Anda di halaman 1dari 49

NAMA : EGI RAMADAH

NIM : 22323299258

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Materi I : Ekologi dan Keanekaragaman Hayati


Kelas :7
Capaian Pembelajaran : Peserta didik mengidentifikasi interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya, serta dapat
merancang upaya-upaya mencegah dan mengatasi pencemaran dan perubahan iklim. Peserta
didik mengidentifikasi pewarisan sifat dan penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-
hari.
Alur Tujuan Pembelajaran : Mengidentifikasi interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.

Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi
kurang antusias mengenai penyebab motivasi, dimana
mempelajari Antusiasme belajar merupakan suatu sikap semangat, antusiasme merupakan bagian dari
konsep macam- motivasi, dorongan yang berasal dari dalam diri manusia sikap motivasi. Maka penyebab
macam interaksi itu sendiri tanpa adanya paksaan dari siapapun. kurangnya antusiasme peserta didik
antara penyusun (Sumber: Achmad Sulu, dkk. 2016. “Antusiasme Belajar dalam mempelajari konsep interaksi
ekosistem. Siswa Kelas X Ilmu Pengetahuan Bahasa pada Lintas antara penyusun ekosistem dapat
(Masalah Proses Minat Biologi di MAN 2 Model Medan”. Jurnal Putra Pelita ditinjau dari faktor guru dan faktor
Pembelajaran) Vol.5 No.1.) peserta didik itu sendiri.
https://bit.ly/3CZLFh0 Penyebab dari faktor guru diantaranya:
1. Metode mengajar guru kurang
Penyebab rendahnya motivasi belajar IPA pada siswa bervariasi.
dikarenakan metode mengajar guru kurang bervariasi, 2. Guru melaksanakan pembelajaran
cara berbicara guru dalam menjelaskan terlalu cepat, tradisonal, konseptual, dan berpusat
guru kurang memberikan perhatian kepada siswa, guru pada guru.
tidak memberikan nilai tambahan (reward) bagi siswa 3. Guru hanya menjelaskan
yang ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. (Dewi, foto/gambar yang ada di buku.
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Iin Inayati Safitri. 2019. Analisis Deskriptif Penyebab 4. Cara menjelaskan yang terlalu cepat.
Rendahnya Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran 5. Kurangnya guru dalam memberikan
IPA. Skripsi) perhatian kepada peserta didik.
http://repository.uinbanten.ac.id/3415/ 6. Guru tidak memberikan nilai
tambahan (reward) bagi siswa yang
ikut berpartisipasi aktif dalam
Faktor yang melatarbelakangi rendahnya motivasi belajar
pembelajaran.
siswa adalah kepercayaan diri, kondisi keluarga,
konsentrasi, kesehatan fisik dan mental, teman sebaya, Penyebab dari faktor peserta didik
bakat, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. diantaranya:
Faktor eksternal juga menjadi pengaruh rendahnya 1. Konsentrasi
motivasi belajar adalah lingkungan sekitar siswa tidak 2. Bakat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan 3. Kesehatan fisik dan mental
berinteraksi dengan baik dengan lingkungan baik 4. Lebih senang dengan gadget untuk
keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Faktor yang menonton youtube dan games
paling mendominasi rendahnya motivasi belajar adalah 5. Komitmen pada tugas
minat untuk belajar dan komitmen pada tugas. (Sumber: 6. Kurangnya rasa percaya diri untuk
Nur Fauziyatun, 2014 dalam penelitian “Faktor yang aktif ketika pembelajaran.
melatarbelakangi rendahnya motivasi belajar siswa kelas
IX SMP Negeri 22 Semarang”. Skripsi)
http://lib.unnes.ac.id/20086/1/1301409060.pdf

Keadaan yang berpotensi menimbulkan kejenuhan,


penuruan minat, penurunan motivasi dan makna
mendalam terhadap apa yang dipelajari siswa
diantaranya guru melaksanakan pembelajaran
tradisonal, konseptual, berpusat pada guru, dan hanya
menjelaskan foto/gambar yang ada di buku. (Amir, 2019.
“Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2
Pematang Karau Pada Pembelajaran IPA Materi Gerak
Tumbuhan Menggunakan Media Foto Handphone”.
Wahana Bio: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, Vol.11
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
No. 2)
https://bit.ly/3wQ7AUd

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Efek global kemajuan teknologi membuat mereka lebih
tertarik dengan gadget yang digunakan untuk menonton
youtube dan main games sehingga ketika di sekolah rasa
ingin tahu/ minat mereka terhadap pelajaran sudah
berkurang. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

2 Kurangnya Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi maka


keterlibatan orang diketahui bahwa penyebab sekolah
tua dalam proses Melibatkan keluarga dalam hal ini orangtua dalam tidak melibatkan orang tua dalam
pembelajaran. praktek pendidikan di sekolah bukanlah mudah, proses pembelajaran adalah sebagai
(Masalah Proses terutama pelibatan orangtua dalam hal pemikiran, ide, berikut:
Pembelajaran) atau gagasan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1) Ekonomi Orangtua siswa yang memiliki tingkat 1) Orangtua disibukkan dengan
ekonomi masih rendah sering disibukkan dengan pekerjaan yang menyebabkan
pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan mereka cenderung sulit
hidup sehari-hari. Kesibukan ini menyebabkan berpartisipasi/terlibat aktif dalam
mereka cenderung sulit berpartisipasi/terlibat aktif berbagai kegiatan bersama sekolah.
dalam berbagai kegiatan bersama sekolah. 2) Kurangnya rasa percaya diri orang
2) Kurang percaya diri Orangtua siswa kurang percaya tua untuk mengatasi masalah-
diri untuk membantu sekolah. Hal ini diperkuat masalah pendidikan di rumah
dengan sikap pihak sekolah yang juga kurang karena merasa tidak mampu.
percaya diri membantu orangtua murid dalam 3) Generasi yang berbeda jauh
mengatasi masalah-masalah pendidikan anak di membuat orangtua cenderung tidak
rumah.
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
3) Kesenjangan generasi Orangtua siswa yang usianya ingin terlibat.
sangat tua atau tokoh masyarakat yang sudah sepuh 4) Orang tua menganggap guru adalah
cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai seorang ahli yang dapat mengatasi
kegiatan sekolah, meskipun sebenarnya keterlibatan masalah pendidikan.
mereka sangat dibutuhkan sekolah. 5) Ada keraguan pihak guru dan
4) Kesibukan pekerjaan Kesibukan pekerjaan sekolah dan bahkan ketakutan kalau
merupakan salah satu hal yang menjadi orangtua siswa melakukan intervensi
pertimbangan bagi orangtua siswa terlibat dalam pada hal-hal teknis yang menjadi
berbagai kegiatan sekolah, lebih-lebih di pedesaan kewenangan guru.
yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani.
5) Norma dan nilai budaya faktor budaya dari orangtua
yang kuat seakan-akan guru adalah seorang ahli
yang memiliki kemampuan mengatasi segala
masalah. Akibatnya, orangtua sering menyerahkan
sepenuhnya keberhasilan pendidikan anaknya
kepada pihak sekolah.
6) Budaya kelas keterbukaan sekolah untuk mengajak
partisipasi orangtua siswa masih belum optimal. Ada
keraguan pihak guru dan sekolah dan bahkan
ketakutan kalau orangtua siswa melakukan
intervensi pada hal-hal teknis yang menjadi
kewenangan guru.
7) Pengalaman negatif masa lalu Sekolah sering
memiliki pengalaman negatif akibat keterlibatan
orangtua siswa. Hal ini membawa dan
mempengaruhi sekolah untuk enggan berbuat
banyak dalam membangun kemitraan yang optimal.
(Ahmad Suriansyah, 2018. “7 Hambatan Keluarga
Terlibat di Kegiatan Sekolah". Artikel)
https://bit.ly/3TDMVfW
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)
Secara ideal untuk kegiatan pembelajaran siswa bisa
efektif secara maksimal yaitu mengikutsertakan orang
tua dalam KBM. Hanya saja untuk orang tua dengan
kategori ekonomi kelas bawah disibukkan dengan
kegiatan harian untuk mencari nafkah bahkan sebagian
orang tua tidak menanyakan kegiatan belajar anak di
sekolah apalagi harus berkomunikasi dengan guru di
sekolah. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

3 Penggunaan model Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi mengenai


pembelajaran Proses pembelajaran yang ada selama ini belum optimal penyebab kurang optimalnya
kurang optimal karena peserta didik masih belum aktif dalam mengikuti penggunaan model pembelajaran adalah
pada konsep pembelajaran. Peserta didik hanya duduk diam dan sebagai berikut:
macam-macam mendengarkan materi dari guru. pembelajaran yang 1) Peserta didik masih belum aktif
interaksi makhluk sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran dalam mengikuti pembelajaran,
hidup dengan ekspositori (exspository learning) yang merupakan proses dimana peserta didik hanya duduk
lingkungannya. pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). diam dan mendengarkan materi dari
(Masalah Proses (Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu, 2015. “Pengaruh guru.
Pembelajaran) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap 2) Guru sering melakukan
Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa di pembelajaran ekspositori yang
Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru merupakan pembelajaran yang
Sekolah Dasar Volume 03 Nomor 02) berpusat pada guru (Teacher
https://bit.ly/3KEgSZd centered)
3) Guru belum menggunakan model
Pemanfaatan model pembelajaran merupakan bagian pembelajaran yang sesuai dengan
yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap karakteristik materi yaitu konsep
kegiatan pembelajaran. Namun kenyataannya bagian macam-macam interaksi makhluk
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai hidup dengan lingkungannya yang
alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: bersifat konseptual.
terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar,
sulit mencari model yang tepat untuk diterapkan dalam
mengajar. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika
setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan
dan keterampilan dalam hal menerapkan model
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
sangat tergantung dari karakteristik mata pelajaran
ataupun materi yang diberikan kepada siswa sehingga
tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini
sebagai model pembelajaran yang baik, semua
tergantung situasi dan kondisinya. (Sumber: Musdiani,
2019. “Analisis Model Pembelajaran Terhadap Cara
Mengajar Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada
Materi Penggolongan Hewan di Kelas V SD Negeri Pante
Cermin”. Jurnal Tunas Bangsa.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/view/
920

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Beberapa model pembelajaran yang sesungguhnya ideal
untuk mengantarkan peserta didik mencapai
keberhasilan dalam belajar itu butuh persiapan, butuh
kemampuan dan kemauan yang keras dari pendidik
untuk menerapkan model pembelajara. Terkadang guru
sudah nyaman dengan metode yang konvensional yang
mungkin terbiasa dilakukan oleh gurunya terdahulu
sehingga terbawa sampai pendidik menjadi guru
sesungguhnya, padahal belum tentu metode itu mampu
membantu peserta didik memahami dan menguasai
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
materi pelajaran. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

5 Kurangnya Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab


penggunaan Beberapa indikasi terhadap kondisi kurangnya perhatian masalah kurangnya penggunaan
teknologi/inovasi guru terhadap pengguanan media, yang menyimpulkan teknologi/inovasi dalam membuat LKPD
dalam membuat kepada kurangnya kreatifitas guru dalam pada konsep interaksi antara komponen
bahan ajar pada mempersiapkan media pembelajaran. Guru cenderung penyusun makhluk hidup adalah
konsep interaksi statis dalam mengembangkan media pembelajaran sesuai sebagai berikut:
antara komponen dengan materi yang diberikan. Di samping itu kadang 1) Kurangnya kreatifitas guru dalam
penyusun kala media pembelajaran tidak sesuai dengan materi mempersiapkan media pembelajaran.
ekosistem. pelajaran yang diberikan guru, artinya tidak semua 2) Guru cenderung statis dalam
(Masalah Proses media pembelajaran cocok digunakan. Selain itu, mengembangkan media
Pembelajaran) kemampuan guru dalam menggunakan media masih pembelajaran yang sesuai dengan
kurang. Ketersediaan media di sekolah untuk suatu materi yang diberikan.
pembelajaran kurang mencukupi. Banyak permasalahan 3) Media pembelajaran tidak sesuai
yang menyebabkan guru enggan memakai media yang dengan materi pelajaran yang
efektif untuk pembelajaran, yang menarik sehingga diberikan guru.
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Adapun 4) Ketersediaan media sekolah untuk
permasalahan tersebut di antaranya adalah: suatu pelajaran kurang mencukupi.
1) Guru merasa repot 5) Tidak adanya sarana TIK di setiap
2) Mahal ruang kelas.
3) Tidak bisa
4) Tidak tersedia
5) Kurang penghargaan
(sumber : Said Alwi, 2017. Problematika guru dalam
pengembangan media pembelajaran. Jurnal Itqan Vol.8
No.22)
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
itqan/article/view/107

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih belum


memadai dan merata. Keadaan yang demikian ini antara
lain disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur
yang mendukung pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
di samping ketidaksiapan sumber daya manusia
(terutama guru) untuk melaksanakan pemanfaatan TIK
secara terintegrasi dalam pembelajaran. Kendala
pemanfaatan TIK oleh guru antara lain: tidak adanya
akses, tidak adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak
mengintegrasikan TIK, guru tidak memiliki pengetahuan
tentang TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk
memanfaatkan TIK. (Sumber: Sri Lestari, 2015. “Faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru”. Artikel
Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan.)
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/
jurnalkwangsan/article/view/29

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Dukungan media pembelajaran menjadi salah satu faktor
keberhasilan pembelajaran, terutama IPA idealnya
sekolah harus memiliki laboratorium yang memadai,
namun hal ini tidak menjamin lab itu digunakan dengan
optimal. Butuh kerjasama guru dan sekolah untuk
memanfaatkan media secara optimal.. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

6 Literasi dan Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab


Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Numerasi Faktor kesulitan belajar dari faktor internal siswa berupa masalah terkait peserta didik kesulitan
- Peserta didik aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi. Sedangkan dalam berliterasi, adapun penyebabnya
kesulitan untuk faktor eksternal siswa berupa fasilitas sekolah, guru, dipengaruhi oleh faktor internal dan
menyajikan data sarana prasarana dan aktivitas siswa. eksternal.
hasil (Sumber: Arghob Khofya Haqiqi, 2018. “Analisis Faktor 1) Faktor internal diantaranya adalah
pengamatan Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa SMP Kota aspek bakat, minat, motivasi, dan
perbedaan Semarang”. EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & intelegensi peserta didik itu sendiri.
komponen biotik Matematika). Salah  satu  kendala  belajar sains
dan abiotik di https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/ adalah karena rendahnya
lingkungan edusains/article/view/838/0 kemampunn membaca
sekolah dalam dan memaknai bacaan.
bentuk tabel. Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains 2) Faktor eksternal diantaranya:
- Peserta didik Peserta didik, adalah sebagai berikut: - Pembelajaran yang dilakukan di
kesulitan dalam 1) Pemilihan Buku Ajar kelas lebih berpusat pada guru
menentukan Pengetahuan dan penerapan literasi sains yang  (teacher center) sehingga
jenis interaksi hanya  mengandalkan  buku  ajar  atau teks(tekstual) pemahaman konsep dan
yang terjadi belum sepenuhnya menyentuh jiwa peserta    didik,  kemampuan inkuiri siswa
pada suatu akibatnya pelajaran    menjadi membosankan dan jarang dilatihkan, guru hanya
hubungan antar peserta didik kurang memahami materi pelajaran    berorientasi pada taarget
makhluk hidup. dalam    konteks kehidupan. penguasaan materi dan tidak
(Masalah Hasil 2) Miskonsepsi mampu mengelola pembelajaran
Pembelajaran) Kecenderungan  guru  untuk  memberikan  materi berbasis penemuan dan
tanpa mengaitkannya   dengan kehidupan   nyata pembelajaran berbasi masalah. .
menyebabkan siswa kesulitan mengaitkan - Pembelajaran tidak kontekstual,
pengetahuan yang telah didapatkan dengan situasi yang artinya penekanan
kehidupan  nyata.  Hal  ini  terlihat  dari  jawaban- pemahaman konsep dasar ilmu
jawaban  siswa  yang  masih  sangat  teoritik  sesuai pengetahuan tidak dikaitkan
dengan  konsep  materi  yang  diajarkan  di  sekolah dengan hal-hal yang berkaitan
dan belum mampu mengaplikasikan konsep materi dengan kehidupan sehari-hari.
untuk  memecahkan  masalah-masalah  sains  yang Guru memberikan materi tanpa
dijumpai di dalam soal. mengaitkannya dengan
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
3) Pembelajaran Tidak kontekstual kehidupan nyata menyebabkan
Penekanan pemahaman konsep     dasar     dan siswa kesulitan mengaitkan
pengertian     dasar ilmu pengetahuan  tersebut tidak  pengetahuan yang telah
dikaitkan  dengan  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  didapatkan dengan situasi
kehidupan  sehari-hari, padahal  Yager dan  Lutz kehidupan nyata.
mengungkapkan  lebih lanjut  bahwa  sains  relevan  - Pengetahuan dan penerapan
dengan  proses  dan produk     sehari-hari     yang literasi sains yang 
digunakan     dalam masyarakat. Hasil penelitian  hanya mengandalkan  buku 
Anna  Permanasari (2016) terutama untuk aspek ajar atau teks (tekstual),
konteks aplikasi sains terbukti  hampir  dapat  membuat pelajaran menjadi
dipastikan  bahwa  banyak peserta didik di Indonesia membosankan dan peserta didik
tidak mampu mengaitkan pengetahuan sains  yang  kurang memahami materi
dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi pelajaran dalam konteks
di dunia, karena mereka   tidak   memperoleh kehidupan.
pengalaman untuk  mengaitkannya. Selain itu, - Keadaan infrastruktur sekolah,
Kemampuan berpikir logis, rasional, serta sistematis sumber daya manusia dan tipe
siswa juga rendah untuk sebagian besar anak organisasi sekolah sangat
Indonesia. berpengaruh signifikan terhadap
4) Rendahnya kemampuan membaca prestasi literasi siswa.
Salah  satu  kendala  belajar sains lainnya adalah  - Kurangnya latihan memahami
karena  rendahnya  kemampuan  membaca teks bacaan sejak dini.
dan memaknai    bacaan. Penyebab   rendah   minat
dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya
akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu
merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks
Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca)  Kementerian 
Pendidikan  dan Kebudayaan   (Kemendikbud). Hal  
senada   juga disampaikan politisi   Indonesia   Fahri  
Hamzah (2020)  dalam  diskusinya  dengan  Akbar 
Faisal  di channel youtube  fahri hamzah official   
yang menyatakan  bahwa  literasi  rendah  karena 
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
tradisi membaca jelek, tradisi riset jelek.
5) Lingkungan dan iklim belajar
Menurut Hayat & Yusuf (2006) lingkungan dan iklim
belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor   literasi
siswa. Demikian juga   keadaan infrastruktur 
sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe
organisasi serta manajemen
sekolah, sangat signifikan  pengaruhnya  terhadap
prestasi  literasi  siswa.
(Sumber: Husnul Fuadi, dkk, 2020. “Analisis Faktor
Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta
Didik”. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan.)
https://bit.ly/3Q4TIwd

Sejauh ini  guru masih  mengajarkan  IPA  sebagai  mata


pelajaran  yang  terpisah  (kimia,  fisika,  biologi),
pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih berpusat
pada guru   (teacher center) sehingga pemahaman konsep
dan kemampuan inkuiri siswa jarang  dilatihkan, guru
hanya  berorientasi  pada target   penguasaan materi dan
tidak mampu mengelola  pembelajaran  yang  berbasis 
penemuan dan  pembelajaran berbasis    masalah,  siswa
sebanyak   40% merasa   tidak   dilibatkan dalam
menemukan   konsep   IPA   dalam   pembelajaran.
Kondisi  tersebut  merupakan  salah  satu  penyebab
rendahnya kemampuan  literasi  sains  siswa. Selain  itu 
peserta  didik  belum terbiasa mengerjakan soal –soal
literasi sains.
(Sumber: Didit Ardianto dan Bibin Rubini, 2016. “Literasi
Sains dan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran IPA
Terpadu”. Unnes Science Education Journal.)
https://bit.ly/3q54JTB
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Pengaruh teknologi masa kini yaitu gadget menyebabkan
siswa malas membaca literatur-literatur yang berupa
buku/ bahan bacaan. Mereka lebih senang membaca
teks atau naskah yang pendek di youtube atau di quotes
tertentu, sehingga literasi mereka rendah. Ketika diminta
memahami bahan bacaan dan menarik kesimpulan
mereka tidak mampu, oleh karena itu mulai dari
pendidikan dasar anaka anak harus diajarkan sejak dini
pentingnya memahami bacaan dan menarik kesimpulan.
Sehingga ketika berada di SMP mereka tidak terkaget
kaget ketika diminta untuk memahami dan menarik
kesimpulan terutama di pelajaran IPA yang butuh
pemahaman yang tinggi, serius, dan kuat. Berkaitan
dengan numerasi, ini berkaitan dengan literasi. Ketika
daya penalaran siswa terhadap literatur itu sangat
berkolerasi dengan kemapuan numerasinya juga yang
kurang bagus. Numerasi tidak hanya ketika peserta didik
pandai menghitung penjumlahan dan perkalian, tetapi
mampu memahami kalimat-kalimat numerasi pada soal
cerita. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

7 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan eksplorasi penyebab


mengalami Faktor penyebab miskonsepsi siswa diantaranya: masalah mengenai terjadinya miskonsepi
miskonsepsi pada 1) Prakonsepsi siswa, konsep awal siswa tersebut dapat pada peserta didik saat menentukan
saat menentukan menunjukkan jika mindset seorang individu sejak hubungan atau jenis interaksi antar
jenis interaksi yang lahir tidak diam (konstan). komponen makhluk hidup dapat
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
terjadi antar 2) Intuisi yang salah, hal ini berasal dari kegiatan disebabkan oleh faktor luar dan faktor
komponen mengamati suatu kejadian tertentu secara terus dalam yaitu peserta didik itu sendiri.
makhluk hidup. menerus dan saat menemukan permasalahan terkait,
(Masalah Hasil dalam benak siswa langsung muncul sesuatu yang Faktor peserta didik diantaranya:
Pembelajaran) pernah dilihat atau diamati sebelumnya. 1) Konsep awal dan intuisi peserta
3) Kemampuan siswa, siswa kemampuan rendah akan didik yang salah
mengalami kesulitan atau kurang mampu memahami 2) Kesulitan peserta didik untuk
dan menangkap konsep dengan benar. memahami dan menangkap konsep.
4) Minat belajar, minat siswa dalam belajar sangat 3) Minat belajar dan motivasi untuk
menentukan motivasi untuk belajar memahami belajar lebih dalam mengenai konsep
konsep. yang sedang dipelajari.
5) Buku teks, buku teks yang digunakan masih sulit
dipahami siswa dalam segi penggunaan bahasa dan Faktor luar yang mempengaruhi
gambar. miskonsepsi peserta didik diantaranya:
(Sumber: Fachrul Nur Rochim, dkk. 2019. ”Identifikasi 1) Guru yang tidak menguasai bahan
Profil Miskonsepsi Siswa Pada Materi Cahaya ajar atau memiliki pemahaman yang
Menggunakan Metode Four Tier Test Dengan Certainy Of tidak benar tentang suatu konsep
Response Index (CRI). Natural Science Education Research, akan menyebabkan siswa mengalami
Vo.2 No.2) miskonsepsi.
https://bit.ly/3wLZ88f 2) Masih banyak guru yang
melaksanaan pembelajaran hanya
Faktor penyebab miskonsepsi tidak hanya terjadi pada dengan ceramah, guru jarang
siswa tetapi juga terjadi pada guru. Guru yang tidak melaksanakan kegiatan demonstrasi
menguasai bahan ajar atau memiliki pemahaman yang ataupun eksperimen.
tidak benar tentang suatu konsep akan menyebabkan 3) Pelaksanaan pembelajaran guru
siswa mengalami miskonsepsi. Masih banyak guru yang jarang memberikan contoh aplikasi
melaksanaan pembelajaran hanya dengan ceramah, guru konsep dalam kehidupan sehari-
jarang melaksanakan kegiatan demonstrasi ataupun hari, guru hanya sebatas mengajar
eksperimen. Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran IPA berupa hafalan konsep saja.
guru jarang memberikan contoh aplikasi konsep dalam 4) Buku-buku yang dijadikan sebagai
kehidupan sehari-hari, guru hanya sebatas mengajar IPA sumber belajar siswa masih sulit
dipahami siswa dalam segi
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
berupa hafalan konsep saja. Hal ini menyebabkan penggunaan bahasa dan gambar.
miskonsepsi pada siswa semakin besar dikarenakan
siswa tidak dilibatkan secara aktif baik fisik maupun
mental dalam proses pembelajaran. Selain dari siswa dan
guru miskonsepsi juga dapat terjadi pada buku-buku
yang dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Jika buku
tersebut digunakan guru dan siswa sebagai sumber
belajar maka guru dan siswa tersebut akan mengalami
konsepsi dan bahkan makin memperkuat miskonsepsi
yang sebelumnya sudah terjadi.
(Sumber: Yuyu Yuliati, 2017. “Miskonsepsi Siswa Pada
Pembelajaran IPA Serta Remediasinya”. Jurnal Bio
Educatio, Volume 2, Nomor 2)
https://bit.ly/3RqMKCU

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Ada guru yang berada di tingkat dasar memberikan
konsep yang tidak didudukan secara sebenernya,
sehingga dipahami oleh peserta didik konsep-konsep
yang kurang tepat sampai berlanjut ke jenjang
berikutnya. Konsep yang keliru itu masih dipahami dan
diikuti oleh peserta didik tanpa ada pembetulan oelh
guru. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau

8 HOTS Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi, dapat


- Peserta didik Penyebab rendahnya HOTS diantaranya guru lebih ditemukan bahwa penyebab peserta
kurang mampu berfokus pada penguasaan materi dan jarang didik mengalami kesulitan dalam
menganalisis menggunakan model pembelajaran yang menuntut menyelesaikan soal HOTS adalah
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
pengaruh peserta didik untuk melakukan pengamatan secara disebabkan oleh faktor guru dan peserta
lingkungan langsung melalui kegiatan penyelidikan. Selain itu rata- didik itu sendiri.
terhadap rata kemampuan kognitif siswa juga masih berada pada
ekosistem taraf mengingat, memahami, dan menerapkan Faktor peserta didik diantaranya:
- Peserta didik berdasarkan soal yang diberikan, hal ini dilihat dari jenis 1) Rata-rata kemampuan kognitif
kurang mampu soal-soal latihan pada buku pegangan yang digunakan di peserta didik masih berada pada
menganalisis kelas. taraf mengingat, memahami, dan
interaksi yang (Sumber: Royan Nurochman dan Diniya, 2022. “Pengaruh menerapkan.
terjadi antara Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning 2) Peserta didik kurang mengerti
komponen (PBL) dengan Pendekatan Blended Learning Terhadap terhadap materi yang diajarkan dan
penyusun Higher Order Thingking Skill (HOTS) Siswa SMP/MTs pada kegunaannya dalam kehidupan
makhluk hidup Materi Sistem Gerak Manusia”. Journal of Natural Science sehari-hari.
(Masalah Hasil Learning. Vol. 01. No.01.) 3) Peserta didik kurang teliti dalam
Pembelajaran) https://bit.ly/3RwvhZs proses pengerjaan soal.

Faktor yang menyebabkan HOTS siswa pada kategori Sedangkan dari faktor guru adalah
kurang sekali yaitu siswa kurang terlatih dalam sebagai berikut:
menyelesaikan soal-soal HOTS, kurang mengerti 1) Guru lebih berfokus pada
terhadap materi yang diajarkan dan kegunaannya dalam penguasaan materi dan jarang
kehidupan sehari-hari, kurang teliti dalam proses menggunakan model pembelajaran
pengerjaan soal dan lain sebagainya. yang menuntut peserta didik untuk
(Sumber: Siti Sara, dkk. 2020. “Analisis Higher Order melakukan pengamatan secara
Thingking Skills (HOTS) Siswa Kelas VIII pada Materi langsung melalui kegiatan
Sistem Pernapasan Manusia”. Bioedusiana: Jurnal penyelidikan.
Pendidikan Biologi.) 2) Peserta didik kurang dilatih dalam
https://bit.ly/3wSqMRb menyelesaikan soal-soal HOTS.

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Ada pemahaman guru di tingkat dasar bahwa
pemahaman kritis itu ada di tingkat mahasiswa, jadi
ketika mereka mengajarkan kepada siswa itu lebih
berkutak pada ranah memahami. Siswa SD hanya
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
ditekankan pada pengetahuan yang bersifat ingatan
seperti menghapal dan sebagainya, peserta didik tidak
dikenalkan dengan daya nalar seperti analisis, terlebih
mensintesis dan mengevaluasi. Ini berdampak pada
ketika peserta didik berada di SMP tidak siap untuk
melakukan HOTS karena tidak dilatih sejak dini.
(Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

Hasil Wawancara (Teman Sejawat)


Hasil Wawancara (Pengawas atau
Materi II : Sistem Pernapasan Manusia
Kelas :8
KD :
3.5 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada sistem pernapasan serta upaya menjaga
kesehatan sistem pernapasan.
4.5 Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Peserta didik tidak Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
tertarik peserta didik tidak tertarik mempelajari
mempelajari Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak konsep sistem pencernaan dapat
konsep sistem terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan disebabkan oleh faktor luar dan faktor
pernapasan. siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka dalam yaitu peserta didik itu sendiri:
(Masalah Proses hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus
Pembelajaran) tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu Faktor peserta didik diantaranya:
untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang 1) Peserta didik lebih senang dengan
siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran hal-hal baru. Dalam hal ini buku
sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar. teks merupakan hal yang biasa bagi
Indikator Minat Belajar adalah:a) Perasaan Senang, b) peserta didik.
Perhatian dalam Belajar, c) Bahan Pelajaran dan Sikap 2) Peserta didik lebih menyukai
Guru yang Menarik, d) Manfaat dan Fungsi Mata bermain dibanding belajar, terlebih
Pelajaran. perhatian anak cenderung kepada
(Sumber: Lin Suciani Astuti, 2017. “Penguasaan Konsep smartphone dan bermain games.
IPA Ditinjau Dari Konsep Diri dan Minat Belajar Siswa”.
Jurnal Formatif 7(1).) Faktor luar diantaranya:
https://bit.ly/3Rw9ocJ 1) Kombinasi dari metode dan minat
belajar siswa tidak sesuai dan tidak
Minat siswa dalam belajar kurang, secara psikis bahwa sejalan dengan kondisi dan suasana
jenjang sekolah menengah pertama adalah jenjang belajar yang diberikan oleh guru.
dimana sifat kekanak-kanakan siswa masih nampak 2) Metode yang digunakan guru adalah
dilihat dari proses pertumbuhan dari anak menjadi metode ceramah dimana, tenaga
remaja. Maka siswa lebih menyenangi hal-hal yang pendidik lebih aktif dibandingkan
bersifat baru. Siswa juga lebih menyukai bermain siswa.
dibanding belajar. Terlebih perhatian anak cenderung 3) Pelaksanaan pembelajaran masih
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
pada teknologi seperti smartphone dan bermain games. dilakukan secara tekstual (hanya
Selain itu, kombinasi dari metode dan minat belajar siswa mengacu pada buku) dan belum
tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kondisi dan menggunakan media pembelajaran
suasana belajar yang diberikan oleh guru. Metode yang interaktif, ataupun media lainya.
digunakan guru adalah metode ceramah dimana, tenaga Sedangkan konsep sistem
pendidik lebih aktif dibandingkan siswa. Hal ini pernapasan merupakan konsep yang
bertentangan dengan kebijakan kurikulum 2013 kompleks, sehingga pembelajaran
seharusnya siswa lebih aktif dibanding tenaga pendidik. yang dilakukan secara tekstual saja
(Nur Fadliah, 2020. “Pengaruh Media Pembelajaran belum optimal untuk menumbuhkan
Animasi Terhadap Minat Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP minat peserta didik dalam belajar.
Negeri 13 Makasar”. Skripsi)
https://bit.ly/3RyxuDF

Pelaksanaan pembelajaran masih dilakukan secara


tekstual (hanya mengacu pada buku) dan belum
menggunakan media pembelajaran interaktif, ataupun
media lainya. Materi Anatomi fisiologi memiliki konsep
konkret dimana dalam materi tersebut dijelaskan struktur
dari bagian–bagian alat tubuh, hubungan alat tubuh satu
dengan yang lain dan fungsi dari masing–masing alat
tubuh dengan konsep yang kompleks. Oleh karena itu,
pembelajaran yang dilakukan secara tekstual saja dirasa
belum optimal, sehingga minat belajar siswa dalam belajar
menjadi rendah.
(Sumber: Isna Alfiana dan Sugeng Purbawanto, 2021.
“Media Pembelajaran Sistem Pernapasan Manusia dengan
Pemanfaatan Augmented Reality Berbasis Android”. Edu
Elektrika Journal Vol. 10 No.2.)
https://bit.ly/3ehuPjE
2 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi, penyebab
enggan untuk Pada saat pembelajaran, respon dan minat siswa dalam peserta didik enggan untuk bertanya
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
bertanya kepada bertanya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena diantaranya:
guru mengenai penerapan model pembelajaran yang dipakai tidak sesuai 1) Penerapan model pembelajaran yang
konsep sistem dengan materi yang disampaikan. Beberapa dipakai tidak sesuai dengan materi
pernapasan. permasalahan yang membuat siswa jenuh dalam belajar yang disampaikan.
(Masalah Proses karena proses pembelajaran masih bersifat umum atau 2) Proses pembelajarannya dilakukan
Pembelajaran) konvensional, yaitu proses pembelajarannya dilakukan dengan metode ceramah, diskusi,
dengan metode ceramah, diskusi, dan guru hanya dan guru hanya menjelaskan materi
menjelaskan materi berdasarkan apa yang ada pada buku berdasarkan apa yang ada pada
sehingga membuat siswa merasa bosan, jenuh, dan tidak buku sehingga membuat siswa
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan baik. merasa bosan, jenuh, dan tidak
Dengan demikian, kejenuhan siswa dalam mengikuti bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran mengakibatkan kurangnya pembelajaran dengan baik.
partisipasi siswa di kelas dalam hal ini bertanya, sehingga Kejenuhan siswa dalam mengikuti
ada sebagian siswa yang tidak bisa atau sulit mengerti proses pembelajaran mengakibatkan
akan materi yang disampaikan guru. Selain itu, kurangnya partisipasi siswa di kelas
kurangnya dukungan dari orang tua siswa dan juga dalam hal ini bertanya
lingkungan sekitar, sehingga membuat siswa tidak 3) Pengalaman belajar yang diperoleh
bersemangat dalam mengikuti pelajaran dengan baik dikelas tidak utuh dan tidak
bahkan tidak berpartisipasi aktif di dalam kelas. berorientasi pada tercapainya
(Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu, 2015. “Pengaruh standart kompetensi dan kompetensi
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap dasar.
Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa di Sekolah 4) Cara berpikir yang dikembangkan
Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam kegiatan belajar belum
Volume 03 Nomor 02) menyentuh domain afektif dan
https://bit.ly/3RrHWgo psikomotor.

Kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia yang


dikemukakan oleh Depdiknas (2007), bahwa:
1) Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian;
2) Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas tidak utuh
dan tidak berorientasi pada tercapainya standart
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
kompetensi dan kompetensi dasar;
3) Pembelajaran lebih bersifat teacher centered;
4) Siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif
yang terendah dan tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya;
5) Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan
belajar belum menyentuh domain affektif dan
psikomotor;
6) Alasan yang sering dikemukakakan oleh para guru
adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan
belajar, dan jumlah siswa per kelas terlalu banyak ;
dan
7) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada
produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif
dan tidak menilai proses.
(Sumber: Rahmat Surya, 2020. “ Pengaruh Model
Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap
Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi dan
Keterampilan Bertanya Pada Materi Sistem Pernapasan di
SMA Negeri 5 Langsa”. Jurnal Biolokus Volume 3 No.1)
https://bit.ly/3RcOK1x
3 Guru kurang Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi mengenai
optimal dalam Proses pembelajaran yang ada selama ini belum optimal penyebab kurang optimalnya
melaksanakan karena peserta didik masih belum aktif dalam mengikuti penggunaan model pembelajaran adalah
tahapan model pembelajaran. Peserta didik hanya duduk diam dan sebagai berikut:
pembelajaran mendengarkan materi dari guru. pembelajaran yang 1) Peserta didik masih belum aktif
pada konsep sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran dalam mengikuti pembelajaran,
sistem ekspositori (exspository learning) yang merupakan proses dimana peserta didik hanya duduk
pernapasan. pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). diam dan mendengarkan materi dari
(Masalah Proses (Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu, 2015. “Pengaruh guru.
Pembelajaran) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap 2) Guru sering melakukan
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa di Sekolah pembelajaran ekspositori yang
Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang
Volume 03 Nomor 02) berpusat pada guru (Teacher
https://bit.ly/3KEgSZd centered).
3) Guru belum menggunakan model
Pemanfaatan model pembelajaran merupakan bagian yang pembelajaran yang sesuai dengan
harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan karakteristik materi yaitu konsep
pembelajaran. Namun kenyataannya bagian inilah yang macam-macam interaksi makhluk
masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan hidup dengan lingkungannya yang
yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk bersifat konseptual.
membuat persiapan mengajar, sulit mencari model yang
tepat untuk diterapkan dalam mengajar. Hal ini
sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah
membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam hal menerapkan model pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung
dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang
diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model
pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai model
pembelajaran yang baik, semua tergantung situasi dan
kondisinya. (Sumber: Musdiani, 2019. “Analisis Model
Pembelajaran Terhadap Cara Mengajar Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi
Penggolongan Hewan di Kelas V SD Negeri Pante Cermin”.
Jurnal Tunas Bangsa.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/view/920
4 Literasi Numerasi Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
- Peserta didik Faktor kesulitan belajar dari faktor internal siswa berupa masalah terkait peserta didik kesulitan
kesulitan aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi. Sedangkan dalam literasi dan numerasi, adapun
menganalisis faktor eksternal siswa berupa fasilitas sekolah, guru, penyebabnya dipengaruhi oleh faktor
gangguan/ sarana prasarana dan aktivitas siswa. internal dan eksternal.
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
penyakit yang (Sumber: Arghob Khofya Haqiqi, 2018. “Analisis Faktor 1) Faktor internal diantaranya adalah
dialami Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa SMP Kota aspek bakat, minat, motivasi, dan
seseorang yang Semarang”. EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & intelegensi peserta didik itu sendiri.
berkaitan Matematika). Salah  satu  kendala  belajar sains
dengan https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/ adalah karena rendahnya
pernapasan edusains/article/view/838/0 kemampunn membaca
manusia dan memaknai bacaan.
- Peserta didik Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains 2) Faktor eksternal diantaranya:
kesulitan Peserta didik, adalah sebagai berikut: - Pembelajaran yang dilakukan di
memahami 1) Pemilihan Buku Ajar kelas lebih berpusat pada guru
grafik volume Pengetahuan dan penerapan literasi sains yang  hanya  (teacher center) sehingga
udara dan mengandalkan  buku  ajar  atau teks(tekstual) belum pemahaman konsep dan
kapasitas sepenuhnya menyentuh jiwa peserta    didik,  kemampuan inkuiri siswa
pernapasan akibatnya pelajaran    menjadi membosankan dan jarang dilatihkan, guru hanya
manusia. peserta didik kurang memahami materi pelajaran    berorientasi pada taarget
(Masalah Hasil dalam    konteks kehidupan. penguasaan materi dan tidak
Pembelajaran) 2) Miskonsepsi mampu mengelola pembelajaran
Kecenderungan  guru  untuk  memberikan  materi berbasis penemuan dan
tanpa mengaitkannya   dengan kehidupan   nyata pembelajaran berbasi masalah. .
menyebabkan siswa kesulitan mengaitkan - Pembelajaran tidak kontekstual,
pengetahuan yang telah didapatkan dengan situasi yang artinya penekanan
kehidupan  nyata.  Hal  ini  terlihat  dari  jawaban- pemahaman konsep dasar ilmu
jawaban  siswa  yang  masih  sangat  teoritik  sesuai pengetahuan tidak dikaitkan
dengan  konsep  materi  yang  diajarkan  di  sekolah dengan hal-hal yang berkaitan
dan belum mampu mengaplikasikan konsep materi dengan kehidupan sehari-hari.
untuk  memecahkan  masalah-masalah  sains  yang Guru memberikan materi tanpa
dijumpai di dalam soal. mengaitkannya dengan
3) Pembelajaran Tidak kontekstual kehidupan nyata menyebabkan
Penekanan pemahaman konsep     dasar     dan siswa kesulitan mengaitkan
pengertian     dasar ilmu pengetahuan  tersebut tidak  pengetahuan yang telah
dikaitkan  dengan  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  didapatkan dengan situasi
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
kehidupan  sehari-hari, padahal  Yager dan  Lutz kehidupan nyata.
mengungkapkan  lebih lanjut  bahwa  sains  relevan  - Pengetahuan dan penerapan
dengan  proses  dan produk     sehari-hari     yang literasi sains yang 
digunakan     dalam masyarakat. Hasil penelitian  hanya mengandalkan  buku 
Anna  Permanasari (2016) terutama untuk aspek ajar atau teks (tekstual),
konteks aplikasi sains terbukti  hampir  dapat  membuat pelajaran menjadi
dipastikan  bahwa  banyak peserta didik di Indonesia membosankan dan peserta didik
tidak mampu mengaitkan pengetahuan sains  yang  kurang memahami materi
dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi pelajaran dalam konteks
di dunia, karena mereka   tidak   memperoleh kehidupan.
pengalaman untuk  mengaitkannya. Selain itu, - Keadaan infrastruktur sekolah,
Kemampuan berpikir logis, rasional, serta sistematis sumber daya manusia dan tipe
siswa juga rendah untuk sebagian besar anak organisasi sekolah sangat
Indonesia. berpengaruh signifikan terhadap
4) Rendahnya kemampuan membaca prestasi literasi siswa. Kurangnya
Salah  satu  kendala  belajar sains lainnya adalah  latihan memahami teks bacaan
karena  rendahnya  kemampuan  membaca sejak dini.
dan memaknai    bacaan. Penyebab   rendah   minat
dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya
akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu
merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks
Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca)  Kementerian 
Pendidikan  dan Kebudayaan   (Kemendikbud). Hal  
senada   juga disampaikan politisi   Indonesia   Fahri  
Hamzah (2020)  dalam  diskusinya  dengan  Akbar 
Faisal  di channel youtube  fahri hamzah official   
yang menyatakan  bahwa  literasi  rendah  karena 
tradisi membaca jelek, tradisi riset jelek.
5) Lingkungan dan iklim belajar
Menurut Hayat & Yusuf (2006) lingkungan dan iklim
belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor   literasi
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
siswa. Demikian juga   keadaan infrastruktur 
sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe
organisasi serta manajemen
sekolah, sangat signifikan  pengaruhnya  terhadap
prestasi  literasi  siswa.
(Sumber: Husnul Fuadi, dkk, 2020. “Analisis Faktor
Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta
Didik”. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan.)
https://bit.ly/3Q4TIwd

Sejauh ini  guru masih  mengajarkan  IPA  sebagai  mata


pelajaran  yang  terpisah  (kimia,  fisika,  biologi),
pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih berpusat pada
guru   (teacher center) sehingga pemahaman konsep dan
kemampuan inkuiri siswa jarang  dilatihkan, guru hanya 
berorientasi  pada target   penguasaan materi dan tidak
mampu mengelola  pembelajaran  yang  berbasis 
penemuan dan  pembelajaran berbasis    masalah,  siswa
sebanyak   40% merasa   tidak   dilibatkan dalam
menemukan   konsep   IPA   dalam   pembelajaran.
Kondisi  tersebut  merupakan  salah  satu  penyebab
rendahnya kemampuan  literasi  sains  siswa. Selain  itu 
peserta  didik  belum terbiasa mengerjakan soal –soal
literasi sains.
(Sumber: Didit Ardianto dan Bibin Rubini, 2016. “Literasi
Sains dan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran IPA
Terpadu”. Unnes Science Education Journal.)
https://bit.ly/3q54JTB

5 HOTS Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi, dapat


Peserta didik tidak Penyebab rendahnya HOTS diantaranya guru lebih ditemukan bahwa penyebab peserta
mampu berfokus pada penguasaan materi dan jarang didik mengalami kesulitan dalam
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
menganalisis menggunakan model pembelajaran yang menuntut menyelesaikan soal HOTS adalah
dengan baik peserta didik untuk melakukan pengamatan secara disebabkan oleh faktor guru dan peserta
sistem langsung melalui kegiatan penyelidikan. Selain itu rata- didik itu sendiri.
pernapasan pada rata kemampuan kognitif siswa juga masih berada pada
manusia dan taraf mengingat, memahami, dan menerapkan Faktor peserta didik diantaranya:
gangguan/ berdasarkan soal yang diberikan, hal ini dilihat dari jenis 1) Rata-rata kemampuan kognitif
penyakit yang soal-soal latihan pada buku pegangan yang digunakan di peserta didik masih berada pada
dapat terjadi pada kelas. taraf mengingat, memahami, dan
sistem (Sumber: Royan Nurochman dan Diniya, 2022. “Pengaruh menerapkan.
pernapasan, serta Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning 2) Peserta didik kurang mengerti
upaya untuk (PBL) dengan Pendekatan Blended Learning Terhadap terhadap materi yang diajarkan dan
mencegahnya Higher Order Thingking Skill (HOTS) Siswa SMP/MTs pada kegunaannya dalam kehidupan
(Masalah Hasil Materi Sistem Gerak Manusia”. Journal of Natural Science sehari-hari.
Pembelajaran) Learning. Vol. 01. No.01.) 3) Peserta didik kurang teliti dalam
https://bit.ly/3RwvhZs proses pengerjaan soal.

Faktor yang menyebabkan HOTS siswa pada kategori Sedangkan dari faktor guru adalah
kurang sekali yaitu siswa kurang terlatih dalam sebagai berikut:
menyelesaikan soal-soal HOTS, kurang mengerti terhadap 1) Guru lebih berfokus pada
materi yang diajarkan dan kegunaannya dalam kehidupan penguasaan materi dan jarang
sehari-hari, kurang teliti dalam proses pengerjaan soal menggunakan model pembelajaran
dan lain sebagainya. yang menuntut peserta didik untuk
(Sumber: Siti Sara, dkk. 2020. “Analisis Higher Order melakukan pengamatan secara
Thingking Skills (HOTS) Siswa Kelas VIII pada Materi langsung melalui kegiatan
Sistem Pernapasan Manusia”. Bioedusiana: Jurnal penyelidikan.
Pendidikan Biologi.) 2) Peserta didik kurang dilatih dalam
https://bit.ly/3wSqMRb menyelesaikan soal-soal HOTS.

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Ada pemahaman guru di tingkat dasar bahwa
pemahaman kritis itu ada di tingkat mahasiswa, jadi
ketika mereka mengajarkan kepada siswa itu lebih
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
berkutak pada ranah memahami. Siswa SD hanya
ditekankan pada pengetahuan yang bersifat ingatan
seperti menghapal dan sebagainya, peserta didik tidak
dikenalkan dengan daya nalar seperti analisis, terlebih
mensintesis dan mengevaluasi. Ini berdampak pada ketika
peserta didik berada di SMP tidak siap untuk melakukan
HOTS karena tidak dilatih sejak dini. (Manerah, 2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

6 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan eksplorasi penyebab


mengalami Faktor penyebab miskonsepsi siswa diantaranya: masalah mengenai terjadinya miskonsepi
miskonsepsi pada 1) Prakonsepsi siswa, konsep awal siswa tersebut dapat pada peserta didik mengenai saluran
saluran menunjukkan jika mindset seorang individu sejak lahir pernapasan dapat disebabkan oleh
pernapasan dan tidak diam (konstan). faktor luar dan faktor dalam yaitu
pencernaan yang 2) Intuisi yang salah, hal ini berasal dari kegiatan peserta didik itu sendiri.
ada di bagian mengamati suatu kejadian tertentu secara terus
leher. (Masalah menerus dan saat menemukan permasalahan terkait, Faktor peserta didik diantaranya:
Hasil dalam benak siswa langsung muncul sesuatu yang 1) Konsep awal dan intuisi peserta
Pembelajaran) pernah dilihat atau diamati sebelumnya. didik yang salah
3) Kemampuan siswa, siswa kemampuan rendah akan 2) Kesulitan peserta didik untuk
mengalami kesulitan atau kurang mampu memahami memahami dan menangkap konsep.
dan menangkap konsep dengan benar. 3) Minat belajar dan motivasi untuk
4) Minat belajar, minat siswa dalam belajar sangat belajar lebih dalam mengenai konsep
menentukan motivasi untuk belajar memahami yang sedang dipelajari.
konsep.
5) Buku teks, buku teks yang digunakan masih sulit Faktor luar yang mempengaruhi
dipahami siswa dalam segi penggunaan bahasa dan miskonsepsi peserta didik diantaranya:
gambar. 1) Guru yang tidak menguasai bahan
(Sumber: Fachrul Nur Rochim, dkk. 2019. ”Identifikasi ajar atau memiliki pemahaman yang
Profil Miskonsepsi Siswa Pada Materi Cahaya tidak benar tentang suatu konsep
Menggunakan Metode Four Tier Test Dengan Certainy Of akan menyebabkan siswa mengalami
miskonsepsi.
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Response Index (CRI). Natural Science Education Research, 2) Masih banyak guru yang
Vo.2 No.2) melaksanaan pembelajaran hanya
https://bit.ly/3wLZ88f dengan ceramah, guru jarang
melaksanakan kegiatan demonstrasi
Faktor penyebab miskonsepsi tidak hanya terjadi pada ataupun eksperimen.
siswa tetapi juga terjadi pada guru. Guru yang tidak 3) Pelaksanaan pembelajaran guru
menguasai bahan ajar atau memiliki pemahaman yang jarang memberikan contoh aplikasi
tidak benar tentang suatu konsep akan menyebabkan konsep dalam kehidupan sehari-
siswa mengalami miskonsepsi. Masih banyak guru yang hari, guru hanya sebatas mengajar
melaksanaan pembelajaran hanya dengan ceramah, guru IPA berupa hafalan konsep saja.
jarang melaksanakan kegiatan demonstrasi ataupun 4) Buku-buku yang dijadikan sebagai
eksperimen. Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran sumber belajar siswa masih sulit
guru jarang memberikan contoh aplikasi konsep dalam dipahami siswa dalam segi
kehidupan sehari-hari, guru hanya sebatas mengajar IPA penggunaan bahasa dan gambar.
berupa hafalan konsep saja. Hal ini menyebabkan
miskonsepsi pada siswa semakin besar dikarenakan siswa
tidak dilibatkan secara aktif baik fisik maupun mental
dalam proses pembelajaran. Selain dari siswa dan guru
miskonsepsi juga dapat terjadi pada buku-buku yang
dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Jika buku
tersebut digunakan guru dan siswa sebagai sumber
belajar maka guru dan siswa tersebut akan mengalami
konsepsi dan bahkan makin memperkuat miskonsepsi
yang sebelumnya sudah terjadi.
(Sumber: Yuyu Yuliati, 2017. “Miskonsepsi Siswa Pada
Pembelajaran IPA Serta Remediasinya”. Jurnal Bio
Educatio, Volume 2, Nomor 2)
https://bit.ly/3RqMKCU

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Ada guru yang berada di tingkat dasar memberikan
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
konsep yang tidak didudukan secara sebenernya,
sehingga dipahami oleh peserta didik konsep-konsep yang
kurang tepat sampai berlanjut ke jenjang berikutnya.
Konsep yang keliru itu masih dipahami dan diikuti oleh
peserta didik tanpa ada pembetulan oelh guru. (Manerah,
2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

7 - Penggunaan Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab


teknologi Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih belum masalah kurangnya penggunaan
dalam memadai dan merata. Keadaan yang demikian ini antara teknologi/inovasi pada konsep sistem
membuat lain disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur yang pernapasan adalah sebagai berikut:
bahan ajar mendukung pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di 1) Kurangnya kreatifitas guru dalam
sistem samping ketidaksiapan sumber daya manusia (terutama mempersiapkan media
pernapasan guru) untuk melaksanakan pemanfaatan TIK secara pembelajaran.
kurang terintegrasi dalam pembelajaran. Kendala pemanfaatan 2) Media pembelajaran tidak sesuai
optimal. TIK oleh guru antara lain: tidak adanya akses, tidak dengan materi pelajaran yang
- Peserta didik adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak diberikan guru.
dan guru tidak mengintegrasikan TIK, guru tidak memiliki pengetahuan 3) Guru hanya menggunakan media
memanfaatkan tentang TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk tekstual (hanya mengacu pada
teknologi memanfaatkan TIK. (Sumber: Sri Lestari, 2015. “Faktor buku) dan belum menggunakan
untuk yang mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru”. Artikel media pembelajaran interaktif.
menyajikan Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan.) Padahl materi mengenai fisiologi
hasil karya https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/ manusia ini bersifat konkret
tentang upaya jurnalkwangsan/article/view/29 namun sulit untuk
menjaga dikontekstualkan.
kesehatan Pelaksanaan pembelajaran masih dilakukan secara 4) Ketersediaan media sekolah untuk
(Masalah Proses tekstual (hanya mengacu pada buku) dan belum suatu pelajaran kurang
Pembelajaran) menggunakan media pembelajaran interaktif, ataupun mencukupi.
media lainya. Materi Anatomi fisiologi memiliki konsep 5) Tidak adanya sarana TIK di setiap
konkret dimana dalam materi tersebut dijelaskan struktur ruang kelas.
dari bagian–bagian alat tubuh, hubungan alat tubuh satu
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
dengan yang lain dan fungsi dari masing–masing alat
tubuh dengan konsep yang kompleks. Oleh karena itu,
pembelajaran yang dilakukan secara tekstual saja dirasa
belum optimal, sehingga minat belajar siswa dalam belajar
menjadi rendah.
(Sumber: Isna Alfiana dan Sugeng Purbawanto, 2021.
“Media Pembelajaran Sistem Pernapasan Manusia dengan
Pemanfaatan Augmented Reality Berbasis Android”. Edu
Elektrika Journal Vol. 10 No.2.)
https://bit.ly/3ehuPjE

Beberapa indikasi terhadap kondisi kurangnya perhatian


guru terhadap pengguanan media, yang menyimpulkan
kepada kurangnya kreatifitas guru dalam mempersiapkan
media pembelajaran. Guru cenderung statis dalam
mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan
materi yang diberikan. Di samping itu kadang kala media
pembelajaran tidak sesuai dengan materi pelajaran yang
diberikan guru, artinya tidak semua media pembelajaran
cocok digunakan. Selain itu, kemampuan guru dalam
menggunakan media masih kurang. Ketersediaan media
di sekolah untuk suatu pembelajaran kurang mencukupi.
Banyak permasalahan yang menyebabkan guru enggan
memakai media yang efektif untuk pembelajaran, yang
menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Adapun permasalahan tersebut di antaranya adalah:
1) Guru merasa repot
2) Mahal
3) Tidak bisa
4) Tidak tersedia
5) Kurang penghargaan (sumber : Said Alwi, 2017.
Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
Problematika guru dalam pengembangan media
pembelajaran. Jurnal Itqan Vol.8 No.22)
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/
article/view/107
Materi III : Cahaya dan Alat Optik
Kelas :8
KD :
3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan pada bidang datar dan lengkung serta penerapannya untuk
menjelaskan proses penglihatan manusia, mata serangga, dan prinsip kerja alat optik
4.12 Menyajikan hasil percobaan tentang pembentukan bayangan pada cermin dan lensa
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab
kurang memiliki Faktor yang mempengaruhi rasa ingin tahu siswa masalah dari kurangnya rasa ingin
rasa ingin tahu adalah sebagai berikut: tahu peserta didik untuk mempelajari
untuk mempelajari 1) Motivasi guru, guru harus memberi dorongan konsep sifat-sifat cahaya diantaranya
konsep sifat-sifat dengan pertanyaan di luar kebiasaan atau tugas dipengaruhi oleh faktor peserta didik
cahaya. (Masalah yng menantang disertai penguatan bahwa siswa dan guru.
Proses bisa melakukannya.
Pembelajaran) 2) Apersepsi, apersepsi yang dilakukan di awal proses Faktor peserta didiik diantaranya:
belajar adalah waktu terpenting untuk membuat 1) Peserta didik tidak memiliki rasa
otak siswa siap belajar, merasa rileks dan senang. semangat dalam diri.
3) Penggalian pertanyaan, hal ini dianggap mampu 2) Minat belajar peserta didik masih
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa karena kurang
semakin tinggi level kesulitan soal akan 3) Perbedaan dimensi sosiokultural
menjadikan siswa semakin penasaran. dan psikologis antara laki-laki dan
4) Semangat dari dalam diri, jika siswa memiliki perempuan terhadap rasa ingin
semangat dari dalam diri maka kemungkinan tahu.
besar siswa memiliki ketertarikan terhadap suatu
materi. Faktor guru diantaranya:
5) Minat belajar, jika siswa memiliki minat belajar 1) Guru harus kurang memberikan
yang tinggi, maka kemungkinan besar siswa akan dorongan dengan pertanyaan di
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi juga. luar kebiasaan atau tugas yng
6) Jenis kelamin, ada perbedaan dimensi menantang disertai penguatan
sosiokultural dan psikologis antara laki-laki dan bahwa siswa bisa melakukannya.
perempuan terhadap rasa ingin tahu. Anak 2) Guru tidak memberikan apersepsi
perempuan mempunyai sifat tunduk, diam dan yang dilakukan di awal proses
lebih sabar daripada laki-laki yang cenderung belajar sehingga tidak membuat
otak siswa siap belajar, merasa
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
ribut dan suka mencari penjelasan dan arahan rileks dan senang.
yang jelas daripada perempuan.
(Sumber : Sindy Vega Artina dan Hanin Niswatul,
2021. “Faktor yang Mempengaruhi Rasa ingin tahu dan
kemampuan memecahkan masalah siswa pada mata
pelajaran IPA SMP”. Jurnal Tadris IPA Indonesia. Vol 1
No.2.)
https://bit.ly/3RtUuE6
2 Peserta didik Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi dapat
kesulitan dalam Faktor kesulitan belajar dari faktor internal siswa diketahui bahwa penyebab peserta
menggambar garis berupa aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi. didik kesulitan dalam menggambar
pantulan untuk Sedangkan faktor eksternal siswa berupa fasilitas garis pantulan untuk menentukan
menentukan sekolah, guru, sarana prasarana dan aktivitas siswa. pembentukan bayangan pada cermin
pembentukan (Sumber: Arghob Khofya Haqiqi, 2018. “Analisis Faktor adalah sebagai berikut:
bayangan pada Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa SMP Kota 1) Guru kurang kreatifitas dalam
cermin. (Masalah Semarang”. EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & membuat media pembelajaran
Proses Matematika) yang tepat guna.
Pembelajaran) 2) Konsep IPA yang bersifat abstrak
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika, belum dikonkretkan oleh guru.
kebanyakan konsep-konsep di dalamnya mempelajari 3) Peserta didik memiliki bakat yang
gejala-gejala alam dan bersifat abstrak jika hanya kurang dalam menggambat
dijelaskan padahal untuk siswa sekolah menengah
pertama masih dalam tahap perkembangan yang perlu
hal-hal kongkrit untuk dapat memahami konsep yang
cenderung bersifat abstrak tersebut. Maka untuk
dapat mengatasi kesulitan menyampaikan materi yang
bersifat abstrak, diperlukan kreatifitas guru dalam
memilih media pembelajaran yang tepat guna.
(Sumber: Pengembangan Alat Peraga Sederhana
Cermin Ganda Sebagai Media Pembelajaran Sub
Materi Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar di
Kelas VIII SMP Negeri 3 Sidoarjo”.)
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
https://bit.ly/3B7Vbxr
3 Peserta didik Kajian Literatur
enggan untuk Kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia
bertanya kepada yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007), bahwa:
guru jika tidak 1) Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian;
mengerti. (Masalah 2) Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas tidak
Proses utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya
Pembelajaran) standart kompetensi dan kompetensi dasar;
3) pembelajaran lebih bersifat teacher centered;
4) siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif
yang terendah dan tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya;
5) cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan
belajar belum menyentuh domain affektif dan
psikomotor;
6) Alasan yang sering dikemukakakan oleh para guru
adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan
belajar, dan jumlah siswa per kelas terlalu banyak ;
dan
7) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada
produk belajar yang berkaitan dengan domain
kognitif dan tidak menilai proses.
(Sumber: Rahmat Surya, 2020. “Pengaruh Model
Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap
Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi dan
Keterampilan Bertanya Pada Materi Sistem Pernapasan
di SMA Negeri 5 Langsa”. Jurnal Biolokus Volume 3
No.1)
https://bit.ly/3Q4EEyw

Pada saat pembelajaran, respon dan minat siswa


dalam bertanya masih sangat rendah. Hal ini
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
disebabkan karena penerapan model pembelajaran
yang dipakai tidak sesuai dengan materi yang
disampaikan. Beberapa permasalahan yang membuat
siswa jenuh dalam belajar karena proses pembelajaran
masih bersifat umum atau konvensional, yaitu proses
pembelajarannya dilakukan dengan metode ceramah,
diskusi, dan guru hanya menjelaskan materi
berdasarkan apa yang ada pada buku sehingga
membuat siswa merasa bosan, jenuh, dan tidak
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan
baik. Dengan demikian, kejenuhan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran mengakibatkan
kurangnya partisipasi siswa di kelas dalam hal ini
bertanya, sehingga ada sebagian siswa yang tidak bisa
atau sulit mengerti akan materi yang disampaikan
guru. Selain itu, kurangnya dukungan dari orang tua
siswa dan juga lingkungan sekitar, sehingga membuat
siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran
dengan baik bahkan tidak berpartisipasi aktif di dalam
kelas.
(Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu, 2015. “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa di
Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Volume 03 Nomor 02)
https://bit.ly/3KEgSZd
4 Guru belum Kajian Literatur
menggunakan Proses pembelajaran yang ada selama ini belum
model pembelajaran optimal karena peserta didik masih belum aktif dalam
yang tepat pada mengikuti pembelajaran. Peserta didik hanya duduk
konsep cahaya. diam dan mendengarkan materi dari guru.
(Masalah Proses pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Pembelajaran) pembelajaran ekspositori (exspository learning) yang
merupakan proses pembelajaran berpusat pada guru
(teacher centered). (Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu,
2015. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar
Siswa di Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Volume 03 Nomor 02)
https://bit.ly/3KEgSZd

Pemanfaatan model pembelajaran merupakan bagian


yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Namun kenyataannya bagian
inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai
alasan. Alasan yang sering muncul antara lain:
terbatasnya waktu untuk membuat persiapan
mengajar, sulit mencari model yang tepat untuk
diterapkan dalam mengajar. Hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri
dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal
menerapkan model pembelajaran. Pengembangan
model pembelajaran sangat tergantung dari
karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang
diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model
pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai model
pembelajaran yang baik, semua tergantung situasi dan
kondisinya. (Sumber: Musdiani, 2019. “Analisis Model
Pembelajaran Terhadap Cara Mengajar Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi
Penggolongan Hewan di Kelas V SD Negeri Pante
Cermin”. Jurnal Tunas Bangsa.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/
view/920
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
5 Guru kurang Kajian Literatur
optimal dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika,
penggunaan media kebanyakan konsep-konsep di dalamnya mempelajari
untuk percobaan gejala-gejala alam dan bersifat abstrak jika hanya
pemantulan dan dijelaskan padahal untuk siswa sekolah menengah
pembiasan cahaya pertama masih dalam tahap perkembangan yang perlu
pada cermin datar hal-hal kongkrit untuk dapat memahami konsep yang
dan lengkung. cenderung bersifat abstrak tersebut. Maka untuk
(Masalah Proses dapat mengatasi kesulitan menyampaikan materi yang
Pembelajaran) bersifat abstrak, diperlukan kreatifitas guru dalam
memilih media pembelajaran yang tepat guna.
(Sumber: Pengembangan Alat Peraga Sederhana
Cermin Ganda Sebagai Media Pembelajaran Sub
Materi Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar di
Kelas VIII SMP Negeri 3 Sidoarjo”.)
https://bit.ly/3B7Vbxr

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih belum


memadai dan merata. Keadaan yang demikian ini
antara lain disebabkan oleh belum meratanya
infrastruktur yang mendukung pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran di samping ketidaksiapan sumber
daya manusia (terutama guru) untuk melaksanakan
pemanfaatan TIK secara terintegrasi dalam
pembelajaran. Kendala pemanfaatan TIK oleh guru
antara lain: tidak adanya akses, tidak adaanya sarana
TIK, pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, guru
tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak
adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.
(Sumber: Sri Lestari, 2015. “Faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru”. Artikel
Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan.)
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Beberapa indikasi terhadap kondisi kurangnya
perhatian guru terhadap pengguanan media, yang
menyimpulkan kepada kurangnya kreatifitas guru
dalam mempersiapkan media pembelajaran. Guru
cenderung statis dalam mengembangkan media
pembelajaran sesuai dengan materi yang diberikan. Di
samping itu kadang kala media pembelajaran tidak
sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan guru,
artinya tidak semua media pembelajaran cocok
digunakan. Selain itu, kemampuan guru dalam
menggunakan media masih kurang. Ketersediaan
media di sekolah untuk suatu pembelajaran kurang
mencukupi. Banyak permasalahan yang menyebabkan
guru enggan memakai media yang efektif untuk
pembelajaran, yang menarik sehingga menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Adapun permasalahan tersebut
di antaranya adalah:
1) Guru merasa repot
2) Mahal
3) Tidak bisa
4) Tidak tersedia
5) Kurang penghargaan (sumber : Said Alwi, 2017.
Problematika guru dalam pengembangan media
pembelajaran. Jurnal Itqan Vol.8 No.22)
6 Literasi Numerasi Kajian Literatur
- Peserta didik Menurut (Husnul Fuadi, dkk, 2020. “Analisis Faktor
kesulitan dalam Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Sains
mengubah soal Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan.)
cerita dalam Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains
bentuk Peserta didik, adalah sebagai berikut:
persamaan fisika 1) Pemilihan Buku Ajar
mengenai rumus Pengetahuan dan penerapan literasi sains yang 
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
cermin. hanya  mengandalkan  buku  ajar  atau
- Peserta didik teks(tekstual) belum sepenuhnya menyentuh jiwa
tidak mampu peserta    didik,    akibatnya pelajaran    menjadi
menyajikan data membosankan dan peserta didik kurang
hasil ekperimen memahami materi pelajaran    dalam    konteks
ke dalam bentuk kehidupan.
persamaan fisika. 2) Miskonsepsi
(Masalah Proses Kecenderungan  guru  untuk  memberikan  materi
Pembelajaran) tanpa mengaitkannya   dengan   kehidupan   nyata
menyebabkan siswa kesulitan mengaitkan
pengetahuan yang telah didapatkan dengan situasi
kehidupan  nyata.  Hal  ini  terlihat  dari  jawaban-
jawaban  siswa  yang  masih  sangat  teoritik 
sesuai dengan  konsep  materi  yang  diajarkan  di 
sekolah dan belum mampu mengaplikasikan
konsep materi untuk  memecahkan  masalah-
masalah  sains  yang dijumpai di dalam soal.
3) Pembelajaran Tidak kontekstual
Penekanan pemahaman konsep     dasar     dan    
pengertian     dasar ilmu pengetahuan  tersebut
tidak  dikaitkan  dengan  hal-hal  yang  berkaitan 
dengan  kehidupan  sehari-hari, padahal  Yager
dan  Lutz mengungkapkan  lebih lanjut  bahwa 
sains  relevan  dengan  proses  dan produk    
sehari-hari     yang     digunakan     dalam
masyarakat. Hasil penelitian  Anna  Permanasari
(2016) terutama untuk aspek konteks aplikasi sains
terbukti  hampir  dapat  dipastikan  bahwa  banyak
peserta didik di Indonesia tidak mampu mengaitkan
pengetahuan sains  yang  dipelajarinya dengan
fenomena-fenomena yang terjadi di dunia, karena
mereka   tidak   memperoleh   pengalaman untuk 
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
mengaitkannya. Selain itu, Kemampuan berpikir
logis, rasional, serta sistematis siswa juga rendah
untuk sebagian besar anak Indonesia.
4) Rendahnya kemampuan membaca
Salah  satu  kendala  belajar sains lainnya adalah 
karena  rendahnya  kemampuan  membaca
dan memaknai    bacaan. Penyebab   rendah  
minat  dan kebiasaan membaca itu antara lain
kurangnya akses, terutama untuk di daerah
terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang
terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi
Membaca (Alibaca)  Kementerian  Pendidikan  dan
Kebudayaan   (Kemendikbud). Hal   senada   juga
disampaikan politisi   Indonesia   Fahri   Hamzah
(2020)  dalam  diskusinya  dengan  Akbar  Faisal 
di channel youtube  fahri hamzah official    yang
menyatakan  bahwa  literasi  rendah  karena 
tradisi membaca jelek, tradisi riset jelek.
5) Lingkungan dan iklim belajar
Menurut Hayat & Yusuf (2006) lingkungan dan
iklim belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor
literasi siswa.Demikian juga   keadaan
infrastruktur  sekolah, sumber daya manusia
sekolah dan tipe organisasi serta manajemen
sekolah, sangat signifikan  pengaruhnya  terhadap
prestasi  literasi  siswa.

7 Peserta didik Kajian Literatur


mengalami Faktor penyebab miskonsepsi siswa diantaranya:
miskonsepsi 1) Prakonsepsi siswa, konsep awal siswa tersebut
mengenai konsep dapat menunjukkan jika mindset seorang individu
pembentukan sejak lahir tidak diam (konstan)
cahaya pada cermin 2) Intuisi yang salah, hal ini berasal dari kegiatan
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
datar dan lengkung, mengamati suatu kejadian tertentu secara terus
serta sifat menerus dan saat menemukan permasalahan
bayangannya. terkait, dalam benak siswa langsung muncul
(Masalah Hasil sesuatu yang pernah dilihat atau diamati
Pembelajaran) sebelumnya.
3) Kemampuan siswa, siswa kemampuan rendah akan
mengalami kesulitan atau kurang mampu
memahami dan menangkap konsep dengan benar.
4) Minat belajar, minat siswa dalam belajar sangat
menentukan motivasi untuk belajar memahami
konsep.
5) Buku teks, buku teks yang digunakan masih sulit
dipahami siswa dalam segi penggunaan bahasa dan
gambar. (Sumber: Fachrul Nur Rochim, dkk. 2019.
”Identifikasi Profil Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Cahaya Menggunakan Metode Four Tier Test Dengan
Certainy Of Response Index (CRI). Natural Science
Education Research, Vol.2 No.2)
8 HOTS Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi, dapat
- Peserta didik Penyebab rendahnya HOTS diantaranya guru lebih ditemukan bahwa penyebab peserta
tidak mampu berfokus pada penguasaan materi dan jarang didik mengalami kesulitan dalam
menganalisis menggunakan model pembelajaran yang menuntut menyelesaikan soal HOTS adalah
sifat-sifat cahaya peserta didik untuk melakukan pengamatan secara disebabkan oleh faktor guru dan
dengan baik. langsung melalui kegiatan penyelidikan. Selain itu peserta didik itu sendiri.
- Peserta didik rata-rata kemampuan kognitif siswa juga masih
tidak mampu berada pada taraf mengingat, memahami, dan Faktor peserta didik diantaranya:
menerapkan menerapkan berdasarkan soal yang diberikan, hal ini 1) Rata-rata kemampuan kognitif
konsep dilihat dari jenis soal-soal latihan pada buku pegangan peserta didik masih berada pada
pemantulan dan yang digunakan di kelas. (Sumber: Royan Nurochman taraf mengingat, memahami, dan
pembiasan dan Diniya, 2022. “Pengaruh Penerapan Model menerapkan.
cahaya pada Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan 2) Peserta didik kurang mengerti
cermin datar Pendekatan Blended Learning Terhadap Higher Order terhadap materi yang diajarkan
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
dan lengkung. Thingking Skill (HOTS) Siswa SMP/MTs pada Materi dan kegunaannya dalam
- Peserta didik Sistem Gerak Manusia”. Journal of Natural Science kehidupan sehari-hari.
tidak mampu Learning. Vol. 01. No.01.) 3) Peserta didik kurang teliti dalam
menghubungkan proses pengerjaan soal.
fenomena/ Faktor yang menyebabkan HOTS siswa pada kategori
peristiwa yang kurang sekali yaitu siswa kurang terlatih dalam Sedangkan dari faktor guru adalah
ada di sekitar menyelesaikan soal-soal HOTS, kurang mengerti sebagai berikut:
dengan konsep terhadap materi yang diajarkan dan kegunaannya 1) Guru lebih berfokus pada
sifat-sifat dalam kehidupan sehari-hari, kurang teliti dalam penguasaan materi dan jarang
cahaya. proses pengerjaan soal dan lain sebagainya. (Sumber: menggunakan model pembelajaran
(Masalah Hasil Siti Sara, dkk. 2020. “Analisis Higher Order Thingking yang menuntut peserta didik
Pembelajaran) Skills (HOTS) Siswa Kelas VIII pada Materi Sistem untuk melakukan pengamatan
Pernapasan Manusia”. Bioedusiana: Jurnal Pendidikan secara langsung melalui kegiatan
Biologi.) penyelidikan.
2) Peserta didik kurang dilatih dalam
menyelesaikan soal-soal HOTS.
Materi IV : Listrik Dinamis Dalam Kehidupan Sehari-hari
Kelas :9
KD :
3.5 Menerapkan konsep rangkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi listrik dalam kehidupan sehari-hari termasuk
sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya menghemat energi listrik
4.5 Menyajikan hasil rancangan dan pengukuran berbagai rangkaian listrik
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Peserta didik tidak Kajian Literatur
memiliki minat Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat
untuk mempelajari mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang
konsep energi dan memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung
daya listrik. memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih
(Masalah Proses besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek
Pembelajaran) tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu
tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Siswa
menganggap bahwa mata pelajaran IPA merupakan salah
satu mata pelajaran yang kurang disukai atau kurang
diminati. Sebagian besar siswa belum mencapai prestasi
hasil belajar maksimal dalam pelajaran IPA karena
membosankan dan sajiannya banyak rumus dan
hitungan. (Sumber: Effiyati Prihatini, 2017. “Pengaruh
Metode Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar IPA”. Jurnal Formatif 7(2))

Keadaan yang berpotensi menimbulkan kejenuhan,


penuruan minat, penurunan motivasi dan makna
mendalam terhadap apa yang dipelajari siswa diantaranya
guru melaksanakan pembelajaran tradisonal, konseptual,
berpusat pada guru, dan hanya menjelaskan foto/gambar
yang ada di buku. (Amir, 2019. “Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Pematang Karau Pada
Pembelajaran IPA Materi Gerak Tumbuhan Menggunakan
Media Foto Handphone”. Wahana Bio: Jurnal Biologi dan
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Pembelajarannya, Vol.11 No. 2)
2 Guru tidak Kajian Literatur
menggunakan Proses pembelajaran yang ada selama ini belum optimal
metode mengajar karena peserta didik masih belum aktif dalam mengikuti
yang bervariatif. pembelajaran. Peserta didik hanya duduk diam dan
(Masalah Proses mendengarkan materi dari guru. pembelajaran yang
Pembelajaran) sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran
ekspositori (exspository learning) yang merupakan proses
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).
(Sumber: Marlin E. Wenyi Lalu, 2015. “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa di Sekolah
Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Volume 03 Nomor 02)
https://bit.ly/3KEgSZd

Pemanfaatan model pembelajaran merupakan bagian yang


harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Namun kenyataannya bagian inilah yang
masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan
yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk
membuat persiapan mengajar, sulit mencari model yang
tepat untuk diterapkan dalam mengajar. Hal ini
sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah
membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam hal menerapkan model pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung
dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang
diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model
pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai model
pembelajaran yang baik, semua tergantung situasi dan
kondisinya. (Sumber: Musdiani, 2019. “Analisis Model
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Pembelajaran Terhadap Cara Mengajar Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi
Penggolongan Hewan di Kelas V SD Negeri Pante Cermin”.
Jurnal Tunas Bangsa.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/view/920

Hasil Wawancara
Guru kurang optimal dalam menggunakan metode belajar
karena guru sudah merasa nyaman dengan metode
konvensional, selain itu kurangnya kemampuan dan
persiapan guru itu sendiri untuk menggunakan metode
yang menantang. (Kepala SMP Yanuri, 2022)
3 Guru kurang optimal Kajian Literatur
dalam pemanfaatan Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih belum
teknologi terutama memadai dan merata. Keadaan yang demikian ini antara
dalam membuat lain disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur yang
bahan ajar/LKPD mendukung pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di
tentang daya listrik. samping ketidaksiapan sumber daya manusia (terutama
(Masalah Proses guru) untuk melaksanakan pemanfaatan TIK secara
Pembelajaran) terintegrasi dalam pembelajaran. Kendala pemanfaatan
TIK oleh guru antara lain: tidak adanya akses, tidak
adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak
mengintegrasikan TIK, guru tidak memiliki pengetahuan
tentang TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk
memanfaatkan TIK. (Sumber: Sri Lestari, 2015. “Faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru”. Artikel
Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan.)

Beberapa indikasi terhadap kondisi kurangnya perhatian


guru terhadap pengguanan media, yang menyimpulkan
kepada kurangnya kreatifitas guru dalam mempersiapkan
media pembelajaran. Guru cenderung statis dalam
mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
materi yang diberikan. Di samping itu kadang kala media
pembelajaran tidak sesuai dengan materi pelajaran yang
diberikan guru, artinya tidak semua media pembelajaran
cocok digunakan. Selain itu, kemampuan guru dalam
menggunakan media masih kurang. Ketersediaan media
di sekolah untuk suatu pembelajaran kurang mencukupi.
Banyak permasalahan yang menyebabkan guru enggan
memakai media yang efektif untuk pembelajaran, yang
menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Adapun permasalahan tersebut di antaranya adalah:
1) Guru merasa repot
2) Mahal
3) Tidak bisa
4) Tidak tersedia
5) Kurang penghargaan (sumber : Said Alwi, 2017.
Problematika guru dalam pengembangan media
pembelajaran. Jurnal Itqan Vol.8 No.22)
4 Literasi Numerasi Kajian Literatur
- Peserta didik Berbagai macam faktor yang menyebabkan rendahnya
tidak mampu kemampuan literasi dan representasi matematis peserta
menganalisis soal didik, seperti anggapan peserta didik yang merasa
cerita yang kesulitan dalam belajar matematika sehingga
berkaitan dengan menyebabkan ketertarikan peserta didik terhadap
daya listrik. matematika menurun, proses pembelajaran yang kurang
- Peserta didik mengasyikan, lemahnya tingkat pemahaman siswa dalam
tidak mampu memahami materi yang di jelaskan, serta lemahnya daya
menghitung ingat yang dimiliki peserta didik. Proses pembelajaran
persamaan daya yang sudah diterapkan selama beliau megajar yaitu tanya
listrik dengan jawab dan sesekali berkelompok. (Sumber: Kiki Dwi
baik. Vatmala, 2020. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery-
- Peserta didik Based Learning terhadap Kemampuan Literasi Matematis
tidak dapat dan Representasi Matematis Peserta Didik”. Skripsi)
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
mengubah
kalimat soal ke Penyebab rendahnya kemampuan literasi numerasi
dalam bentuk peserta didik Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa
matematika. faktor yang berbeda. Fakta di lapangannya hanya
- Peserta didik sebagian kecil saja yang memanfaatkan kemampuan
kesulitan dalam literasi numerasi dalam kehidupan sehari-hari.
menentukan Kemampuan menghitung sebagai konsep dasar
besaran-besaran matematika mungkin telah dikuasai oleh peserta didik
yang ada pada namun kecakapan peserta didik dalam menggunakan
persamaan daya konsep tersebut pada kondisi nyata atau saat
listrik. menyelesaikan masalah tak terstruktur bahkan
(Masalah Hasil diabaikan. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari – hari,
Pembelajaran) yaitu kurangnya latihan soal-soal literasi numerasi. Hal
ini disebabkan masih banyak guru yang masih belum
mampu menyusun soal literasi numerasi terutama untuk
guru-guru di tingkat sekolah dasar agar peserta didik
menjadi lebih terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal
non-rutin tersebut. Guru cenderung membuat soal rutin
yang tertutup dan dapat langsung diselesaikan dengan
penggunaan suatu rumus (Kartikasari, Kusmayadi, &
Usodo, 2016) (Sumber : Nayla Zilva, dkk. 2022. “Analisis
Kemampuan Literasi Numerasi Peserta Didik ditinjau dari
kecemasan Matematika”. Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Vol.3 No.1)

Hasil Wawancara Kepala Sekolah SMP Yanuri


Penyebab rendahnya numerik adalah kurangnya berlatih
sejak dini untuk berpikir kristis dan kemampuan numerik
juga kurang diasah, sehingga pada umumnya
kemampuan numerik menjadi rendah. (Manerah, 2022)

5 Peserta didik Kajian Literatur


miskonsepsi pada Faktor penyebab miskonsepsi siswa diantaranya:
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
konsep daya listrik 1) Prakonsepsi siswa, konsep awal siswa tersebut dapat
dan energi listrik. menunjukkan jika mindset seorang individu sejak lahir
(Masalah Hasil tidak diam (konstan).
Pembelajaran) 2) Intuisi yang salah, hal ini berasal dari kegiatan
mengamati suatu kejadian tertentu secara terus
menerus dan saat menemukan permasalahan terkait,
dalam benak siswa langsung muncul sesuatu yang
pernah dilihat atau diamati sebelumnya.
3) Kemampuan siswa, siswa kemampuan rendah akan
mengalami kesulitan atau kurang mampu memahami
dan menangkap konsep dengan benar.
4) Minat belajar, minat siswa dalam belajar sangat
menentukan motivasi untuk belajar memahami
konsep.
5) Buku teks, buku teks yang digunakan masih sulit
dipahami siswa dalam segi penggunaan bahasa dan
gambar.
(Sumber: Fachrul Nur Rochim, dkk. 2019. ”Identifikasi
Profil Miskonsepsi Siswa Pada Materi Cahaya
Menggunakan Metode Four Tier Test Dengan Certainy Of
Response Index (CRI). Natural Science Education Research,
Vo.2 No.2)
https://bit.ly/3wLZ88f

Faktor penyebab miskonsepsi tidak hanya terjadi pada


siswa tetapi juga terjadi pada guru. Guru yang tidak
menguasai bahan ajar atau memiliki pemahaman yang
tidak benar tentang suatu konsep akan menyebabkan
siswa mengalami miskonsepsi. Masih banyak guru yang
melaksanaan pembelajaran hanya dengan ceramah, guru
jarang melaksanakan kegiatan demonstrasi ataupun
eksperimen. Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
guru jarang memberikan contoh aplikasi konsep dalam
kehidupan sehari-hari, guru hanya sebatas mengajar IPA
berupa hafalan konsep saja. Hal ini menyebabkan
miskonsepsi pada siswa semakin besar dikarenakan siswa
tidak dilibatkan secara aktif baik fisik maupun mental
dalam proses pembelajaran. Selain dari siswa dan guru
miskonsepsi juga dapat terjadi pada buku-buku yang
dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Jika buku
tersebut digunakan guru dan siswa sebagai sumber
belajar maka guru dan siswa tersebut akan mengalami
konsepsi dan bahkan makin memperkuat miskonsepsi
yang sebelumnya sudah terjadi.
(Sumber: Yuyu Yuliati, 2017. “Miskonsepsi Siswa Pada
Pembelajaran IPA Serta Remediasinya”. Jurnal Bio
Educatio, Volume 2, Nomor 2)
https://bit.ly/3RqMKCU

Hasil Wawancara (Kepala SMP Yanuri Jakarta)


Ada guru yang berada di tingkat dasar memberikan
konsep yang tidak didudukan secara sebenernya,
sehingga dipahami oleh peserta didik konsep-konsep yang
kurang tepat sampai berlanjut ke jenjang berikutnya.
Konsep yang keliru itu masih dipahami dan diikuti oleh
peserta didik tanpa ada pembetulan oelh guru. (Manerah,
2022)
https://bit.ly/3emQ7wl

6 Peserta didik tidak Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi,


mampu menerapkan Penyebab rendahnya HOTS diantaranya guru lebih dapat ditemukan bahwa penyebab
konsep energi dan berfokus pada penguasaan materi dan jarang peserta didik mengalami kesulitan
daya listrik dalam menggunakan model pembelajaran yang menuntut dalam menyelesaikan soal HOTS
kehidupan sehari- peserta didik untuk melakukan pengamatan secara adalah disebabkan oleh faktor
hari. (Masalah Hasil langsung melalui kegiatan penyelidikan. Selain itu rata- guru dan peserta didik itu sendiri.
Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Pembelajaran) rata kemampuan kognitif siswa juga masih berada pada
taraf mengingat, memahami, dan menerapkan Faktor peserta didik diantaranya:
berdasarkan soal yang diberikan, hal ini dilihat dari jenis 1) Rata-rata kemampuan
soal-soal latihan pada buku pegangan yang digunakan di kognitif peserta didik masih
kelas. (Sumber: Royan Nurochman dan Diniya, 2022. berada pada taraf mengingat,
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based memahami, dan menerapkan.
Learning (PBL) dengan Pendekatan Blended Learning 2) Peserta didik kurang mengerti
Terhadap Higher Order Thingking Skill (HOTS) Siswa terhadap materi yang
SMP/MTs pada Materi Sistem Gerak Manusia”. Journal of diajarkan dan kegunaannya
Natural Science Learning. Vol. 01. No.01.) dalam kehidupan sehari-hari.
3) Peserta didik kurang teliti
Faktor yang menyebabkan HOTS siswa pada kategori dalam proses pengerjaan soal.
kurang sekali yaitu siswa kurang terlatih dalam
menyelesaikan soal-soal HOTS, kurang mengerti terhadap Sedangkan dari faktor guru
materi yang diajarkan dan kegunaannya dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
sehari-hari, kurang teliti dalam proses pengerjaan soal 1) Guru lebih berfokus pada
dan lain sebagainya. (Sumber: Siti Sara, dkk. 2020. penguasaan materi dan jarang
“Analisis Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Kelas menggunakan model
VIII pada Materi Sistem Pernapasan Manusia”. pembelajaran yang menuntut
Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi.) peserta didik untuk
melakukan pengamatan
secara langsung melalui
kegiatan penyelidikan.
2) Peserta didik kurang dilatih
dalam menyelesaikan soal-
soal HOTS.

Anda mungkin juga menyukai