Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

5 PROGRAM ESENSIAL PUSKESMAS

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Pembimbing:

dr. Wienta Diarsvitri, M.Sc., PhD., FISPH., FISCM

dr. Eyfluk Garianto, M.Kes

Disusun oleh:

Sukma Audiena Yasmin 201704200342

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2020
LEMBAR
PENGESAHAN
REFERAT
5 PROGRAM
ESENSIAL PUSKESMAS

Referat “5 Program Esensial Puskesmas” ini telah diperiksa, disetujui, dan


diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Fakultas
Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 29 Juli 2020

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing

dr. Wienta Diarsvitri, M.Sc., PhD., FISPH., FISCM dr. Eyfluk Garianto, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat penyertaan-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul: “5 Program
Esensial Puskesmas”. Penyusunan referat ini merupakan salah satu pemenuhan
tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di RSAL Dr.Ramelan Surabaya.
Penulis menyadari bahwa banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan kerja
sama yang positif dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penyusunan referat
ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama kepada yang terhormat dr.
Wienta Diarsvitri, M.Sc., PhD., FISPH., FISCM dan dr. Eyfluk Garianto, M.Kes
yang telah membimbing penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga saran dan kritik sangat diharapkan. Demikian referat ini dibuat dengan
harapan bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................2

2.1 5 Program Esensial Puskesmas.............................................................2

2.1.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial 2


2.1.2 Pelayanan Promosi Kesehatan 2
2.1.3 Pelayanan Kesehatan Lingkungan 6
2.1.4 Pelayanan KIA & KB 10
2.1.5 Pelayanan Gizi 11
2.1.6 Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang paling kompleks dalam


dunia modern saat ini. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia nomor 36
tahun 2009 pasal 1 menerangkan yang dimaksud dengan kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap manusia berhak untuk hidup sehat
(Depkes RI, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 1
menjelaskan puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes, 2014).

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 5 Program Esensial Puskesmas


2.1.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial, meliputi :
1. Pelayanan Promosi Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
3. Pelayanan KIA & KB
4. Pelayanan Gizi
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(Permenkes, 2014).
2.1.2 Pelayanan Promosi Kesehatan
 Definisi
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional. Hal ini merupakan salah satu pilar dalam pembangunan
kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud
derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya (Depkes, 2004).
 Tujuan
1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan
status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku

2
Merupakan pembelajaran yang harus tercapai (perilaku
yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

4. Tujuan Intervensi Perilaku dalam Promosi Kesehatan


-Mengurangi kebiasaan merokok
-Mendorong kebiasaan olahraga
-Mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat
(Green, 2004).

 Strategi
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pelaksanaan Promosi Kesehatan Di
Daerah, strategi utama Promosi Kesehatan adalah :
1) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
menunmbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan
lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan.
2) Bina Suasana
Bina suasana adalah menciptakan suasana atau lingkungan
sosial yang mendorong indvidu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap
upaya penyelenggaraan kesehatan.
3) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang
terkait (tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar
masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah
3
serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan
lingkungan sehat. Contoh kegiatan advokasi misalnya,
presentasi dan seminar tentang usulan program yang ingin
diharapkan dukungan dari pejabat terkait.
4) Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan puskesmas
dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam
pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan adalah :
-Kesetaraan, menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang
bersifat hierarkis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan
kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam
kedudukan yang sederajat.
-Keterbukaan, dalam setiap langkah menjalin kerjasama,
diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.
-Saling Menguntungkan, solusi yang diajukan hendaknya
mengandung keuntungan di semua pihak (Keputusan Menkes,
2004).
 Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan
A. Kegiatan Promosi Kesehatan di dalam Gedung Puskesmas
I. Di Poliklinik :
-Menyediakan berbagai media seperti lembar balik
(flashcard), poster dan brosur (leaflet).
-Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster,
brosur, pemutaran film yang berisi penyakit dan cara
pencegahannya serta berbagai jenis pelayanan yang bisa
diperoleh di puskesmas tersebut.
II. Di Ruang Pelayanan KIA & KB :
- Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster,
brosur, pemutaran film, pemutaran radio dan media lain
yang berisi penyakit dan cara pencegahannya serta
berbagai jenis pelayanan yang bisa diperoleh di
puskesmas tersebut terutama penyakit pada bayi dan
anak, pentingnya memeriksakan kehamilannya secara
4
teratur, tablet Fe bagi ibu hamil, imunisasi lengkap bagi
bayi, tumbuh kembang balita, KB dan lain sebagainya.
III. Di Kamar Obat :
-Poster/standing banner yang dapat di baca, leaflet yang
dapat diambil, pemutaran TV yang berisikan informasi
tentang manfaat obat generic & keuntungan
menggunakannya, kesabaran & kedisiplinan
menggunakan obat sesuai petunjuk dokter serta
pentingnya Taman Obat Keluarga (TOGA).
B. Kegiatan Promosi Kesehatan di luar Gedung Puskesmas
Kegiatan ini berupa promosi kesehatan yang dilakukan dengan
sasaran masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas
yang bersangkutan sebagai upaya untuk meningkatkan PHBS
dengan pengorganisasian masyarakat.
Contohnya adalah sebagai berikut :
5. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok
(karang taruna, posyandu)
6. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi
masyarakat (ormas) seperti kelompok kesenian
tradisional dan lain sebagainya.
7. Penggerakan dan pengorganisasian masyarakat
(kunjungan rumah, pemberdayaan berjenjang,
pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) (Pusat
Promosi Kesehatan, 2013).
 Pemantauan dan Evaluasi
a. Pemantauan kegiatan ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian pelaksanaan promkes.
b. Evaluasi dilaksanakan pada setiap tahap menejerial mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan hasil sekurang-kurang pada tiap
pertengahan tahun dan akhir tahun dengan menggunakan indicator
pada setiap tahapan.
c. Indikator Keberhasilan :
- Indikator Masukan :
5
1. Adanya komitmen Kepala Puskesmas yang mencerminkan
dalam Rencana Umum Pengembangan Promkes Puskesmas.
2. Adanya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam
Rencana Operasional Promkes Kesehatan.
3. Adanya tenaga PKM sesuai dengan acuan dalam standar
SDM promkes puskesmas.
4. Adanya sarana dan peralatan promkes puskesmas sesuai
acuan dalam standar sarana promkes puskesmas.
5. Adanya dana puskesmas yang mencukupi untuk
penyelenggaraan promkes puskesmas.

- Indikator Proses :
1. Dilaksanakannya kegiatan promkes di dalam gedung (setiap
tenaga kesehatan melakukan promosi kesehatan, pemasangan poster
dan lain-lain).
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet,
spanduk dan lain-lain) .
3. Dilaksanakannya kegiatan promkes di masyarakat
(kunjungan rumah & pengorganisasian masyarakat)

-Indikator Keluaran :
1. Semua tenaga kesehatan puskesmas telah melaksanakan
promkes.
2. Berapa banyak pasien yang sudah terlayani oleh berbagai
kegiatan promkes dalam gedung (konseling).
3. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan
rumah oleh puskesmas.

-Indikator Dampak :
1. Tatanan Rumah Tangga (Persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita)
2. Tatanan Institusi Kesehatan (Tidak merokok di Institusi
Kesehatan, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun)

6
3. Tatanan Institusi Pendidikan (Mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah)
4. Tatanan Institusi Tempat Kerja (Tidak merokok di tempat
kerja, membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja,
menggunakan air bersih).
5. Tatanan Institusi Tempat Umum (Menggunakan air bersih,
tidak merokok di tempat ibadah) (Pusat Promosi Kesehatan, 2013).

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Lingkungan


 Definisi : Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health
Organization) merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia
(Mundiatum dan Daryanto, 2015).
 Tujuan :
- Melakukan korelasi, memperkecil terjadinya bahaya dari
lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup
manusia.
- Untuk pencegahan, dengan cara mengeisienkan pengaturan
berbagai sumber (Budihardjo, 2003).
 Pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan :
1. Air
-Mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air
minum dan air untuk keperluan hygiene sanitasi (sumur
gali/perpipaan/penampungan air hujan)
-Mengamati kualitas air secara fisik, apakah berasa,
berwarna atau berbau
2. Udara

7
-Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan
ventilasi
-Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari
luas lantai)
3. Tanah
Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi
sebagai media penularan penyakit, antara lain tanah
bekas Tempat Pembuangan Akhir / TPA sampah, terletak
di dekat banjir, bantaran sungai, dan bekas lokasi
pertambangan.
4. Pangan
Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang
memenuhi prinsip-prinsip hygiene sanitasi dalam
pengelolaan pangan mulai dari pemilihan dan
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan,
dan penyajian makanan.
5. Sarana dan bangunan
Mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan
dan sarana pada rumah / tempat tinggal pasien, seperti
atap, dinding, lantai, jendela, pencahayaan, jamban,
sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan
sampah.
6. Vector dan binatang pembawa penyakit
Mengamati tanda-tanda kehidupan vector dan binatang
pembawa penyakit, antara lain tempat berkembang
biaknya jentik, nyamuk dan jejak tikus (Permenkes,
2015).
 Kegiatan :
1. Penyediaan air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
8
Syarat- syarat kualitas air bersih adalah sebagai berikut :
- Syarat fisik : Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
- Syarat kimia : Kesadahan maksimal 500mg/L
- Syarat mikrobiologis : Total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan kotoran / tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
- Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
- Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
- Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
- Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
- Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang
-Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan
tidak mahal
3. Kesehatan pemukiman
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria :
-Kebutuhan fisiologis : Pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
-Kebutuhan psikologis : Privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
-Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit :
Penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
Kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
-Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan :
Konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan
tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan unsur berikut :
-Penyimpanan sampah
-Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
9
-Pengangkutan
-Pembuangan
5. Serangga dan binatang pengganggu
-Menggunakan kelambu
-3M (menguras, mengubur, dan menutup) tempat penampungan
Air (Budihardjo, 2003).

2.1.4 Pelayanan KIA & KB


 Definisi : Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk
mengurangi AKI dan AKB. Program tersebut antara lain Safe
Motherhood. Program ini di Indonesia dituangkan dalam bentuk
program Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan dan
perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman, serta pelayanan
obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat. (Zahtamal,
2011)
 Program KIA
1. Pada remaja perempuan (calon ibu)
-Meningkatkan kesehatan remaja : Perbaikan status gizi
(terutama anemia), imunisasi, pencegahan NAPZA
-Perencanaan keluarga (menikah usia >21 tahun, jarak
antara kehamilan 2-3 tahun, jumlah anak maksimal 2,
melahirkan sebelum 35 tahun)
2. Sebelum kehamilan
-Pemeriksaan penyakit dan virus (Virus rubella, CMV,
virus hepatitis dan virus HIV) untuk menghindari
diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut kepada
janin.
-Pemeriksaan darah (pemeriksaan golongan darah dan
rhesus / Rh) pada pasangan suami istri untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus
antara ibu dan bayinya.
3. Perawatan selama kehamilan
Pelayanan antenatal dalam penerapannya terdiri atas :
-Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
10
-Ukur tekanan darah
-Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
-Ukur tinggi fundus uteri
-Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ)
-Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
-Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan
-Tes laboratorium (rutin dan khusus)
-Tatalaksana kasus
-Temu wicara (konseling), termasuk Program Perencaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan.
4. Perawatan selama proses persalinan
-Pencegahan infeksi
-Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
-Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi
5. Perawatan esensial pada bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3
kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatus :
-Kunjungan Neonatal Ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun
waktu 48 jam setelah lahir.
-Kunjungan Neonatal Ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
-Kunjungan Neonatal Ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun
waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir
(Depkes, 2009).
11
2.1.5 Pelayanan Gizi
 Tujuan :
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu
gizi perorangan dan masyarakat (Permenkes, 2009).
 Kegiatan :
a) Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah :
- Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol
sampai dengan 6 bulan.
- Pemberian MP-ASI pada anak umur 6-24 bulan adalah
pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
- Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil selama masa
kehamilan.
b) Kegiatan program gizi yang dilakukan bulanan adalah :
- Pemantauan berat badan balita (penimbangan balita) adalah
pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola
pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita.
- Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan Pendidikan
gizi dan pemberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga /
masyarakat.
c) Kegiatan program gizi yang dilakukan setiap tahun (setahun
sekali) adalah :
- Pemantauan status gizi balita
- Pemantauan konsumsi gizi (Depkes, 2006).

 Output program gizi


1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang
mendapat MP-ASI
2. Jumlah balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang
ditimbang, naik berat badannya termasuk juga balita
dengan berat badan dibawah garis merah (BGW) pada
KMS
3. Jumlah balita mendapatkan kapsul vitamin A
(Depkes, 2006).

2.1.6 Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


 Penyakit Menular Langsung
1. HIV AIDS dan IMS

12
-Memberikan pengobatan dan perawatan ODHA untuk
mencegah penularan kepada orang yang belum terinfeksi
-Mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap HIV
AIDS
-Pemberian Layanan Komprehensif Berkesinambungan
(LKB) di beberapa kabupaten / kota di Indonesia

2. TB
Untuk mengatasi permasalahan TB, diperlukan kerja
sama lintas sector karena prevalensi / beban TB
disebabkan oleh multisektor seperti kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, masalah sosial
pengangguran dan belum semua masyarakat dapat
mengakses layanan TB khususnya di Daerah Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Penanggulangan TB antara lain :
-Peningkatan akses layanan TOSS (Temukan Obati
Sampai Sembuh)
-Pengendalian faktor risiko TB
3. ISPA
Penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia pada balita
secara dini diharapkan dapat menekan angka kematian
yang diakibatkan karena pneumonia, dari hasil kajian
WHO tatalaksana pneumonia balita dapat mencegah
kematian balita karena pneumonia sebesar 40%.
4. Hepatitis
Dalam hal pengendalian hepatitis maka strategi utama
adalah melaksanakan upaya peningkatan pengetahuan
dan kepedulian, pencegahan secara komprehensif,
pengamatan penyakit dan pengendalian termasuk
tatalaksana dan peningkatan akses layanan.
Kegiatan deteksi dini hepatitis untuk memutus rantai
penularan (terutama dari ibu ke bayi) serta mengetahui
13
sedini mungkin seseorang terinfeksi hepatitis dan tindak
lanjut terapinya (Ditjen P2P Kemenkes, 2018).
 Penyakit Tular Vektor Zoonotik
1. Malaria
Upaya pencegahan berupa pembagian kelambu secara masal.
Sehingga diharapkan kasus malaria menurun.

2. Filariasis dan Kecacingan


-Upaya pengendalian kecacingan dengan strategi pemberian obat
cacing massal dilakukan secara terintegrasi dengan Program Gizi
melalui pemberian Vitamin A pada anak usia dini dan melalui
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia
sekolah.
-Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis dengan
DEC dan albendazole setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yang
endemis serta perawatan kasus klinik baik yang akut maupun
kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi
penderitaannya.
3. Arbovirosis
Upaya pengendalian DBD adalah melalui upaya pengendalian
nyamuk penular dan upaya membatasi kematian karena DBD. Atas
dasar itu, maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerjasama
dengan program dan sector terkait serta peran serta masyarakat
(Ditjen P2P Kemenkes, 2018).
 Penyakit Tidak Menular
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan
penanggulangan PTM, sejalan dengan pendekatan WHO terhadap
penyakit PTM terutama yang terkait dengan faktor risiko Bersama
(Common Risk Factors). Di tingkat komunitas telah diinisiasi
pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dimana
dilakukan deteksi dini faktor risiko, penyuluhan, dan kegiatan Bersama
komunitas untuk menuju perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
(Ditjen P2P Kemenkes, 2018).
14
DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo Ir, Eko, Prof. M. S. C. 2003. Kota dan Lingkungan. Jakarta : United
Nation, University Pers, LP3ES

Direktoral Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan


RI (Ditjen P2P Kemenkes RI). 2018. Laporan Situasi Perkembangan HIV-
AIDS & PIMS di Indonesia Januari-Desember 2017. Jakarta : Kemenkes RI

Depkes RI. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta : Direktorat


Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/II/2004


tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat


Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Green, Andy. 2004. Kreativitas dalam Public Relations. Jakarta : Erlangga

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1193/Menkes/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta : Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

Mundiatum dan Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta :


Gava Media

15
Pusat Promosi Kesehatan. 2013. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan

Permenkes. 2009. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun


2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13


Tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

Zahtamal, dkk. 2011. “Determinant Factor Analysis on Mother and Child Health
Service Problem”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1

16

Anda mungkin juga menyukai