Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN METODE STAD DALAM MENINGKATKAN


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI
MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

OLEH
Dra. Endang Wahyuningtyas

MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK


2010

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENGGUNAAN METODE STAD DALAM MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI
MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:
Dra. Endang Wahyuningtyas

MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK


2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
penelitian tindakan kelas.
Maksud

dan

tujuan

diadakan

penelitian

ini

di

susun

untuk

pengembangan profesi jabaan guru guna mengembangkan wawasan dan


peningkatan mutu pendidikan.Keberhasilan penulisan Penelitian Tindakan
Kelas ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini
masih jauh dari sempurna, oelhkarena saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan, atas saran dan kritiknya
prnulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meberikan
rahmatnya dan Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Trenggalek,

November 2010

Dra. Endang Wahyuningtyas

DAFTAR ISI
Halaman JudulI
Kata Pengantar

II

Daftar Isi

III

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

I-1

B.

Identifikasi Masalah

I-4

C.

Batasan Masalah
I-4

D.

Rumusan Masalah..
I-5

E.

Tujuan Penelitian
I-5

F.

Manfaat Penelitian..
I-5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A.

Tinjauan Tentang Belajar...


II-1

B.

Tinjauan Prestasi Belajar


II-8

C.

Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif


II-9

D.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.


II-10

E.

Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif


II-11

F.

Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen


II-12

G.

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


II-13

H.

Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas..


II-15

I.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.


II-15

J.

Metodologi Penelitian Tindakan Kelas


II-16

BAB III METODE PENELITIAN


A.

Rancangan Penelitian.. III-1

B.

Desain

Penelitian..

III-1
C.

Lokasi dan Subyek Penelitian. III-2

D.

Pengumpulan

Data

III-2
E.

Analisis

Data..

III-2
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.

Analisa

Data

IV-1
B.

Kemampuan Guru dalam Melatihkan Keterampilan Proses..

C.

Tes

Hasil

IV-3

Belajar

IV-3
D.

Respon Siswa terhadap KBK. V-8

E.

Pengujian Hipotesa.. IV-8

BAB V PENUTUP
A.

Kesimpulan.
V-1

B.

Saran-saran.
V-2

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sesuai

dengan

tujuan

pendidikan

nasiona

dan

untuk

mengikuti

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang maju sangat pesat,
maka Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, yakni Bahasa
Indonesia merupakan salah satu Ilmu dasar yang kegunaannya dan tidak dapat
dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , karena hubungannya sangat erat.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah bertujuan agar siswa dapat
memperoleh kemampuan berpikir

logis, kritis dan sistematis. Melalui

Pembelajaran Bahasa Indonesia, siwa mampu mengembangkan kemampuan untuk


berpikir secara logis dan memiliki keterampilan berpikir kritis dalam kehidupan
sehari-hari
Umumnya
menggunakan

pembelajaran

sistem

Bahasa

konvensional,

di

Indonesia
mana

guru

di

Madrasah

menerangkan,

masih
siswa

mendengarkan dan mencatat serta pengerjaan tugas. Sehingga keterlibatan siswa di


sini adalah keterlibatan pasif. Mereka hanya menerima, mempelajari apa yang
diperoleh di kelas.
Dalam proses

belajar

mengajar dengan

menggunakan

pendekatan

keterampilan proses, para guru sebaiknya membuat rencana pembelajaran untuk


satu semester. Dalam perencanaan ini ditentukan semua konsep-konsep yang
dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang
akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan. Gagne dalam
dahar (1986:18) menyebutkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan proses,
anak akan dibuat kreatif, ia akan mammpu mempelajari Bahasa Indonesia di tingkat
yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat.
Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan memproses perolehan,
siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sika dan nilai. Seluruh Irama , gerak atau
tindakan dalam proses belajar

mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi

belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Agar keterampilan proses yang
dikembangkan dapat berjalan, siswa perlu dilatih keterampilan proses tersebut
sebelum pendekatan keterampilan proses itu dapat dilaksanakan. Menurut Nur

(1996:10) pendekatan keterampilan proses dapat berjalan bila siswa telah


memiliki keterampilan proses yang diperlukan untuk satuan pelajaran tertentu.
Pendekatan

keterampilan

proses

menekankan

pada

keterampilan

memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal ini berarti proses


belajar mengajar di Madrasah tidak hanya berlandaskan pada teori pembelajaran
perilaku, tetapi lebih implikasi teori belajar kognitif dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia adalah memusatkan kepada berpikir atau proses mental anak dan tidak
sekedar kepada hasilnya. Relevansi dari teori konstruktivis, siswa secara aktif
membangun pengetahuan sendiri.
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konstruktivis adala pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi
STAD (Student Teams Achievment Division). Pembelajaran kooperatif tipe STAD
dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa
bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan
kerjasama untuk mencapai tujuan besama dan mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas.
Menurut Vigotsky, implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki
setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif, dengan siswa berinteraksi dan
saling memuncukan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masingmasing zona perkembangan terdekat mereka. Selain itu pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia
yang sulit serta menumbuhan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak
yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah
hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan maeri
pelajaran yang lebih lama.
Agar pembelajaran kperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih
dahulu dilatih keterampilan-keterampilan kooperatif sebelum pemelajaran itu
digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang
diperlukan untuk satuan pembelajaran tertentu. Keterampilan kooperatif yang
dilatih

seperti

mengajukan

pertanyaan,

menjawab

pertanyaan/menanggapi,

menyampaika ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas dan


sebagainya.

Agar tujuan pembelajaran mecapai sasaran dengan baik seperti yang


tercantum dalam kurikulum, selain digunakan model pembelajaran yang sesuai,
perlu adanya perangkat pembelajaran sesuai pula. Perangkat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dirancang oleh peneliti yang
memuat informasi berharga yang dibutuhkan guru, khususnya berbagai macam
strategi dan metode serta sumber belajar yang ditempatkan pada halaman samping
sehingga sangat mudah dilihat dan mudah dipahami. Keunggulan perangkat dalam
penelitian ini dibandingkan dengan perangkat pemebelajaran yang digunakan di
Madrasah selama ini khususnya MA Plus Raden Paku Trenggalek adalah kebutuhan
siswa yang dimiliki tingkat kemampuan yang berbeda dapat ditangani. Untuk
emenuhi kebutuhan seperti ini perangkat ini dilengkapi dengan alternatif strategi
Pembelajaran, berupa buku panduan untuk seluruh siswa, buku guru, LKS (lembar
kegiatan siswa), penguatan untuk siswa dengan kemamuan rata-rata, dan pengayaan
utnuk siswa di atas rata-rata.
Berdasarkan hal diaas maka penulis tertarik untuk meneliti Penggunaan
metode STAD dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
MA Plus Raden Paku Trenggalek.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan
mengenai proses perubahan tingkah laku siswa agar mampu berpikir kritis, logis
dan sistematis. Bahasa Indonesia dapat berhasil dengan baik diperlukan sarana
berupa media pembelajaran dan cara pembelajaran yang bervariasi untuk
menunjang dalam proses pembelajaran. Kenyataan yang ada, sarana pembelajaran
di Madrasah tersebut memang terbatas, sehingga untuk melaksanakan proses
pembelajaran agar tetap berlangsung maka guru dengan segala kemempua dan
keterbatasan yang ada menggunakan metode ceramah saja. Pengadaan buku yang
kurang lengkap juga menjadi kendala kurangnya sumber daya dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia. Buku acuan yang tersedia kurang dimanfaatkan
oleh siswa.
Oleh karena itu, maka kreatifitas guru dalam proses pembelajaran sangat
berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa akan materi pelajaran yang
diperolehnya.

B. BATASAN MASALAH
Pada penelitian kali ini akan dibatasi pada Penelitian Tindakan Kelas untuk
keterampilan proses dengan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
prestasi siswa sebelum dan sesudah mengunakan metode STAD dengan pokok
bahasan meliputi kemampuan siswa dalam mengunakan proses perkembangan pola
pikir siswa, serta menghargai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ada.
C.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa
yang telah diuraikan dan dibatasai pada latar belakang masalah dia atas, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penedekatan keterampilan proses dengan metode STAD

dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada MA Plus Raden


Paku Trenggalek?
2. Apakah pendekaan keterampilan proses dengan metode STAD yang diterapkan
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada MA Plus Raden Paku
Trenggalek mampu meningkatkan kualitas belajar siswa?
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : dengan metode STAD yang
diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK Negeri

Trenggalek mampu meningkatkan kualitas pembelajran Bahasa Indonesia.


E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat dialmbil dan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.

Bagi guru : Sebagai masukan terutama dalam penggunaan metode belajar


mengajar yang efektif sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar siswa.

2.

Bagi pengembangan Ilmu Pendidikan, dapat digunakan sebagai acuan yang


dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.

3.

Membuka kesempatan bagi penelitian lebih lanjut tentang Penelitian Tindakan


Kelas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

TINJAUAN TENTANG BELAJAR


1. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenal apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi :
Witherington dalam buku Educational Psycology mengemukakan,
bahwa :
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian.
(dalam Ngalim Purwanto, 1990:84)
Menurut Wasty Soemanto (1990:99)
Belajar adalah proses sedemikian hingga tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui praktek, latihan atau pengalaman.
Dari definisi di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang
mencirikan tentang belajar, yaitu :
a.

Belajar merpakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau


pengalaman. Dalam arti perubahan- perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau perkembangan tidak dianggap sebagai hasil belajar ,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

b.

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut


berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar manusia melakukan perubahan kualitas individu, sehingga tingkah


launya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain
adalah hasil belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari.
Belajar itu bukan sejedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan
suatu hasil. Oleh karena itu berlangsung secara aktif dan interaktif dengan
menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh

karena itu guru harus dapat memberikan rangsangan dalam rangka


membimbing siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Proses belajar berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah
proses sedemikian hingga tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dan
pertumbuhan dalam perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani.
Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu
merupakan hasil belajar.
Menurut pengertian secara psikologis merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, dalam memenuhi
kebutuhan individu.
2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Dalam belajar banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Wasty
Soemarno (1989) dapat digolongkan menjadi 3 faktor :
1. Faktor-faktor stimuli belajar
Yang dimaksud stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar
individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau
perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material penugasan,
serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari
oleh siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan
dengan faktor-faktor stimuli belajar :
Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan banyak bahan
pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran semakin panjang pula
waktu yang diperlukan oleh siswa untuk mempelajarinya. Bahan
yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan
kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan siswa ini tidak sematamata karena panjangnya waktu untuk belajar , melainkan lebih
berhubungan dengan faktor kelemahan atau faktor kejenuhan
siswa dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.
Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang
berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi

kecepatan belajar. Makin sulit bahan pelajaran makin lambat orang


mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar
yang

lebih

intensif,

sedangkan

bahan

yang

sederhana

mempengaruhi intensitas belajar seseorang.


Beratnya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari
belajar sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa
penguasan bahasa, pengetahuan dan prinsip-prinsip. Modal
pengalaman itu menentukan keberartian bahan yang dipelajari
pada waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat
dikenali. Bahan yang berarti memunkinkan siswa untuk belajar,
karena siswa dapat mengenalnya. Bhan yang tanpa arti sukar
dikenali akbat tidak ada perhatian siswa terhadap bahan itu.
Berat ringannya tugas
Mengenalinya berat ringannya tugas, hal ini erat kaitannya dengan
tingkat kemampuan siswa. Tugas yang sama kesukarannya berbeda
bagi masing-masing siswa. Hal ini disebabkan karena kapasitas
intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula,
berat ringannya tugas berhubung dengan usia siswa. Ini berarti
bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau
ringannya tugas bagi siswa yang bersangkutan. Dapat dibuktikan
bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah akan mengurani
tantangan belajar, sedangkan tugas tugas yang terlalu berat atau
sukar membuat jera bagi siswa untuk belajar.
Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain :
cuaca, waktu, kondisi, tempat, penerangan dan sebagainya. Faktorfaktor ini mempengaruhi sikap dan interaksi siswa dalam aktivitas
belajarnya,sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan
lingkungannya.
2.

Faktor-faktor metode belajar


Faktor metode belajar menyangkut hal-hal sebagai berikut :

Kegiatan berlatih dan praktek

Berlatih dapat diberikan secara maraton (non stop) atau secara


distribusi (dengan selingan waktu istirahat). Latihan yang
diberikan secara maraton dapat melelahkan dan membosankan,
sedangkan latihan yang didistribusi menjamin terpeliharanya
stamina dan kegairahan belajar jam pelajaran yang terlalu panjang
kurang efektif, semakin pendek distribusi waktu untuk latihan
semakin efektif latihan itu. Latihan memerlukan waktu istirahat
yang sedang, lamanya terantung tugas atau keterampilan yang
dipelajari atau lamanya waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.

Resitasi selama belajar


Kombinasi lamanya dengan resitasi (transfer belajar) sangat
bermanfaat

untuk meningkatkan kemampuan membaca maupun

untuk menghafalkan tanpa melihat bacaannya. Jka setelah


menguasai suatu bagian dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya.
Resitasi sangat cocok diterapkan pada belajar membaca atau
menghafal.

Pengenalan tentang hasil belajar


Dalam proses belajar, sering mengabaikan tentang perkembangan
hasil belajar selama dalam belajarnya. Hasil penelitian para ahli
psikologi menunjukkan bahwa pengenalan seorang terhadap hasil
atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan
mengetahui yang telah dicapai seseorang akan lebih berusaha
meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

Bimbingan dalam belajar


Bimbingan yang terlalu banyak yang diberikan oleh seorang guru
atau orang lain cenderung membuat siswa tergantung. Bimbingan
menjadi dapat diberikan dalam batas yang diperlukan siswa. Hal
yang paling penting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan
pada individu. Sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan
tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

3.

Faktor-faktor Individual
Kecuali faktor stimulasi dan metode belajar, faktor individual
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa.

Adapun faktor itu menyangkut hal-hal sebagai berikut :


Kematangan
Kematangan

dicapai

individu

dari

proses

pertumbuhan

psikologisnya. Kematangan terjadi akibat perubahan kuatitatif


di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan
kuantitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan memberi
kondisi pada fungsi psikologis termasuk sistem saraf dan otak
menjadi berkembang.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan memegang beberapa kegiatan yang diminati seseorang.
Diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang (slameto,
1988:57). Minat besar pengaruhnya terhadap prstasi belajar,
karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa-siswi
tersebut akan malas dalam belajanya. Jika terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap belajar atau dapatlah diusahakan agar
ia lebih mempunyai minat yang lebih besar dengan menjelaskan
hal-hal menarik.

Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar karana kemampuan itu
baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajara
dan berlatih (slameto, 1988:59). Bakat itu juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat
siswa, hasil, pelajaran akan lebih baik karena ia akan senang
terhadap bahan pelajaran tersebut, selanjutnya mereka akan
lebih giat lagi, oleh karena itu penting sekaliuntuk mengetahui
bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di Madrasah yang
sesuai dengan bakatnya.

Kesiapan
Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga berhubungan
dengan kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan.
Dengan sudah siapnya untuk menerima pelajaran, hasil
pelajaran akan lebih baik, lain halnya apabila belum siap

menerima pelajaran. Prestasi yang dihasilkan akan lebih rendah.


Dengan demikian faktor kesiapan juga berpengaruh pada
prestasi siswa.

Faktor usia kronologis


Pertambahan dalam usia selalu dibarengi dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia anak
emakin

meningkat

pula

kematangan

berbagai

fungsi

fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih
sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih
mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu
yang lebih lama, lebih memmiliki koordinasi gerak kebiasaan
kerja dan ingatan yang lebih baik dan tingkat kemampuan
belajar siswa

Faktor Perbedaan Jenis Kelamin


Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang
adanya perbedaan skill, sikap, minat, temperamen, bakat dan
pola-pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan jenis
kelamin. Misalnya dalam prestasi akademik dapat kita lihat
banyak anak perempuan yang menunjukkan prestasi yang lebih
baik tidak kalah

dengan prestasi anak laki-laki. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berarti antara anak


laki-laki dan perempuan dalam hal intelegensi.

Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar
yang bersangkutan, terutama dalam hal transfer belajarnya.

Kondisi Kesehatan Jasmani


SSiswa yang belajar membutuhkan kondisi yang sehat. Siswa
yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta
kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik
juga mengganggu belajar.

Kondisi Kesehatan Rohani

Gangguan terhadap cacat-cacat mental pada seseorang sangat


mengganggu belajar orang yang bersangkutan.

Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan
tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.
Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar karena
motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta
memilih tujuan belajar yang dirasakan penting bagi siswa.

B.

TINJAUAN PRESTASI BELAJAR


Untuk mengetahui hasil prestasi belajar belajar siswa, penulis
memberikan pengertian tentang belajar. Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia Oleh W.J.S Poerwodarminto disebut bahwa :
Prestasi adalah Kemampuan siswa yang semaksimal mungkin dari
hasil yang dicapai (W.J.S Poerwodaminto, 1982:108)
Menurut Suhartono :
Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tinggi dalam
belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan sesuatu
ada saat tertentu pula.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai
yang mewujudkan hasil belajar yang menunjukkan kemampuan dalam
mengerjakan pada saat tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.Jadi dari
pengertian prestasi belajar tersebut di atas dan peristiwa mengajar yang
mengarah pada tujuan, maka untuk mengetahui apakah kegiatan belajar
mengajar akan berhasil atau sudah mencapai tujuan, yang diperlukan adalah
nilai. Penilaian itu diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan kita
terhadap siswa, hasil inilah yang kita sebut prestasi belajar siswa.

C.

TINJAUAN UMUM PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Pendekatan konstruktivis dalam Pembelajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep itu dengan temannya
(Slavin, 1995)

Menurut Thomson, et al (1995), pembelajaran kooperatif turut


menambah unsure-unsur interaksi sosial pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang
heterogen. Maksud heterogen adalahterdiri dari campuran kemampuan siswa,
jenis kelamin dan suku (Thomson,1995). Hal ini bermanfaat untuk melatih
siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya. Seperti
menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok denganbaik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok adalah
mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh
mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya
menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di
lembar kerja siswa (LKS). Apabila seseorang siswa memiliki pertanyaan,
teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan
jawaban kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru
berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati
bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa
memverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong muncunya refleksi
yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif (Thomson et al.1995). Pada
saatnya,kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup untuk
menyeless menunjuan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak
bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus
menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.
D.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif
(Arends, 1997:113). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan
penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa

dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan
mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu
Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase

Tingkah Laku Guru

Fase 1 :

Guru menyampaikan semua tujuan

Menyampaikan tujuan dan

Pelajaran ingin di capai pada

Dan memotivasi siswa

Pelajaran tersebut dan memotivasi

Fase 2 :

Siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada

Menyampaikan informasi

siswa dengan jalan demonstrasi

Fase 3 :

Atau lewat bahan bacaan


Guru menjelaskan kepada

Mengorganisasikan

siswa

ke bagaimana

caranya

membentuk

dalam

kelompok belajar dan membantu

Kelompok-kelompok belajar

Setiap

kelompok

agar

siswa

melakukan

transisi secara efisien


Fase 4 :
Membimbing

kelompok Guru membimbing kelompok-

bekerja

Kelompok belajar pada saat mereka

Bekerja dan belajar

mengerjakan tugas mereka

Fase 5 :

Guru mengevaluasi hasil belajar

Evaluasi

Tentang materi yang telah dipelajari


atau

masing-masing

kelompok

mempresentasikan
Fase 6 :

Hasil kerjanya.
Guru
mencari

Memberikan Penghargaan

menghargai, baik upaya maupun hasil

cara-cara

belajar individu atau kelompok

untuk

(Arends, 1997)
E.

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN

DALAM

PEMBELAJARAN

KOOPERATIF
Dalam pembelajaran koperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga
harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut kterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok
selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai
berikut (Lundgren,1994).
1.

Keterampilan Tingkat Awal


a.

Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan: Yang dimaksud dengan menggunakan
kesepakatan

adalah

menyamakan

pendapat

yang

berguna

untuk

meningkatkan kerja dalam kelompok.


b.

Menghargai kontribusi: Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal


apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini berarti bahwa
harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja dikritik yang diberikan
itu ditunjukkan terhadap ide dan tidak individu.

c.

Mengambil giliran dan berbagai tugas: Pengertian ini mengandung arti


tugas bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia
mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

d.

Berada dalam kelompok: Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam
keompok kerja selama kegiatan berlangsung.

e.

Berada dalam tugas: Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi


tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang
dibutuhkan.

f.Mendorong partisipasi: Mendorong partisipasi artinya mendorong semua


Anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
g.

Mengundang orang lain.

h.

Menyelesaikan tugas pada waktunya.

i. Menghormati perbedaan individu.


2. Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan
simpati,mengungkapkan

ketidaksetujuan

dengan

cara

dapat

diterima,

mendengarkan dengan aktif ,bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan,


mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi ketegangan.
3.

Keterampilan Tingkat Mahir


Keterampilan tingkat mahir meliputi mengkolaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.

F.

LINGKUNGAN BELAJAR DAN SISTEM MANAJEMEN


Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses
demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam
pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur namun siswa diberi
kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya.
Agar pelajaran dengan pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi
pelajaran yang lengkap harus tersedia di ruang guru atau di perpustakaan atau di
pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan
tradisional yang berhubungan dengan kerja kelompok secara hati-hati mengelola
tingkah laku siswa.

G.

Penelitian Tindakan (Action Research) merupakan pendekatan yang semakin

banyak dan diperlukan dan diandalkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia, terutama dalam peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Hal ini terjadi karena Penelitian Tindakan dalam konteks pendidikan
banyak mengkaji interaksi (proses belajar-mengajar) yang terjadi dalam kelas di
Madrasah-Madrasah.
Perbaikan proses belajar-mengajar di dalam kelas dan pengelolaan Madrasah
dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan mutu hasil belajar siswa dan efisiensi
pendidikan. Seperti yag dinyatakan oleh Hammersley (1986), jika kita bermasud
memahami cara kerja Madrasah dan hendak mengubah atau meningkatkan
peranannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam
kelas.
Sedangkan penelitian tindakan (Action Research) memiliki lingkup yag lebih
luas, karena tidak saja mengkaji dan melakukan tindakan dalam lingkup kelas, tetapi

dapat mencakup satu Madrasah bahkan dapat beberapa Madrasah. Berikut ini adalah
siklus ata alur dalam penelitian tindakan kelas.
Ada berbagai macam pendapat tentang pengertian Penelitian Tindakan antara
lain :
Menurut Kurt Lewin (dalam Sukarnyana, 2000:5)
Penelitian Tindakan merupakan suatu rangkaian langkah (a spiral of steps)
yang terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, tindakan pengamatan dan
refleksi.
Sedangkan Kemmis dan Mc. Taggart mengemukakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self inquiry kolektif yang dilakukan
oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan
keadilan dari paraktek sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta
mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktek dan situasi dimana praktek itu
dilaksanakan.
Dari beberapa definisi di atas, terdapat dua prinsip penting dalam Penelitian
Tindakan, yakni :
1.

Adanya keikutsertaan dari pelaku dalam pelaksanaan program (partisipatori).

2.

Adanya tujuan untuk meningkatkan cara melaksanakan suatu program kegiatan

dan mempertinggi kualitas hasil suatu kegiatan.


Erdasarkan definisi tersebut,maka pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah suatu study sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa dengan melakukan tindakan tertentu. Atas dasar pengertian PTK terseut di atas
terdapat 3 ciri khas PTK :
1. PTK dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar, apabila dalam kelas
ada masalah, guru wajib mengupayakan agar masalah tersebut dapat diatasi atau
dikurangi dengan melakukan tindakan.
2. PTK dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi oleh guru.
3. PTK selalu ada tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menyempurnakan
pelaksanaan proses pembelajaran.
H. PENTINGNYA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Adapun alasan dilaksanakan PTK adalah :
1.

Dengan melaksanakan PTK berarti guru telah menerapkan Pembelajaran yang


reflektif (Reflectif Teaching), artinya guru secara sadar, terencana dan sistematis

melakukan refleksi (perenungan) terhadap kegiatan pembelajaran yang telah


dilaksanakan dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2.

Dengan melaksanakan PTK, Guru dapat segera memikirkan cara menanggulangi


masalah yang dihadapinya ketika melaksanakan proses pembelajaran.

3.

Pelaksanaan PTK memungkinkan guru mengadakan penelitian terhadap kegiatan


pembelajaran tanpa harus meninggalkan kegiatan pokoknya sebagai pengajar.

4.

Pelaksanaan PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori yang bersifat


umum spesifik, obyektif dan praktis.

I. KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian yang lain adalah
sebagai berikut :
1.

PTK adalah intervensi skala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upaya
menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakannya,

2.

PTK dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas


proses pembelajaran itu sendiri dengan asumsi bahwa semakin baik kualtas proses
pembelajaran akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa.

3.

PTK dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas.

4.

PTK dilakukan oleh guru sebagai praktisi atau pendidik dan pengajar bukan
sebagai peneliti ahli.

5.

PTK dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of
steps) yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan
yang dilakukan (oservation), refleksi (reflection), dan selanjutnya di ulang kembali
dengan perencanaan tindakan berikutnya, dan seterusnya.

J. METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Metodologi PTK Menunjuk pada prosedur dan tata cara yang ditempuh dalam
melaksanakan PTK. Adapun langkah-langkah umum PTK adalah sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi masalah
Identifikasi masalah yang menyangkut tentang :
a. Masalah yang akan dipecahkan.
b. Cara yang ditempuh untuk memecahkan masalah, dan
c. Alasan tentang pentingnya pelaksanaan PTK. Masalah timbul manakala terdapat
kesenjangan anatara harapan dan kenyataan.

2.

Melakukan analisis masalah


Analisis msalah dilakukan untuk mengetahui dimensi masalah yang dapat
dipecahkan melalui pelaksanaan PTK serta dapat menemukan fokus yang tepat.

3. Merumuskan masalah penelitian


Perumusan masalah, merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya melalui
penelitian. kegiatan ini sangat penting karena dengan terumuskannya masalah
dengan jelas maka peneliti akan dapat menyingkapkan beberapa faktor penyebab
utama yang memungkinkan peneliti untuk mencari dan menemukan alternatif
pemecahan masalah yang tepat dan mendasar.
4.

Merumuskan hipotesis tindakan


Hipotesis dalam hal ini adalah dugaan yang beralasan atau jawaban sementara atas
masalah yang hendak dipecahkan berupa kesimpulan-kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari pengkajian kepustakaan.

5. Menetapkan rancangan penelitian


Rancangan PTK akan tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang
digarap. Karakteristik kelas yang diteliti, serta model tindakan yang dipiih. Ada
beberapa model PTK, namun kesamaan model rancangan PTK terletak pada alur
pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari hopkins, 1993, him.48)
a. Perencanaan Tindakan
Disusun berdasarkan masalah dari hipotesis tindakan yang diuji secara empirik
sehingga
perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasikan aspek dan hasil KBK
sekaligus
mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanan Tindakan
PTK didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh
erupa peningkatan kinerja dan hasil program optimal. Pelaksana PTK adalah guru
kelas bersangkutan, namun isa juga kolaborasi dengan pihak lain.
c. Observasi
Pengamatan dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses
kinerja pembelajaran.
d. Refleksi

Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis-analisis, interpretasi dan


eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTKClassroom based action research). Alat dan metode pengumpulann data yang digunakan
dalam penelitian adalah tes, observasi dan angket. Instrumen pengambilan data
dipergunakan untuk pengambilan data dari variablel-variabel yang akan diukur.
Sesuai dengantujuan umum penelitian ini, yaitu mengembangkan perangkat
pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah menengah Atas yang berorientasi
pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD,
maka peneltian ini digolongkan ke dalam penelitian pengembangan dan penelitian
tindakan. Selain itu penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana meningkatkan
kualitas belajar Bahasa Indonesia siswa di Madrasah Menengah Atas dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif
tipe STAD, maka penelitian ini merupakan penelitan eksperimen.
B. DESAIN PENELITIAN

Dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran yang berorintasi


pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD
digunakan four-D Model yang dikembangkan oleh Thiagarajan, semmel dan semmel
(1974:5)

yang

terdiri

dari

empat

tahap

yaitu

pendefinisian,

perancangan,

pengembangan dan penyearan. Namun dalam penelitian ini pengembangan perangkat


pembelajaran hanya sampai pada tahap pengembangan, karena perangkat yang
digunakan belum disebarkan ke sekola-Madrasah yang lain artinya perangkat terseut
digunakan pada Madrasah uji coba. Sedangkan untuk mengimplementasikan perangkat
pembelajaran digunakan rancangan penelitian tindakan yaitu rencana tindakan
observasi-refleksi.
C. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah di MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK,
sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di MA PLUS RADEN
PAKU TRENGGALEK sebanyak 38 siswa.
D PENGUMPULAN DATA
Guru mempersiapkan alat evaluasi yang memuat penilaian afektif dan kognitif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembellajaran berlangsung
pada setiap siklus. Data hasil observasi dicatat dalam catatan bebas atau dalam format
khusus yang disetujui bersama. Kesan guru mengenai pengalaman pembelajaran
siswanya dengan menggunakan metode STAD dicatat dalam catatan tersendiri.
Dari definsi siswa ada dua data yang dikumpulkan, yaitu data tentang respon
siswa terhadap model STAD yang diterapkan, serta hasil nilai test siswa sebagai
indikator keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan.
E. ANALISIS DATA
Data hasil observas pembelajaran dianalisis bersama-sama, kemudian
ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaaman guru. Hasil belajar siswa
dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa, yaitu lebih dari 80% siswa sudah
mencapai 65% taraf penguasaan konsep yang diberikan.
Uji hipotesa terhadap hipotesa yang dikemukakan pada awal penelitian ini akan
diuji dengan menggunakan software SPSS. Data diuji dengan menggunakan s tatistik
dan non parametrik. Untuk menentukan kelas uji coba dan kelas eksperimen, digunakan
sampling random sederhana, sehingga diperoleh kelas II sebagai kelas eksperimen.
Kelas uji coba dalam siklus II digunakan untuk menyempurnakan perangkat
pembelajaran sebelumnya yang dikembangkan, dan diajar dengan pendekatan

keterampilan proses dalam siklus II dipergunakan untuk memperbaiki kualitas prestasi


belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD sehingga layak digunakan pada uji coba
selanjutnya.
Dlam penelitian ini digunakan beberapa alat dan metode pengumpulan data,
yaitu tes, observasi, dan angket, Instrumen pengambil data dipergunakan untuk
pengambilan data, dari variable-variabel yang akan diukur.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. ANALISIS DATA
Dalam analisis deskriptif ini yang dibahas adalah data kelas eksperimen dan
tidak dibandingkan dengan kelas kontrol karena pembelajaran di kelas kontrol tidak
diamati, kecuali data tes hasil belajar produk. Data tes hasil belajar produk selain si
analisis dengan statistik desktiprtif.
1.

Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini antara lain Buku

Guru, Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), APRP dan RP. Selain itu peneliti
juga mengembangkan instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan, tes dan angket.
2. Kemampuan guru dalam megelola Pembelajaran
Dari hasil perhitungan statistik deskriptif diketahui bahwa nilai rata-rata
untuk masing-masing kategori pengamatan yang meliputi persiapan sebesar 4.35,
pendahuluan 3,42, kegiatan inti sebesar 2.43. Hasil pengamatan ini menunjukkan
bahwa secara umum guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah cukup baik.
Guru mampu menyiapkan alat/bahan yang digunakan dalam pembelajaran,
serta mampu melatihkan keterampilan proses dan keterampilan kooperatif dan
mengoperasikan perangkat pembelajaran dengan alokasi waktu yang sesuai, bahkan
suru dapat membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
3. Aktivitas Guru dan Siswa
Hasil analisis data penelitian tentang aktivitas guru dan siswa, guru selama
ini

dalam

mejelaskan

materi/menyampaikan

informasi

sebesar

12.65%,

mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar kooperatif 37.23%, mendorong dan


melatihkan keterampilan kooperatif 45.45%. Dengan demikian sebagian besar waktu
yang digunakan guru selama kegiatan belajar-mengajar, membimbing siswa
mengerjakan LKS dan melatihkan keterampilan proses. Hal ini sesuai dengan skenario
pembelajaran kooperaitf tipe STAD yang menekankan pada kerjasama untuk
mengembangkan keterampilan kognitif yang membangun suatu gagasan/pengetahuan
baru atau menyempurnakan pengetahuan yang sudah terbentuk untuk mencapai tujuan
bersama.

Sedangkan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar adalah


mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 11.61%, membaca buku siswa, LKS
(termasuk menulis) 10.51%, mengerjakan LKS dengan benar28.73%, berlatih
melakukan keterampilan proses 21.22% dan hasil kerja kelompok sebesar 13.31%
mempresentasikan. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar waktu yang digunakan
adalah mengerjakan LKS dan berlatih melakukan keterampilan proses.
Bila dilihat dari angka aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar
mengajar, maka secara keseluruhan aktivitas guru dan siswa menunjukkan
pembelajaran yang berorientasi pendekatan keterampilan proses dalam setting
pembelajaran kooperatif tipe STAD berpusat pada siswa, diman siswa terlibat aktif
pembelajaran.

Hal

ini

terlihat

prosentase

aktivitas

siswa

yang

selain

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru cukup tinggi yaitu 88.4%.


B. KEMAMPUAN GURU DALAM MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES
Hasil penelitian kemampuan guru dalam melatihkan keterampilan proses untuk 4
kali pertemuan (4 RP) nilai rata-rata tiap aspek adalah meramalkan 3,5; membuat
peta konsep 3,00; rentang penilaian 0-4. Data ini menunjukkan bahwa guru
mengasai dan terampil dalam melatihkan setiap komponen keterampilan proses
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
C. TES HASIL BELAJAR
Jumlah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah 20 nomor yang terdiri
dari 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian dengan nilai tiap nomor soal 0-10.
Soal tersebut diberikan pada pelaksanaan tindakan tahap pertama (siklus I) pada
kelas eksperimen dan diadakan penyempurnaan/perbaikan apabila perlu dengan
melakukan tindakan tahap kedua (siklus 2) yang diikuti 38 siswa pada kelas
eksperimen.
Dalam siklus pertama ini, berasarkan catatan peneliti, siswa masih kurang dapat
bekerja sama, diskusi masih kurang dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan,
presentasi belum banyak mendapat perhatian/tanggapan dari pendengar (siswa dari
kelompok lain). Sehingga bisa dikatakan pada saat presentasipun siswa
menunjukkan siswa belum banyak memahami tentang konsep pokok bahasan yang
dibahas.
Dari hasil tes setelah kegiatan yang diberikan dalam siklus I dapat ditunjukan
sebagaimana dalam tabel :
Tabel 1

Nilai Siswa dalam siklus 1


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
3
31
32
33
34
35
36
37
38

Nama Siswa
Agustina Dwi S.
Alysa Syva
Atik Yuniarsa
Bagus Wisnu W.
Bambang Breta
Citra Agustina P.
Claudia Angdyani
Dedi Kurniawan
Devi Rahayu
Dina Christina
Diorini Tantry
Dona Widi A.
Dwi Novitasari
Eka Fitriana
Eline Vidia M.
Elly Andini
Endang Suyanti
Fajar Novianto P. A
Febri Ariyanto
Jane Elga Arlita
Junifah Putri
Maharani Indra K.
Merina Anggraeni P.
Mia Utari
Nadia Julanda Sianipar
Niska Alisthika
Reni Widhiawati
Riska Arfidea Putri
Suci Prihatin
Septiana Ayu K
Siti Kholifah
Tri Puji Astuti
Tari Wahyuningrum
Tefrisia Sectio Ayu P.
Tika Miftahul
Vindy Santya
Yuliana Sendia P.
Winda Lystiana
Rata-rata

Nilai pada Siklus 1


64
65
75
65
65
70
75
76
75
65
89
70
76
77
65
75
69
75
65
64
65
75
65
65
70
75
76
75
65
89
70
76
77
65
75
69
75
65
71.37
Sumber : Data

diolah
Dari tabel di atas tampak bahwa nilai rata-rata siswa adalah 71.37 dengan nilai terendah
64 dan nilai tertinggi 89. Nilai ketuntasan belajar adalah 65, jumlah siswa yang

mendapat nilai 65 sebanyak 36 siswa, yang berarti 94.74% dari sejumlah 38 siswa
memiliki nilai di atas taraf penguasaan konsep yang diberikan atau lebih dari 94.74%
mencapai nilai ketuntasan daam materi pembelajaran Bahasa Indonesia.
Ada beberapa hal yang diminta untuk diperoleh jawaban dan didiskusikan dengan
anggota kelompoknya, yaitu :
Membaca cepat
Kata berimbuhan per-an
Kata penghubung yang
Menggunakan kata ganjil
Menulis naskah sambutan
Mencari lawan kata atau antonim
Pada tahap pembelajaran ini, siswa tetap diminta melakukan diskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Langkah-langkah dalam metode ini adalah :
1.

Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
secara heterogen.

2.

Guru menyajikan pelajaran.

3.

Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh semua anggota
dengan cara berdiskusi, sehingga setiap anggota memahami dan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan.

4.

Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Pada saat diberikan kuis tidak boleh
dibantu temannya.

5.

Selesai penyimpulan bersama guru dan siswa kemudian dievaluasi.

Dalam siklus 2 ini, berdasarkan catatan peneliti, kerjasama siswa sudah berjalan dengan
baik, masing-masing siswa bersama pasangannya aktif melakukan diskusi memecahkan
masalah dan bekerja sama. Salah satu siswa dalam satu pasangan berusaha merangkum
materi/menyelesaikan persoalan yang menjadi bahan bahasan. Pada saat guru kelas
sudah hidup (aktif), siswa yang diputuskan sudah betul-betul memahami tentang pokok
bahasan yang dibahas. Dari hasil tes setelah kegiatan yang diberikan dalam Siklus II,
dapat ditunjukkan sebagaimana dalam tabel :
Tabel 2
Nama Siswa dalam Siklus 2
NO
1
2

Nama Siswa
Agustina Dwi S.
Alysa Syva

Nilai pada Siklus 2


73
86

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Atik Yuniarsa
Bagus Wisnu W.
Bambang Breta
Citra Agustina P.
Claudia Angdyani
Dedi Kurniawan
Devi Rahayu
Dina Christina
Diorini Tantry
Dona Widi A.
Dwi Novitasari
Eka Fitriana
Eline Vidia M.
Elly Andini
Endang Suyanti
Fajar Novianto P. A
Febri Ariyanto
Jane Elga Arlita
Junifah Putri
Maharani Indra K.
Merina Anggraeni P.
Mia Utari
Nadia Julanda Sianipar
Niska Alisthika
Reni Widhiawati
Riska Arfidea Putri
Suci Prihatin
Septiana Ayu K
Siti Kholifah
Tri Puji Astuti
Tari Wahyuningrum
Tefrisia Sectio Ayu P.
Tika Miftahul
Vindy Santya
Yuliana Sendia P.
Winda Lystiana
Rata-rata

70
80
75
70
75
80
70
87
80
75
82
70
82
70
75
80
70
73
86
70
80
75
70
75
80
70
87
80
75
82
70
82
70
75
80
70
76.32
Sumber ; Data diolah

Dari tabel di atas tampak bahwa nilai rata-rata siswa adalah 76.32 dengan nilai terendah
70 dan nilai tertinggi 87. Batas nilai ketuntasan adalah 65, jumlah siswa yang mendapat
nilai 65 adalah 38 siswa, yang berarti 100% dari sejumlah 38 siswa memiliki nilai
diatas taraf penguasaan konsep yang diberikan, atau lebih dari 80% mencapai nilai
ketuntasan dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dari siklus II ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah berhasil
mencapai apa yang sudah ditargetkan. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan

bahwa proses pembelajaran sudah memenuhi apa yang diharapkan, yaitu adanya
peningkatan kualitas pembelajaran yang ditujukkan dengan peningkatan kualitas
prestasi siswa secara menyeluruh.
D. RESPON SISWA TERHADAP KBK
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa 80% siswa senang terhadap
keterampilan kooperatif, dan 75,5% berpendapat bahwa perangkat yang digunakan
baru. Selain itu respon siswa tentang keterampilan proses, 82,6% senang dan 72,2%
berpendapat baru mengenai keterampilan proses yang digunakan. Data ini
menunjukkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran jika pembelajaran
menggunakan keterampilan kooperatif dan keterampilan proses, khususnya pada
komponen keterampilan proses melakukan pengamatan dimana pendapat siswa senang
dalam melakukan pengamaatan sebesar 95,7%.
E. PENGUJIAN HIPOTESA
Hipotesa yang dikemukakan pada bagian awal penelitian ini adalah sebagai berikut
:
HO : Penerapan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas
I semester II MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK tidak nerpengaruh terhadap
peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.
Ha : Penerapan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas
I semester II MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.
Kasus di atas terdiri atas dua sampel yang berhubungan satu sama lain, karena
setiap subjek (dalam hal ini para murid) mendapat pengukuan pengukuran yang sama,
yaitu diukur pada siklus 1 dan siklus 2.
Data hanya sedikit dan dianggap tidak diketahui distribusi (berdistribusi bebas).
Maka digunakan uji non parametrik dengan dua sampel yang berhubungan (dependen).
Dalam analisa ini, digunakan software SPSS, dengan pilihan menu adalah statistik
non parametrik (Non Parametric Test), menggunakan related samples, untuk uji dua
sampel yang berhubungan. Metode yang digunakan adalah uji peringkat bertanda
Wicoxon Test. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Npar Tes Wilcoxon Signed Ranks Test
Nilai siswa siklus 2 Negative ranks
Nilai siswa siklus 1

N Mean Rank
10 72

Sum of Ranks
360

Positive Ranks
Ties
Total

24 77.92
4
38

a.

Nilai siswa Siklus 2 < Nilai Siswa Siklus 1

b.

Nilai Siswa Siklus 2> Nilai Siswa Siklus 1

c.

Nilai Siswa Siklus 1 = Nilai Siswa Siklus 2

1013

Dari output diatas tampak bahwa nilai siswa yang turun pada siklus 2 adalah sebanyak
10 orang, nilai siswa yang naik pada siklus 2 sebanyak 24 orang, sedangkan nilai siswa
yang tetap adalah sebanyak 4 orang.
Syarat untuk krputusan Uji Hipotesa adalah :
a.

Probabilitas > 0,05, maka Ho Diterima

b.

Probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Test Statistic
Z
Asymp.lg (2-tailed)
a.

Based on negative ranks

b.

Wilcoxon signed ranks test

Nilai Siswa Siklus 1-Nilai Siswa Siklus 2


-4,85
0,000

Karena nilai Asymp. Sign. (2-tailed) adalah sebesar 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak.
Dengan demikian Ha diterima, berarti penerapan metode STAD dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas I semester II MA PLUS RADEN PAKU
TRENGGALEK berpengaruh terhadap peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Prototipe perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Buku
siswa, Buku Guru, Lembar kegiatan siswa (LKS), Acuan penyusunan Rencana
Pembelajaran (ARPP), Rencana Pembelajaran (RP) dan Lembar Evaluasi .

2. Guru mampu mengelola pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses


dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik dan mampu
melatihkan dan mengoperasikan dengan baik dan mampu melatihkan dan
mengoperasikan dengan baik perangkat pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu yang ditentukan, serta membuat siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
a. Pembelajaran dengan

pendekatan keterampilan proses dalam setting

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari


teacher center menjadi student centered.
b. Guru mampu menguasai dan terampil dalam melatihkan keterampilan proses
yang digunakan dalam pembelajaran.
c. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan proporsi jawaban
benar siswa serta sebagian tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan
tuntas.
d. Respon siswa terhadap komponen kegiatan belajar mengajar yaitu berminat
mengikuti pembelajaran berikutnya jika digunakan pembelajaran yang
berorientasi pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
e. Hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
B. SARAN-SARAN
1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan
keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2. Guru perlu menambah wawasannya tentang teori belajar dan model-model
pembelajaran inovatif.
3. Oleh karena perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini efektif
digunakan dalam mengajarkan pokok bahasan listrik statis, maka disarankan

agar juga dikembangkan bagi Madrasah-Madrasah lainnya khususnya bagi


Madrasah-Madrasah yang rendah kualitasnya.
4. Agar pembelajran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat
perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsepkonsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan
metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang
akan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Amen,M.1987. Pendidikan Science. Yogyakarta: FKIE IKIP
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw-Hill Companies
Arikunto, Suharsini. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara.
Borich, G.D. 1984. Observation Skills for Effective Teaching. New York:
Mcmilan Publishing Company.
Carin, A.A. 1993. Teaching Modem Science. New York: Mcmilan
Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai