Nama Mahasiswa: Firawati, s.pd Asal Institusi: SMA Negeri 1 Banawa Selatan Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
N Masalah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis
o yang eksplorasi telah penyebab diidentifi masalah kasi
1 Hasil Kajian Literasi Setelah
Kurangnya dilakukan minat siswa 1) Menurut jurnal Syafwan, yunisrul, analisis dalam syafei, Zubaidah, Irwan, Mediagus terhadap hasil pembelajaran (2018) mengatakan bahwa guru harus kajian literatur . bisa merencanakan pembelajaran dan hasil dengan baik, memilih strategi yang wawancara, cocok, melakukan evaluasi, dan uang dapat diketahui paling penting menguasai materi bahwa dengan baik. penyebab Menurut jurnal zaki al fuad dan kurangnya zuraini (2016) minat siswa mengatakan bahwa rendahnya minat dalam proses belajar siswa disekolah diakibatkan pembelajaran guru yang kurang menguasai materi, adalah. dalam pembelajaran yang harus 1. Siswa tidak diperhatikan adalah penguasaan memiliki materi, tanpa penguasaan materi kesiapan tidak, tanpa penguasaan materi tidak dalam akan tercapai pembelajaran yang belajar optimal dan hasil yang memuaskan. 2. Pada saat Untuk mengetahui apakah peserta guru didik memiliki minat belajar yang menyampai tinggi atau tidak dapat dilihat dari kan materi indikator minat. Menurut Syaputra perhatian dalam yolviansyah, dkk(2021: 18), siswa tidak Indikator minat ada 4 yaitu: tertuju 1. Perasaan senang. pada materi 2. Ketertarikan siswa yang 3. Perhatian siswa diajarkan 4. Keterlibatan siswa 3. Kebutuhan siswa saat belajar Jurnal tidak terpenuhi. http://dx.doi.prg/10.31258/jta.v4il.16-25 Seperti gaya Slameto, (2013:180) mendefinisikan “minat belajar adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan yang belum pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang sesuai menyuruh dan cenderung untuk memberikan dengan perhatian yang lebih besar terhadap hal atau karakter aktivitas tersebut”. Selanjutnya siswa Sumber tersebut. Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang 4. Belum mempengaruhinya. Jakarta. Rineke cipta. maksimaln menurut Schiefele and Krapp dalam Hidi ya (2001) dukungan “individual interest tended to focus on dari orng individual differences”. Artinya minat individu tua, cenderung berfokus pada perbedaan individu. sehingga kurang Sedangkan belajar menurut Syah (2013:63) mendampin “adalah kegiatan yang berproses dan gi anak merupakan unsur yang 2 sangat fundamental dalam dalam penyelenggaraan setiap jenis dan belajar. jenjang pendidikan”. Piaget dalam Hammond, Austin Dkk (2001) berpendapat “was the first to state that learning is a developmental cognitive process, that students create knowledge rather than receive knowledge from the teacher”. Artinya belajar adalah perkembangan proses kognitif, bahwa siswa menciptakan pengetahuan daripada menerima pengetahuan dari guru. Jadi dapat diartikan bahwa minat belajar adalah perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu pelajaran yang didapatkan dari pemgalaman dan juga latihan, menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman dibidang pelajaran. Menurut Indra (2017:33) minat belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang mempunyai minat belajar tinggi dalam proses pembelajaran dapat menunjang hasil belajar semakin baik, begitupun sebaliknya minat belajar peserta didik yang rendah maka kualitas pembelajaran akan menurun dan akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Jika minat belajar peserta didik kurang baik, maka peserta didik akan merasa malas belajar sehingga akan berdampak pada prestasi peserta didik yang menjadi kurang optimal. Suryabrata (1997:10) mengatakan “kalau seorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dalam proses belajarnya, dan begitu pula sebaliknya”. Peserta didik yang menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan bosan bahkan malas mengikuti pelajaran tersebut. Dia memang mungkin bisa saja tetap duduk, melihat dan mendengarkan gurunya mengajar namun hatinya belum tentu sejalan dengan mata dan telinganya. Akhirnya proses belajar mengajar yang dilakukannya hanya sebatas angin lalu saja, akibatnya prestasinya kurang memuaskan .Kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru. Perasaan subyektif siswa tentang mata pelajaran atau seperangkat tugas dalam pelajaran banyak dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu tidaknya ia dalam menyalesaikan tugas- tugas itu. Pada gilirannya, persepsinya ada lah berdasarkan pada riwayat sebelumnya dan penilaian sebelumnya mengenaihasil belajar dari tugas- tugas itu Berdasarkan hasil wawancara dengan teman sejawat.
Bapak sardiman S. Pd menyatakan bahwa
kurangnya minat siswa dalam pembelajaran disebabkan oleh:
- Siswa berfikir bahwa pelejaran itu
pelajaran sulit dan kurang menyenangkan sehingga perhatian siswa tidak tertuju pada materi yang diajarkan - Tidak adanya inovasi guru dalam mengajar. - Metode yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa - Penggunaan teknologi yang belum optimal. - Kurangnya motivasi dari lingkungan keluarga.
2 Rendahnya Hasil Kajian Literasi Setelah
kreatifitas dilakukan dan keaktifan Mujtahidin (2014 : 128) bahwa keaktifan merupakan analisis siswa dalam prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses terhadap hasil pembelajaran. Kegiatan pembelajaran siswa sebaagai kolaborasi subjek pembelajaran harus aktif berbuat. Keaktifan kajian literatur diskusi merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran, siswa dan hasil kelompok. dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah wawancara, hasil belajarnya. Tanpa keaktifan siswa, proses dapat diketahui pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik. bahwa Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu penyebab suasana dimana guru harus menciptakan suasana munculnya kondusif yang menjadikan siswa aktif bertanya, rendahnya mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. kreatifitas dan keaktifan siswa Sumber dalam Mujtahidin. (2014). Teori belajar dan Pembelajaran. kolaborasi Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama. diskusi kelompok H. Ahmad Dahlan Ngalimun (2016:3) menyatakan adalah. bahwa ” pembelajaran pada dasarnya adalah suatu 1. Ada proses yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga beberapa terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan siswa belum perilaku individu siswa itu sendiri . perubahan itu bisa bersifat intesioanl, positif-aktif, dan efektif menaganlisis fungsional”. masalah melalui vidio Sumber yang Ngalimun., (2016), Strategi dan Model Pembelajaran. ditampilakn Aswaja Pressindo, Yogyakarta. 2. Siswa belum memiliki Selanjutnya menurut Udin S Winatapura dalam kepercayaan Ngalimun (2016:29-30) menyatakan bahwa ” diri pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan mengungkap terjadimya proses belajar dalam arti adanya perubahan kan pendapat perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu atau gagasan yang diciptakan dalam rancangan proses di kelas pembelajaran”. 3. Materi ajar kurang Nana Sudjana (2013 : 61) menjelaskan motivasi dikembangk belajar siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain an dengan : media yang 1. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran. menarik 2. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas keaktifan belajarnya. siswa 3. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan 4. Dalam tugas-tugas belajarnya. pengerjaan kelompok 4. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap masih stimulus yang diberikan guru. terdapat 5. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas beberapa yang diberikan. siswa yang terlihat pasif Sumber dan berharap Nana Sudjana. (2013). Dasar-dasar proses pada teman belajar mengajar. Bandung : sinar baru kelompokny algesindo a
Menurut Lubis (2017) Pembelajaran
merupakan usaha sadar dan di sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berpikirnya. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan Mimbar PGSD Undiksha Vol: 7 No: 3 Tahun: 2019 p-ISSN : 2614-4727, e-ISSN : 2614-4735 174 sikap bagi diri sendiri. Siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna. Hal ini berarti model pembelajaran sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.
Lubis, Renni Ramadhani. 2017. Model Pembelajaran
Picture And Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Hal.417-420. Tersedia Pada: http://semnasfis.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2 017/06/MODEL-PEMBELAJARAN-PICTURE-AND- PICTURE-UNTUKMENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR- SISWA.
Hasil wawancara dengan teman sejawat
Bapak sardiman S.Pd menyatakan bahwa rendahnya kreatifitas dan keaktifan siswa dalam kolaborasi diskusi kelompok adalah;
1. perlunya guru memvariasikan model
pembelajaran yang disesuaikan dengan minat siswa 2. guru harus bisa mencairkan suasana supaya kelas lebih asik dan menarik bagi siswa 3. keterbatasan siswa dalam menyerap dan mengolah informasi dalam pembelajaran 4. pembagian kelompok harus melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi sehingga dalam kelompok terlihat aktif dan siswa berani beragumen 5. kurangnya kepercayaan diri siswa sehingga siswa tidak berani mengungkapkan ide atau gagasannya.
3 Pemanfaatan Hasil kajian literatur Setelah
teknologi / dilakukan inovasi Nikolopoulou dab Gialamas(2016) mengelompokan analisis dalam tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran terhadap hasil pembelajaran dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (Lack of kajian literatur belum equipment) dan hasil dimanfaatkaa Selain itu kendala pemanfaatan TIK dalam wawancara, n secara pemebelajaran yang dihadapai guru di sekolah adalah: dapat diketahui optimal bahwa 1. Sarana dan prasarana pendukung yang terbatas, penyebab sarana dan prasarana yang dimaksud adalah pemanfaatan komputer, laptop dan infokus. teknologi/ 2. Ketersediaan jaringan internet dan sinyal. inovasi dalam 3. Ketersediaan listrik pembelajaran 4. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi belum informasi dan komunikasi yang terbatas. dimanfaatkan 5. Ketakutan dan pertimbangan dampak negatif secara optimal dari penyalagunaan penggunaan alat berupa adalah; handphone (HP) dan laptop di sekolah. 6. Kurangnya pelatihan TIK, kurangnya 1. Siswa kesempatan mengembangkan diri dan lain dilarang sebagainya. memba 7. Kurangnya waktu yang guru miliki. Mereka wa alat tidak cukup waktu merencanakan pelajaran komuni teknologi yang luar biasa atau menjelajahi kasi HP, berbagai aspek world wide web(www) ataun sehingg perangkat lunak. Sebagian guru berkomentar a bahwa dibutuhkan lebih banyak waktu untuk pemanfa merancang proyek yang mencangkup atan penggunaan teknologi baru daripada teknolog menyiapkan pelajaran untuk mengajar dengan i hanya cara tradisional dengan buku dan lembar kerja. yang disediak ( Darling, 2006). Pembelajaran abad 21 menuntut an oleh pendidik untuk mampu mengajar dan melakukan sekolah pengelolaan kegiatan kelas secara efektif, dan juga 2. Koneksi mampu membangun hubungan efektif dengan peserta internet didik dan komunitas disekolahnya, mampu dan menggunakan teknologi untuk mendudkung jaringan pembelajaran pada umumnya yang telah dilakukan listrik oleh guru. belum Sumber terjangk au Darling, Linda.,H.(2006). Constructing 21 Century disetiap teacher education. Journal of teacher education, 57. sudut 300-314. sekolah 3. Masih (Indrawati, 2009) memakai model pembelajaran banyak sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan siswa pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat belum terlihat kegiatan guru peserta didik didalam memilik mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan i HP yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta sehingg didik. a Sumber pembela Indrawati dan Wawan Setiawan (2009). Pembelajaran jaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan guru SD . inovatif jakarta.P4TK belum terlaksa Seorang pendidik yang bertindak dan berfikir secara na kreatif dan inovatif dapat berpengaruh pada dengan perkembangan peserta didik yang kreatif dan inovatif baik dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik, keadaan yang demikian berpengaruh pada keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran ( Helmiati et al, 2016).
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan, atau learning is fun, dan merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini dalam pikirannya, maka tidak ada lagi siswa yang pasif dikelas, perasaan tertekan, kemungkinan gagal, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan (Jacobsen, 2009; Amri dan Ahmadi, 2010; dan komara, 2014).
Hasil wawancara dengan teman sejawat
Bapak sardiman S.Pd menyatakan bahwa
Pemanfaatan teknologi / inovasi dalam pembelajaran belum dimanfaatkaan secara optimal adalah:
1. Sarana dan prasarana pendukung yang terbatas
karena tidak semua guru memiliki laptop, proyektor, speaker sekolah jg terbatas. 2. Rancangan pembelajaran belum mampu membuat peserta didik untuk menganalisis, mengidentifikasi, dan menyimpulkan. 3. Model-model pembelajaran yang inovatif masih jarang digunakan.
4. Siswa Hasil kajian literatur Setelah
merasa dilakukan kesulitan Menurut Wewe, M. (2017) rendahnya kemampuan analisis mengerjakan berfikir kritis siswa disebabkan karena soal yang biasa terhadap hasil soal HOTS diberikan kepada peserta didik tidak mengacu daya kajian literatur berfikir peserta didik selain itu jg disebabkan karena pertanyaan yang diajukan guru hanya terbatas secara dan hasil teori dan kurang mengembangkan kemampuan berfikir wawancara, kritis peserta didik. nserta dikonfirmasi Wewe, M. (2017) upaya meningkatkan kemampuan melalui berfikir kritis matematika dengan problem posing pada observasi / siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Golewa Tahun Ajaran pengamatan 2016/2017. dapat diketahui Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana publikasi bahwa karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika, penyebab 3(1), 10-19. masalah siswa merasa Menurut Ernawati L. (2017) berfikir tingkat tinggi kesulitan atau higher order thinking skill (HOTS) merupakan mengerjakan cara berfikir yang tidak lagi hanya menghafal secara soal HOTS verbalistik saja, namun juga memaknai hakikat yang adalah terkandung di antaranya, untuk mampu memaknai 1. Kurangnya makna di butuhkan cara berfikir yang integralistik kemampuan dengan analisis, sistesis, menegosiasi hingga menarik awal siswa kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreaktif dan pada mata produktif. pelajaran biologi. Ernawati L. (2017) pengembangan High Order 2. Siswa belum Thingking Skill (HOTS) melalui metode pembelajaran terbiasa Mind Banking dalam pendidikan agama islam. menyelesaik PROCEEDINft. 189. Diakses melalui an soal http://bit.ly/2k66VLI pada tanggal 23 November berbasis 2017. HOTS, ketika Menurut Suci Ramadanti (2020) kendala yang di menemukan alami guru di antaranya yaitu keterbatasan waktu untuk soal HOTS menyusun soal HOTS. Belum paham dalam mencari siswa dan mencocokan KKO (Kata Kerja Operasoinal) untuk cenderung soal HOTS, pemilihan KADE yang terkadang kurang mengeluh. tepat, minimnya sosialisasi mengenai pembuatan soal 3. Guru belum HOTS, masih membuat soal yang modelnya sama. terbiasa Angga Eka Tama (2020) kendala menyusun kisi-kisi menyusun soal HOTS antara lain: soal HOTS karena 1. Sulit menerapkan KKO yang tepat pada kurangnya indikator pelatihan 2. Sulit menghubungkan satu konsep ke konsep penyusunan yang lain soal HOTS. 3. Sulit menentukan indikator 4. Guru belum 4. Membutuhkan kejelihan dan ketelatenan dalam paham dalam menyusun indikator soal. mencari dan mencocokka Kendala menyusun lembar soal HOTS yaitu sulitnya n KKO (Kata mencari referensi buku, informasi stimulus yang Kerja menarik dan kontekstual. Kendala dalam menyusun Operasional) kunci jawaban atau pedoman penskoran yaitu sulitnya untuk soal mencari pengecoh soal dan sulitnya menentukan skor HOTS. nilai terhadap jawaban siswa.
Angga Eka Tama (2020), kemampuan guru rumpun
PAI dalam menyusun soal (High Order Thinking Skill) HOTS pada soal penilaian akhir semester (PAS) siswa kelas IX MTs Negeri 5 Sleman. Skripsi pendidikan agama islam fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020.
Hasil wawancara dengan teman sejawat
Bapak Sardiman, S.Pd menyatakan bahwa Siswa
merasa kesulitan mengerjakan soal HOTS disebabkan :
1. Kurangnya pemahaman pembelajaran berbasis
HOTS 2. Kurangnys perhatian dalam merancang pembelajaran berbasis HOTS 3. Guru kurang membiasakan siswa menjawab soal-soal HOTS 4. Kemampuan berfikir kritis siswa rendah 5. Metode yang diguanakan tidak bervariasi 6. Soal yang digunakan menggunakan soal standar.