Anda di halaman 1dari 6

Hasil Resume Kemandirian Belajar

Artikel 1: Between Teacher roles and Students Social: Learner Autonomy in


Online Learning for EFL Students During the Pandemic– 2023
1. Penelitian di dalam artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kapasitas kemandirian peserta didik dan faktor-faktor apa saja yang dapat
mendorong munculnya kemandirian belajar di kalangan peserta didik
dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis
statistic deskriptif menunjukkan bahwa meskipun peserta didik dapat
terlibat dalm pengarahan dan pengaturan diri sendiri, namun peran
pengajar dalam hal ini masih sangat dibutuhkan karena kemandirian
belajar harus diajarkan secara bertahap untuk mengembangkan otonomi
diri di kalangan peserta didik. Selanjutnya, motivasi dan kerjasama
merupakan penentu keberhasilan otonomi peserta didik yang paling
berpengaruh. Ketika peserta didik termotivasi, mereka akan memiliki
tanggung jawab untuk belajar dan mencapai tujuan mereka secara mandiri.
2. Students Autonomy merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan
pengajaran yang diakui sebagai perspektif yang memotivasi untuk
menjadikan pengajaran lebih efektif secara mandiri, dengan
menggambarkan otonomi sebagai persyaratan psikologis peserta didik
yang mendukung motivasi intrinsik, serta tujuan dan nilai yang membantu
mereka dalam keterlibatan, eksplorasi, dan pembelajaran. Berdasarkan
teori penentuan nasib, terdapat tiga inti kebutuhan psikologis manusia,
meliputi: 1) kompetensi, 2) keterkaitan, dan 3) otonomi. Apabila ketiga
kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan baik, maka hal ini akan dapat
mendorong peserta didik untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi
perkembangan psikologisnya secara mandiri.
3. Berdasarkan hasil tinjauan literatur yang dilakukan oleh peneliti, peserta
didik sebagai pembelajar mandiri harus memiliki tanggung jawab untuk
bisa mencapai tujuan pendidikan mereka (Benson & Voller, 2014; Tseng et
al., 2019) dan mengendalikan proses pembelajaran mereka. Peserta didik
juga harus bisa memutuskan apa yang ingin mereka pelajari, bagaimana
mereka ingin mempelajarinya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Dengan adanya Students autonomy, maka peserta didik akan dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam masing-
masing diri peserta didik serta menyesuaikan strategi pembelajaran yang
nantinya akan digunakan. Kemandirian belajar dapat mempromosikan
pembelajaran aktif yang mendorong peserta didik untuk bisa mengambil
peran aktif dalam membentuk pengalaman belajar mereka (Rahimi &
Yadollahi, 2017). Hal Ini juga mempersiapkan peserta didik untuk proses
pembelajaran seumur hidup yang memungkinkan mereka untuk terus
belajar di luar kelas dan sepanjang hidup mereka (Aksela, 2005). Dengan
demikian, peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, dan dapat
mengarahkan atau menginisiasi pendidikannya sendiri.
4. Kemandirian belajar mengacu pada kesiapan dan kemampuan peserta
didik untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, serta
kapasitas potensial untuk bertindak dalam situasi belajar (Benson, 2007).
Ini menandakan bahwa peserta didik dapat memutuskan bagaimana
menyelesaikan tugas mereka, memantau kemajuan mereka, dan
mengevaluasi pembelajaran mereka dengan bantuan guru. Otonomi
pembelajar merupakan salah satu tujuan pendidikan yang dirancang untuk
menghasilkan peserta didik yang mandiri sepanjang hayat (Howlett &
Waemusa, 2019). Kemandirian belajar dapat dipantau melalui tiga cara,
diantaranya:
a) Instruksi diri: mengacu pada penentuan ide, pengambilan keputusan,
dan menyelesaikan tugas secara individu atau kelompok,
menunjukkan bahwa otonomi pembelajar memerlukan tanggung
jawab untuk menentukan tujuan.
b) Self-direction: yaitu menentukan konsep, mengambil keputusan, dan
menyelesaikan tugas. Self-direction sendiri didalamnya juga
mencakup pemantauan terhadap kemajuan dan mengevaluasi hasilnya,
serta menerapkan ritme dan metode pembelajaran.
c) Self-access: mengacu pada inisiatif individu dalam menemukan
sumber yang beragam (Little, 1996). Konsekuensinya, otonomi
pembelajar menekankan dimensi psikologis dari proses dan isi
pembelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian
pembelajar telah menitikberatkan pada karakteristik kognitif dan
perilaku pembelajar (Benson, 2007; Zainuddin et al., 2019). Elemen
kognitif berkaitan dengan kesadaran, persepsi, atau refleksi
pembelajar terhadap pembelajaran atau motivasi, sedangkan aspek
perilaku berkaitan dengan tindakan dan strategi pembelajaran.
5. Dalam studi saat ini, konsep otonomi pembelajar mengacu pada
seperangkat atribut pembelajar mandiri, seperti motivasi, pengambilan
keputusan, penetapan tujuan, memantau kemajuan mereka dan
mengevaluasi hasil secara kritis, memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat, menjadi sepenuhnya terlibat. dalam praktik
kolaboratif, mencari bimbingan dari teman sebaya dan guru, dan
merefleksikan pengalaman belajar mereka untuk menentukan langkah
selanjutnya.
6. Perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini memungkinkan
peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran mandiri dan mendorong
pergeseran dari peserta didik menjadi penerima pasif pengetahuan konten,
guru memainkan peran yang lebih besar dalam mempromosikan otonomi
peserta didik dalam lingkungan pembelajaran online (Lai et al., 2016) . ).
Benson (2007) berpendapat bahwa otonomi bukanlah produk akhir,
melainkan sebuah proses, karena dicapai ketika kondisi tertentu terpenuhi.
Oleh karena itu, pendidik harus memfasilitasi dan menyediakan
scaffolding bagi siswa untuk menjadi pembelajar online mandiri.
Instruktur harus menginstruksikan siswa tentang bagaimana menerapkan
strategi pengaturan diri untuk mendorong otonomi pelajar. Jika peserta
didik dapat mengatur diri sendiri dalam pembelajaran online, mereka dapat
menetapkan tujuan, menentukan konten, memilih metode dan teknik,
memantau prosedur, dan menilai proses pembelajaran (Almusharraf, 2020;
de Goulão & Menedez, 2015). Oleh karena itu, pemberian alat bantu
pendidikan yang tepat dapat membantu peserta didik membangun
pengetahuan atau informasinya dan menumbuhkan kemandiriannya (de
Goulão & Menedez, 2015).
7. Selain itu, pembelajaran mandiri adalah proses di mana individu menilai
kebutuhan belajar mereka, mengartikulasikan tujuan mereka, memilih dan
menerapkan strategi yang tepat, dan menilai hasil belajar mereka (Zhang,
2010) . Itu bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan
kelemahan dan kekuatan mereka untuk mengurangi ketergantungan
mereka pada pendidik. Pembelajaran mandiri memungkinkan peserta didik
untuk mengambil alih pembelajaran online mereka untuk meningkatkan
kemanjuran mereka, karena mereka dapat belajar kapan saja dan dari
lokasi mana saja. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa penilaian
teman sebaya dapat digunakan untuk mempromosikan pembelajaran
mandiri (Zainuddin & Perera, 2018), yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertukar pengetahuan dan mengajukan
pertanyaan kepada teman sebayanya.
Artikel 2: Student Autonomy in Secondary Schools: The Potential for
Development – 2022
1. Artikel ini di dalamnya memaparkan mengenai potensi pengembangan
otonomi diri di kalangan peserta didik dalam pembelajaran secara
mandiri. Berdasarkan hasil analisis wawancara yang dilakukan secara
terstruktur menunjukkan bahwa pengembangan otonomi diri di kalangan
peserta didik sangatlah penting dan memiliki manfaat terhadap efektifitas
pembelajaran di sekolah, dan mendukung perkembangan psikologis serta
pedagogis yang nantinya dapat memunculkan kemandirian belajar
peserta didik.
2. Students autonomy dapat dipahami sebagai suatu kemampuan yang
didasarkan pada batin atau nilai-nilai, penentuan nasib sendiri.
Kemandirian belajar merupakan kemampuan individu dalam mengambil
tanggung jawab untuk mengatur kehidupannya, serta untuk bertindak
secara mandiri dalam konteks sosial yang berbeda.
3. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh F.Candy
(2021), terdapat 6 aspek pokok mengenai otonomi diri di dalam
pembelajaran, diantaranya meliputi:
a) Peserta didik diberikan kebebasan dalam memilih;
b) Peserta didik dapat mengembangkan tujuan dan rencana secara
mandiri dari tekanan orang lain;
c) Peserta didik memiliki kemampuan untuk berefleksi;
d) Peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk "tanpa rasa
takut dan tegas mempraktikkan dan menyelesaikan rencana
tindakan ... tanpa bergantung pada orang lain untuk dorongan dan
kepastian;
e) Peserta didik dapat melatih pengendalian diri;
f) Peserta didik memiliki konsep pribadi tentang otonomi.
4. Students autonomy memberi anak kebebasan untuk memutuskan apa dan
bagaimana mereka akan belajar dalam kurikulum sekolah. Peserta didik
akan membuat pilihan berdasarkan suka dan tidak suka mereka serta
belajar untuk membenarkan dan mendiskusikan pilihan mereka. Selain
itu peserta didik juga dapat menetapkan tujuan individu berdasarkan
Hasrat dan minat mereka, kemudian mereka akan diberikan otonomi
untuk menentukan secara mandiri bagaimana dan kapan mereka akan
mencapai tujuan tersebut.
5. Otonomi pembelajar dianggap sebagai kemampuan untuk bisa
merancang jalur pendidikan secara mandiri, dengan memilih mata
pelajaran, tingkat studi, alat, kecepatan materi. Perkembangan
kemandirian didasarkan pada lingkungan, termasuk guru dan orang-
orang yang tampil di kelas. Students Autonomy merupakan kemampuan
yang sangat penting karena dapat melatih peserta didik untuk dapat
berinteraksi dengan pendidik dan teman sebayanya. Melalui kemandirian
belajar, peserta didik diharapkan dapat melakukan refleksi tentang
kegiatan belajar yang telah mereka lakukan. Pengembangan Students
Autonomy dalam lingkup pembelajaram jenjang menengah memiliki
beberapa manfaat, diantaranya:
a) Menjadikan peserta didik memiliki kemampuan untuk memilih dan
bertanggung jawab atas pilihan mereka.
b) Peserta didik dapat membuat keputusan secara independent.
c) Peserta didik dapat menetapkan tujuan dan pencapaian nya.

Refrensi Artikel:
R.V. Anastasia. 2022. Student Autonomy in Secondary Schools: The Potential for
Development. Psychological Science and Education. Vol.27(3): 28-38.

S. Arik et al. 2023. Between teacher’ roles and students’ social: Learner autonomy
in online learning for EFL students during the pandemic.
EDUCATIONAL PSYCHOLOGY & COUNSELLING RESEARCH
ARTICLE. Vol.10: 1-16.

Anda mungkin juga menyukai