OLEH
Dra. Endang Wahyuningtyas
Oleh:
Dra. Endang Wahyuningtyas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
penelitian tindakan kelas.
Maksud
dan
tujuan
diadakan
penelitian
ini
di
susun
untuk
Trenggalek,
November 2010
DAFTAR ISI
Halaman JudulI
Kata Pengantar
II
Daftar Isi
III
BAB I PENDAHULUAN
A.
I-1
B.
Identifikasi Masalah
I-4
C.
Batasan Masalah
I-4
D.
Rumusan Masalah..
I-5
E.
Tujuan Penelitian
I-5
F.
Manfaat Penelitian..
I-5
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
B.
Desain
Penelitian..
III-1
C.
D.
Pengumpulan
Data
III-2
E.
Analisis
Data..
III-2
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisa
Data
IV-1
B.
C.
Tes
Hasil
IV-3
Belajar
IV-3
D.
E.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan.
V-1
B.
Saran-saran.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sesuai
dengan
tujuan
pendidikan
nasiona
dan
untuk
mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang maju sangat pesat,
maka Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, yakni Bahasa
Indonesia merupakan salah satu Ilmu dasar yang kegunaannya dan tidak dapat
dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , karena hubungannya sangat erat.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah bertujuan agar siswa dapat
memperoleh kemampuan berpikir
pembelajaran
sistem
Bahasa
konvensional,
di
Indonesia
mana
guru
di
Madrasah
menerangkan,
masih
siswa
belajar
mengajar dengan
menggunakan
pendekatan
belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Agar keterampilan proses yang
dikembangkan dapat berjalan, siswa perlu dilatih keterampilan proses tersebut
sebelum pendekatan keterampilan proses itu dapat dilaksanakan. Menurut Nur
keterampilan
proses
menekankan
pada
keterampilan
seperti
mengajukan
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan/menanggapi,
B. BATASAN MASALAH
Pada penelitian kali ini akan dibatasi pada Penelitian Tindakan Kelas untuk
keterampilan proses dengan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
prestasi siswa sebelum dan sesudah mengunakan metode STAD dengan pokok
bahasan meliputi kemampuan siswa dalam mengunakan proses perkembangan pola
pikir siswa, serta menghargai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ada.
C.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa
yang telah diuraikan dan dibatasai pada latar belakang masalah dia atas, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penedekatan keterampilan proses dengan metode STAD
dapat
2.
3.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
b.
lebih
intensif,
sedangkan
bahan
yang
sederhana
3.
Faktor-faktor Individual
Kecuali faktor stimulasi dan metode belajar, faktor individual
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa.
dicapai
individu
dari
proses
pertumbuhan
Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar karana kemampuan itu
baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajara
dan berlatih (slameto, 1988:59). Bakat itu juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat
siswa, hasil, pelajaran akan lebih baik karena ia akan senang
terhadap bahan pelajaran tersebut, selanjutnya mereka akan
lebih giat lagi, oleh karena itu penting sekaliuntuk mengetahui
bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di Madrasah yang
sesuai dengan bakatnya.
Kesiapan
Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga berhubungan
dengan kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan.
Dengan sudah siapnya untuk menerima pelajaran, hasil
pelajaran akan lebih baik, lain halnya apabila belum siap
meningkat
pula
kematangan
berbagai
fungsi
fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih
sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih
mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu
yang lebih lama, lebih memmiliki koordinasi gerak kebiasaan
kerja dan ingatan yang lebih baik dan tingkat kemampuan
belajar siswa
Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar
yang bersangkutan, terutama dalam hal transfer belajarnya.
Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan
tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.
Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar karena
motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta
memilih tujuan belajar yang dirasakan penting bagi siswa.
B.
C.
dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan
mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu
Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase 1 :
Fase 2 :
Siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada
Menyampaikan informasi
Fase 3 :
Mengorganisasikan
siswa
ke bagaimana
caranya
membentuk
dalam
Kelompok-kelompok belajar
Setiap
kelompok
agar
siswa
melakukan
bekerja
Fase 5 :
Evaluasi
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
Fase 6 :
Hasil kerjanya.
Guru
mencari
Memberikan Penghargaan
cara-cara
untuk
(Arends, 1997)
E.
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN
DALAM
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Dalam pembelajaran koperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga
harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut kterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok
selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai
berikut (Lundgren,1994).
1.
Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan: Yang dimaksud dengan menggunakan
kesepakatan
adalah
menyamakan
pendapat
yang
berguna
untuk
c.
d.
Berada dalam kelompok: Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam
keompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e.
h.
ketidaksetujuan
dengan
cara
dapat
diterima,
F.
G.
banyak dan diperlukan dan diandalkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia, terutama dalam peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Hal ini terjadi karena Penelitian Tindakan dalam konteks pendidikan
banyak mengkaji interaksi (proses belajar-mengajar) yang terjadi dalam kelas di
Madrasah-Madrasah.
Perbaikan proses belajar-mengajar di dalam kelas dan pengelolaan Madrasah
dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan mutu hasil belajar siswa dan efisiensi
pendidikan. Seperti yag dinyatakan oleh Hammersley (1986), jika kita bermasud
memahami cara kerja Madrasah dan hendak mengubah atau meningkatkan
peranannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam
kelas.
Sedangkan penelitian tindakan (Action Research) memiliki lingkup yag lebih
luas, karena tidak saja mengkaji dan melakukan tindakan dalam lingkup kelas, tetapi
dapat mencakup satu Madrasah bahkan dapat beberapa Madrasah. Berikut ini adalah
siklus ata alur dalam penelitian tindakan kelas.
Ada berbagai macam pendapat tentang pengertian Penelitian Tindakan antara
lain :
Menurut Kurt Lewin (dalam Sukarnyana, 2000:5)
Penelitian Tindakan merupakan suatu rangkaian langkah (a spiral of steps)
yang terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, tindakan pengamatan dan
refleksi.
Sedangkan Kemmis dan Mc. Taggart mengemukakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self inquiry kolektif yang dilakukan
oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan
keadilan dari paraktek sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta
mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktek dan situasi dimana praktek itu
dilaksanakan.
Dari beberapa definisi di atas, terdapat dua prinsip penting dalam Penelitian
Tindakan, yakni :
1.
2.
3.
4.
PTK adalah intervensi skala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upaya
menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakannya,
2.
3.
PTK dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas.
4.
PTK dilakukan oleh guru sebagai praktisi atau pendidik dan pengajar bukan
sebagai peneliti ahli.
5.
PTK dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang bersifat spiral (a spiral of
steps) yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan
yang dilakukan (oservation), refleksi (reflection), dan selanjutnya di ulang kembali
dengan perencanaan tindakan berikutnya, dan seterusnya.
Mengidentifikasi masalah
Identifikasi masalah yang menyangkut tentang :
a. Masalah yang akan dipecahkan.
b. Cara yang ditempuh untuk memecahkan masalah, dan
c. Alasan tentang pentingnya pelaksanaan PTK. Masalah timbul manakala terdapat
kesenjangan anatara harapan dan kenyataan.
2.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTKClassroom based action research). Alat dan metode pengumpulann data yang digunakan
dalam penelitian adalah tes, observasi dan angket. Instrumen pengambilan data
dipergunakan untuk pengambilan data dari variablel-variabel yang akan diukur.
Sesuai dengantujuan umum penelitian ini, yaitu mengembangkan perangkat
pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah menengah Atas yang berorientasi
pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD,
maka peneltian ini digolongkan ke dalam penelitian pengembangan dan penelitian
tindakan. Selain itu penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana meningkatkan
kualitas belajar Bahasa Indonesia siswa di Madrasah Menengah Atas dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif
tipe STAD, maka penelitian ini merupakan penelitan eksperimen.
B. DESAIN PENELITIAN
yang
terdiri
dari
empat
tahap
yaitu
pendefinisian,
perancangan,
BAB IV
Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini antara lain Buku
Guru, Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), APRP dan RP. Selain itu peneliti
juga mengembangkan instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan, tes dan angket.
2. Kemampuan guru dalam megelola Pembelajaran
Dari hasil perhitungan statistik deskriptif diketahui bahwa nilai rata-rata
untuk masing-masing kategori pengamatan yang meliputi persiapan sebesar 4.35,
pendahuluan 3,42, kegiatan inti sebesar 2.43. Hasil pengamatan ini menunjukkan
bahwa secara umum guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah cukup baik.
Guru mampu menyiapkan alat/bahan yang digunakan dalam pembelajaran,
serta mampu melatihkan keterampilan proses dan keterampilan kooperatif dan
mengoperasikan perangkat pembelajaran dengan alokasi waktu yang sesuai, bahkan
suru dapat membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
3. Aktivitas Guru dan Siswa
Hasil analisis data penelitian tentang aktivitas guru dan siswa, guru selama
ini
dalam
mejelaskan
materi/menyampaikan
informasi
sebesar
12.65%,
Hal
ini
terlihat
prosentase
aktivitas
siswa
yang
selain
Nama Siswa
Agustina Dwi S.
Alysa Syva
Atik Yuniarsa
Bagus Wisnu W.
Bambang Breta
Citra Agustina P.
Claudia Angdyani
Dedi Kurniawan
Devi Rahayu
Dina Christina
Diorini Tantry
Dona Widi A.
Dwi Novitasari
Eka Fitriana
Eline Vidia M.
Elly Andini
Endang Suyanti
Fajar Novianto P. A
Febri Ariyanto
Jane Elga Arlita
Junifah Putri
Maharani Indra K.
Merina Anggraeni P.
Mia Utari
Nadia Julanda Sianipar
Niska Alisthika
Reni Widhiawati
Riska Arfidea Putri
Suci Prihatin
Septiana Ayu K
Siti Kholifah
Tri Puji Astuti
Tari Wahyuningrum
Tefrisia Sectio Ayu P.
Tika Miftahul
Vindy Santya
Yuliana Sendia P.
Winda Lystiana
Rata-rata
diolah
Dari tabel di atas tampak bahwa nilai rata-rata siswa adalah 71.37 dengan nilai terendah
64 dan nilai tertinggi 89. Nilai ketuntasan belajar adalah 65, jumlah siswa yang
mendapat nilai 65 sebanyak 36 siswa, yang berarti 94.74% dari sejumlah 38 siswa
memiliki nilai di atas taraf penguasaan konsep yang diberikan atau lebih dari 94.74%
mencapai nilai ketuntasan daam materi pembelajaran Bahasa Indonesia.
Ada beberapa hal yang diminta untuk diperoleh jawaban dan didiskusikan dengan
anggota kelompoknya, yaitu :
Membaca cepat
Kata berimbuhan per-an
Kata penghubung yang
Menggunakan kata ganjil
Menulis naskah sambutan
Mencari lawan kata atau antonim
Pada tahap pembelajaran ini, siswa tetap diminta melakukan diskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Langkah-langkah dalam metode ini adalah :
1.
Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
secara heterogen.
2.
3.
Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh semua anggota
dengan cara berdiskusi, sehingga setiap anggota memahami dan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan.
4.
Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Pada saat diberikan kuis tidak boleh
dibantu temannya.
5.
Dalam siklus 2 ini, berdasarkan catatan peneliti, kerjasama siswa sudah berjalan dengan
baik, masing-masing siswa bersama pasangannya aktif melakukan diskusi memecahkan
masalah dan bekerja sama. Salah satu siswa dalam satu pasangan berusaha merangkum
materi/menyelesaikan persoalan yang menjadi bahan bahasan. Pada saat guru kelas
sudah hidup (aktif), siswa yang diputuskan sudah betul-betul memahami tentang pokok
bahasan yang dibahas. Dari hasil tes setelah kegiatan yang diberikan dalam Siklus II,
dapat ditunjukkan sebagaimana dalam tabel :
Tabel 2
Nama Siswa dalam Siklus 2
NO
1
2
Nama Siswa
Agustina Dwi S.
Alysa Syva
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Atik Yuniarsa
Bagus Wisnu W.
Bambang Breta
Citra Agustina P.
Claudia Angdyani
Dedi Kurniawan
Devi Rahayu
Dina Christina
Diorini Tantry
Dona Widi A.
Dwi Novitasari
Eka Fitriana
Eline Vidia M.
Elly Andini
Endang Suyanti
Fajar Novianto P. A
Febri Ariyanto
Jane Elga Arlita
Junifah Putri
Maharani Indra K.
Merina Anggraeni P.
Mia Utari
Nadia Julanda Sianipar
Niska Alisthika
Reni Widhiawati
Riska Arfidea Putri
Suci Prihatin
Septiana Ayu K
Siti Kholifah
Tri Puji Astuti
Tari Wahyuningrum
Tefrisia Sectio Ayu P.
Tika Miftahul
Vindy Santya
Yuliana Sendia P.
Winda Lystiana
Rata-rata
70
80
75
70
75
80
70
87
80
75
82
70
82
70
75
80
70
73
86
70
80
75
70
75
80
70
87
80
75
82
70
82
70
75
80
70
76.32
Sumber ; Data diolah
Dari tabel di atas tampak bahwa nilai rata-rata siswa adalah 76.32 dengan nilai terendah
70 dan nilai tertinggi 87. Batas nilai ketuntasan adalah 65, jumlah siswa yang mendapat
nilai 65 adalah 38 siswa, yang berarti 100% dari sejumlah 38 siswa memiliki nilai
diatas taraf penguasaan konsep yang diberikan, atau lebih dari 80% mencapai nilai
ketuntasan dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dari siklus II ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah berhasil
mencapai apa yang sudah ditargetkan. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa proses pembelajaran sudah memenuhi apa yang diharapkan, yaitu adanya
peningkatan kualitas pembelajaran yang ditujukkan dengan peningkatan kualitas
prestasi siswa secara menyeluruh.
D. RESPON SISWA TERHADAP KBK
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa 80% siswa senang terhadap
keterampilan kooperatif, dan 75,5% berpendapat bahwa perangkat yang digunakan
baru. Selain itu respon siswa tentang keterampilan proses, 82,6% senang dan 72,2%
berpendapat baru mengenai keterampilan proses yang digunakan. Data ini
menunjukkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran jika pembelajaran
menggunakan keterampilan kooperatif dan keterampilan proses, khususnya pada
komponen keterampilan proses melakukan pengamatan dimana pendapat siswa senang
dalam melakukan pengamaatan sebesar 95,7%.
E. PENGUJIAN HIPOTESA
Hipotesa yang dikemukakan pada bagian awal penelitian ini adalah sebagai berikut
:
HO : Penerapan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas
I semester II MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK tidak nerpengaruh terhadap
peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.
Ha : Penerapan metode STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas
I semester II MA PLUS RADEN PAKU TRENGGALEK berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.
Kasus di atas terdiri atas dua sampel yang berhubungan satu sama lain, karena
setiap subjek (dalam hal ini para murid) mendapat pengukuan pengukuran yang sama,
yaitu diukur pada siklus 1 dan siklus 2.
Data hanya sedikit dan dianggap tidak diketahui distribusi (berdistribusi bebas).
Maka digunakan uji non parametrik dengan dua sampel yang berhubungan (dependen).
Dalam analisa ini, digunakan software SPSS, dengan pilihan menu adalah statistik
non parametrik (Non Parametric Test), menggunakan related samples, untuk uji dua
sampel yang berhubungan. Metode yang digunakan adalah uji peringkat bertanda
Wicoxon Test. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Npar Tes Wilcoxon Signed Ranks Test
Nilai siswa siklus 2 Negative ranks
Nilai siswa siklus 1
N Mean Rank
10 72
Sum of Ranks
360
Positive Ranks
Ties
Total
24 77.92
4
38
a.
b.
c.
1013
Dari output diatas tampak bahwa nilai siswa yang turun pada siklus 2 adalah sebanyak
10 orang, nilai siswa yang naik pada siklus 2 sebanyak 24 orang, sedangkan nilai siswa
yang tetap adalah sebanyak 4 orang.
Syarat untuk krputusan Uji Hipotesa adalah :
a.
b.
Test Statistic
Z
Asymp.lg (2-tailed)
a.
b.
Karena nilai Asymp. Sign. (2-tailed) adalah sebesar 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak.
Dengan demikian Ha diterima, berarti penerapan metode STAD dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas I semester II MA PLUS RADEN PAKU
TRENGGALEK berpengaruh terhadap peningkatan kualitas Belajar Bahasa Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Prototipe perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Buku
siswa, Buku Guru, Lembar kegiatan siswa (LKS), Acuan penyusunan Rencana
Pembelajaran (ARPP), Rencana Pembelajaran (RP) dan Lembar Evaluasi .
DAFTAR PUSTAKA
Amen,M.1987. Pendidikan Science. Yogyakarta: FKIE IKIP
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw-Hill Companies
Arikunto, Suharsini. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara.
Borich, G.D. 1984. Observation Skills for Effective Teaching. New York:
Mcmilan Publishing Company.
Carin, A.A. 1993. Teaching Modem Science. New York: Mcmilan
Publishing Company.