Proposal Penelitian
oleh:
NIM. 1901025406
0
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN 2021
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
(pelosok). Faktor selanjutnya adalah paket data, peserta didik harus
mengeluarkan uang lebih untuk membeli paket data. Karena masih banyak
yang tidak menggunakan wifi di rumahnya.
Peserta merasa malas dan sulit berkonsentrasi dengan adanya metode
pembelajaran daring. Peserta didik lebih banyak waktu dan tertarik bermain
gawai dibandingkan dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Akibatnya adalah muncul rasa malas, sulit berkonsentrasi, bosan, dan stress
dalam belajar. Maka dari itu, peran guru sangat penting dalam menciptakan
metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi peserta
didik agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran
daring.
Berdasarkan hasil observasi, selain faktor yang ditimbulkan dari peserta
didik terdapat pula faktor yang ditimbulkan dari guru dari pembelajaran
daring yaitu, dalam kegiatan mengajar guru kurang melakukan variasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru kurang memahami dalam penggunaan
teknologi yang erat hubungannya dengan pembelajaran daring.
Berdasarkan hasil observasi tersebut diperlukan model pembelajaran yang
inovatif untuk pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) agar lebih mudah
dipahami siswa dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Salah satu model
pembelajaran tersebut yaitu SAMR (Substitusi, Augmentasi, Modifikasi, dan
Redefinisi). SAMR memiliki empat tingkat pendekatan yang sejalan dengan
teknologi yang digunakan saat ini. Untuk meningkatkan pengajaran dengan
teknologi ke level yang lebih tinggi salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan dengan model pembelajaran SAMR
Substitusi adalah metode yang mudah diganti dengan sesuatu yang lain
tanpa mengurangi makna dan tujuan. Augmentasi, artinya alat yang
digunakan dengan menambah karakteristik baru untuk mendukung sistem
tersebut. Modifikasi, pengubahan beberapa fungsi yang ada di sistem
tersebut. Redefinisi artinya kemampuan untuk merumuskan dengan melihat
3
sudut pandang yang baru. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran SAMR (Subtitution, Augmentation, Modification,
Redifinition) Berbantuan Media Audiovisual Pada Materi Thaharah
(Bersuci) Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Unwanul Huda”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti dapat melakukan
identifikasi masalah dalam pembelajaran di MI Unwanul Huda sebagai
berikut.
1. Konsep digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai model
SAMR yang akan diimplemnetasikan dalam Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas (PTMT).
2. Guru mata pelajaran Fikih memiliki kompetensi berbeda-beda dalam
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) berbasis teknologi dengan
menggunakan media-platfrom tertentu.
3. Penilaian model SAMR digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi melalui Pembelajaran
Tatap Muka Terbatas.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalah yang telah diuraikan, maka peneliti membatasi
pada aspek “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SAMR (Subtitution,
Augmentation, Modification, Redifinition) Berbantuan Media Audiovisual
Pada Materi Thaharah (Bersuci) Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI
Unwanul Huda”.
4
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dan permasalahan yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan model
SAMR (Substitusi, Augmentasi, Modifikasi, Redefinisi) berpengaruh
signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada materi thaharah (bersuci)
di MI Unwanul Huda.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan penelitian ini:
1. Untuk mengetahui pengaruh model SAMR (Substitusi, Augmentasi,
Modifikasi, Redefinisi) berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar
siswa pada materi thaharah (bersuci) di MI Unwanul Huda.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model SAMR (Substitusi,
Augmentasi, Modifikasi, Redefinisi) terhadap motivasi belajar siswa pada
materi thaharah (bersuci) di MI Unwanul Huda.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peserta Didik
Peserta didik mendapatkan motivasi belajar karena mendapatkan metode
baru dari peneliti, pembelajaran terkesan tidak membosankan, keterlibatan
proses pembelajaran tatap muka secara terbatas (PTMT) peserta didik
meningkat.
2. Bagi Guru
Guru dapat memiliki pengetahuan dan dapat menambah kreatifitas dalam
proses pembelajaran, memberikan kualitas pembelajaran yang baik,
meningkatkan kerjasama guru dengan
3. Bagi Fakultas
5
Penelitian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin sebagai literature dan referensi serta kepustakaan bagi Program
Studi khususnya PGSD tentang model pembelajaran
4. Bagi Pembaca
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan dan menambah
pengetahuan terkait model pembelajaran
b. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya
5. Bagi Peneliti
c. Menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan terkait Model
Pembelaharan
d. Menambah wawasan dan pengetahuan serta menambah
pengalaman dan mampu menganalisis suatu masalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Sebagian besar orang beranggapan bahwa belajar adalah
hanya sekedar menghafalkan materi-materi yang diberikan.
Dimana sebenarnya belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku, pengetahuan, sikap, keterampilan, pola atau daya pikir, nilai
kehidupan, dan berbagai kemampuan lainnya yang diperlukan
dalam kehidupan. Hamdani (2017:71) “Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa kompleks. Sebagai tindakan belajar
hanya di alami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi
atau tidak nya proses belajar. Proses belajar terjadi karena
memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar”.
Dimyanti dan Mudjiono (2015:17) menyatakan “Belajar
merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut
dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari guru dan dari siswa.
Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa
mengalami proses mental dalam mengahadapi bahan belajar”. El
Khuluqo (2017:1) menyatakan “Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan
perilakunya”. Dari beberapa pengertian belajar yang telah
dikemukan menurut para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dimana dapat mengubah tingkah laku seseorang
maupun dibidang pengetahuannya.
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh
guru sebagai pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat, serta
7
pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa sebagai peserta
didik, dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Kurniasih (2017:21) “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Selanjutnya Ahmad Susanto (2013:18)
“Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan
mengajar”. (Winkel, 2017) menyatakan “pembelajaran sebaagai
perangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar peserta didik, serta memperhitungkan kejadian-kejadian
eksternal yang berperanan terhadap serangkaian kejadian internal
yang berlangsung pada peserta didik”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru
dengan siswa. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki
hakekat perencanaan dan perancangan sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa.
- Teori-teori belajar
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan
di kelas maupun di luar kelas. Beberapa teori belajar yang yang
relevan dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang
akan dikembangkan antara lain:
(i) Teori behaviorisme merupakan suatu aliran dalam psikologi
pendidikan yang lebih menekankan keberadaan manusia
dalam pendidikan sebagai makhluk yang memiliki aktivitas
8
dalam bentuk perilaku lahiriyah yang dapat diamati (Imam,
2011).
(ii) Teori kognitif, menurut (Jarvis et al., 2007) anak usia 7-12
tahun dalam teori kognitif piaget masuk dalam tahap
operasional konkret. Pada tahap ini, anak sudah mampu
dalam menggunakan operasi dan logikanya, akan tetapi
untuk objek yang nyata saja.
(iii) Teori konstruktivisme adalah teori tentang
bagaimana siswa membangun pengetahuan dari
pengalaman, yang unik untuk setiap individu.
Konstruktivisme menurut (Piaget, 1971) adalah sistem
penjelasan tentang bagaimana siswa sebagai individu
beradaptasi dan meningkatkan pengetahuan.
(iv)Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh (Gage dan Berliner, 1984) tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.
9
kemampuan memecahkan masalah, sikap dan nilai yang
berhubungan dengan arah intensitas emosional, informasi verbal
tentang pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, serta
keterampilan motorik yaitu kecakapan untuk lingkungan hidup
serta memprestasikan konsep dan lambang.
2. Thaharah
- Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah
Fuqoha (ahli Fiqh) membersihkan hadas dan menghilangkan
najis, yaitu najis jasmani seperti darah, air kencing dan tinja.
Hadas secara maknawi berlaku bagi manusia. Seseorang
yang terkena hadas dilarang untuk shalat, dan untuk
menyucikannya bisa dengan mandi, wudhu, dan tayamum.
(Muhammad Jawad Mughniyat, 2011).
Thaharah (bersuci) terdiri dari dua bagian yaitu bersuci
dari hadas yang berkaitan dengan anggota tubuh dan bersuci
dari najis yang berkaitan dengan badan, pakaian, dan tempat.
Bila bersuci dari hadas baik hadas kecil maupun besar, maka
tidak bisa lepas dari dua unsur yang bisa mensucikan, yaitu air
dan tanah. (Abdul Qadirar-Rahbawi, 2011).
Islam adalah agama yang sangat mengutamakan
kesucian dan kebersihan, baik lahir maupun batin. Semua
ibadah yang berasaskan Islam bahkan tidak sah dilakukan
seorang muslim dalam keadaan kotor jiwa dan raganya.
(Imam Fauzan, 2011). Ungkapan kata “Bersih pangkal sehat”,
mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan
manusia baik untuk perorangan, keluarga, masyarakat maupun
lingkungan, dan bila dikaji lebih dalam dari kata bersih
10
pangkal sehat maka manusia akan senantiasa dalam menjaga
kebersihan seperti menjaga wudhu.
Secara sederhananya pendidikan ibadah thaharah dapat
membentuk manusia menjadi yang lebih baik, terutama bagi
peserta didik apa bila sejak dini ditanamkan pendidikan
ibadah maka untuk kedepannya negara ini akan lebih
terjamin karena generasinya sudah memiliki pondasi
pendidikan ibadah sejak kecil. Contoh kecil dalam
menanamkan pendidikan ibadah thaharah seperti mengajarkan
cara untuk menghilangkan hadas dengan berwudhu.
Cara membersikan hadas bisa dilakukan dengan
menggunakan air bersama dengan niat, yaitu jika hadas besar
dibersihkan dengan mandi dan bila berhadas kecil maka
untuk membersikannya bisa dengan berwudhu dan apa bila
tidak ada air bisa dengan debu atau bertayamum. Thaharah
dari hadas dan najis menggunakan air, berarti suci pada dirinya
sendiri dan menyucikan yang lain. Jadi dari pengertian di atas
dapat disimpulkan thaharah ialah bersuci yang bisa dilakukan
dengan berwudhu, mandi dan tayamum. Thaharah juga
menjadi faktor utama atau kunci utama umat islam dalam
melakukan ibadah, terutama ibadah shalat karena sebelum
melaksanan shalat harus terlebih dahulu bersuci dari hadas dan
najis
3. Motivasi Belajar
- Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat
pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan (Mc Donald, 2016).
11
Motivasi adalah kemauan, kehendak, keinginan, daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Warti 2016).
Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan adanya
perubahan energy dalam diri seseorang yang dapat disadari atau
tidak.
Menurut sardiman (2006) proses pembelajaran akan
mencapai keberhasilan apabila siswa memiliki motivasi belajar
yang baik. Dari kutipan tersebut guru sebagai pendidik dan
motivator harus memotivasi siswa untuk belajar demi tercapainya
tujuan dan tingkah laku yang diiinginkan. Pada lingkup dunia
pendidikan, belajar merupakan kegiatan utama. Untuk
menunjukkan berhasil atau tidaknya keinginan utama belajar
peserta didik tergantung motivasi belajar peserta didik saat
mengikuti kegiatan belajar.
Motivasi belajar ketika kegitan belajar sangat penting untuk
menyukseskan sasaran utama peserta didik. Seperti pendapat
(Pusvyta Sari, 2015) motivasi belajar peserta didik penting untuk
menciptakan keadaan dalam menyelesaikan sasaran pembelajaran.
(Djuniadi, 2013) membagi motivasi belajar menjadi 2 yaitu
instrinsik, motivasi nan muncul dari individu peserta didik itu
sendiri dan motivasi ekstrinsik motivasi nan terpengaruhu oleh
lingkungan luar peserta didik.
Terdapatnya motivasi dalam individu peserta didik dapat
mempermudah untuk menciptakan pembelajaran. Sedangkan
apabila motivasi belajar dalam individu peserta didik rendah,
kualitas belajarnya akan rendah. Seperti pendapat (Ibrahim &
Suardiman, 2014) melakukan tindakan nan mendukung adanya
suatu dorongan atau kemauan yang tinggi, maka akan memperoleh
hasil yang memuaskan, begitupun sebaiknya.
12
- Indikator dari Motivasi Belajar
Karena motivasi merupakan proses internal, yaitu terjadi
dalam diri seseorang, maka kita tidak dapat menilai motivasi
seseorang secara langsung. Namun demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa seseorang itu termotivasi atau tidak dari
perilaku-perilaku orang tersebut (misalnya: pilihan terhadap
suatu tugas, upaya atau usaha yang dilakukan, ketekunan atau
kegigihan dalam melakukan kegiatan) atau ungkapan-ungkapan
secara verbal (misalnya, “saya benar-benar ingin mengerjakan
tugas ini”). Selain itu, siswa yang termotivasi pada suatu mata
pelajaran, maka siswa tersebut akan memperoleh nilai atau
hasil belajar yang memuaskan pada pelajaran tersebut.
Dengan demikian, hasil belajar juga dapat digunakan sebagai
indikator apakah siswa tersebut termotivasi atau tidak pada suatu
pelajaran tertentu.
Ungkapan di atas senada dengan yang disampaikan oleh
Schunk, Pintrich, & Meece (2010) yang menyatakan bahwa
penilaian terhadap motivasi dapat dilihat dari indikator-indikator
perilaku dari aspek-aspek motivasi yang mereka sebut sebagai
Indexes of Motivation. Adapun indexes of motivation tersebut,
yaitu choice of tasks, effort, persistence, and achieve-ment.
Sedangkan, Maehr & Meyer setidaknya mengidentifikasi ada lima
aspek motivasi, yaitu terkait de-ngan inisiasi (initiation), arah
(direction), intensitas (intensity), kegigihan (persistence), dan
kualitas (quality) suatu perilaku (Brophy, 2004). Keempat aspek
motivasi yang oleh Schunk, Pintrich, & Meece (2010) disebut
sebagai indeks motivasi itu, pada da-sarnya tidak jauh berbeda
dengan yang disampaikan oleh Maehr & Meyer (Brophy, 2004)
tersebut. Aspek motivasi terkait initiation dan direction menurut
13
Ma-ehr & Meyer, oleh Schunk, Pintrich, & Meece dika-tegorikan
sebagai aspek choice of tasks. Sedangkan aspek intensity
masuk dalam kategori effort, dan as-pek quality dikategorikan
sebagai aspek achievement.
Berdasarkan uraian di atas, penulis (Sudibyo et al., 2017)
mengkategorikan empat (4) aspek motivasi yang selanjutnya akan
dirumuskan indikator-indikator dari setiap aspek ter-sebut.
Adapun keempat aspek motivasi tersebut, antara lain: (1)
Pilihan atau ketertarikan terhadap tugas/kegiatan, (2) usaha atau
upaya yang dilakukan untuk sukses, (3) ketekunan atau kegigihan,
waktu yang digunakan untuk sebuah tugas, dan (4) rasa percaya
diri selama terlibat kegiatan. Aspek motivasi yang pertama
adalah choice of tasks. Ketika siswa dihadapkan dengan
berbagai kegiatan atau tugas-tugas yang dapat dikerjakan, dan
siswa memutuskan untuk menentukan sebuah pilihan pada
tugas tertentu, maka pilihan siswa pada tugas itu
mengindikasikan bahwa siswa tersebut dalam keadaan
termotivasi dengan tugas itu. Siswa menunjukkan ketertarikan
mereka pada tugas yang dipilih dengan cara mengerjakan
tugas itu baik di dalam atau di luar sekolah, termasuk ketika
mereka memiliki waktu senggang. Siswa dapat memilih di
antara berbagai kegiatan.
Aspek motivasi yang kedua adalah effort. Belajar sering
tidak mudah. Siswa yang termotivasi untuk belajar adalah siswa
yang mempunyai kecenderungan melakukan upaya untuk
berhasil. Upaya secara fisik diperlukan atas tugas-tugas motorik,
sedangkan upaya secara kognitif diperlukan untuk pembelajar-an
akademik. Siswa yang termotivasi untuk belajar kemungkinan
besar mengeluarkan upaya mental lebih besar selama
14
pembelajaran dan menggunakan strategi-strategi kognitif
mereka. Strategi-strategi kognitif tersebut, misalnya:
pengulangan informasi, pengorganisasian, monitoring tingkat
pemahaman, dan penghubungan dengan materi baru untuk pe-
ngetahuan awal. Siswa percaya bahwa penggunaan strategi-
strategi kognitif akan meningkatkan pem-belajaran mereka.
Aspek motivasi yang ketiga ada-lah persistence.
Aspek ini terkait dengan waktu yang digunakan siswa
untuk sebuah tugas. Siswa yang termotivasi untuk belajar
kemungkinan besar lebih tekun, terutama ketika mereka
menghadapi rintang-an. Ketekunan adalah penting karena banyak
pembel-ajaran yang memerlukan waktu dan kesuksesan tidak
mungkin terjadi dalam waktu yang singkat. Ketekun-an sebagian
besar berarti selama pembelajaran dan ketika siswa
menghadapi rintangan. Siswa dengan ketekunan tinggi akan
bekerja lebih lama pada suatu tugas yang menantang daripada
siswa yang memiliki ketekunan rendah.
Akhirnya, aspek motivasi yang keempat adalah self-
confidence. Aspek ini terkait dengan apa yang sedang
dipikirkan dan dirasakan oleh siswa selama terlibat dalam
suatu kegiatan pembelajaran. Siswa yang merasa dirinya
berkompeten akan menikmati saat mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh gu-runya. Selain itu, siswa yang percaya bahwa
dirinya memiliki suatu kompetensi, siswa tersebut tidak per-nah
merasa khawatir ketika harus menghadapi tes-tes yang akan
datang.
- Instrumen Untuk Mengukur Motivasi Belajar
Instrumen motivasi belajar siswa yang digunakan berupa
kisi-kisi dan lembar kuesioner. Sugiyono (2017), kuesioner adalah
15
teknik pengambilan data yang terdiri dari kumpulan pertanyaan
yang diserahkan kepada responden. Widoyoko (dalam Purnomo &
Palupi, 2016) kuesioner yaitu metode pengambilan data berupa
pertanyaan tertulis ke responden.
Sedangkan instrumen hasil belajar IPA siswa digunakan berupa
kisi-kisi dan lembar tes objektif. Arikunto (dalam Aji & Winarno,
2016) tes yaitu kumpulan masalah dalam bentu pertanyaan yang
diserahkan kepada peserta didik untuk mengukur pemahaman dan
keahlian peserta didik. Azwar (dalam Suharman, 2018), tes
merupakan prosedur yang sistematik yang disusun sesuai dengan
teknik dan aturan tertentu. Instrumen penilaian motivasi belajar
disusun berdasarkan indikator menurut Uno (2008) yaitu: (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar
dengan baik.
16
lakukan pada tingkat substitusi hingga augmentasi. Meningkatkan
praktik yang ia lakukan dan kemudian ia lanjutkan dengan
memasukkan unsur-unsur modifikasi ke redefinisi. Ia berpendapat
bahwa mungkin model atau cara ini akan bekerja untuk sebagian
besar guru, ada banyak hal yang berfungsi dengan baik di tingkat
substitusi hingga augmentasi. Ruben Peuntedura mengumpamakan
dia sebagai guru yang mengajar puisi. Sebagai pendidik,
katakanlah ia membuat buku elektronik yang menggabungkan
puisi itu. Beberapa pembaca puisi, mungkin beberapa elemen
penting memungkinkan siswa membaca interpretasi yang berbeda
dan seterusnya, yang membawanya kira-kira ke level augmentasi,
kemudian selanjutnya meningkatkan level dari tingkat modifikasi
ke redefinisi.
Selain itu, Ruben Peuntedura juga mengatakan bahwa dia
bisa melihat cara yang lebih baik untuk melakukan itu dan ada
kegembiraan tertentu, kepemilikan tertentu dari pembelajaran
kegembiraan tertentu dalam mencari tahu. Ia dapat melakukan hal
pembelajaran dengan cara berbeda dan membawa sesuatu yang
berbeda atau baru bagi para ilmuwan, dan ia pikir menjaga praktik
mengajar sebagai sesuatu yang menyenangkan. Dan pada dasarnya
bermanfaat secara terus menerus memungkinkan ia sebagai guru
untuk memanfaatkan teknologi sebaik mungkin untuk
menyelesaikan berbagai hal dalam dunia pendidikan.
SAMR model merupakan salah satu model pembelajaran
yang pertama kali dikenalkan oleh (Puentedura,2006). Model
SAMR ini di representasikan seperti tangga yang memiliki empat
tingkat pendekatan yang diintegrasikan dengan teknologi. Model
pembelajaran berbasis teknologi computer ini, dapat mendorong
para pendidik untuk meningkatkan pengajaran dengan teknologi,
17
yang menurut Puentedura, mengarah dari tingkat yang rendah ke
tingkat yang lebih tinggi (yaitu, peningkatan) dalam pengajaran
dan pembelajaran.
-
Langkah-
18
Substitusi merujuk pada teknologi yang digunakan sebagai
pengganti perangkat konvensional tanpa ada perubahan fungsi.
Sebagai contoh, dalam mengajarkan penulisan laporan penelitian,
guru meminta siswa mengetikkan laporannya dengan
menggunakan perangkat lunak pengolah naskah (misalnya,
Microsoft Word). Meskipun terdapat banyak kemudahan
dibanding menuliskannya dengan tangan maupun mesin ketik
manual, penggunaan perangkat lunak pengolah naskah tidak serta
merta menjadikan siswa lebih kompeten menulis laporan. Guru
yang bermaksud memanfaatkan teknologi pada tingkatan ini, perlu
memulai bertanya pada diri sendiri apakah keuntungan yang di
dapatkan bila teknologi konvensional (misalnya papan tulis dan
kapur, flipchart) digantikan dengan teknologi baru? Harus disadari
bahwa pada situasi tertentu, papan tulis dan kapur bisa jadi lebih
baik dibandingkan slide presentasi yang ditayangkan melalui
proyektor.
Augmentasi adalah penerapan teknologi yang menyediakan
pengganti untuk kegiatan pembelajaran lainnya tetapi dengan
perbaikan fungsional. Atau dengan kata lain teknologi digunakan
sebagai pengganti peralatan yang dipakai dengan adanya
penambahan atau peningkatan fungsi. Proses augmentasi mirip
dengan substitusi, namun memberikan siswa beberapa fungsi
penggunaan teknologi. Contoh kegiatan mengajar pada level
augmentation adalah siswa berlatih menulis dengan menggunakan
Microsoft word.
Pada tingkatan modifikasi pendidik mulai berpindah dari
fase penguatan menuju fase transformasi dalam model SAMR.
Dalam level ini, teknologi memungkinkan untuk mengubah cara
19
kerja kita menjadi lebih baik. Ada perubahan fungsional yang
signifikan dikelas. Pada level ini, teknologi memodifikasi aktivitas
pembelajaran atau mendesain ulang secara bermakna. Pada tingkat
ini, penerapan teknologi tidak hanya melibatkan lebih banyak
fungsi teknologi, tetapi TIK menawarkan siswa untuk memiliki
berbagai jenis tugas belajar. Pada level modifikasi, siswa dapat
21
teknologi dalam pembelajaran sangat berperan sebagai
penghubung dan pelaksana transfer ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu guru dituntut harus bisa memanfaatkan perangkat
teknologi yang tersedia sebagai media dan proses pembelajaran
sehari-sehari.
2. Media Audiovisual
- Pengertian Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat
pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan
verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga
pesan verbal dan non verbal yang terdengar seperti media audio.
Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui
media audiovisual seperti film dokumenter, dan film drama
(Amalina, 2015:12).
Media dibagi dalam dua jenis yaitu 1) Audio visual diam
yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti
film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak
suara 2) Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperu film suara dan video
cassette.(Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta.Rineka Cipta.Pdf, n.d.) Media pembelajaran
Audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai
dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.
(Ghofur & Youhanita, 2020)
Dalam pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual berfungsi sebagai media penyalur pesan dengan menyajikan
unsur gambar dan suara sehingga materi yang disampaikan
22
menjadi lebih konkret dan jelas. proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka
media pembelajaran memiliki posisi yang sangat penting dalam
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan pernah terjadi
dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak
akan dapat berlangsung secara optimal.
Teknologi audio visual adalah cara untuk menyampaikan
pesan melalui mesin-mesin mekanis dan elektronik guna
menyampaikan pesan audio dan visual (Ilmi & Kurniawan, 2021).
Sedangkan media pembelajaran audio visual merupakan media
pembelajaran dengan memanfaatkan alat bantu untuk
mempermudah suatu proses belajar mengajar. Dimana dalam alat
bantu yang digunakan telah memuat suatu materi yang disusun
oleh guru dan akan disampaikan kepada siswa. Media audio visual
yang dapat digunakan merupakan media yang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa serta dibuat untuk
memotivasinya.
Media audio visual dapat disebut dengan media video.
Dalam media video, terdapat dua unsur yang saling berkaitan yaitu
audio yang memungkinkan siswa dapat menerima materi melalui
pendengaran dan visual yang memungkinkan siswa untuk
menerima materi pembelajaran melalui penglihatan atau
visualisasi.
- Kelebihan dan Kekurangan Media Audiovisual
Media pembelajaran audiovisudal memiliki kelebihan dan
kekurangan diantaranya dapat membantu menimbulkan pengertian
dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat
dipadukan dengan unsur suara, merangsang minat dan perhatian
siswa dengan gambar dan warna yang kongkrit dan aspek suara,
23
progamnya mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan dan
penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil.
Media video atau media audio visual memiliki sisi menarik
untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas, diantaranya: a)
Mengembangkan imajinasi yang dimiliki siswa, b) Mampu
embawa siswa untuk perpetualang dari suatu tempat ke tempat
lainnya, c) Dapat menggambarkan peristiwa yang sudah terjadi di
masa lalu, d) Dapat diulang-ulang untuk menambah kejelasan jika
siswa belum memahami secara utuh materi pembelajaran, e)
Materi yang disampaikan lebih cepat dan mudah diingat. (Ilmi &
Kurniawan, 2021)
Menurut Hamdani (2017: 188) kekurangan media
audiovisual gerak yaitu memerlukan peralatan khusus dalam
penyajiannya, memerlukan tenaga listrik, memerlukan
keterampilan dan kerja tim dalam pembuatannya, pengadaan film
dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak. Pada saat film yang dipertunjukkan, gambar-gambar
bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti
informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. Film dan
video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video yang
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
(Lumbantoruan & Hidayat, 2021)
24
Pertama adalah tahapan (Substitution) ialah teknologi yang
digunakan secara langsung untuk menggantikan metode lama yang
bersifat tradisional atau sistem yang sudah ada tanpa adanya
perubahan fungsi sama sekali . Pada tahap ini, guru meminta siswa
untuk mendeskripsikan pemahaman mereka tentang materi Thaharah
(bersuci) ke dalam program MS Word
Kedua, (Augmentation) ialah teknologi yang digunakan secara
langsung untuk menggunakan metode yang sudah ada dengan
ditambah fitur-fitur baru guna mendukung sistem tersebut. Pada tahap
ini, guru meminta siswa untuk menyisipkan gambar/photo ke dalam
tugas yang telah dilakukan sebelumnya.
Ketiga, (Modification) ialah teknologi yang memungkinkan untuk
mengubah cara kerja dan fungsi dari sistem yang sebelumnya. pada
tahap ini guru meminta siswa untuk menambahkan tautan (link) pada
hasil dari tugas siswa pada tahap yang telah mereka lalui (tahap
kedua). Melalui penyematan link ini, diharapkan orang lain juga dapat
mengaksesnya.
Terakhir adalah tahap yang paling tinggi yaitu (redefinition) yaitu
tahap dimana siswa dapat menciptakan sebuah produk yang berbeda
dari tahap satu, dua dan tiga. Pada tahap ini guru meminta siswa
membuat video yang berkenaan dengan materi Thaharah (bersuci).
Langkah-langkah Model
No Pembelajaran SAMR Motivasi Belajar Siswa
D. Penelitian Terdahulu
26
Husniyatus Salamah (Substitution,Augmentation,
Zainiyati Modification , Redefinition) di MI Al-
Ishlah Glagah Lamongan
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : “Mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran SAMR (Subtitution, Augmentation, Modification,
Redefinition) berbantuan media Audiovisual pada materi Thaharah (bersuci)
27
terhadap motivasi belajar siswa MI Unwanul Huda”. Tujuan tersebut
kemudian diuraikan kedalam beberapa tujuan penelitian yang lebih spesifik
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh model SAMR (Substitusi, Augmentasi,
Modifikasi, Redefinisi) berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar
siswa pada materi thaharah (bersuci) di MI Unwanul Huda.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model SAMR (Substitusi,
Augmentasi, Modifikasi, Redefinisi) terhadap motivasi belajar siswa
pada materi thaharah (bersuci) di MI Unwanul Huda.
B. Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Unwanul Huda yang beralamat
di Jl. KH. Muhasyim VI/86 RT.08 RW.06, Kel. Cilandak Barat, Kec.
Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Alasan peneliti memilih tempat penelitian di MI Unwanul Huda
adalah lebih mengarah kepada sekolah berlatar belakang agama,
walaupun di SD juga dapat diterapkan, tetapi lebih mendalam
dipelajari di Madrasah. Selain itu, di sana ada mata pelajaran agama
terperinci seperti fiqih, al quran, SKI, dll.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada semester genap tahun ajaran
2022/2023 dengan jadwal penelitian sebagai berikut.
28
Januari Februari Maret April Mei
Jenis Kegiatan 2023 2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Seminar Proposal
Penelitian dan
pengambilan data
Penyusunan BAB IV dan
BAB V
Penyusunan Lampiran
Sidang Skripsi
29
Jumlah ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 19
siswa kelas V MI unwanul Huda.
E. Prosedur Penelitian
1. Materi Pembelajaran : Pada penelitian ini diberikan pembelajaran yang
sedang berlangsung di sekolah yaitu materi Thaharah (bersuci)
2. Strategi Pembelajaran : Pembelajaran akan dilakukan secara terbatas
dengan menggunakan Model SAMR yang menghubungkan antara
pembelajaran dengan teknologi
3. Pelaksanaan Perlakuan : Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap
yakni: (1) Tahap persiapan : observasi sekolah, identifikasi masalah,
kajian pustaka, menyusun perangkat pembelajaran, dan validais
instrument, (2) Tahap Pelaksnaan : memberikan pretes, memberikan
pembelajran, memberikan postes) dan (3) tahap akhir : analisis data,
kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.
F. Definisi Operasional
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah adanya kemauan dan
keinginan dalam proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Motivasi
belajar dalam ini dapat diukur dengan menggunakan angket dengan beberapa
aspek, antara lain: Disiplin dalam melatih dan mendidik termasuk pelajaran
mental dan moral orang-orang terhadap peraturan agar ada kepatuhan dan
kemudian supaya dapat berjalan dengan tertib dan teratur dalam organisasi.
Disiplin merupakan suatu pelatihan dan pendidikan kepada siswa agar dengan
senang hati melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan perintah guru di
sekolah.
Kedua adalah kepuasan belajar, cara seorang siswa merasakan apa yang
dipelajari dapat bermanfaat bagi dirinya. Kepuasan merupakan generalisasi
sikap- sikap terhadap tugasnya yang didasarkan atas aspek-aspek tugasnya.
30
Seorang siswa yang memperoleh kepuasan dari belajarnya akan
mempertahankan prestasi belajarnya. Ketiga adalah rasa aman sangat
berpengaruh terhadap semangat belajar siswa karenarasa aman akan
menimbulkan ketenangan kepada siswa di dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pelajar.
G. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat ata
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian instrumen yang digunakan adalah
Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah
informasi dari responden. Dalam penelitian ini terdapat instrument untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa mengacu pendapat Uno (2008) dengan kisi-
kisi instrumen sebagai berikut ini :
No Pertanyaan SL SK KK TP
1 Saya berusaha hadir tepat waktu untuk mengikuti
31
pelajaran
2 Jika sedang tidak semangat, saya memilih untuk
tidak mengikuti pelajaran
3 Saya akan merasa rugi jika tidak mengikuti
pelajaran
4 Jika terlambat, saya memilih tidak masuk untuk
belajar
5 Saya mengikuti pelajaran dengan seungguh –
sungguh hingga pelajaran selesai
6 Terkadang saya malas belajar mata pelajaran yang
tidak saya sukai
7 Siapapun guru yang mengajar, saya tetap
mengikuti pelajaran dengan serius dan
sungguhsungguh
8 Saya sering keluar ruangan saat pelajaran
berlangsung
9 Saya selalu mengulangi kembali pelajaran di
rumah
10 Saya belajar bila ada PR atau ulangan esok hari
11 Untuk lebih memahami materi pelajaran, saya
selalu belajar kembali di rumah mengulangi
materi,membaca kembali dan mengerjakan tugas
dengan sungguh – sungguh
12 Jika sudah di rumah, saya memilih untuk tidak
mengulang kembali materi pelajaran
13 Saya merasa perlu untuk belajar kembali di rumah
14 Saya suka menunda untuk mengerjakan tugas di
rumah
15 Saya merasa senang untuk memahami kembali
32
soal atau materi yang sulit
16 Saya tidak senang, pelajarannya sulit untuk
dimengerti
17 Saya mudah menyerah ketika mengalami kesulitan
dalam belajar
18 Saya tidak senang untuk belajar materi sulit di
rumah
19 Saya senang belajar sampai larut malam untuk
menyelesaikan PR
20 Saya senang mencari jalan keluar ketika saat
Menghadapi kesulitan yang ditemukan dalam
belajar
21 Saya senang mengajak teman berdiskusi jika
menemukan kesulitan dalam belajar
22 Jika tidak dapat mengatasi kesulitan,saya memilih
berhenti berusaha
23 Saya memperhatikan pelajaran yang diberikan
guru dengan baik
24 Saya mengobrol dengan teman ketika guru sedang
menjelaskan
25 Saya menyimak penjelasan guru dari awal hingga
akhir pelajaran
26 Saya mengerjakan pekerjaan lain ketika guru
menerangkan
H. Prosedur Penelitian
33
1. Tahap Konseptual (merumuskan dan memgidentifikasi masalah, meninjau
kepustakaan yang relevan, mendefinisikan kerangka teoritis, merumuskan
hipotesis).
2. Fase Perancangan dan Perencanaan (memilih rancangan penelitian,
mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode untuk
mengukur variabel penelitian, merancang rencana sampling, mengakhiri
dan meninjau rencana penelitian, melaksanakan penelitian dan melakukan
revisi).
3. Membuat Instrumen dan pengumpulan data penelitian.
4. Fase Empirik (pengumpulan data, persiapan data untuk dianalisis)
mengumpulkan data penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan.
5. Fase Analitik (menganalisis data dan menghitung hasil data penelitian),
mengolah dan mengalisis data hasil penelitian. Data yang telah
dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk mendepatkan
kesimpulan-kesimpulan yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian
hipotesis penelitian.
6. Fase Diseminasi, mendesain hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil
penelitian dapat dibaca, dimengerti, dan diketahui oleh pembaca maka
hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk kesimpulan dari hasil
penelitian.
34
b. Scoring
Scoring merupakan proses memberikan nilai atau skor untuk setiap
jawaban dari pertanyaan yang sudah diajukan kepada responden.
c. Coding
Coding bertujuan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban dengan
memberi /kode/tanda berbentuk angka pada masing-masing jawaban
dari responden kedalam kategori.
d. Entry
Entry merupakan proses memasukan data hasil pengisian kuesioner
baik dilakukan secara manual maupun computer.
e. Tabulating
Tabulating adalah proses penysunan data penelitian dan
mengkalsifikasikan kedalam masing-masing variabel kemudian untuk
mempermudah dalam menganalis dan pembahasan, dimasukan ke
dalam tabel.
2. Analisis Data
a. Analisis Statistik Deskriptif
Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada
pada penelitian yaitu: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
SAMR (Subtitution, Augmentation, Modification, Redifinition)
Berbantuan Media Audiovisual Pada Materi Thaharah (Bersuci)
Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Unwanul Huda. Analisis
statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persentase, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuat tabel distribusi jawaban angket variabel X dan Y.
Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor
yang telah ditetapkan.
Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap
responden.
35
Memasukkan skor tersebut ke dalam rumus:
DP = n x 100%
N
Keterangan:
DP: Deskripsi persentase
n : Jumlah skor yang diharapkan N : Nilai persentase atau
hasil
Y = a + bx
Keterangan:
Y: Variabel kinerja pustakawan
b : Koefisien regresi b
X: Variabel ambiguitas peran
a : Koefisien regresi a
Dalam melakukan analisis regresi linear sederhana penulis
menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 19.
c. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji t (ttest) untuk melihat sejauhmana pengaruh
36
(positif/negatif) variabel bebas (X= Ambiguitas Peran) terhadap
variabel terikat (Y= Kinerja Pustakawan)
Jika:
t hitung < t tabel maka ho diterima, variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat
t hitung > t tabel maka h1 diterima, variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat
37
DAFTAR PUSTAKA
Anditiasari, N., & Dewi, N. R. (2021). Analisis Teori Perkembangan Kognitif
Piaget Pada Anak Usia 11 Tahun Di Brebes Piaget ’ s Theory of Cognitive
Development Analysis in 11 Year Olds in Brebes. Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 6(1), 97–108.
Budyastuti, Y., & Fauziati, E. (2021). Penerapan Teori Konstruktivisme pada
Pembelajaran Daring Interaktif. Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 3(2),
112–119.
Electric, M. (2021). No Title8–1 aaaaaaa,)1(15 .المصانع أتمتة أنظمة.
https://emea.mitsubishielectric.com/ar/products-solutions/factory-
automation/index.html
Ilmi, U., & Kurniawan, M. A. (2021). Efektivitas Media Audio Visual dalam
Pembelajaran PAI Daring di MTs Negeri 9 Yogyakarta. 4(2), 91–102.
Lamongan, A. G., Niswatin, K., & Zainiyati, H. S. (2021). Augmentation ,
Modification , Redefinition ) Implementasi Model SAMR ( Substitution ,.
283–293. https://doi.org/10.19105/tjpi.v15i2.3512
Lumbantoruan, E. P., & Hidayat, P. (2021). Pengaruh Penggunaan Media
Audiovisual Gerak Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Oleh
Siswa Kelas VIII SMP Nasrani 5 Medan TP 2021/2022. 14–27.
Nova, K. A. (2021). Pendidikan Karakter Dalam Kajian Behavioristik Perspektif
Pendidikan Agama Hindu. Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan,
Agama Dan Budaya, 4(1), 19–27.
Paramitha, I. A. (2017). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center
Di Kota Tegal, 6–37.
Pertiwi, I. (2021). Teori behaviorisme Ivan Pertovich Pavlov dan Implikasinya
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 1–78.
http://etheses.iainponorogo.ac.id/14562/
Purwati, S., Mata, G., Fisika, P., Yogyakarta, M. A. N., Kh, J., & Dahlan, A.
(2021). Pencapaian Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Menggunakan
38
Metode Eksperimen dan Demonstrasi dalam Pembelajaran Berbasis PBL
Achieving Students Learning Outcome Aspects of Knowledge Using PBL
Based Experimental and Demonstration Method Teaching. 9(1), 32–41.
R, C. C. A. (2021). Konsep Pendidikan Ibadah Thaharah Menurut Al- Ghazali
Dalam Kitab Ihya ’ Ulumuddin. GHAITSA : Islamic Education Journal, 2(1),
42–48. https://siducat.org/index.php/ghaitsa/article/view/175/150
Sudibyo, E., Jatmiko, B., & Widodo, W. (2017). Pengembangan Instrumen
Motivasi Belajar Fisika: Angket. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 1(1), 13.
https://doi.org/10.26740/jppipa.v1n1.p13-21
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2016). PENGARUH MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT
BELAJAR SISWA DI PESANTREN AINUL HASAN Hasan.
Laboratorium Penelitian Dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas
Farmasi Universitas Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur,
1(April), 5–24.
39