Anda di halaman 1dari 11

LK 2.1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa: Firawati, s.pd
Asal Institusi: SMA Negeri 1 Banawa Selatan
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

N Masalah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis


o yang eksplorasi
telah penyebab
diidentifi masalah
kasi

1 Hasil Kajian Literasi Setelah


Kurangnya dilakukan
minat siswa 1) Menurut jurnal Syafwan, yunisrul, analisis
dalam syafei, Zubaidah, Irwan, Mediagus terhadap hasil
pembelajaran (2018) mengatakan bahwa guru harus kajian literatur
. bisa merencanakan pembelajaran dan hasil
dengan baik, memilih strategi yang wawancara,
cocok, melakukan evaluasi, dan uang dapat diketahui
paling penting menguasai materi bahwa
dengan baik. penyebab
Menurut jurnal zaki al fuad dan kurangnya
zuraini (2016) minat siswa
mengatakan bahwa rendahnya minat dalam proses
belajar siswa disekolah diakibatkan pembelajaran
guru yang kurang menguasai materi, adalah.
dalam pembelajaran yang harus 1. Siswa tidak
diperhatikan adalah penguasaan memiliki
materi, tanpa penguasaan materi kesiapan
tidak, tanpa penguasaan materi tidak dalam
akan tercapai pembelajaran yang belajar
optimal dan hasil yang memuaskan. 2. Pada saat
Untuk mengetahui apakah peserta guru
didik memiliki minat belajar yang menyampai
tinggi atau tidak dapat dilihat dari kan materi
indikator minat. Menurut Syaputra perhatian
dalam yolviansyah, dkk(2021: 18), siswa tidak
Indikator minat ada 4 yaitu: tertuju
1. Perasaan senang. pada materi
2. Ketertarikan siswa yang
3. Perhatian siswa diajarkan
4. Keterlibatan siswa 3. Kebutuhan
siswa saat
belajar
Jurnal tidak
terpenuhi.
http://dx.doi.prg/10.31258/jta.v4il.16-25 Seperti
gaya
Slameto, (2013:180) mendefinisikan “minat
belajar
adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan yang belum
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang sesuai
menyuruh dan cenderung untuk memberikan dengan
perhatian yang lebih besar terhadap hal atau karakter
aktivitas tersebut”. Selanjutnya siswa
Sumber tersebut.
Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang 4. Belum
mempengaruhinya. Jakarta. Rineke cipta. maksimaln
menurut Schiefele and Krapp dalam Hidi ya
(2001) dukungan
“individual interest tended to focus on dari orng
individual differences”. Artinya minat individu tua,
cenderung berfokus pada perbedaan individu. sehingga
kurang
Sedangkan belajar menurut Syah (2013:63)
mendampin
“adalah kegiatan yang berproses dan
gi anak
merupakan unsur yang 2 sangat fundamental
dalam
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan belajar.
jenjang pendidikan”. Piaget dalam Hammond,
Austin Dkk (2001) berpendapat “was the first
to state that learning is a developmental
cognitive process, that students create
knowledge rather than receive knowledge
from the teacher”. Artinya belajar adalah
perkembangan proses kognitif, bahwa siswa
menciptakan pengetahuan daripada
menerima pengetahuan dari guru. Jadi dapat
diartikan bahwa minat belajar adalah perasaan
suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu
pelajaran yang didapatkan dari pemgalaman
dan juga latihan, menampakkan diri dalam
beberapa gejala, seperti: gairah, keinginan,
perasaan suka untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku melalui berbagai
kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan
dan pengalaman dibidang pelajaran.
Menurut Indra (2017:33) minat belajar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting dalam
kelancaran proses belajar mengajar. Peserta
didik yang mempunyai minat belajar tinggi
dalam proses pembelajaran dapat menunjang
hasil belajar semakin baik, begitupun
sebaliknya minat belajar peserta didik yang
rendah maka kualitas pembelajaran akan
menurun dan akan berpengaruh pada hasil
belajar peserta didik. Jika minat belajar peserta
didik kurang baik, maka peserta didik akan
merasa malas belajar sehingga akan
berdampak pada prestasi peserta didik yang
menjadi kurang optimal.
Suryabrata (1997:10) mengatakan “kalau
seorang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu, tidak dapat diharapkan bahwa dia
akan berhasil dalam proses belajarnya, dan
begitu pula sebaliknya”. Peserta didik yang
menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar
dapat mengakibatkan bosan bahkan malas
mengikuti pelajaran tersebut. Dia memang
mungkin bisa saja tetap duduk, melihat dan
mendengarkan gurunya mengajar namun
hatinya belum tentu sejalan dengan mata dan
telinganya. Akhirnya proses belajar mengajar
yang dilakukannya hanya sebatas angin lalu
saja, akibatnya prestasinya kurang memuaskan
.Kurangnya rasa ketertarikan pada suatu
bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan
sikap penolakan kepada guru. Perasaan
subyektif siswa tentang mata pelajaran atau
seperangkat tugas dalam pelajaran banyak
dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu
tidaknya ia dalam menyalesaikan tugas- tugas
itu. Pada gilirannya, persepsinya ada lah
berdasarkan pada riwayat sebelumnya dan
penilaian sebelumnya mengenaihasil belajar
dari tugas- tugas itu
Berdasarkan hasil wawancara dengan
teman sejawat.

Bapak sardiman S. Pd menyatakan bahwa


kurangnya minat siswa dalam pembelajaran
disebabkan oleh:

- Siswa berfikir bahwa pelejaran itu


pelajaran sulit dan kurang
menyenangkan sehingga perhatian
siswa tidak tertuju pada materi yang
diajarkan
- Tidak adanya inovasi guru dalam
mengajar.
- Metode yang digunakan belum sesuai
dengan karakteristik siswa
- Penggunaan teknologi yang belum
optimal.
- Kurangnya motivasi dari lingkungan
keluarga.

2 Rendahnya Hasil Kajian Literasi Setelah


kreatifitas dilakukan
dan keaktifan Mujtahidin (2014 : 128) bahwa keaktifan merupakan analisis
siswa dalam prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses terhadap hasil
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran siswa sebaagai
kolaborasi subjek pembelajaran harus aktif berbuat. Keaktifan kajian literatur
diskusi merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran, siswa dan hasil
kelompok. dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah wawancara,
hasil belajarnya. Tanpa keaktifan siswa, proses dapat diketahui
pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik. bahwa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu penyebab
suasana dimana guru harus menciptakan suasana munculnya
kondusif yang menjadikan siswa aktif bertanya, rendahnya
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. kreatifitas dan
keaktifan siswa
Sumber dalam
Mujtahidin. (2014). Teori belajar dan Pembelajaran. kolaborasi
Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama. diskusi
kelompok
H. Ahmad Dahlan Ngalimun (2016:3) menyatakan adalah.
bahwa ” pembelajaran pada dasarnya adalah suatu 1. Ada
proses yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga beberapa
terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan siswa belum
perilaku individu siswa itu sendiri . perubahan itu bisa
bersifat intesioanl, positif-aktif, dan efektif menaganlisis
fungsional”. masalah
melalui vidio
Sumber
yang
Ngalimun., (2016), Strategi dan Model Pembelajaran. ditampilakn
Aswaja Pressindo, Yogyakarta. 2. Siswa belum
memiliki
Selanjutnya menurut Udin S Winatapura dalam kepercayaan
Ngalimun (2016:29-30) menyatakan bahwa ” diri
pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan mengungkap
terjadimya proses belajar dalam arti adanya perubahan kan pendapat
perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu atau gagasan
yang diciptakan dalam rancangan proses di kelas
pembelajaran”. 3. Materi ajar
kurang
Nana Sudjana (2013 : 61) menjelaskan motivasi
dikembangk
belajar siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain
an dengan
:
media yang
1. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran. menarik
2. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas keaktifan
belajarnya. siswa
3. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan 4. Dalam
tugas-tugas belajarnya. pengerjaan
kelompok
4. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap masih
stimulus yang diberikan guru. terdapat
5. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas beberapa
yang diberikan. siswa yang
terlihat pasif
Sumber dan berharap
Nana Sudjana. (2013). Dasar-dasar proses pada teman
belajar mengajar. Bandung : sinar baru kelompokny
algesindo a

Menurut Lubis (2017) Pembelajaran


merupakan usaha sadar dan di sengaja oleh
guru untuk membuat siswa belajar secara aktif
dalam mengembangkan kreativitas
berpikirnya. Tujuan pokok penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran adalah membelajarkan
siswa agar mampu memproses dan
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
Mimbar PGSD Undiksha Vol: 7 No: 3 Tahun:
2019 p-ISSN : 2614-4727, e-ISSN : 2614-4735
174 sikap bagi diri sendiri. Siswa diharapkan
termotivasi dan senang melakukan kegiatan
belajar yang menarik dan bermakna. Hal ini
berarti model pembelajaran sangat penting
dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.

Lubis, Renni Ramadhani. 2017. Model Pembelajaran


Picture And Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Hal.417-420.
Tersedia Pada:
http://semnasfis.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2
017/06/MODEL-PEMBELAJARAN-PICTURE-AND-
PICTURE-UNTUKMENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR-
SISWA.

Hasil wawancara dengan teman sejawat


Bapak sardiman S.Pd menyatakan bahwa rendahnya
kreatifitas dan keaktifan siswa dalam kolaborasi
diskusi kelompok adalah;

1. perlunya guru memvariasikan model


pembelajaran yang disesuaikan dengan minat
siswa
2. guru harus bisa mencairkan suasana supaya
kelas lebih asik dan menarik bagi siswa
3. keterbatasan siswa dalam menyerap dan
mengolah informasi dalam pembelajaran
4. pembagian kelompok harus melihat tingkat
pemahaman siswa terhadap materi sehingga
dalam kelompok terlihat aktif dan siswa berani
beragumen
5. kurangnya kepercayaan diri siswa sehingga
siswa tidak berani mengungkapkan ide atau
gagasannya.

3 Pemanfaatan Hasil kajian literatur Setelah


teknologi / dilakukan
inovasi Nikolopoulou dab Gialamas(2016) mengelompokan analisis
dalam tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran terhadap hasil
pembelajaran dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (Lack of kajian literatur
belum equipment) dan hasil
dimanfaatkaa Selain itu kendala pemanfaatan TIK dalam wawancara,
n secara pemebelajaran yang dihadapai guru di sekolah adalah: dapat diketahui
optimal bahwa
1. Sarana dan prasarana pendukung yang terbatas, penyebab
sarana dan prasarana yang dimaksud adalah pemanfaatan
komputer, laptop dan infokus. teknologi/
2. Ketersediaan jaringan internet dan sinyal. inovasi dalam
3. Ketersediaan listrik pembelajaran
4. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi belum
informasi dan komunikasi yang terbatas. dimanfaatkan
5. Ketakutan dan pertimbangan dampak negatif secara optimal
dari penyalagunaan penggunaan alat berupa adalah;
handphone (HP) dan laptop di sekolah.
6. Kurangnya pelatihan TIK, kurangnya 1. Siswa
kesempatan mengembangkan diri dan lain dilarang
sebagainya. memba
7. Kurangnya waktu yang guru miliki. Mereka wa alat
tidak cukup waktu merencanakan pelajaran komuni
teknologi yang luar biasa atau menjelajahi kasi HP,
berbagai aspek world wide web(www) ataun sehingg
perangkat lunak. Sebagian guru berkomentar a
bahwa dibutuhkan lebih banyak waktu untuk pemanfa
merancang proyek yang mencangkup atan
penggunaan teknologi baru daripada teknolog
menyiapkan pelajaran untuk mengajar dengan i hanya
cara tradisional dengan buku dan lembar kerja. yang
disediak
( Darling, 2006). Pembelajaran abad 21 menuntut an oleh
pendidik untuk mampu mengajar dan melakukan sekolah
pengelolaan kegiatan kelas secara efektif, dan juga 2. Koneksi
mampu membangun hubungan efektif dengan peserta internet
didik dan komunitas disekolahnya, mampu dan
menggunakan teknologi untuk mendudkung jaringan
pembelajaran pada umumnya yang telah dilakukan listrik
oleh guru. belum
Sumber terjangk
au
Darling, Linda.,H.(2006). Constructing 21 Century disetiap
teacher education. Journal of teacher education, 57. sudut
300-314. sekolah
3. Masih
(Indrawati, 2009) memakai model pembelajaran
banyak
sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
siswa
pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat
belum
terlihat kegiatan guru peserta didik didalam
memilik
mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
i HP
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
sehingg
didik.
a
Sumber pembela
Indrawati dan Wawan Setiawan (2009). Pembelajaran jaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan guru SD . inovatif
jakarta.P4TK belum
terlaksa
Seorang pendidik yang bertindak dan berfikir secara na
kreatif dan inovatif dapat berpengaruh pada dengan
perkembangan peserta didik yang kreatif dan inovatif baik
dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi peserta didik, keadaan yang
demikian berpengaruh pada keberhasilan peserta didik
dalam proses pembelajaran ( Helmiati et al, 2016).

Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model


pembelajaran yang menyenangkan, atau learning is
fun, dan merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan
hal ini dalam pikirannya, maka tidak ada lagi siswa
yang pasif dikelas, perasaan tertekan, kemungkinan
gagal, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan
(Jacobsen, 2009; Amri dan Ahmadi, 2010; dan komara,
2014).

Hasil wawancara dengan teman sejawat

Bapak sardiman S.Pd menyatakan bahwa


Pemanfaatan teknologi / inovasi dalam pembelajaran
belum dimanfaatkaan secara optimal adalah:

1. Sarana dan prasarana pendukung yang terbatas


karena tidak semua guru memiliki laptop,
proyektor, speaker sekolah jg terbatas.
2. Rancangan pembelajaran belum mampu
membuat peserta didik untuk menganalisis,
mengidentifikasi, dan menyimpulkan.
3. Model-model pembelajaran yang inovatif
masih jarang digunakan.

4. Siswa Hasil kajian literatur Setelah


merasa dilakukan
kesulitan Menurut Wewe, M. (2017) rendahnya kemampuan analisis
mengerjakan berfikir kritis siswa disebabkan karena soal yang biasa terhadap hasil
soal HOTS diberikan kepada peserta didik tidak mengacu daya kajian literatur
berfikir peserta didik selain itu jg disebabkan karena
pertanyaan yang diajukan guru hanya terbatas secara dan hasil
teori dan kurang mengembangkan kemampuan berfikir wawancara,
kritis peserta didik. nserta
dikonfirmasi
Wewe, M. (2017) upaya meningkatkan kemampuan melalui
berfikir kritis matematika dengan problem posing pada observasi /
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Golewa Tahun Ajaran pengamatan
2016/2017. dapat diketahui
Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana publikasi bahwa
karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika, penyebab
3(1), 10-19. masalah siswa
merasa
Menurut Ernawati L. (2017) berfikir tingkat tinggi kesulitan
atau higher order thinking skill (HOTS) merupakan mengerjakan
cara berfikir yang tidak lagi hanya menghafal secara soal HOTS
verbalistik saja, namun juga memaknai hakikat yang adalah
terkandung di antaranya, untuk mampu memaknai 1. Kurangnya
makna di butuhkan cara berfikir yang integralistik kemampuan
dengan analisis, sistesis, menegosiasi hingga menarik awal siswa
kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreaktif dan pada mata
produktif. pelajaran
biologi.
Ernawati L. (2017) pengembangan High Order
2. Siswa belum
Thingking Skill (HOTS) melalui metode pembelajaran
terbiasa
Mind Banking dalam pendidikan agama islam. menyelesaik
PROCEEDINft. 189. Diakses melalui an soal
http://bit.ly/2k66VLI pada tanggal 23 November berbasis
2017. HOTS,
ketika
Menurut Suci Ramadanti (2020) kendala yang di
menemukan
alami guru di antaranya yaitu keterbatasan waktu untuk
soal HOTS
menyusun soal HOTS. Belum paham dalam mencari
siswa
dan mencocokan KKO (Kata Kerja Operasoinal) untuk
cenderung
soal HOTS, pemilihan KADE yang terkadang kurang
mengeluh.
tepat, minimnya sosialisasi mengenai pembuatan soal
3. Guru belum
HOTS, masih membuat soal yang modelnya sama.
terbiasa
Angga Eka Tama (2020) kendala menyusun kisi-kisi menyusun
soal HOTS antara lain: soal HOTS
karena
1. Sulit menerapkan KKO yang tepat pada kurangnya
indikator pelatihan
2. Sulit menghubungkan satu konsep ke konsep penyusunan
yang lain soal HOTS.
3. Sulit menentukan indikator 4. Guru belum
4. Membutuhkan kejelihan dan ketelatenan dalam paham dalam
menyusun indikator soal. mencari dan
mencocokka
Kendala menyusun lembar soal HOTS yaitu sulitnya n KKO (Kata
mencari referensi buku, informasi stimulus yang Kerja
menarik dan kontekstual. Kendala dalam menyusun Operasional)
kunci jawaban atau pedoman penskoran yaitu sulitnya untuk soal
mencari pengecoh soal dan sulitnya menentukan skor HOTS.
nilai terhadap jawaban siswa.

Angga Eka Tama (2020), kemampuan guru rumpun


PAI dalam menyusun soal (High Order Thinking Skill)
HOTS pada soal penilaian akhir semester (PAS) siswa
kelas IX MTs Negeri 5 Sleman. Skripsi pendidikan
agama islam fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020.

Hasil wawancara dengan teman sejawat

Bapak Sardiman, S.Pd menyatakan bahwa Siswa


merasa kesulitan mengerjakan soal HOTS disebabkan
:

1. Kurangnya pemahaman pembelajaran berbasis


HOTS
2. Kurangnys perhatian dalam merancang
pembelajaran berbasis HOTS
3. Guru kurang membiasakan siswa menjawab
soal-soal HOTS
4. Kemampuan berfikir kritis siswa rendah
5. Metode yang diguanakan tidak bervariasi
6. Soal yang digunakan menggunakan soal
standar.

Anda mungkin juga menyukai