung NaCl kurang dari 40 meq/hari tidak
3. Diuretika
bekerja di tubulus distalis dan menahan reabsorpsi Na. Dosis yang dianjurkan antara
Diuretika loop sering dibutuhkan sebagai kombinasi. Diuretika ini sebenarnya lebih
berpotensi diuretika distal. Pada pasien sirosis hepatis, karena mekanisme utama
reabsorpsi air dan natrium adalah hiperaldosteronisme, diuretika loop menjadi kurang
efektif.
Target yang sebaiknya dicapai dengan terapi tirah baring, diet rendah garam, dan
terapi diuretika adalah peningkatan diuresis sehingga berat badan turun 400-800
g/hari. Pasien yang disertai edema perifer, penurunan berat badan dapat sampai 1500
pada perempuan.
4. Terapi parasentesis
karena berbagai komplikasi, parasintesis asites tidak lagi dilakukan. Beberapa tahun
39
dibandingkan terapi konvensional jika dikerjakan dengan baik. Untuk setiap cairan
diberikan. Parasentesis asites sebaiknya tidak dilakukan pada pasien sirosis dengan
kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bila tidak terdapat koma
hepatik, dapat diberikan diet yang mengandung protein 1g/kgBB dan kalori sebanyak
40
Tindakan Bedah dilakukan untuk mengakat tumor ovarium tersebut. Laparatomi
eksplorasi dengan staging operasi adalah pilihan utama. Pada wanita usia produktif
perawatan yang baik setelah semua tindakan operasi tersebut dan kekambuhan jarang
terjadi.5
H. Komplikasi
Cairan dalam rongga perut merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan kuman.
Dalam keadaan normal, rongga perut hanya mengandung sedikit cairan, sehingga
mampu menghambat infeksi dan memusnahkan bakteri yang masuk ke dalam rongga
perut (biasanya dari usus), atau mengarahkan bakteri ke vena porta atau hati, di mana
mereka akan dibunuh semua. Pada sirosis, cairan yang mengumpul dalam perut tidak
mampu lagi untuk menghambat invasi bakteri secara normal. Selain itu, lebih banyak
bakteri yang mampu mendapatkan jalannya sendiri dari usus ke asites. Karena itu
infeksi dalam perut dan asites ini disebut sebagai peritonitis bakteri spontan
SBP. SBP merupakan komplikasi yang mengancam jiwa pasien. Beberapa pasien
SBP ada yang tidak mempunyai keluhan sama sekali, namun sebagian lagi mengeluh
demam, menggigil, nyeri abdomen, rasa tak enak di perut, diare dan asites yang
memburuk.15
41
b. Sindrom Hepatorenal
fungsi ginjal namun ginjal secasa fisik sebenarnya tidak mengalami kerusakan sama
sekali. Penurunan fungsi ginjal ini disebabkan perubahan aliran darah ke dalam
ginjal. Batasan sindroma hepatorenal adalah kegagalan ginjal secara progresif untuk
dalam jumlah adekuat, meskipun fungsi lain ginjal yang penting, misalnya retensi
Definisi dan kriteria diagnostik untuk sindroma hepatorenal dibentuk pada tahun
1994 didasarkan pada tiga konsep berikut: 1. Gagal ginjal pada sindroma hepatorenal
Sindroma hepatorenal terjadi pada pasien dengan disfungsi sirkulasi sistemik yang
Pada pasien sirosis, jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus
yang kembali ke jantung. Kejadian ini dapat meningkatkan tekanan dalam vena porta
(hipertensi portal). Sebagai hasil peningkatan aliran darah dan peningkatan vena porta
ini, vena-vena di bagian bawah esofagus dan bagian bawah atas lambung akan
melebar, sehingga timbul varises esofagus dan lambung. Semakin tinggi tekanan
portalnya, maka semakin besar varisesnya, dan makin besar kemungkinannya pasien
42
Hipertensi portal adalah peningkatan patologis dalam gradien tekanan portal
(perbedaan antara tekanan dalam vena portal dan vena cava inferior). Hal ini terjadi
karena peningkatan aliran darah portal atau peningkatan resistensi vaskuler atau
kombinasi keduanya. Pada sirosis hepatis, faktor utama yang menyebabkan hipertensi
portal adalah peningkatan resistensi aliran darah portal dan kemudian berkembang
Perdarahan varises biasanya hebat dan tanpa pengobatan yang cepat, dapat
berakibat fatal. Keluhan perdarahan varises bisa berupa muntah darah atau
darah, atau seperti kopi (coffee grounds appearance) akibat efek asam lambung
terhadap darah. Buang air besar berwarna hitam dan lembek (melena) dan keluhan
lemah dan pusing pada saat posisi berubah (orthostatic dizziness atau fainting), yang
berdiri dari berbaring. Perdarahan juga dapat timbul dari varises manapun dalam
usus. Misalnya dalam kolon, meskipun ini jarang terjadi. Meskipun belum jelas
mekanismenya, pasien yang masuk rumah sakit dengan perdarahan aktif varises
d. Ensefalopati Hepatik
Beberapa protein makanan yang masuk ke dalam usus akan digunakan oleh
bakteri-bakteri normal usus. Dalam proses pencernaan ini, beberapa bahan akan
terbentuk dalam usus. Bahan-bahan ini sebagian akan terserap kembali ke dalam
43
keadaan normal, bahan-bahan toksik dibawa dari usus lewat vena porta masuk ke
Pada sirosis, sel-sel hati tidak berfungsi normal, baik akibat kerusakan maupun
akibat hilangnya hubungan normal sel-sel ini dengan darah. Sebagai tambahan,
beberapa bagian darah dalam vena porta tidak dapat masuk ke dalam hati, tetapi
langsung masuk ke vena yang lain (bypass). Akibatnya, bahan-bahan toksik dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam hati. Sehingga terjadi akumulasi bahan ini di dalam
darah. Apabila bahan-bahan ini terkumpul cukup banyak, fungsi otak akan terganggu.
Kondisi ini disebut enselopati hepatik. Tidur lebih banyak pada siang dibanding
malam (perubahan pola tidur) merupakan tanda awal enselopati hepatik. Keluhan lain
Bahan-bahan toksik ini juga menyebabkan otak pasien sangat sensitif terhadap
obat-obat yang normalnya disaring dan didetoksifikasi dalam hati. Dosis berapa obat
tersebut harus dikurangi untuk menghindari efek toksik yang meningkat pada sirosis,
terutama obat golongan sedatif dan obat tidur. Sebagai alternatif, dapat dipilih obat-
obat yang lain yang tidak didetoksifikasi atau dieliminasi lewat hati namun lewat
44
Tipe C, akibat penyakit hati kronik atau sirosis dengan atau tanpa pintasan
porto-sistemik.
I. Prognosis
tingkat reversibilitas tergantung pada proses penyakit dan respon terhadap terapi yang
diberikan. Pada Meig Syndrome, asites dan efusi akan menghilang setelah tumor
ovarium diangkat.6
45
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien perempuan, Ny. WER (45 tahun) MRS tanggal 8 November 2015
dengan keluhan perut semakin membesar yang dirasakan sejak 5 bulan SMRS.
Perutnya mulai membesar secara perlahan dan disertai dengan nyeri di seluruh perut.
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dan dirasakan menjalar ke
kedua pinggang. Pasien juga mengeluh sesak napas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak
dipengaruhi posisi pasien lebih nyaman jika posisi setengah duduk dan berbaring ke
arah kiri. batuk berlendir (+) lendir warna putih kental, dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Bengkak pada kedua kaki (+) sejak 1 bulan SMRS yang membuat pasien sulit
berjalan. Mual dan muntah (+) sejak 1 bulan yang lalu. Nafsu makan menurun
karena perut terasa nyeri dan tegang. Siklus menstruasi pasien tidak teratur sejak 5
Gejala yang dikeluhkan pasien pada kasus ini mengarah pada adanya
akumulasi cairan yang abnormal dalam rongga peritoneum atau disebut asites. Hal ini
didukung oleh beberapa penemuan klinik berdasarkan hasil anamnesa yaitu perut
yang semakin membesar, menegang dan nyeri sejak 5 bulan yang lalu. Karena perut
yang membesar dan menegang ini membuat pasien mengalami penurunan nafsu
makan dan cenderung mengalami mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu.
Akumulasi cairan asites pada pasien ini, dapat diketahui jumlahnya cukup banyak
intraperitoneal (usus- usus) akibat akumulasi cairan yang banyak tersebut. Selain itu
46
pasien juga mengeluhkan sesak napas saat berbaring (orthopneu) yang menunjukan
bahkan dapat disebabkan adanya efusi pleura, karena pasien juga lebih cenderung
nyaman jika berbaring kearah kiri. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk lendir
yang berlangsung lebih dari 1 bulan, yang dapat pula menyebabkan pasien merasa
sesak karena batuk yang dipaksakan. Pembengkakan pada kedua kaki yang
disebabkan oleh karena adanya penimbunan cairan pada kaki (edema). Pasien juga
mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak lancar dalam 5 tahun terakhir yang
Dari anamnesis tersebut, dapat diperkirakan asites yang timbul pada pasien
dapat terjadi karena berbagai penyebab. Salah satu penyebab tersering dari asites
adalah sirosis hepatis. Penyebab lainnya berupa gagal jantung kongestif dan gagal ginjal
kronik, ataupun adanya tumor atau keganasan di dalam perut; atau adanya sumbatan karena
gumpalan darah seperti pada kasus Budd Chiari syndrome. Sehingga dapat didiagnosis
banding dengan Congestive Heart failure (CHF), Serosis Hepatis dan juga TB paru
Tumor ovarium biasanya tidak memiliki gejala yang spesifik dan cenderung bersifat
asimtomatik, keluhan pada pasien yang mengarah pada diagnosis ini pun hanya
berupa gangguan pada siklus menstruasinya, dan hasil anamnesis yang mana pasien
47
Pasien ini juga telah melakukan pemeriksaan ultrasonografi, darah rutin,
urinalisa, dan pemeriksaan tumor marker yang semakin memperkuat diagnosis tumor
ovarium. Hasil USG menunjukan adanya massa complex adnexa (Tumor ovarium)
dan Asites serta pemeriksaan tumor marker ditemukan peningkatan Ca 125 sebesar
504,54 U/m. Walaupun dengan pemeriksaan tumor marker Ca 125 tidak dapat
ditentukan jenis tumor apakah jinak atau ganas, namun peningkatannya sudah
menunjukan hasil yang bermakna bahwa penyakit yang mendasari timbulnya asites
Sekitar 10-15% kasus tumor ovarium disertai dengan asites. Ascites dengan
tumor ovarium dan juga efusi pleura memiliki prevalensi sebesar 1 % pasien,
terutama mereka yang memilki ukuran tumor yang besar. Tumor ovarium sesuai
referensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat sosio ekonomi rendah dan insidensi
meningkat pada decade ketiga dan meningkat secara progresif hingga puncaknya pada
dekade ketujuh. Hal ini sesuai dengan data pasien yang didiagnosis menderita tumor ovarium
fremitus taktil menurun pada paru kiri, paru kiri redup setinggi ICS VIII, penurunan
bunyi napas pada lapangan paru kiri, Ronchi : +/+ di apex paru, yang menunjukan
adanya efusi pleura sinistra. Hasil pemeriksaan fisik ini ditunjang dengan hasil foto
rongten thorax yang menunjukan sinus costophrenicus kiri tumpul. Tidak ditemukan
48
namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan sputum BTA mengingat asites juga dapat
Selain itu pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya peningkatan JVP
yang menunjukan adanya gagal jantung kongestif ataupun adanya kelainan pada EKG
sehingga diagnosis CHF dapat disingkirkan. Selain itu tidak ditemukannya tanda-
tanda serosis hepatis seperti spider nevi, caput medusa, eritema palmaris, ikterus,
melena dan lain- lain yang membuat diagnosis serosis dapat disingkirkan. Namun
sebaiknya dapat pula dilakukan pemeriksaan antivirus (HbsAg dan anti HVC) untuk
lebih memastikan tidak adanya infeksi virus. Diagnosis Meigs Syndrome sendiri baru
dapat disingkirkan setelah pasien melakukan operasi pengangkatan tumor dan gejala
klinis hilang. Sehingga diagnosis klinis yang paling mungkin pada pasien ini adalah
disebabkan oleh tumor ovarium. Meigs menduga bahwa iritasi dari peritoneum akibat
tumor ovarium yang keras dan solid menstimulasi produksi cairan peritoneum.
Mekanisme lain yang diajukan adalah tekanan langsung pada aliran limfe atau vena,
stimulasi hormonal, dan torsi tumor. Terjadinya ascites dapat juga disebabklan oleh
Patofisiologi terjadinya efusi pleura pada tumor ovarium juga tidak jelas.
Teori dari Efskind dan Terade dkk mengatakan bahwa cairan ascites berpindah
melalui transdiaphragmatic lympathic channels. Cairan ascites dan efusi pleura pada
49
Untuk mengetahui jenis cairan asites, dilakukan abdominal parasentesis.
analisis cairan asites dapat diketahui jumlah sel, albumin, kultur asites, protein total,
gram stain dan sitologi. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan sitologi saja
yang makroskopisnya cairan asites berwarna kuning keruh dan hasil mikroskopisnya
terdapat sebaran sel limfosit matur, sel plasma, neutrophil, beberapa foamy makrofag
dari sel-sel mesothel inti nonatipik diantaranya, latar belakang sel-sel eritrosit, tidak
ditemukan sel-sel maligna pada hapusan yang diperiksa. Hasil ini menunjukan bahwa
dapat dicurigai sedang terjadi SBP pada pasien ini, karena menunjukkan bahwa
terdapat kemungkinan telah tejadi invasi bakteri dalam rongga perut sebagai akibat
dari adanya asites. Hasil juga tidak disertai sel-sel maligna, sehingga kemungkinan
jenis tumor ovarium adalah tumor jinak. Karena keterbatasan waktu dan fasilitas
pemeriksaan jumlah sel, albumin, kultur, protein total, dan pewarnaan gram tidak
diagnosis.
diberikan bertujuan untuk mengurangi progresifitas dan gejala dari penyakit itu
sendiri. Pada kasus ini, pasien diberikan diet tinggi kalori tinggi protein, rendah
garam, serta pembatasan jumlah cairan kurang lebih 1 Liter per hari. Jumlah kalori
juga dilakukan agar gejala asites yang dialami pasien tidak memberat. Hal ini
50
dikarenakan adanya retensi garam dan air oleh ginjal sebagai akibat dari hipertensi
porta sehingga menyebabkan asites pada pasien. Selain melalui nutrisi enteral, pasien
juga diberikan nutrisi parenteral dengan pemberian infus Ringer Laktat dengan
Diuretik diberikan dengan tujuan untuk mengurangi asites yang dialami pasien.
Diuretik yang diberikan awalnya dapat dipilih spironolakton dengan dosis 100-200
mg sekali perhari. Respon diuretik dapat dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/hari tanpa edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki. Apabila pemberian
spironolakton tidak adekuat maka dapat dikombinasikan dengan furosemid dosis 20-
spironolakton 2 x 100 mg tablet karena asites pada pasien ini sudah merupakan asites
yang masif dan hanya memberikan respon yang minimal dengan pemberian diuretik.
usus oleh karena pasien asites sangat rentan untuk terjadinya SPB. Kapsul batuk juga
diberikan kepada pasien 3x1 kapsul yang diperoleh dari dokter spesialis penyakit
dalam, untuk keluhan batuknya. Selama 3 hari keluhan batuk mulai menghilang
dilakukan pada pasien ini dimana cairan asites yang dikeluarkan sebanyak 3500 cc.
dengan tindakan tersebut, keluhan sesak napas pasien semakin berkurang dan terjadi
penurunan berat badan dan lingkar perut sebesar masing-masing1,5 kg dan 6 cm.
Setelah pungsi dilakukan, pasien merasa lebih baik dan minta pulang paksa. Padahal
51
penatalaksanaan terhadap etiologi yang mendasari terjadinya asites harus dilakukan
asites rekuren sangat besar, dan lagi dengan operasi hasil akhirnya dapat dipantau
Beberapa kekurangan yang disadari oleh penulis dari laporan kasus ini antara
lain:
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan anti virus
HbsAg dan Anti HCV yang sudah dijadwalkan karena pasien meminta pulang
paksa.
Tidak dilakukan pemeriksaan analisis cairan asites berupa jumlah sel, albumin,
kultur asites, protein total, gram stain karena terbatasnya waktu dan fasilitas,
52
DAFTAR PUSTAKA
InternaPublishing; 2009.
2. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al.
1987;7:122-28.
5. Lessnau KD. Meigs Syndrome. Emedicine; 2013 Mar 28 [cited 2015 Mei 24].
6. Rahil S. Ascites. Emedicine; 2014 Mei 4 [cited 2014 Feb 02]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/170907-overview#a0104
7. Godong B, Patofisiologi dan Diagnosis Asites pada Anak. J Indon Med Assoc.
2013;63:32-6.
9. Hou W, Sanyal AJ. Ascites: Diagnosis and management. Med Clin N Am. 2009;
83: 801-17.
53
10. Longstreth GF. Ascites. Medline Plus; 2012 Nov 16 [cited 2015 Mei 24].
11. Matthew JG, Karen FM, Richard BC. Pathophysiology, diagnosis and
13.
12. Jones J, Radswiki. Ascites. Radiopaedia.org; 2010 [cited 2015 Mei 24].
14. Moore KP, Aithal GP. Guidelines on the management of ascites in cirrhosis. Gut.
2006;25wppI6vi1-vi12.
15. Kusumobroto OH. Sirosis Hepatis. Dalam: Sulaiman, Ali., dkk.,ed. Buku Ajar
17. Theophilidou, E., et al. Liver metastases, a rare cause of portal hypertension and
stoma bleeding. Brief review of literature. Journal PubMed Central (PMC). 2012;
3(5): 173176.
18. Price SA, Wilson LM. Patofisologi konsep klinis proses-proses penyakit..
19. Mirzanie H, Slamet AW, Leksana, Sari KD, Widasari DI. Buku saku internoid.
54
55