Anda di halaman 1dari 13

HALUSINASI

Dosen Pembimbing : Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep,. M.Kep

Disusun Oleh :

Anggota Kelompok 1

1. Fitri Sintiya ( 19216065 )


2. Indriana Dwi Assyfah ( 19216080 )
3. Intan Amalia Ningsih ( 19216082 )
4. Kharijah Fasari ( 19216086 )
5. M. Yusup Ardawilly ( 19216091 )
6. Maryanah ( 19216092 )
7. Mochamad Handy Prasetyo ( 19216102 )
8. Muhamad Aditya ( 19216103 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG 2019/2020

Jl.Ariasantika No.36 bugel,Karawaci,Kota tangerang-Banten

Telp.(021)5921132. Fax (021) 22252518

Website : www.stikesyatsi.sc.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“HALUSINASI”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “HALUSINASI”
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tangerang, November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Definisi..............................................................................................................................................5
2.2 Faktor predisposisi..........................................................................................................................7
2.3 Faktor Presipitasi............................................................................................................................7
2.4 Tanda dan Gejala............................................................................................................................8
2.5 Proses Terjadinya Masalah.............................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
1.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Jiwa merupakan keadaan diri yang mampu bertanggung jawab, adanya kesadaran
diri, tidak kuatir dengan apapun, dapat mengatasi ketegangan sehari-hari, diterima dalam suatu
kelompok serta berfungsi dengan baik dimasyarakat yang pada umumnya puas dengan
kehidupannya

Menurut WHO (World Health Organization), tahun 2019 masalah gangguan kesehatan jiwa
di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius. WHO memperkirakan sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, 135 juta orang diantaranya mengalami
halusinasi (Widadyasih, 2019). Menurut Kusumawati F dan Hartono Y (2018), diperkirakan
penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa, yaitu sekitar 1 sampai 1,5
juta jiwa diantaranya mengalami halusinasi. Data sepuluh besar angka kesakitan rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung bulan Juli tahun 2019 terdapat 351 pasien gangguan jiwa
dan untuk rawat inap terdapat 189 (53,84%) pasien yang mengalami skizofrenia,di ruang
Kutilang pada bulan Juli tahun 2019 terdapat 32 pasien rawat inap diantaranya Halusinasi
Pendengaran 22 (68,75%), Isolasi sosial 6 (18,75%), Harga diri rendah 2 (6,25%), Resiko bunuh
diri 1 (3,125%), dan Waham 1 (3,125%).

Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah
stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan pengurangan
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulasi dan halusinasi juga
merupakan perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang diterima dan disertai dengan
penurunan berlebihan distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulasi . Halusinasi juga
merupakan persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya
(tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan
kepribadian seseorang.Karena itu,halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang
(Baihalqi, 2017).Kebanyakan klien yang mengalami halusinasi sering tidak patuh dengan terapi
minum obat secara teratur sehingga dapatmemicu terjadinya kekambuhan pada klien itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?


2. Bagaimana faktor predisposisi dan faktor presipitasi halusinasi?
3. Bagaimana tanda dan gejala halusinasi?
4. Bagaimana akibat halusinasi?
5. Bagaimana proses terjadinya masalah pada pasien halusinasi?
6. Bagaimana penatalaksanaan pasien halusinasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan halusinasi.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi halusinasi
2. Mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi halusinasi
3. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
4. Mengetahui akibat halusinasi
5. Mengetahui proset terjadinya halusinasi
6. Mengetahui penatalaksanaan pasien halusinasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Halusinasi merupakan suatu penyerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar,
orang sehat persepsinya akurat,mampu mengidentifikasi dan menginter prestasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterimanya melalui panca indera. Stimulus tersebut tidak ada
pada pasien halusinasi. Akibat yang ditimbulkan pada pasien halusinasi dapat berakibat fatal
karena beresiko tinggi untuk merugikan diri pasien sendiri, orang lain disekitarnya dan juga
lingkungan (Marlindawani J, dkk, 2018).

Jenis jenis halusinasi :

a. halusinasi penglihatan (halusinasi optik) :


1. apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang atau benda.
2. apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan, atau pola cahaya.
3. apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
b. halusinasi auditif / halusinasi akustik
halusinasi yang seolah0olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara barang,
suara mesin, suara musik dan suara kejadian alami.
c. halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
halusinasi yang seolah-olah mencium bau tertentu.
d. halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap)
halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang
dimakan.
e. halusinasi taktil (halusinasi peraba)
halusinasi yang seolah-olah merasa diraba-raba, disentuh, dicolek-colek, ditiup,
dirambati ulat dan disinari.
f. halusinasi kinestik (halusinasi gerak)
halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan
merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
g. halusinasi viseral
halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul
di tubuh bagian dalam (mis. lambung seperti ditusuk-tusuk jarum).
h. halusinasi hipnagogik
persepsi sensori bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi sebelum
tidur.
i. halusinasi hipnopompik
persepsi sensori bekerja yang salah, pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun
tidur.
j. halusinasi histerik
halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.(Aldam &
Wardani, 2019)

2.2 Faktor predisposisi

Faktor predisposisi halusinasi yaitu:

a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu.

b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi dan tidak percaya pada
lingkungannya.

c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
zat bersifat halusinogenik neurokimia.

d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif.

e. Faktor genetik dan pola asuh


Anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
2.3 Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi halusinasi yaitu:

a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasinya dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, merusak diri, bingung, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata. Halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:

1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium.

2. Dimensi emosional
Perasaan cemas berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi.

3. Dimensi inetelktual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.

4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan conforting.

5. Dimensi spritiual
Klien halusinasi mulai dengan kehampaaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas beribadah.(Murni Aritonang, 2019)

2.4 Tanda dan Gejala

Dalam bentuk tahap :

1. Tahap 1 : Halusinasi bersifat tidak menyenangkan


Gejala Klinis :

a. Menyeringai/tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : Halusinasi bersifat menjijikan

Gejala klinis :

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

3. Tahap 3 : Halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

4. Tahap 4 : Halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan(1 | P a g E, 2019)


2.5 Proses Terjadinya Masalah

Halusinasi terdiri dari beberapa fase. Fase-fase halusinasi dapat dibedakan


kedalam empat fase. Berdasarkan intensitas dan keparahannya, halusinasi yang dialami
oleh klien menurut (Pardede & Siregar, 2021) membagi halusinasi dari yang masih bisa
mengendalikan dirinya ke yang semakin berat fase tingkat halusinasinya.

Fase-fase halusinasi seperti yang akan dijelaskan dibawah ini:

a. FASE 1. Comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)

Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa bersalah


dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas
individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi
kesadaran jika ansietas dapat ditangani (nonpsikotik).
Perilaku klien: Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara
menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat

b. FASE II Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)


Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system saraf
otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin menciba
untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik).
Perilaku klien: Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas,peningkatan
tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan, penyempitan kemampuan
konsentrasidan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita(Pardede &
Siregar, 2021)
c. FASE III Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi penguasa)
Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin mengalami
kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik).
Perilaku klien: Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di takuti,kerusakan
berhubungan dengan orang lain,rentang perhatian hanya beberapa detik/menit adanya
tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor, tidak mampu memahamiperaturan
d. FASE IV Conquering/panic (Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya)
Karaktersitik: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi berahir dari beberapa jam/hari jika intervensi terapeutik(psikotik
berat).
Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida/nomicide
aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitasi, agitas menarik
diri, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergangguanya persepsi sensori seseorang, dimana


tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi cukup banyak namun yang paling sering terjadi adalah
halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan. Fase-fase terjadinya halusinasi
yaitu: Comforting, Condemning, Controlling, dan Conquering panic. Akibat yang muncul akibat
halusinasi adalah adanya resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan karena klien
berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar
kesadarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019). Efektifitas penerapan standar asuhan keperawatan jiwa
generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan gejala halusinasi. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 7(2), 165. https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.167-174

Murni Aritonang. (2019). Efektifitas Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Terhadap


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pasien Ruang Cempakadi Rsj Prof. Dr.
Ildrem Medan. Jurnal Kesehatan Surya, 248–257.

Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2021). PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM


OBAT TERHADAP Program Studi Ners , Universitas Sari Mutiara Indonesia Jek Amidos
Pardede & Rini Andriyani Siregar. 3(July).

Anda mungkin juga menyukai