Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) atau sering disebut penyakit gula merupakan

Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi

insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

insulin yang dihasilkan.Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa

dalam darah (hiperglikemia) (WHO, 2014).Berkurang atau tidak adanya insulin

menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula

darah (Tarwoto, 2011 dalam Nggilu, 2015). Peningkatan gula darah atau

hiperglikemi kronis dapat mengakibatkan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan

kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh

darah (ADA, 2013).

Manifestasi hiperglikemia dapat dilihat dari gejalanya.Gejala

hiperglikemia berupa pertambahan volume/frekuensi berkemih (poliuria),

peningkatan rasa haus (poldipsia), kehilangan berat badan, pengelihatan kabur, dan

kadang disertai polifagi (ADA, 2013). Polifagi atau rasa lapar yang berlebihan

terjadi karena energi tidak mampu lagi dipindahkan oleh tubuh ke dalam sel,

sehingga sel menjadi kelaparan; di sisi lain, sel-sel memang tidak memiliki

kemampuan untuk menghasilkan energi (Arisman, 2010).

2.1.1 Diagnosis

Diabetes Melitus Tipe 2 bisa saja tidak terdeteksi selama bertahun-tahun

dan diagnosa ditentukan setelah timbul komplikasi atau setelah hasil pemeriksaan

gula darah dan tes urin (IDF, 2015). Berbagai macam keluhan akan ditemukan

pada penderita diabetes. Keluhan yang dapat terjadi adalah keluhan klasik DM

berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya dan keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan,

gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

(PERKENI, 2011).

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,

tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam

menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan

cara pemeriksaan yang dipakai. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1) Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu

>200mg/dL sudah cukup dapat menegakkan diagnosis DM

2) Keluhan klasik disertai pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL

Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g

glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa

plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO

sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan

karena membutuhkan persiapan khusus. (PERKENI, 2011).

2.1.2 Klasifikasi dan Etiologi

Menurut America Diabetes Association (ADA), 2013 ada 4 tipe penyakit

diabetes melitus, antara lain:

1) Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, mengarah ke defisiensi insulin

absolut)

Diabetes Melitus tipe ini ditandai dengan adanya kerusakan sel beta pada

pankreas sehingga mengalami defisiensi insulin secara absolut. Penderita DM

Tipe 1 dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa yang meliputi DM dependen

insulin dan Juvenile-onset Diabetes Mellitus dan dapat terjadi kapan saja

bahkan pada usia dekade ke delapan atau sembilan. Manifestasi yang dapat
terlihat pertama kali ketika terjangkit penyakit ini adalah ketoasidosis.

2) Diabetes Melitus Tipe 2 (dalam rentang didominasi resisten insulin dengan

defisiensi insulin relative hingga ketidakmampuan sekresi insulin)

Diabetes Melitus Tipe 2 atau sering dikenal dengan diabetes non-

independen insulin dan diabetes pada dewasa adalah diabetes yang mencakup

difisiensi insulin dan resisten insulin. Pada kondisi resisten, di dinding sel

insulin terjadi gangguan dengan reseptornya sehingga pengambilan glukosa

oleh jaringan yang distimulasi insulin menjadi tidak efektif. Untuk mengatasi

peningkatan glukosa dalam darah dan resistensi insulin, sel beta pankreas akan

meningkatkan produksi insulin untuk mengimbangi kadar gula darah agar tubuh

tetap dalam keadaan normal. Namun jika sel beta pankreas tidak dapat

mengimbanginya, maka kadar gula darah akan terus meningkat dan terjadi DM

Tipe 2.

Kebanyakan pasien dengan diabetes tipe ini mengalami obesitas dan

terdapat peningkatan lemak tubuh di area abdominal. Ketoasidosis dapat terjadi

secara spontan dan biasanya disertai stres penyakit lain seperti infeksi.

Penderita biasanya tidak terdiagnosa dalam jangka waktu lama karena

hiperglikemia terjadi secara bertahap dan pada tingkat awal tidak terlalku terasa

parah bagi pasien untuk menyadari gejala dari diabetes.Namun, beberapa pasien

terjadi peningkatan risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.

3) Diabetes Melitus Gestasional (GDM)

Diabetes melitus gestasional (GDM) merupakan intoleransi glukosa yang

terjadi semasa kehamilan dan beberapa kasus dapat diatasi setelah proses

persalinan. Diabetes tipe ini biasanya terjadi pada minggu ke dua puluh empat

sampai dua puluh delapan yang disebabkan oleh hormon yang dihasilkan
plasenta menghambat kerja insulin.Hal ini mengakibatkan komplikasi perinatal

seperti melahirkan bayi makroomia (berat badan bayi lahir diatas normal).

4) Diabetes Melitus Spesifik Lainnya

Diabetes ini kemungkinan disebabkan oleh penyakit lain seperti

pankeratitis, neoplasia pankeras, endokrinopati, efek obat-obatan seperti

hormon tiroid, glukokortikoid, dilatanin, tiazid, infeksi virus seperti rubella

kongenital, dan sindrom genetik yang sering dihubungkan dengan diabetes

seperti Down syndrome, Klinefelter syndrome, dan Turner syndrome.

2.1.3 Komplikasi

Huang, Liteerapong, Liu, John, Moffet, Karter, 2013 melakukan

penelitian di California dan membagi dua komplikasi yang bisa terjadi pada

penderita DM, yaitu:

1) Diabetes durasi pendek

Komplikasi nonfatal yang sering terjadi adalah komplikasi pada

kardiovaskular (penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, dan penyakit

serebrovaskular), disusul oleh penyakit mata diabetik, dan hipoglikemik akut.

Gagal jantung kongestif dan penyakit serebrovaskular meningkat secara

dramatis pada usia lanjut (255% dan peningkatan 229% antara usia 60-69 dan

80).

Penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease (ESRD)),

amputasi tungkai bawah, dan hipoglikemia akut merupakan komplikasi

langka.Di antara komplikasi mikrovaskular, penyakit mata diabetik memiliki

insiden tertinggi pada semua kelompok umur. Misalnya, pada pasien berusia

70 hingga 79 tahun, kejadian penyakit mata adalah 6.16 per 1.000 orang-tahun
dan insiden penyakit ginjal stadium akhir dan amputasi adalah 2,60 per 1000

orang-tahun dan 1,28 per 1000 orang-tahun.

Tingkat kematian meningkat tajam pada usia lanjut dengan diabetes durasi

pendek (60-69, 19,61 per 1000 orang-tahun; 70-79, 42,69 per 1000 orang-

tahun, dan 80, 105,20 per 1.000 orang-tahun). Pada pasien berusia 80 tahun

atau lebih, angka kematian dapat terjadi 4,3 kali lipat dibandingkan angka

kematian akibat gagal jantung kongestif.

2) Diabetes durasi panjang

Pada pasien diabetes dengan durasi yang lebih lama, hipoglikemia

memiliki tingkat insiden yang mirip dengan penyakit arteri koroner dan

penyakit serebrovaskular. Akibatnya, hipoglikemia memiliki insiden tertinggi

keempat semua komplikasi nonfatal, pada pasien berusia 60 sampai 69 tahun

dan insiden tertinggi ketiga di antara pasien berusia 70 tahun atau lebih.

Insidensi penyakit arteri koroner, oenyakit serebrovaskular, gagal jantung

kongestif, dan hipoglikemik terjadi secara bertahap pada usia lanjut. Pasien

diabetes dengan durasi yang lebih lama memiliki penurunan sederhana di

tingkat komplikasi mikrovaskular (ESRD, penyakit mata diabetik, dan

amputasi ekstremitas bawah) pada usia lanjut (-27%, -27%, dan - 1% antara

usia 60-69 dan 80 tahun). Komplikasi paling langka di antara semua

kelompok usia adalah amputasi ekstremitas bawah dan hipoglikemik akut.

Perbedaan terbesar di kelompok usia dengan durasi yang lebih lama

diabetes berada di angka kematian. Tingkat kematian secara signifikan lebih

tinggi di antara pasien berusia 80 tahun atau lebih tua dibandingkan dengan

orang-orang pasien yang lebih muda (60-69, 33,21 per 1000 orang-tahun; 70-
79, 65,87 per 1000 orang-tahun, dan 80, 132,90 per 1000 orang-tahun).Pada

pasien berusia 80 tahun atau lebih, angka kematian hampir 4 kali lipat

dibandungkan angka kematian akibat gagal jantung kongestif.

2.1.3.1 Tekanan Psikologis

Tekanan psikologis sering terjadi diantara penderita diabetes, 30%

penderita diabetes mengalami gejala depresi dan 40% lainnya mengalami

peningkatan kecemasan (Ali, Stone, Peters, Davies, Khunti , 2006 dan Pouwer,

Geelhoed-Duijvestijn, Tack et al, 2010 dalam Dalsgaard, Vestergaard, Skriver,

Maindal, Lauritzen, Borch-Johnsen, et al, 2014). Penelitian menyebutkan bahwa

tekanan psikologis sering dihubungkan dengan kontrol glikemik yang buruk dan

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dan angka kematian pada penderita

diabetes. Pada penderita DM yang mengalami tekanan psikologis memiliki risiko

dua kali lipat mengalami komplikasi penyakit kardiovaskular.Mereka juga

memiliki risiko berujung kematian sebanyak dua kali lipat dibandingkan pasien

yang dapat mengelola tekanan psikologisnya (Dalsgaard, et al, 2014).

2.1.3.2 Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai

dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat (PERKENI,

2011). Hal ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai

bahan bakar untuk menghasilkan energi karena tidak ada atau tidak cukup insulin,

sehingga tubuh menggunakan lemak untuk bahan bakar. Ketika lemak dipecah,

kadar keton meningkat (Wisse, 2015).


2.1.3.3 Mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular adalah komplikasi yang terjadi pada pembuluh

darah kecil termasuk retinopati, nefropati, dan neuropati yang dapat menyebabkan

impotensi dan kaki diabetik (WHO, 2015).

1) Retinopati

Retinopati merupakan kerusakan pada mata yang dapat menyebabkan

kebutaan (WHO, 2015).Retinopati merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

penderita diabetes dan menyumbang 10.000 kasus kebutaan baru di Amerika

Serikat setiap tahunnya (Fowler, 2008). Fowler juga menyatakan bahwa retinopati

dapat terjadi tujuh tahun sebelum penderita didiagnosa diabetes melitus.

2) Nefropati

Nefropati dapat didefinisikan sebagai kandungan protein di dalam urin

(proteinuria) lebih dari 500 mg dalam 24 jam. Sebelum terjadi proteinuria,

biasanya terjadi mikroalbuminuria terlebih dahulu. Mikroalbuminuria adalah

sekresi albumin pada urin sebanyak 30-299 mg per 24 jam.Mikroalbuminuria yang

tidak diintervensi dengan baik dapat menyebabkan proteinuria dan nefropati

(Diabetes Forecast, 2013).

3) Neuropati

Neuropati adalah komplikasi yang mempengaruhi saraf tubuh dan

manifestasi yang sering muncul adalah masalah pada kaki. Gejala umum dari

neuropati adalah sering kesemutan, mati rasa, dan nyeri yang menyiksa, namun

beberapa orang tidak mengalami gajala sama sekali. Kurangnya sensasi pada kaki

menyebabkan terjadinya luka yang tidak diinginkan, yang menyebabkan kerusakan

jaringan dan jika sudah parah disarankan diamputasi (Diabetes Forecast, 2013).
2.1.3.4 Makrovaskular

Komplikasi ini terjadi pada pembuluh darah besar yang sering kali

menyerang otak dan jantung. Pada bagian ekstremitas, gejala yang sering dirasakan

adalah rasa nyeri dan penurunan proses penyembuhan infeksi (WHO, 2015).

1) Penyakit Kardiovaskular

Komplikasi ini paling sering terjadi pada populasi penderita DM dan

bahkan penyebab umum kematian penderita DM. Umumnya, penyakit

kardiovaskular diawali dengan aterosklerosis yaitu penyempitan pembuluh darah

arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung. (Diabetes Forecast, 2013)

2) Stroke

Stroke dapat terjadi karena otak tidak mendapatkan asupan gizi yang di

bawa darah yang bisa terjadi karena obstruksi pada pembuluh darah seperti adanya

gumpalan darah atau kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah

ke otak terhenti. Stroke dapat menyebabkan disabilitas, kerusakan otak, dan

bahkan kematian (Diabetes Forecast, 2013).

2.1.3.5 Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan glukosa darah (gula

darah) rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dL. Gejala hipohlikemia yang dapat

terjadi berupa gemetar, berkeringat, merasa lapar, mual, mengantuk, sakit kepala,

kesemutan di bibir atau lidah, mudah marah, kejang, gangguan tidur, jantung

berdebar-debar, terganggunya koordinasi tubuh, dan gangguan pengelihatan

(ADA, 2013).
WHO. 2015. Complication of Diabetes. http://www.who.int/diabetes/ action
_online/basics/en/index3.html (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017).
WHO. 2014. Diabetes. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs312/en/
(Diakses pada tanggal 9 Ooktober 2017)
Nggilu, Rusni I. 2015. Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah
sewaktu penderita Diabetes Melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Global Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.
kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/11286/11159
(diakses pada tanggal 9 Oktober 2017).
America Diabetes Assosiation (ADA). 2013. Diagnosis and classification of diabetes
melitus. Diabetes Care, 36: 567-574.
America Diabetes Assosiation (ADA). 2013. Diagnosis and classification of diabetes
melitus. Diabetes Care, 36: 567-574
Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus & Dislipidemia. Jakarta: EGC.
International Diabetes Federation. 2015. IDF diabetes atlas seventh edition.
http://www.diabetesatlas.org (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017).
PERKENI. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia 2011. Jakarta.
Huang, E., Neda Laiteerapong, Jennifer Y. Liu, Priya M. John, Howard H. Moffet &
Andrew J. Karter. 2013. Rates of complications and mortality in older
patients with diabetes mellitus: the diabetes and aging study. JAMA Intern
Med 174(2):251-258. Available at: EbscoHost.
Dalsgaard, E.M, Morgens Restergaard, Mette V. Skiver, Helle T. Maindal, Torsten
Lauritzen, Knut Borch-Johnson, et al. 2014. Psychological distress,
cardiovascular complication and mortality among people with screen-
detected type 2 diabetes: follow up of the ADDITON-Denmark trial.
Diabetologia (2014) 57:710717. Available at: ProQuest.
Wisse, Brent. 2015. Diabetic ketoacidosis. http://www.cghmc.adam.com/
content.aspx?productld=117&pid=18gid=000320 (diakses pada tanggal 4
Februari 2016).
Diabetes Forecast. 2013. Complication. http://www.diabetesforcast.org/ diabetes-
101/complication.html (diakses pada tanggal 9 Oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai