Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anggun Julia syafitri

NIM : P1337420920019

Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Sosial Pada Klien Skizofrenia Dengan
Isolasi Sosial
Sukmana & Nawang

Skizofrenia merupakan penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan penyakit
jiwa lainya, pada umumnya penyakit ini menyebabkan kemunduran kepribadian. Berdasarkan
jenisnya skizofrenia diklasifikasikan menjadi Skizofrenia Simplex, Hibefrenik, Katatonik, dan
Paranoid. Pada setiap jenis kasus skizofrenia gejala yang di timbulkan berbeda beda, skizofrenia
jenis simplek pasien mengalami kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Hibefrenik
pasien cenderung terganggu proses berfikirnya. Pada katatonik pasien cenderung tidak
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada jenis paranoid pasien cenderung
mengalami isolasi sosial: menarik diri dari orang lain. Perilaku menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Individu tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial, oleh karena
itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan. Sedangkan kepuasan
hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan.

Pada klien menarik diri kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, ragu, takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain. Keadaan ini
dapat menimbulkan perilaku untuk tidak berkomunikasi dengan orang lain, dan lebih menyukai
berdiam diri, sehingga klien skizofrenia dengan menarik diri sangat perlu dilakukan perubahan
misalnya dengan memberikan psikoterapi. Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan adalah
terapi okupasi. Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan terhadap seseorang yang mengalami
kelainan mental dan fisik dengan jalan memberikan keaktifan kerja, keaktifan itu menggurangi
penderitaan seseorang yang akhirnya menimbulkan rasa bahagia, dan mengurangi rasa rendah
diri. Terapi okupasi itu sendiri mempunyai banyak jenis diantaranya aktifitas latihan fisik untuk
meningkatkan kesehatan jiwa, aktifitas dengan pendekatan kognitif, aktifitas untuk memacu
kretifitas, training ketrampilan dan terapi bermain. Keefektifan terapi okupasi dapat dilihat dari
hasil penelitian yang menunjukkan rata-rata sebelumnya responden tidak bekerja, belum
menikah, serta berpendidikan rendah dapat meningkatkan kemampuan sosialnya setelah
dilakukan terapi okupasi. Selain itu klien dengan gangguan Skizofrenia dengan Isolasi sosial
juga memerlukan dorongan dan motivasi dari pihak keluarga atau orang terdekat untuk
memberikan pengobatan psikoterapi dengan cara memberikan kesibukan, sehingga diharapkan
dengan kesibukan klien menjadi lebih produktif dan kemampuan sosialnya menjadi meningkat.
Terapi Melukis Terhadap Kognitif Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Sambaing
Lihum
Norsyehan, Dkk

Skizofrenia menunjukkan kemunduran yang jelas pada kognisi, afek dan perilaku.
Skizofrenia ditandai oleh gangguan dalam pemikiran. Penurunan kemampuan kognitif tersebut
terutama muncul dalam bentuk menurunnya kemampuan mengingat warna dan bahasa lisan
(verbal), kemampuan eksekusi (mengerjakan sesuatu) dan penurunan dalam kecepatan
memproses sesuatu. Gangguan Kognitif meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang
menggambarkan perubahan nyata dari tingkat fungsi individu yang sebenarnya.

Terapi seni memberikan efek relaksasi sehingga dengan potensi yang dimiliki pasien
untuk melakukan aktivitas seni akan merangsang proses relaksasi dan membuat perasaan tenang
dan merangsang proses penyembuhan. Terapi seni merupakan bagian dari body mind
intervention, terapi ini melibatkan keterpaduan tubuh dan jiwa untuk memperoleh kesembuhan.
Suatu studi mengamati dampak menggambar terhadap proses diotak dengan scanning otak.
Terapi lukis adalah salah satu pilihan terapi efektif untuk skizofrenia. Aliran lukisan penyandang
skizofrenia adalah ekspresionis karena ada deformasi sesuai keinginan yang menceritakan
kepedihan hidup. Pada pasien skizofernia lukisan bisa menjadi bentuk komunikasi dari alam
bawah sadarnya. Kegiatan melukis membantu untuk mempersepsi lingkungannya, dan sepanjang
proses tersebut kemampuan untuk berkosentrasi dan menunjukkan atensi juga ikut dilatih.
Perbaikan-perbaikan dalam aspek ruhaniah, fungsi kreatif, kognitif, dan afektif dan psikomotorik
juga diasah dalam terapi melukis. Karena, berkesenian adalah suatu jalan agar, koordinasi antara
otak, hati, pikiran, dan aktifitas fisik kembali berjalan dengan selaras dan bekerja bersamanaan.
Terapi melukis merupakan terapi yang mendorong seseorang mengekspresikan, memahami
emosi melalui ekspresi artistik, dan melalui proses kreatif sehingga dapat memperbaiki fungsi
kognitif, afektif dan psikomotorik. Melukis bagi pasien skizofrenia merupakan bentuk
komunikasi dari alam bawah sadarnya, berdasarkan visualisasi atau simbol-simbol yang muncul,
akan terdapat image yang merupakan simbolisasi dari ekspresi bawah sadar pasien. Terapi seni
membawa perubahan bagi kesehatan mental penderita dan terapi seni di sebut sebagai Simbolic
speech bahwa kata-kata dapat di salurkan melalui kegiatan melukis sehingga melalui terapi
melukis terdapat perbaikan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sumber

Norsyehan, Dkk. 2015. Terapi Melukis Terhadap Kognitif Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Jiwa Sambaing Lihum. Vol (3) No (2). Diakses pada 12 September 2020 pukul 20.03
WIB. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/722

Sukmana & Nawang. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Sosial Pada Klien
Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial. Jurnal Ners dan Kebidanan. Vol (1) No (2). Diakses
pada 12 September 2020 Pukul 19.20 WIB.
https://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/download/0015/16

Anda mungkin juga menyukai