Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan pertama yang memegang peranan
penting dalam dunia pendidikan guna memberikan dasar terhadap tingkat pendidikan
selanjutnya, sehingga keberhasilan pendidikan dasar di Sekolah Dasar merupakan tonggak
tujuan Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Untuk mencapai tujuan itu perlu adanya sistem proses pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP RI No.19
tentang Standar Nasional Pendidikan). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep
pembelajaran alam dan mempunyai hubungan luas yang terkait dengan kehidupan
manusia. Didalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan
pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses
pembelajaran yang tercantum pada peraturan pemerintah sudah mengandung gagasan
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun kenyataan dilapangan belum sesuai
dengan yang diharapkan oleh pemerintah sesuai yang telah ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
Hasil kajian penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah masih
banyak dilakukan secara konvensional (pembelajaran berpusat pada guru), guru lebih
banyak mengajar dengan metode ceramah, mencatat dan siswa hanya diam mendengarkan
tanpa banyak melibatkan siswa secara langsung sehingga banyak siswa yang kurang
memahami materi dan pembelajaran yang cenderung membosankan (Umi Shafaah,
2013). Permasalahan pembelajaran IPA tersebut juga ditemui pada siswa kelas IV SDN
Sukorejo 1 Trenggalek. Dalam pembelajaran peserta didik cenderung pasif sehingga
menyebabkan pemahaman siswa pada materi kurang optimal sehingga mempengaruhi
hasil belajarnya. Aktivitas belajar siswa cenderung didominasi guru dalam menyampaikan
informasi yang secara garis besar bahan-bahannya telah ada dalam buku paket. Guru
1

belum menggunakan model pembelajaran inovatif yang membuat siswa lebih tertarik pada
materi pokok pelajaran. Proses pembelajaran yang konvesional cenderung membuat
ingatan siswa terhadap materi kurang optimal. Sehingga hasil belajar siswa kurang
maksimal.
Berdasarkankan masalah yang dikemukakan diatas diperlukan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif. Dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif
diharapkan dalam pembelajaran IPA lebih menyenangkan, menarik untuk siswa, serta
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. Mind map adalah
sebuah strategi dalam pembelajaran inovatif yang berusaha mengaktifkan otak kanan dan
otak kiri bekerja secara seimbang. Dalam mind map terdapat gambar, warna, garis, dan
kata-kata yang dapat memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran. Keunggulan
dari metode mind map bagi siswa dalm kegiatan pembelajaran antara lain: (1) siswa akan
bersemangat dalam belajar karena ada komunikasi yang baik dengan guru, pencatatan
lebih kreatif, fleksibel dan menarik; (2) siswa mudah mengingat materi karena hanya
memuat kata-kata kunci sehingga pembelajaran akan optimal; (3) mempersingkat waktu
belajar karena memuat kata-kata kunci saja. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil
dan memicu ingatan dengan mudah (Buzan, 2007). Sehingga model mind map tidak hanya
meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga menambah aktivitas belajar siswa.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sari Kusuma Asih, dkk (2012),
menunjukkan bahwa penerapan model mind map pada proses pembelajaran biologi materi
ekosistem dapat meningkatkan nilai hasil ranah kognitif siswa dengan nilai rata-rata kelas
siswa pada siklus I 74,44, siklus II 75,56, dan pada siklus III mencapai rata-rata 86,25.
Presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,67%, siklus II 72,22%
dan pada siklus III mencapai prsentase 93,75%.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
Penerapan model mind map untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
ekosistem mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukorejo 1 Trenggalek. Sementara itu,
tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sukorejo 1
Trenggalek.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana penerapan model mind map untuk meningkatkan hasil belajar pada
materi ekosistem pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukorejo 1 Trenggalek?
2

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
penerapan model mind map untuk meningkatkan hasil belajar pada materi ekosistem pada
mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukorejo 1 Trenggalek.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Bagi peneliti
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, menerapkan
pemahaman, pengetahuan, wawasan, dan menambah pengalaman pada pembelajaran
dengan menggunakan Model Mind Map yang dapat dijadikan bekal untuk menjadi guru
yang profesional.
2. Bagi siswa
Dapat memotivasi siswa dalam belajar, menjadikan pembelajaran yang menarik, tidak
membosankan, memberikan suasana belajar yang kondusif, meningkatkan sikap kreatif
siswa, serta meningkatkan interaksi antar siswa juga siswa dengan guru.
3. Bagi guru
Dapat meningkatkan kompetensi paedagogik, dapat mengembangkan dan menerapkan
Mind Map, memotivasi guru untuk menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif
dan kreatif yang lain.
4. Bagi sekolah
Sebagai referensi untuk mengembangkan kurikulum dan memberi masukan dalam
rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran IPA.
1.5 PENEGASAN ISTILAH
1. Pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori
agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
2. Hasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar
dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan evaluasi (tes).
3. Model mind map adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan
siswa belajar. Dalam mind map terdapat gambar, warna garis, dan kata-kata yang bisa
menolong untu lebih dalam mengingat, menuangkan ide, menghemat dan
memanfaatkan waktu.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan
dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian
upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Dimana proses tersebut
meliputi merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan
mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa
alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4)
Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar
siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang
satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada
prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD antara lain :
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi
dan masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan


bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk
dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah kegiatan belajar. Usman
(Jihad dan Haris, 2008: 16) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai erat kaitannya
dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor :
1. Domain kognitif, meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi.
2. Domain afektif, meliputi menerim/memperhatikan, merespon, penghargaan,
mengorganisasikan, dan mewatak.
3. Domain psikomotorik, meliputi menirukan, manipulasi, keseksamaan (precision),
artikulasi (articulation), dan naturalisasi.
Keberhasilan setiap proses belajar mengajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar
yang dicapai siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang
berupa evaluasi, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses
pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka
seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
2.3 Model Mind Map
Mind Map pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog dari
Inggris. Mind map diaplikasikan di bidang pendidikan, seperti teknik, sekolah, artikel
serta menghadapi ujian.
Mind map dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan
konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi
konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas
dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga
tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di
dalam otak.
5

Mind map memgembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif. Mind map
yang sering kita sebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang
sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke
dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan (Tony Buzan, 2008: 4).
Menurut Tony Buzan, mind map dapat membantu kita untuk banyak hal seperti :
merencanakan,

berkomunikasi,

menjadi

lebih

kreatif,

menyelesaikan

masalah,

memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan


baik, belajar lebih cepat dan efisien serta melatih gambar keseluruhan.

2.3.1 Manfaat Mind Map


Ditinjau dari segi waktu Mind maping juga dapat mengefisienkan penggunaan
waktu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena
metode ini dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu
yang lebih singkat. Dengan kata lain, Mind maping mampu memangkas waktu
belajar dengan mengubah pola pencatatan linear yang memakan waktu menjadi
pencatatan yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh individu.
Beberapa manfaat metode pencatatan menggunakan Mind mapping, antara lain:
1. Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.
2. Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi yang
memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama.
3. Hubungan masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.
4. Lebih mudah dipahami dan diingat.
5. Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan
struktur Mind mapping, sehingga mempermudah proses pengingatan.
6. Masing-masing Mind mapping sangat unik, sehingga mempermudah proses
pengingatan.
7. Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.

2.3.2 Langkah-langkah Mind Map


Berikut langkah-langkah pembelajaran menggunkan model mind map.
6

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar yang


ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan konsep/permasalaha yang akan ditanggapi oleh siswa atau
sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 siswa.
4. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kualitatif berupa penelitian tindakan
kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan Classroom
Action Research.
Menurut Wardani (2007:13) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya
berlangsung sekali tetapi beberapa kali hingga mencapi tujuan pembelajaran yang
diharapkan dalam materi ekosistem pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
model pembelajaran mind map di kelas IV SDN 2 Kebonsari Sukun Malang. Dalam
setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (action),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukorejo 1, Kecamatan Gandusari, Kabupaten
Trenggalek. pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 selama kurang lebih 3 bulan
dimulai bulan
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sukorejo 1 Trenggalek yang
berjumlah 25 siswa yang terdiri 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan dengan
kemampuan heterogen.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian bidang
pendidikan instrumen penelitian yang digunakan tertentu mengikuti data yang akan
diambil.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes
berupa isian singkat dalam kegiatan membuat mind map, sedangkan non tes berupa
lembar observasi guru dan siswa serta menggunakan angket dan dokumentasi.
1. Tes
Skor tes awal diperoleh dari nilai ulangan harian materi Ekosistem sebelum
menggunakan mind mapping, skor ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
awal dalam memahami konsep materi serta mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik pada tindakan pembelajaran I. Sedangkan skor tuntas belajar pada
8

tindakan pembelajaran I digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar


siswa pada tindakan pembelajaran II.
2. Observasi
Lembar observasi terdiri dari dua komponen yaitu lembar observasi aktivitas guru
dan siswa. Lembar observasi ini dibuat oleh peneliti dan observasi dilakukan oleh
oberver. Observasi dilakukan untuk mengalisis aktivitas siswa dan guru pada saat
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengisian lembar observasi oleh
observer berdasarkan petunjuk pengisian dengan memperhatikan aspek yang
diobservasi dan penskoran.
3. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa
terhadap pembelajaran mind map dan diberikan setelah siklus dua berakhir.
4. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto diperlukan untuk merekam dan sebagai bukti nyata yang
menggambarkan kegiatan-kegiatan guru maupun siswa selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
3.5 Prosedur Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan
guru sebagai peneliti. Tujuan utama penelitian ini tidak lain adalah untuk meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas yang melibatkan guru secara langsung dalam keseluruhan
tindakan.
Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu : (a)
perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Berikut gambar
pelaksanaan tindakan kelas :

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

SIKLUS I

OBSERVASI

REFLEKSI
PELAKSANAAN

PERENCANAAN

SIKLUS II

OBSERVASI
9

REFLEKSI
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan adalah merencanakan
dan menyiapkan pembelajaran, materi pelajaran, instrumen penelitian, dan
lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah realisasi dari rencana pembelajaran yang sudah dibuat.
Kegiatan pelaksanaan dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperoleh
menggunakan instrumen penelitian yang sudah dibuat pada tahap selanjutnya.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Peneliti
meminta bantuan kepada guru kelas dan teman sejawat sebagai observer,
sedangkan peneliti bertindak sebagai pengajar yang melaksanakan kegiatan
pengajaran.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisa semua data yang dieproleh dari hasil
pelaksanaan pembelajaran. hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan
siklus I akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan pada
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Adapun data-data
yang diperoleh bersumber dari pengamatan, dokumentasi, dan lain sebagainya. Teknik
pengambilan data yang digunakan sependapat deng yang diungkapkan oleh Miles dan
Huberman (1992: 18) yang meliputi mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan.
a. Reduksi data, merupakan proses penyerdahanaan terhadap data-data yang diperoleh
atau dapat disebut data mentah seleksi, pengelompokan dan pengorganisasian untuk
dijadikan sebuah informasi yang bermakna.
b. Penyajian data, upaya untuk menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami
bagi siapa yang membacanya dalam bentuk naratif, tabel, grafik yang dapat
memberikan gambaran mengenai proses dan hasil yang telah dilakukan.
Perhitungan prsentase siswa yang tuntas belajar adalah sebagai berikut :
n
x 100
P= N
10

Keterangan :
P = presentase siswa yang telah tuntas belajar
n = banyak siswa yang dengan nilai maksimal 75
N = banyaknya siswa seluruh kelas

Kriteria keberhasilan hasil belajar


Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dengan :
1. Membandingkan rata-rata skor tes siswa pada setiap akhir pembelajaran yaitu
rata-rata skor tes pada siklus II lebih besar dari rata-rata skor tes pada siklus I
2. Mencapai kriteria ketuntasan minimum dengan rata-rata nilai hasil tes siswa
75 paling sedikit 75% (sesuai dengan KKM sekolah)

Kriteria keberhasilan proses


Guru dikatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika guru
melaksanakan semua aktifitas dalam lembar observasi dan mendapat skor
minimal dari observer minimal baik, sedangkan siswa dikatakan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik jika selama pembelajaran berlangsung
sebagian besar siswa terlibat aktif dan mendapatkan skor minimal dari observer
minimal baik.
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang
diperoleh dari masing-masing dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor.
Selanjutnya menurut Suhertian dihitung prosentase nilai rata-rata dengan rumus
sebagai berikut :
Prosentase Nilai Rata-rata (NR) =

skor
x 100
skor maksimal

Prosentase maksimal = 100%


Prosentase minimal
= 0%
Sehingga kriteria aktifitas peneliti dan siswa ditentukan sebagai berikut:
81% < NR 100% = Sangat Baik
61% < NR 80% = Baik
41% < NR 60% = Cukup Baik
21% < NR 40% = Kurang Baik
0% < NR 20% = Sangat Kurang Baik
c. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan intisari dari hasil penelitian dengan cara
mencari pola, metode, tema, hubungan, persamaan, dan sebagainya dalam bentuk
kalimat atau pernyataan yang jelas. Data yang diketahui berupa hasil pekerjaan
siswa dan hasil observasi. Sehingga dari apa yang sudah dilakukan akan dapat
diketahui berhasil tidaknya dari tindakan yang dilakukan.

11

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Kriteria yang digunakan dalam pengecekan ini adalah kriteria derajat kepercayaan
(credibility) Moleong (2006: 324). Pada penelitian ini yang digunakan adalah ketekunan
pengamatan, trigulasi, dan pemeriksaan teman sejawat.
1. Ketekunan pengamat
Ketekunan pengamat bermaksud menemukan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2007: 330)
2. Triagulasi
Moleong (2007: 331) menyatakan bahwa triagulasi merupakan suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data untuk
keperluan keabsahan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Triagulasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triagulasi dengan membandingkan data
hasil observasi sejawat dengan hasil observasi observer, dan data hasil pekerjaan
siswa. Selanjutnya peneliti bersama dengan teman sejawat melakukan diskusi untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
3. Pemeriksaan sejawat
Pemeriksaan teman sejawat yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang diteliti, sehingga bersama teman sejawat peneliti dapat mereview persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan (Moleong, 2007:
334)

12

Anda mungkin juga menyukai