ASCITES
11 Votes
LATAR BELAKANG
Asites berasal dari bahasa yunani yang artinya kantong atau tas. Asites adalah
menumpuknya cairan patoligis dalam rongga abdominal. Laki-laki dewasa yang sehat tidak
mempunyai atau terdapat sedikit cairan intraperitoneal, tetapi pada wanita terdapat
sebanyak 20 ml tergantung pada siklus menstruasi. Jurnal ini hanya membahas asites yang
berhubungan dengan sirosis.
PATOFISIOLOGIS
Penumpukan cairan asites menggambarkan kadar natrium total dalam tubuh dan
pengeluaran air. Tetapi awal terjadinya ketidak seimbangan belum jelas. Terdapat 3 teori
mengenai terbentuknya asites;
Terdapat beberapa faktor yang mendukung penumpukan cairan pada cavum abdomen.
Faktor pertama adalah peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin,
hipoalbumin, penurunan tekanan onkotik plasma akan mengakibatkan keluarnya cairan
plasma ke rongga peritoneal, oleh karena itu asites jarang terjadi pada pasien sirosis kecuali
jika terdapat hipertensi poertal dan hipoalbumin.
MORTALISTAS / MORBIDITAS
Pasien sirosis dengan asites memiliki prognosis bertahan hidup selama 3 tahunsebesar 50%.
Asites masif prognosisnya buruk, dengan tingkat bertahan hidup selama 1 tahun kurang dari
50%.
SEX
Pria dewasa normal tidak atau mempunyai sedikit cairan intraperitoneal, tetapi wanita
dewasa normal terdapat sekitar 20 ml cairan intraperitoneal tergantung siklus menstruasi.
Penyebab paling sering asites adalah penyakit hati.Pasien menyatakan bahwa peningkatan
cairan abdomen terjadi dalam waktu singkat.
– Sex bebas
– Kelainan sexual
– Transfusi darah
– Tatoo
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik difokuskan pada tanda-tanda hipertensi dan penyakit hati kronik.
PENYEBAB
Normal peritonium
– Penyakit hati, sirosis, hepatitis alkoholik, hepatitis fulminant metastase hati masif.
Hipoalbuminemia :
– SN
– pancreatic ascites
– Bile ascites
– Nephrogenic ascites
– urine ascites
– ovarian disease.
– Infeksi
Bacterial peritonitis
Tuberculous peritonitis
HIV-assosiated peritonitis
– Kondisi keganasan
Peritoneal carsinomatosis
Primary mesothelioma
Pseudomyxoma peritonei
Hepatocellular carcinoma
– Kondisi lain
DIAGNOSA BANDING
Cairan peritoneal harus diperiksa untuk dihitung jumlah sel, pada albumin,
kultur, total protein, pewarnaan gram, dan sitologi untuk jenis asites yang
tidak diketahui penyebabnya.
– Indikasi : kebanyakan cairan asites transparan dan kuning minimal 10000 sel darah
merah / microliter memeberikan warna cairan asites warna pink dan jaringan terdapat
20000 sel darah merah / microliter diperkirakan berwarna emrah seperti darah. Hal ini
mungkin berhubungan dengan traumatik pungsi atau keganasan.
Caira kemerahan yang berasal dari traumatik pungsi berupa darah dan
cairan akan membentuk bekuan. Cairan yang non traumatik berwarna
kemerahan dan tidak membentuk bekuan karena cairan tersebut lisis.
Jumlah neutrofil > 50000 sel/microliter memberikan gambar purulent dan
menunjukan infeksi.
Cairan asites yang normal mengandung < 500 leukosit/microliter dan < 250 leukosit PMN /
microliter. Inflamasi yang alaindapat menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah
netrofil > 250 sel / microliter menunjukan adanya hepatitis bakterial. Pada peritonitis TB dan
peritoneal Carsinomatosis terhadap predominan limfosit.
– SAAG
SAAG adalah pemeriksaan terbaik untuk mengklasifikasikan asites dengan hipertensi portal
(SAAG>1,1 g/dl) dan non portal HT (SAAG<1,1 gr/dl)
Pengukuran nilai albumin berhubungan langsung dengan tekanan portal. Spesimen harus
diperoleh secara berkelanjutan.
– Ketepatan hasil SAAG + 97% dalam mengklasifikasikan asites. Kadar albumin yang
meningkat dan rendah menjelaskan sifat asites transudat/eksudat.
– Protein total
Dulu cairan asites dikategorikan eksudat jika jumlah protein > 0.5 g/dl, akan tetapi
ketepatan hanya 56% untuk mendeteksi penyebab eksudat.
Kadar protein total merupakan informasi tambahan pada pemeriksaan SAAG. Peningkatan
SAAG dan jumlah protein yang meningkat pada kebanyakan kasusasites dikarenakan
kongesti hati. Pada pasien-pasien dengan asites maligna mempunyai nilai SAAG yang
rendah dan kadar protein tinggi.
Sensitifitas kultur darah kira-kira 92 % dalam mendeteksi pertumbuhan bakteri pada cairan
asites. Pewarnaan gram sensitifitasnya hanya 10% dalam memberikan gambaran bakteri
pada peritonitis bakterial spontan. Kira-kira diperlukan 10000 bakteri/ml agar dapat terlihat
pada pewarnaan gram. Pada peritonitis bakteri spontan nilai konsentrasi rata-rata bakteri 1
organisme/ml.
– Sitologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Obliterasi sudut hepatik terlihat pada 80% orang sehat. Pada pelvic penumpukan cairan
pada kantung rektovesika dan dapat meluap ke fossa paravesika. Adanya cairan
memberikan gambaran kepadatan yang simetris pada kedua sisi kantung vesika urinaria
yang di sebut ”dog’s ear” atau ”mickey mouse” appearance.
Pergeseran sekum dan kolon ascenden kearah tengah dan pergeseran, dan pergeseran garis
lemak properitoneal kelateral terlihat pada 90% dengan asites yang signifikan.
USG
CT-Scan
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites terdapat pada ruang
periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior (kantung morison), dan kantung douglas.
Bebarapa gambar pada CT-Scan menunjukkan adanya neoplasia, hepatik, adrenal, splenik,
atau lesi kelenjar limfe berhubungan dengan adanya massa yang berasal dari usus,
ovarium, atau pankreas, yang menunjukkan adanya asites maligna.
Pada pasien dengan asites maligna kumpulan cairan terdapat pada ruang yang lebih besar
dan lebih kecil, sementara pada pasien dengan asites benign cairan terutama terdapat pada
ruang yang lebih besar dan tidak pada bursa omental yang lebih kecil.
PEMERIKSAAN LAIN
Parasentesis abdomen
Parasentesis abdomen adalah pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk
mendiagnosa penyebab asites. Parasentesis terapetik dilakukan untuk asites masif atau sulit
disembuhkan. Pengeluaran 5 liter cairan merupakan parasentesis dalam jumlah besar.
Parasentesis total, atau pengeluaran semua cairan asites (di atas 20 liter) dapat di lakukan
secara aman. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian albumin 5 g/l pada
parasentesis diatas 5 liter dapat menurukan komplikasi parasentesis seperti gangguan
keseimbangan elektrolit dan peningkatan serum kreatinin akibat pertukaran cairan
intravaskuler.
Metode ini dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kesisi melalui
radiologis dibawah anestesi lokal. Metode ini sering digunakan untuk asites yang berulang.
DERAJAT
Secara Semikuantitatif
PENGOBATAN
Pembatasan pemberian Na (20-30 mEq/hr) dan diuretik merupakan terapi standar untuk
asites dan efektif pada 95% pasien.
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum panjang dari V.Jugularis kanan ke
V.Hepatik. ini merupakan terapi standar pada pasien asites berulang.
PEMBEDAHAN
Peritoneovenous shunt merupakan tindakan alternatif pada pasien asites yang resisten
terhadap pemberian obat-obatan. Penggunaan megalymphatik shunt yang berfungsi untuk
mengembalikan cairan asites ke vena. Efek positif pemasangan shunt ini meliputi
peningkatan CO, aliran darah ginjal, FGR, volume urin, eksresi Na, dan penurunan aktivitas
renin plasma dan konsentrasi aldosteron plasma. Belum ditemukan bukti yang menunjukkan
bahwa pemasangan shunt ini dapat meningkatkan kemampuan untuk bertahan hidup.
Dengan adanya prosedur TIPS, metode ini sudah tidak terpakai.
KONSULTASI
Konsultasi dengan spesialis gastrointestinal dan atau hepatolog diperlukan untuk pasien
dengan asites, terutama pada asites yang resisten terhadap pengobatan.
DIET
Pembatasn Na 500 mg/hr (22 mmol/hr) dapat dilakukan dengan mudah jika pasien di rawat
di RS. , akan tetapi sulit dilakukan pada pasien rawat jalan, oleh karena itu pembatasan
cairan Na sebesar 2000 mg/hr (88 mmol/hr). Pembatasan cairan tidak diperlukan kecuali
jika kadar Na dibawah 120 mmol/l.
Secara umum pemberian diuretik harus dapat mengurangi 300-500 g/hr pada pasien tanpa
udem dan 800-1000 g/hr pada pasien dengan udem.
Apabila asites mulai menghilang pemberian diuretik harus di atur untuk
menjaga pasien bebas asites.
KOMPLIKASI
Penelitian terakhir pada 133 pasien asites nyeri abdomen dan kekenyalan abdomen, sering
ditemukan pada pasien dengan adanya komplikasi peritonitis bakterial (P<0,1) , tetapi tidak
ada pemeriksaan fisik atau hasol laboratorium yang spesifik yang dapat membedakan kasus
peritonitis bakterial dengan kasus yang lain.
o Setiap pasien dengan asites dan demaam harus dilakukan
parasentesis dan kultur darah serta hitung jenis sel. Pasien dengan
kadar protein < 1 g/dl dalam cairan asites memiliki resiko tinggi
menjadi peritonitis bakterial. Antibiotik Profilaksis dengan quinolon
disarankan.
PROGNOSIS
Pada pasien asites akibat penyakit hati tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
derajat kerusakan dan respon terhadap pengobatan.
PENYULUHAN
Related
ASIDOSISIn "INTERNIST"
10 Responses to “ASCITES”
1. thank’s infonya
Rate This
Reply
Rate This
Reply
Rate This
ifan - November 10, 2011 at 9:49 am | Reply
Reply
Rate This
Reply
4. i like it
Rate This
Reply
5. Terimakasih artikelnya
Rate This
Reply
6. I like it topic
0
Rate This
Reply
7. Terima kasih
Rate This
Reply
8. the information on your site is all that i need, thanks. i think you should
put donate button for your exelent articles
Rate This
Reply
Rate This
Reply
Leave a Reply
Home
This entry was posted on February 21, 2010 at 2:04 am and filed under INTERNIST. You
can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response,
or trackbackfrom your own site.