Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DIGIAL

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sistem Manajemen Pembelajaran Biologi)

Mata Kuliah : Sistem Manajemen Pembelajaran Biologi


Dosen Pengampu : Dr. Wan Syafi’i, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 1
Nurzilawati Rukaniya 2005113049
Sariulina Stephany Manurung 2005113164
Wheny Rismawati 2005125600
Risma Oktaviani 2005125162
Zella Pazlianti 2005125599

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
Judul Jurnal Pertama : Paradigma Pembelajaran Biologi di Era Digital
Judul Jurnal Kedua : Motivasi Belajar Biologi Peserta Didik SMA Pada
Pembelajaran Daring Daring Selama Masa Pandemi Covid-19
Inovasi Judul : Paradigma Pembelajaran dan Motivasi Belajar Biologi
Peserta Didik Dalam Pembelajaran Digital

A. Teori Pembelajaran Digital

Pembelajaran digital adalah praktik pembelajaran yang menggunakan teknologi


secara efektif untuk memperkuat tinggi dan menyediakan akses ke konten yang
menantang dan menarik. Umpan balik melalui penilaian formatif, peluang untuk belajar
kapan, saja dan di mana saja. Serta instruksi individual untuk memastikan semua peserta
didik mencapai potensi penuh. Pembelajaran digital pada hakikatnya adalah
pembelajaran yang melibatkan penggunaan alat teknologi digital secara inovatif selama
proses belajar mengajar, dan sering juga disebut sebagai Technologi Enhanced Learning
(TEL) atau e-Learning.
Menurut Koran (dalam Yazdi, 2012: 14) e-learning merupakan pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran. Hal senada disampaikan oleh Purbo (dalam Yazdi,
2012: 14) bahwa istilah elektronik dalam e-learning merupakan segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung pembelajaran menggunakan teknologi elektronik dan
internet. E-learning erat kaitanya dengan penggunaan komputer/ laptop/ notebook,
internet, dan alat-alat elektronik pendukungnya. Menurut Weaver & Nilson (2005: 7-12),
perangkat digital seperti laptop/ notebook mempunyai berbagai fungsi yang sangat
penting bagi pembelajaran di kelas. Laptop dapat digunakan untuk menyimpan data-data
atau informasi yang dimilikinya (student data collection), sebagai perangkat untuk
melakukan penilaian (student assessment), sebagai sarana penelitian (student research),
dapat memberikan pengalaman secara virtual (simulated experiences), melakukan
analisis secara digital (analysis of digitized performanced), dan untuk latihan ujian
(learning exercises).
Pemanfaatan teknologi digital dalam dunia pendidikan memiliki perkembangan
dimulai dari penggunaan perangkat Audio Visual Aid (AVA) untuk menyampaikan
materi pembelajaran dikelas, dilanjutkan dengan penggunaan komputer sebagai media
untuk mengakses dan mengolah informasi, penggunaan software pada komputer
memudahkan proses pengolahan dan pertukaran informasi (Munir, 2017). Lebih lanjut
Munir (2017), menjelaskan dalam pandangan model pembelajaran digital memiliki
perbedaan dalam hal gaya mengajar, teknik serta motivasi pembelajar dan pengajar, serta
model pembelajaran digital merupakan model masa depan yang efektif karena sesuai
dengan tuntutan teknologi. Dalam rangka melaksanakan pembelajaran digital, ruang
lingkup kompetensi bagi seorang pengajar dalam hal ini adalah guru, dalam pembelajaran
digital meliputi persiapan pembelajaran terdiri dari perencanaan dan pengorganisasian
pembelajaran, keterampilan penyajian baik verbal maupun non verbal, kerjasama antar
tenaga pengajar, keterampilan strategi bertanya, keahlian dalam penguasaan materi
pembelajaran, melibatkan pembelajar dalam pembelajaran dan koordinasi aktivitas
belajarnya, pengetahuan tentang teori belajar, pengetahuan tentang pembelajaran digital,
pengetahuan tentang perencanaan pembelajaran, dan menguasai media pembelajaran
yang digunakan (Crys, 1997).

B. Teori Paradigma Pembelajaran

Paradigma (paradigm) adalah cara memandang sesuatu (Bagus, 2005: 779).


Sedangkan menurut Sjamsuar (2003, 28), paradigma dapat disinonimkan sebagai dasar
perspektif ilmu atau gugusan pikir (basic point of view). Muliartha (2010: 2)
mendefinisikan paradigma adalah pola pikir, cara pandang mengenai suatu disiplin ilmu
serta apa saja yang mesti dipersoalkan, dipelajari, dan dipahami. Definisi paradigma
secara ringkas adalah pola pikir dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu.
Paradigma diartikan sebagai konstelasi teoritis, artinya adalah makna yang
diberikan kepada diri sendiri untuk memahami kondisi sejarah dan sosial. Ada banyak
pendapat yang berbeda terkait paradigma ini.
Thomas Kuhn (Thomas Kuhn) memperkenalkan paradigma untuk memahami
perkembangan dan revolusi zaman. Dalam pembelajaran, Perubahan paradigma didukung
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengarah pada perubahan konsep
pembelajaran. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa diharapkan
mampu meningkatkan upayanya dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta
keterampilan pada dirinya.
Paradigma guru dalam mengelola suatu proses pembelajaran, khususnya
pembelajaran biologi harus mulai berubah. Pembelajaran biologi tidak hanya sekedar
ceramah dan mencatat. Biologi tidak bersifat tekstual, yang dipelajari hanya melalui teks
atau buku saja, karena ada materi-materi tertentu yang sulit dipahami apabila hanya
mengandalkan teks. Biologi lebih menarik dipelajari dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi digital dan internet yang berupa e-learning.

C. Teori Motivasi Belajar

Motivasi merupakan sesuatu yang muncul dari dalam diri peserta didik untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan dalam belajar.
Motivasi siswa sering dibagi menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik: Seorang siswa termotivasi secara intrinsik ketika dia
dimotivasi dari dalam. Siswa yang termotivasi secara intrinsik sangat melibatkan diri
dalam belajar dari hal-hal unik, minat, atau kepuasan, atau untuk mencapai tujuan ilmiah
dan pribadi mereka sendiri. Siswa yang termotivasi secara intrinsik suka menggunakan
strategi yang membutuhkan lebih banyak perjuangan dan memungkinkan mereka
memproses informasi lebih banyak dibandingkan dari motivasi ekstrinsik yang biasanya
diperlukan untuk mendapatkan penghargaan paling banyak.
Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki keinginan untuk
memperoleh nilai yang bagus sehingga untuk mencapainya mereka akan belajar dengan
baik dan rajin. Motivasi menjadi pendorong peserta didik untuk belajar. Dorongan untuk
mendapat nilai yang tinggi menjadi penyebab peserta didik menjadi rajin belajar.
Motivasi belajar yang baik dapat ditunjukkan melalui tingkat konsentrasi siswa dalam
belajar. Konsentrasi belajar merupakan sutu perilaku dan fokus perhatian siswa untuk
dapat memperhatikan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran serta dapat memahami
setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan didapatkan presentase rata-
rata motivasi belajar biologi peserta didik dari 7 indikator konsentrasi, rasa ingin tahu,
kemandirian, kesiapan, antusias atau dorongan, pantang menyerah dan percaya diri
sebesar 74.9% dengan kriteria baik. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar biologi
siswa meskipun dilanda pandemic covid-19 tidak menghalangi motivasi ataupun
keinginan siswa untuk belajar.

D. Keuntungan Pembelajaran Digital


 Meningkatkan kadar interaksi antara peserta didik dan guru karena pembelajaran
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
 Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas
 Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi pembelajaran
 Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa aplikasi
seperti google classroom, video converence, telepon atau live chat, zoom maupun
melalui whatsapp group
 Mendorong sikap belajar aktif. Pembelajaran berbasis digital memfasilitasi
pembelajaran bersama dengan memungkinkan peserta didik untuk bergabung atau
menciptakan komunitas belajar yang memperpanjang kegiatan belajar secara lebih
baik di luar kelas baik secara individu maupun kelompok. Situasi ini dapat
membuat pembelajaran lebih kostruktif, kolaboratif, serta terjadi dialog baik antar
guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik satu sama lain.
 Membangun suasana belajar baru. Dengan belajar secara online, peserta didik
menemukan lingkungan yang menunjang pembelajaran dengan menawarkan
suasana baru sehingga peserta didik lebih antusias dalam belajar.
 Mengontrol proses belajar. Baik guru maupun peserta didik dapat menggunakan
bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai bagaimana bahan ajar dipelajari.
Pembelajaran digital juga menawarkan kemudahan guru untuk mengecek apakah
peserta didik mempelajari materi yang diunggah, mengerjakan soal-soal latihan
dan tugasnya secara online.
 Mendorong tumbuhnya sikap kerja sama. Hubungan komunikasi dan interaksi
secara online antar guru, guru dengan peserta didik dan antar peserta didik
mendorong tumbuhnya sikap kerja sama dalam memecahkan masalah
pembelajaran.
 Mengakomodasi berbagai gaya belajar. E-learning dapat menghadirkan
pembelajaran dengan berbagai modalitas belajar (multisensory) baik audio, visual
maupun kinestetik, sehingga dapat memfasilitasi peserta didik yang memiliki
gaya belajar berbeda-beda.

E. Masalah-masalah Dalam Implementasi Pembelajaran Digital


 Sistem penilaian sangat objektif
Dalam e-learning, umumnya penilaian berdasarkan hasil atau karya dari
siswa dalam bentuk penugasan. Akan tetapi, dalam banyak kasus, muncul adanya
celah besar dari kualitas hasil penugasan setiap siswa.
Ada cukup banyak hal yang membuat fenomena ini terjadi. Pertama,
setiap siswa tidak memiliki kualitas akses referensi yang sama; kedua, setiap
siswa memiliki lingkungan belajar yang berbeda; dan ketiga, kemampuan kognitif
pribadi siswa yang pada dasarnya berbeda. Oleh karena itu, objektivitas e-learning
tentu akan merugikan beberapa siswa dan hasil yang diharapkan pun akan bias
 Belum ada jaminan keamanan
Isu keamanan terhadap platform e-learning di Indonesia memang tidak
banyak dibahas. Namun, celah ini akan sangat mempengaruhi kepercayaan publik
terhadap revolusi pendidikan 4.0. Sebab, pembajakan terhadap sistem bukanlah
hal yang jarang terjadi di era digital ini.
Risiko pencurian informasi dan pengubahan data secara ilegal tentu harus
menjadi perhatian serius dalam pengembangan e-learning di Indonesia.
 Orisinalitas karya dapat dipertanyakan
Semakin luas referensi riset dan materi artinya tingkat pelacakan sumber
juga semakin sulit. Hal ini akan meningkatkan kecurigaan terhadap tingkat
orisinalitas karya milik siswa. Sebab, guru sangat mungkin tidak akan menduga
siswanya mengambil atau menjiplak karya tulis siswa
 Kurikulum yang tidak sesuai
Hingga saat ini masih belum ada standarisasi dan tanggung jawab
penerapan teknologi dalam pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran belum sepenuhnya memanfaatkan TIK. Evaluasi terhadap proses
belajar siswa juga belum mengacu pada penerapan TIK.
 Sarana dan Prasarana
Pada daerah-daerah terpencil tidak semua tersedia fasilitas pendukung
pembelajaran digital tersebut. Tantangan tersebut meliputi permasalahan listrik,
jaringan, aplikasi, perangkat, dan sumber daya manusia (SDM). Hal ini tentunya
menjadikan Pembelajaran Digital tidak dapat dilaksanakan pada daerah-daerah
terpencil khususnya yang terbatas pada sarana dan prasarana Pembelajaran digital.
 Kurangnya kepercayaan diri, Kompetensi, dan Sikap Guru
Kepercayaan diri guru kurang dalam menggunakan media teknologi dalam
melaksanakan proses Pembelajaran Digital. Guru takut gagal mengajar melalui
penggunaan media berbasis digital yang saat ini sangat disarankan..
Kurangnya kompetensi guru, yang dimaksud disini adalah kurangnya
kompetensi guru dalam mengintegrasikan Pembelajaran Digital kedalam
pedagogis praktek, yaitu tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menggunakan komputer dan tidak antusias tentang perubahan dan integrasi
dengan belajar yang menggunakan komputer dalam kelas mereka.
Sikap guru dalam menanggapi perubahan menjadi masalah dalam
pengimplementasian Pembelajaran Digital. Paradigma guru masih beranggapan
pembelajaran digital kurang efisien jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional yang dulunya sering dilakukan. Sikap menolak perubahan inilah
yang menjadikan terhambatnya proses pembelajaran digital tersebut.

F. Hasil Penelitian
Sebelum menghitung presentase motivasi belajar peserta didik setiap butir soal diuji validitas
dan realibilitasnya. Hasil uji validitas dan realibilitasnya valid dengan nilai lebih besar dari
Cronbach’s Alpha > 0,60. Setelah itu, dilakukan penghitungan prensetase motivasi belajar
berdasarkan indikatornya. Survey motivasi belajar selama pembelajaran online diberikan kepada
110 peserta didik di kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Jambi, dengan jumlah siswa laki-laki
sebanyak 33 orang sedangkan perempuan sebanyak 77 orang. Adapun dari survey yang
dilakukan didapatkan hasil yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Indikator Aspek Kriteria Presentase


Konsentrasi  Saya dapat memahami instruksi yang 79% Baik
diberikan oleh guru selama
pembelajaran daring.
 Saya mampu berkonsentrasi 71% Baik
mempelajari materi biologi dari
bahan ajar yang diberikan oleh guru
selama pembelajaran daring.
72.4% Baik
 Saya membuat catatan materi biologi
yang diberikan oleh guru pada saat
pembelajaran daring. 78.6% Baik
 Saya memperhatikan penyampaian
dan penjelasan guru selama
pembelajaran daring.
Rasa ingin tahu  Saya mengajukan pertanyaan 58.4% Cukup baik
terhadap materi biologi yang
diajarkan. 72.4% Baik
 Saya mencari informasi lebih lanjut
tentang materi biologi yang telah
81.8% Sangat baik
diajarkan oleh guru.
 Saya mampu menjawab atau
mengerjakan dengan baik tugas-
tugas yang diberikan oleh Guru
Kemandirian  Selama pembelajaran daring, saya 78.2% Baik
dapat mengatur waktu dengan baik
dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru
 Saya mempelajari kembali materi 66.2% Baik
biologi yang telah dijelaskan guru
agar saya lebih memahami materi
75% Baik
tersebut.
 Saya mampu mengerjakan tugas
dengan kemampuan sendiri.
Kesiapan  Saya mempelajari materi biologi 78.6% Baik
terlebih dahulu sebelum guru
mengajarkan materi tersebut.
 Saya mampu mengumpulkan tugas 60.4% Baik
tepat waktu
 Saya mempunyai keinginan untuk
86.6% Sangat baik
mendapatkan nilai terbaik dari setiap
tugas.
Antusias atau  Saya antusias dalam mengerjakan 75.8% Baik
dorongan tugas-tugas biologi yang diberikan
guru
 Saya antusias dalam menjawab kuis 73.2% Baik
biologi yang diberikan oleh guru.
83% Sangat baik
 Setiap ada tugas saya langsung
mengerjakannya.
Pantang  Apabila mendapatkan nilai yang 82.6% Sangat baik
menyerah kurang memuaskan saya berusaha
lebih giat lagi untuk mendapatkan
nilai yang baik.
 Apabila saya kurang memahami
74.8% Baik
materi biologi, saya berusaha lebih
giat untuk mempelajari materi
tersebut dengan baik dan bertanya
kepada guru.
Percaya diri  Saya percaya diri dengan nilai/skor 82% Sangat baik
yang akan saya dapatkan.
 Saya percaya diri mampu menguasai 73.4% Baik
materi biologi yang diajarkan oleh
guru.
Rata-rata 74.9% Baik
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan didapatkan presentase rata-rata
motivasi belajar biologi peserta didik dari 7 indikator konsentrasi, rasa ingin tahu, kemandirian,
kesiapan, antusias atau dorongan, pantang menyerah dan percaya diri sebesar 74.9% dengan
kriteria baik. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar biologi siswa meskipun dilanda
pandemic covid-19 tidak menghalangi motivasi ataupun keinginan siswa untuk belajar.
Meskipun banyak keluhan dari siswa yang menyatakan mereka lebih menyukai pembelajaran
secara offline karena banyak materi yang lebih mudah memahaminya jika disampaikan secara
verbal atau langsung seperti mata pelajaran fisika. Meskipun terdapat beberapa kendala dalam
kegiatan pembelajaran online. Kendala tersebut dapat diatasi dengan pengoptimalan kegiatan
pembelajaran daring. Pengoptimalan dapat dilakukan dengan pemilihan media pembelajaran
yang tepat dimana membuat siswa tidak jenuh dalam pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
tetap mengikuti kegiatan pembelajaran daring. Selain itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar pembelajaran daring tetap optimal yaitu berkaitan dengan kesiapan belajar
diantaranya adalah kepercayaan diri terhadap penggunaan computer/internet, pembelajaran
secara mandiri, pengendalian pelajar/mahasiswa, motivasi untuk belajar, dan kepercayaan diri
terhadap komunikasi secara online.
REFERENSI

Crys. 1997. "Creative Excellence in the Japanese University: Knowledge-Content-Cognition and


Language-Culture-Communication Integrated Global Awareness Learning." Creative Education
17-35.
Munir. 2017. Pembelajaran Digital. Bandung: Alfabeta.
Yazdi, Mohammad. 2012. E-learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Teknologi
Informasi. Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret 2012
Weaver, Barbara E. & Nilson, Linda B. 2005. Notebooks in Class: What are They Good for?
What Can You Do with Them?. New Directions in Teaching and Learning, Vol 101, pp 3–13.
H.B.A Jayawardana. 2017. PARADIGMA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI ERA DIGITAL.
Vol. V No. 1 Tahun 2017
Aina, mia dkk. 2021. MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK SMA PADA
PEMBELAJARAN DARING SELAMA MASA PANDEMICOVID-19. Vol.2 No.1 Juni 2021
Pebriyanti, putu diah. 2020. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN E LEARNING
Sawitri, erwin dkk. 2019. HAMBATAN DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Anda mungkin juga menyukai