Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keadaan Indonesia saat ini mengalami kondisi tidak baik dedi sebabkan oleh virus
yang di namakan covid-19 ( WHO, 2020) menyatakan bahwa virus tersebut penularannya
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Virus ini menyerang infeksi saluran
pernapasan seperti batuk dan pilek yang sifatnya lebih mematikan. Berdasarkan data
(Worldometer, 2020). Coronacirus menyatakan 2.176.744 bahkan lebih yang terpapar
virus ini dan beberapa yang meninggal dunia sehingga wabah penyebaran virus ini disebut
dengan pandemic covid-19 dunia.

Akibat dari pandemic ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru demi
menghentikan penyebarannya yaitu dengan mengimplementasikan ajakan masyarakat
untuk melaksanakn physical distancing atau member jarak dengan orang lain sejauh satu
meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang menimbulkan
kerumunan ( perkumpulan ). Selain itu pemerintah mengambil kebijakan untuk di rumah
saja seperti kerja di rumah saja atau work from home dan kegiatan apapun termasuk di
dunia pendidikan. Sekolah tatap muka di gantikan dengan sekolah sistem daring yang di
lakukan melalui media online seperti wa grup atau melalui zoom meeting
(Kemendikbud,2020) mengeluarkan surat edaran tentang pembelajaran secar daring dan
bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19. Isis dari surat ini
salah satunya adalah dengan meliburkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan mengganti
dengan pembelajaran berbasis jaringan ( Daring ) via E-Learning yang dapat di gunakan
berbagai instansi pendidikan.

Pada kondisi seperti ini semua guru atau tenaga pendidik di haruskan untuk
mengganti pembelajaran menggunakan E-Learning atau melalui media on line. Berbagai
Platform di gunakan untuk melakukan pengajaran sehingga perlu didukung dengan
fasilitas pembelajaran yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi (Rusman, 2019).
Seluruh siswa di wajibkan untuk menggunakan alat komunikasi seperti Handphone
dengan bijak untuk mendukung pross pembelajaran. Pembelajaran daring dengan tatap
muka melalui aplikasi menjadi suatu hal yang paling menuntungkan guna memutus
penyebaran covid-19 serta menjaga kesehatan, keselamatan jiwa guru dan siswa dari
terpaparnya virus tersebut ( Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan & Panjiah, 2020)

Pembelajaran IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat


membuat pendidikan menjadi penting. Darmojo (1992) menurut Usman Samatowa
(2011:2) mengemukakan bahwa “IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentangalam semesta dengan segala isinya”. Pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran IPAkepada anak yaitu dengan memberikan kesempatan untuk berlatih
keterampilan – keterampilan proses IPA dan perlu di modifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitifnya (Samatowa 2011:5). Kumpulan proses menurut beliau
merupakan “keterampilan intelektual yang di milikidan di gunakan oleh para ilmuan
tersebut dapat di pelajari oleh siswa dalam bentuk yang lbih sederhana sesuai dengan
10
tahap perkembangan anak usia sekolah dasar. Dalam pembelajaran IPA di SD, seorang
guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif
dan memicu rasa ingin tahunya dengan demikian, siswa akan lebih tertarik untuk
mempelajarinya.

Kegiatan pembelajaran di pusatkan pada siswa memang di haruskan. Oleh sebab


itu, kurikulum harus mewajibkan setiap satuan pendidikan untuk melakukannya. Tetapi
pada kenyataannya guru dalam menerapkan pembelajarannya lebih menekannkan pada
metode yang hanya mengaktifkan guru, kurang melibatkan siswa. Pembelajaran yang di
lakukan guru kurang kreatif yang lebih banyak menggunakan metode konvensional
(ceramah) dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Pada saat proses
pembelajaran IPA siswa hanya menjadi objek pembelajaran, menerima apa yang
disampaikan oleh guru tanpa adanya proses bekerja untuk menemukan apa yang akan di
sampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini akan menjadikan siswa menjadi pasif
karena siswa hanya duduk diam, mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Jelas sekali
tidak adanya keterampilan proses yang ditujukan siswa pada saat proses pembelajaran
IPA tersebut.

Berdasarkan hasil KKM yang di capai siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang pada
pembelajaran IPA pada materi Peristiwa Alam yang terjadi, menunjukkan bahwa hasil
yang di capai masih rendah hal ini di karenakan bahwa dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode ceramah, dan mengerjakan soal. Guru jaramng menggunakan
metode pembelajaran,maupun media sederhana dalam pembelajaran, sehingga suasana
pembelajara menjadi membosankan . Sebenarnya guru sudah mencoba dengan
menerapakan metode diskusi, tetapi hanya beberapa siswa saja yang aktif untuk
mengikuti diskusi. Melihat permasalahan tersebut, sebagai guru yang kreatif pastinya
akan menggunakan model penyampaian materi yang kreatif pila. Jika penyampaian
materi menggunakan model pembelajaran yang kreatif dapat menjadikan materi
pembelajaran yang tadinya sulit dipahami menjadi mudah di pahami, pembelajaran yang
kurang menarik bagi siswa. Pembelajaran bukan lagi menjadi suatu keterpaksaan
tetapi lebih pada kebutuhan siswa.

Penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan


pembelajaran, maka siswa akan kurang memperhatikan guru ketika menjelaskan
di depan kelas, proses belajar ayng membosankan, kurang menarik karena
penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, siswa jarang bertanya
serta berpendapat di kelas, siswa tidak akan mengetahui cara memecahkan
permasalahan yang akan di hadapi, cepat putus asa dalam menghadapi soal atau
permasalahan yang di berikan guru dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

1. Identifikasi Masalah

11
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPA di SD Negeri 050765 Gebang masih menggunakan metode


konvensional (ceramah), tanya jawab dan diskusi yang mengakibatkan siswa menjadi
pasif, mudah bosan dan pembelajarannya berpusat pada guru dalam proses
pembelajaran.

2. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif, progresif dan


kurangnya penggunaan media yang mendukung proses pembelajaran IPA.

3. Siswa kesulitan mengingat dan memahami seluruh materi pelajaran IPA yang banyak
dan bersifat hafalan, terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai KKM.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang masalh yang di peroleh di lapangan oleh penulis pada
pembelajaran IPA pada materi Peristiwa Alam yang terjadi, maka penulis menganalisis
masalah dalam menentukan focus dari masalah pembelajaran tersebut. Adapun yang
menjadi focus peneliti adalah :

1. Guru masih menggunakan metode konvensional (ceramah), tanya jawab dan diskusi
yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, mudah bosan dan pembelajarannya
berpusat pada guru dalam proses pembelajaran.

2. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif, progresif dan


kurangnya penggunaan media yang mendukung proses pembelajaran IPA.

3. Siswa kesulitan mengingat dan memahami seluruh materi pelajaran IPA yang banyak
dan bersifat hafalan, terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai KKM.

a. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang ada, salah satu alternative untuk perbaikan
pembelajaran IPA di materi peristiwa alam yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri
050765 Gebang T/A 2021/2022 adalah dengan menggunakan metode problem solving dan
media gambar sederhana dalam pembelajaran. Metode ini digunakan untuk melatih dan

12
mengembangkan keterampilan siswa agar dapat memecahkan suatu permasalah yang di
hadapi. Metode ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam menanggapi permasalahn
dan menemukan cara penyelesaian suatu persoalan yang belum diketahui cara
menyelesaikannya baik secra individu maupun secara kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahn sebagaimana tersebut di atas, maka


perumusan masalah yang di ajukan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
pembelajaran IPA pada materi peritiwa alam yang terjadi di SD Negeri 050765 Gebang T.A
2021/2022

2. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
aktivitas siswa dalam pembelajaran materi peristiwa alam yang terjadi di SD Negeri050765
Gebang T.A 2021/2022

3. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
performansi guru dalam memberikan materi peristiwa lam yang terjadi di kelas V SD Negeri
050765 Gebang T.A 2021/2022 ?

C. TUJUAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Penelitian perbaikan pembelajaran ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus yaitu
sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di
kels V SD Negeri 050765 Gebang.

2. Tujuan Khusus

a. Memperbaiki pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam yang terjadi dengan
menggunakan metode problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2021/2022.

b. Memperbaiki cara belajar siswa pada pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam yang
terjadi dengan metode problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2021/2022.

c. Memperbaiki performansi guru pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang
terjadi dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar kelas V SD Negeri
050765 Gebang T.A 2021/2022.

13
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Manfaat penelitian yang di lakukan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
Penjelasan lebih lanjut mengenaimanfaat teoritis dan praktis akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu


pengetahuan. Penelitian ini dapat memberiklan referensi di bidang penelitian, terutama
dalam upaya pendidik untuk memperbaiki aktivitas belajar pada pelajaran IPA materi
peristiwa alam yang terjadi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat yang di peroleh berbagai pihak untuk memperbaiki kinerja,
terutama bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah. Adapun manfaat praktis yang didapat dari
hasil penelitian ini yaitu :

a. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti sendiri yaitu peneliti dapat memenuhi tugas pada mata
kuliah Pemantapan Pemampuan Profesional (PKP)

b. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat mendoong guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang lebih inovatif, tersedianya alternative dan dapat memperbaiki
performansi guru dalam membelajarkan materi peristiwa alam yang terjadi dengan
menggunakan metode problem solving dan media gambar.

c. Bagi siswa

Dapat memotivasi siswa sekaligus perbaikan pembelajaran IPA pada materi peristiwa
alam yang terjadi dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar.

d. Bagi Sekolah

Bagi SD Negeri 050765 Gebang sebagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat di
jadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
dan kualitas sekolah dalam pembelajaran di kel

14
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN TEORI

Kajian teori ini akan membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian yang di lakukan oleh peneliti. Berikut merupakan teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu :

A. Perbaikan Pembelajaran

a. Perbaikan

Perbaikan menurut KBBI adalah suatu tindakan untuk mengembalikan sesuatu


kekondisi yang lebih baik atau mendekati baru dengan mengubah, memperbaiki, atau
mengganti bagian tertentu. Jadi perbaikan merupakan bagian dari memperbaiki ulang
sehingga sesuatu yang sudah ada tetapi dalam kondisi yang kurang baik menjadi lebih baik
dan bisa bermanfaat. (KBBI, 2016)

Untuk mencapai pembelajaran yang optimal bagi peserta didik perlunya pendekatan
yang sistematik dan terpadu yang melibatkan unsure-unsur yang terkait dalam proses
pembelajaran. Perbaikan adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang di tujukan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar peserta didik agar tercapai hasil
belajar yang optimal (Cece Wijaya, 1996:53). Adapun perbaikan itu ditujukan pada seluruh
proses pembelajaran yang meliputi cara belajar, metode mengajar, cara melayanipeserta
didik, materi pembelajaran, fasilitas belajar dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi
proses pembelajarn tersebut.

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang di
berikan pendidik agar dapatterjadi prosesperolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik,
Dengan kata lain , pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. (Internet; Direktorat Pendidikan dan Pengajaran/Dikjar).

Sedangkan yang di kemukakan oleh Gagne(1997) Pembelajaran adalah seperangkat


peristiwa-peristiwaeksternal yang di rancang untuk mendukungbeberapa proses belajar
yang bersifat internal. Lebih lanjut Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih
lengkapdengan mengatakan bahwa pembelajaran di maksud untuk menghasilkan belajar,
situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupauntuk mengaktifkan, mendukung dan
mempertahankan proses internalyang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

15
Jadi perbaikan pembelajaran adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan untuk
menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar peserta didik
agar tercapai hasil belajar yang optimal sesuia dengan kemampuan masing-masing atau
bidang materi pelajaran yang dianggap sulit dikuasai. ( Cece Wijaya, 1996:53 )

Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal tentunya tidak terlepas dari
peran guru maupun siswa. Guru sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator seyogyanya
mampu menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan tumbuh kembangnya minat
siswa untuk belajar. Tugas kita sebagai guru adalah menciptakan suasana belajar yang
dapat mengembangkan semua kecerdasan yang ada pada setiap individu siswa (Thomas
Amstroy). Belajar menurut Gagne dalam Uno (2008), belajar adalah suatu proses dimana
suatu orgaisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman . Diharapkan setelah
mengalami proses belajar suatu organism dapat berubah perilakunya. Pembelajaran lebih
mengutamakan agar siswa dapat belajar secra optimal. Proses pembelajaran adalah suatu
kegiatan inti pelaksanaan pendidikan.

Robbins dalam Trianto ( 2012:15) mendefinisikan belajar sebagai proses


menciptakan hubungan pengetahuan yang sudah di pahami dengan pengetahuan yang baru.
Dari definisi ini, dimensi belajar memuat beberapa unsure, yaitu :

1. Penciptaan hubungan, yaitu pengetahuan yang lama dan yang baru.

2. Pengetahuan yang sudah di pahami

3. Sesuatu pengetahuan yang baru.

Gage dan Berliner (1984)dalam Rifa’I dan Anni (2011 : 82) menyatakan belajar
merupakan proses suatu organism mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Selanjutnya, menurut Slavina (2000) dalam Trianto (2012 : 16) “belajar secar umum
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik eseorang sejak lahir”.

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran


akan sangat mempengaruhi cara guru mengajar. Pembelajaran meurut pendapat beberapa
ahli yaitu : Briggs (1992) dalam Rifa’I dan Anni 2011 : 191) mendefinisikan pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga siswa itu memperoleh kemudahan. Selanjutnya, Gagne (1981) dalam rifa’I dan
Anni (2011: 192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa
eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar
ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangkam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Gagne (1977) dalam Huda (2013: 3) juga
menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam
kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya.

Trianto (2012:17) mendefinisikan bahwa “pembelajaran pada hakikatnya adalah

16
usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang di harapkan”.
Dari penengertian ini terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara
seorang guru dengan siswa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang di rancang oleh guru secara komplek
agar mempermudah siswa dalam belajar serta mampu mengaktifkan siswa dalam rangka
mencapai yang telah ditentukan.

B. PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Dalam mengikuti pembelajaran disekolah setiap siswa mengharapkan hasil belajar


yang baik. Perbaikan belajar yang baik dapat tercapai apabila dalam proses pembelajaran
juga baik. Dalam proses pembelajaran ada beberapa komponen yang sangat mempengaruhi
hasil belajar salah satunya guru dan siswa. Dimyati dan Mudjiono (2010 : 250-1)
menjelaskan hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi
siswa da guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannnya bahan pelajaran.

Rifa’I dan Anni (2011 :85) menyatakan hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Selanjutnya, Sudjana (2014: 22:3)
mengungkapkan dalam system pendidikan nasional tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikulermaupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor.

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni : pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kognitif keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah afektifberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan


bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, antara lain : gerakkan reflexs,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekpresif dan interperatif.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat di simpulkan bahwa perbaikan


merupakan proses perubahan perilaku kemampuan individu dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor menjadi
lebih baik setelah melalui proses pembelajaran.
17
C. AKTIVITAS BELAJAR SISWA DIMASA PANDEMI

Aktifitas belajar siswa adalah segala kegiatan yang di lakukan dalam proses interaksi
antara guru dan siswa dalam pembelajaran baik aktivitas di dalam kelas maupun kegiatan
belajar diluar kelas. Namun di masa pandemic ini baik sekolah dikota maupun sekolah di
daerah-daerah aktivitas belajar siswa di lakukan di rumah. Belajar dirumah dengan
menggunakan sistem daring melalui zoom meeting atau melalui WA grup.

Sadirman (2011 :100) menyatakan “aktivitas belajar adalah aktifitas fisik atau mental.
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus terkait”. Kaitan antar keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Selanjutnya menurut Slameto (2010 : 36) dalam
proses belajar guru perlu menimbulkan aktivitas siswa sendiri siswa dalam berfikir dan
berbuat. Penerimaan pelajaran jika aktivitas siswa sendiri, akan membuat kesan itu tidak
akan berlalu begitu saja bagi siswa. Diedrich (1967) dalam Sardiman (2011:101) membagi
kegiatan belajar dalam 8 kelompok antara lain:

1. Aktivitas melihat, misalnya membaca, memperhatikan gambar, percobaan, dan


pekerjaan orang lain.

2. Aktivitas berbicara, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,


menyalurkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan intrupsi.

3. Aktivitas mendengarkan sebagai contoh mrndengarkan : uraian, percakapan, diskusi,


music dan pidato

4. Aktivitas menggambar seperti menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.

5. Aktivitas membaca seperti menulis cerita, karangan, laporan angket dan menyalin.

6. Aktivitas gerak seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi,


bermain, berkebun dan beternak.

7. Aktivitas mental misalnya menaggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,


melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Aktivitas emosi seperti menaruh minat merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah,
berani, tenag dan gugup

D. PERFORMANSI GURU

Perkembangan perubahan pendidikan yang semakinmaju menuntut seorang guru untuk


lebih mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian
agar guru tidak tergerus oleh majunya pendidikan Oleh sebab itu, pemerintah melalui UU RI
Nomor 14 tahun 2005 BAB IV pasal 10 ayat 1 yakni” kompetensi guru dalam pasa 8 meliputi
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional yang di peroleh melalui pendidikan profesi”. Hamalik (2011 : 9) mengungkapkan
18
sebagai tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan profesionaldalam setiap
proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan kemampuan prifesional guru memiliki
peran seperti :

1. Guru sebagai fasilitator, yang memberi kemudahan bagi siswa dalam melaksanakan
pembelajaran.

2. Guru sebagai pembimbing, yang membantu siswa dalam proses pembelajaran apabila
mengalami kesulitan.

3. Guru sebagai penyedia lingkungan, yang mampu menciptakan lingkungan yang menantang
agar siswa mau mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Guru sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat.

5. Guru sebagai model, yang memberikan contoh yang baik bagi siswa.

6. Guru sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan yang dialami siswa.

7. Guru sebagai innovator, yang turut menebarkan permbaruan terhadap masyarakat.

8. Guru sebagai agen moral dan politik yang turut membina moral, siswa, masyarakat serta
menjujjung upaya-upaya pembangunan.

9. Guru sebagai agen kognitif, yang menyebarkan pengetahuan terhadap siswa dan
masyarakat.

10. Guru sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa didalam kelas sehingga proses
perbelajaran terlaksana.

Rusman (2012:22) menjelaskan ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru professional meliputi : kompetensi pedagogic, kompetensi personal, kompetensi
professional dan kompetensi sosial.

E. KAREKTERISTIK SISWA SEKOLAH DASAR

Manusia selalu mengalami proses perkembangan dimulai dari dalam kamdungan, bayi,
anak-anak hingga dewasa. Disetiap tahap mempunyai karakteristik sendiri-sendir. Sesuai
dengan teori perkembangan kognitif (pieget) siswa sekolaqh dasar termasuk dalam tahap akhir
pra operasional, operasional konkret dan awal operasional formal.

1. Pada tahap akhir operasional anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu
jawaban dari semua pertanyaan.

2. Pada tahap operasiaonal konkret, anak pada mampu untuk mengoperasionalkan berbagai
logika, namun masih dalam bentuk benda konkret.

3. Pada awal operasional formal, anak pada tahap ini mampu untuk berfikir abstrak, idealis,
simbolis tetapi masih belum mencapai tahap yang sempurna (Rifa’I dan Anna 2011 : 29-30).
19
Dari apa yang dipelajari di sekolah , siswa belajar menghubungkan konsep-konsep baru
dengan konsep yang lama. Piaget dalam Trianto menggambarkan tahap perkembangan kognitif
pada table 1.1 berikut.

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan kognitif

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan Utama


Sensorimotor Dari lahir sampai usia 2 tahun Terbentuknya konsep kemampuan objek
dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif
ke perilaku yang mengarah pada tujuan,
Pra Usia 2 tahun sampai usia 7 Perkembangan kemampuan pada symbol-
operasional tahun simbol untuk menyatakan objek dunia,
cpemikiran masih egosentris dan sentrasi.
Operasional Usia 8 tahun sampai usia 11 Perbaikan kemampuan dalam berfikir
Konkret tahun secara logis. Kemampuan-kemampuan
baru penggunaan operasi-operasi yang
dapat balik. Pemikiran tidak lagi
sentralisasintetapi desintrasi, dan
pemecahan masalhtidak begitu dibatasi
oleh keegosentrian.
Operasional Usia 11 tahun sampaiusia Pemikiran abstrak dan murni simbolis
formal dewasa mungkin dilkukan. Masalah dapat
dipecahkan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematis.

Sugianto (2011) menjabarkan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu :

1. Siswa sekolah dasar senang bermain terutama untuk siswa kelas rendah.

2. Siswa sekolah dasar senang bergerak, berbeda dengan orang dewasa yang suka duduk
berjam-jam, sedangkan anak0anak hanya mampu duduk sekitar kurang lebih 30 menit.

3. Siswa sekolah dasar senang bekerja dalam kelompok.

4. Siswa sekolah dasar senang malakukan atau mempraktekkan sesuatu secara langsung.

Jadi dalam memperbaiki pembelajaran di sekolah dasar guru sebaiknya menggunakan


benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa atau bisa juga media berupa gambar dan
menggunakan metode yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Dengan mengetahui tahap
-tahap kognitif anak dapat membantu memudahkan tatkala melakukan pembelajaran di dalam
kelas.

20
F. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris, yaitu
natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Natural memiliki arti berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan alam, yaitu ilmu tentang alam, yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini (Samatowa 2011: 3). Sementara, Susanto (2013: 167) mengemukakan “sains atau IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan
suatu kesimpulan”.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan Powler (1992) dalam Samatowa (2011: 3) “IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur berlaku umum yang merupakan kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen yang sistematis”. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa indonesia disebut dengan pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan sebagai produk, proses dan sikap.
Sementara Winaputra (1992) dalam Samatowa (2011: 3) mengemukakan bahwa bahwa
“IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi
memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan salah”. Berdasarkan ulasan dari para ahli
maka dapat disimpulkan IPA/Sains merupakan ilmu yang membahas tentang alam secara
sistematis yang dalam memahaminya dilakukan dilakukan dengan pengamatan, prosedur,
penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan.

G. PEMBELAJARAN IPA DISEKOLAH DASAR

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga sebagai pendidikan Sains disingkat
menjadi IPA. IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikukum pendidikan di Indonesia,
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi
penting. Struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur ilmuan. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan
hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Ini sejalan dengan pengertian dan definisi para ahli berikut:
Marjono (1996) dalam Santoso (2012: 167) pada jenjang sekolah dasar yang harus
diutamakan dalm pembelajaran IPA, yaitu bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan
berpikir kritis anak terhadap suatu masalah yang terjadi di sekitarnya. Selanjutnya, Santoso (2012:
167) mendefinisikan “hakikat pembelajaran sains sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa
indonesia disebut dengan pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu
ilmu pengetahuan sebagai produk, proses, dan sikap”.
Samatowa (2011: 2) mengungkapkan IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan
proyek di lingkungan. Perkembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki kesesuaian dengan
tingkat perkembangan kognitifnya.
21
Piaget dalam Santoso (2012: 170) menyatakan bahwa anak sekolah dasar yang berkisar
antara 6 atau 7 tahun samapai dengan 11 atau 12 tahun masuk kedalam kategori fase operasional
konkret. Pada fase ini anak menunjukan sikap keingintahuannya cukup tinggi mengenali
lingkungannya. Dalam kaitnya dalam pembelajaran sains, anak sekolah dasar siswa harus
diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
bersikap terhadap alam, sehinggga dapat mengetahui rahasia dan gejala alam. Sementara itu,
BSNP (2006), dalam Susanto (2012: 171) menjabarkan tujuan pembelajaran IPA di SD/MI agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga da melestarikan
lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasr ubtuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi.

H. METODE PEMBELAJARAN

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal
(Sanjaya,2007:145). Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan pendidik
dalam melakukan interaksi dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung
secara bervariasi dalam proses pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran dalam urutan
kegiatan pembelajaran, disarankan menggunakan satu atau dua kombinasi dari beberapa metode
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembelajaran yang ditetapkan. Metode
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.

Metode pembelajaran sangat menentukan pembelajaran keberhasilan untuk mencapai


keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran
harus fleksibel dalam menentukan metode pembelajaran mana yang harus digunakan.Menurut
Edgar B. Wesley dan Stanley yang dikutip Abdul Azis. W menyatakan metode mengajar adalah kata
yang digunakan untuk menandai rangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya
adalah belajar pada siswa. Dan metode mengajar dapat diartikan sebagai proses atau prosedur
yang hasilnya adalah belajar atau dapat pila merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif
(Majid, 2008 : 142 ). Walaupun banyak metode pembelajaran, tidak dapat dianggap bahwa metode
22
pembelajaran tertentu paling baik, karena setiap metode pembelajaran mempunyai karakterisristik
tertentu. Metode pembelajaran yang dipilih harus di dasarkan kepada kajian hasil, karena metode
pembelajaran yang digunakan berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
Dari uraian di muka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan dalam
proses belajar dan mengajar, sehingga guru dalam menggunakan metode yang variatif dapat
saling melengkapi kekurangan dalam suatu metode agar tujuan pembelajaran tercapai dan
pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan.

a. Metode Problem Solving (Metode pemecahan Masalah)


Metode problem solving dikembangkan oleh John Dewey (1913), titik berat pada metode ini
“pemecahan masalah secara rasional, logis benar dan tepat dengan penentuan alternative yang
berguna (Jhon Dewey : 1993) Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan cara
memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan
berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya
untuk memecahkan masalah. Menurut (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006 : 92 ) ; menjelaskan
bahwa metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan. Penggunaan metodeini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa dan sesuai
taraf kemampuan.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara. Dalam hal ini siswa harus berusaha memecahkan
masalah sehingga betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama
sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah yang dihadapi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bransford Strain, Hayes, Strenberg yang dikutip oleh
(Janet. E Davinson dan Robert J.S, 2003 : 3-4), menjelaskan bahwa di dalam problem solving
dibagi menjadi beberapa siklus.
Siklus tersebut terdiri dari beberapa tahap yang mana pemecahan masalah tersebut harus
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah.
2. Menjelaskan dan menggambarkan masalah tersebut.
3. Mengembangkan strategi pemecahan.
4. Mengorganisasi pengetahuan mereka tentang masalah tersebut.
5. Mempersiapkan fisik dan mental untuk memecahkan masalah.
6. Mengawasi kemajuan mereka dalam menuju tujuan.
23
7. Mengevaluasi solusi mereka apakah sudah sesuai dengan pemecahan masalah tersebut.
Menurut (Conny R. Semiawan, 2009 : 36), bahwa Siklus problem solving melalui lima langkah
yaitu identifikasi masalah, memperoleh sumber untuk pengatasan masalah, melengkapi strategi
pengatasan masalah, monitoring, dan evaluasi terhadap pengatasan masalah. Pendapat senada
juga dinyatakan oleh (Utomo Danajaya, 2010 : 131 ) menjelaskan Problem solving dilakukan
dengan proses:
1. Identifikasi Masalah.
2. Merumuskan masalah.
3. Melaksanakan eksperimen/percobaan.
4. Memonitor perkembangan.
5. Mencatat keberhasilan dan kegagalan.
6. Memperbaiki kegagalan atau mengembangkan keberhasilan sehingga dicapai tujuan.

Metode pemecahan masalah adalah penyajian bahan ajar oleh guru dengan merangsang
anak berpikir secara sistematis dengan menghadapkan siswa kepada beberapa masalah yang
dipecahkan. Langkah-langkah penggunaan metode pemecahan masalah diantaranya :
1. adanya masalah yang harus dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari dalam diri siswa
sesuai dengan taraf kemampuan dan perkembangan.
2. Mencari data, fakta atau keterangan yang dipergunakan dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapi atau dibahas. Fakta, data dan keterangan bisa diperoleh melalui membaca
buku-buku dan literatur lainnya, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain.
3. Menetapkan hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data, fakta serta keterangan
yang telah diperoleh, pada langkahsebelumnya di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah dengan melakukan analisis terhadap data, fakta serta keterangan yang
ada sebagai alternatif pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
5. Membuat kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi setelah melakukan pengujian terhadap jawaban sementara atau
hipotesis,.
6. Mencoba dan menerapkan kesimpulan yang diambil dalam bentuk perbuatan (Syarifuddin,
2007 :150).
Berdasarkan beberapa pendapat di muka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
problem solving merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan rangsangan
belajar kepada peserta didik untuk dapat membuat mereka berpikir secara nyata dan
menganalisis, memecahkan masalah kemudian mengambil kesimpulan dari masalah yang
ada dengan langkah-langkah yang sudah di terapkan. Adapun langkah-langkah tersebut
yaitu :
1. Identifikasi masalah.
2. Mencari data untuk memecahkan masalah.
3. Menetapkan strategi dan hipotesis atau jawaban sementara.
4. Menguji kebenaran hipotesis.
24
5. Membuat kesimpulan.
6. Mencoba dan menerapkan kesimpulan.

b. Penerapan Metode Problem Solving Pada Pembelajaran IPA

Penerapan metode pembelajaran Problem Solving cocok diterapkan pada pelajaran


IPA di SD terutama di kelas tinggi. Menurut Anjrah Setyarka (2016:2) Model Problem
Solving yang diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang sudah dapat
berfikir secara sistematis, gemar menyelidiki, mencoba, dan bereksperimen yang
berkaitan dengan benda dan peristiwa yang konkret”.
Siswa kelas tinggi juga memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dengan menerapkan
logika berfikir yang dimilikinya. Anjrah Setyarka dalam Susanto (2016:3) “Siswa kelas V
berada dalam tahap operasional konkret, banyak aspek yang berkembang pada diri anak seperti
aspek fisik, sosial, emosional, moral, dan anak mulai berfikir logis serta sitematis untuk mencapai
pemecahan masalah”. Metode Pembelajaran Problem Solving pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dalam penelitian (Dewi Lestari. 2017:48) menyimpulkan bahwa pembelajaran
IPA pada materi peristiwa alam yang terjadi pada kelas V SD Negeri 050765 Gebang T/A
2021?2022 yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Solving efektif
karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Problem Solving
juga dapat memperbaiki prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

c. Kelebihan Pembelajaran Metode problem Solving


Menurut Aris Shoimin (2014: 137-138) model pembelajaran Problem Solving memiliki
kelebihan antara lain sebagai berikut :
1. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahka
nmasalah secara terampil.
3. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik secara kreatif.
4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
6. Berfikir dan bertindak kreatif

d. Kekurangan Pembelajaran Metode Problem Solving


Menurut Aris Shoimin (2014:138) model pembelajaran Problem Solving memiliki
kekuranganantara lain sebagai berikut:
1. Memerlukan cukup banyak waktu.
2. Melibatkan lebih banyak orang.
3. Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru.
4. Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.
5. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini. Misal terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulkan kejadian
25
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan metode pembelajaran Problem
Solving yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu masalah dimana siswa ditugaskan untuk menganalisis
masalah tersebut, dan mencari kemungkinan-kemungkinan jawaban dari pemecahan
permasalahan yang ada serta menerapkan jawaban sekaligus sebagai pembuktian
hipotesis/jawaban yang telah dibuat sehingga diperoleh suatu kesimpulan atau pemecahan dari
masalah tersebut. Dengan langkah-langkah perumusan masalah, mencari jawaban sementara,
pemecahan masalah sekaligus pembuktian jawaban.

I. MEDIA
Banyak yang bertanya apa sih itu media, dalam berbagai literature disebutkan bahwa
media adalah saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk
jamak kata medium. Secara harfiah media adalah perantara, yaitu perantara antar sumber
pesan dengan menerima pesan. Beberapa hal yang termasuk kedalam mediaadalah film,
televise, diagram, media cetak, computer dan lain sebagainya. Media merupakan alat yang
dapat membantu dalam keperlua dan aktivitas, yang dimana sifatnya dapat mempermudah bagi
siap[a saja yang memfaatkannya. Secara lebih khusus, penegertian media dalam proses
mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Adanya media dirasakan memang sangat membantu proses belajar mengajar, hal
tersebut dikarenakan guruakan mudah dalam kegiatan mengajarnya serta dapat meningkatkan
perhatian siswa pada kegiatan belajarnya. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat di jadikan sarana penyaluran komunikasi dan pesan.
Dalam keghiatan belajar mengajar, media merupakan sesuatu yang sangat baik dan bermanfaat,
dimana sebagai sesuatu yang bisa menjadi penghubung komunikasi antara guru dan siswa.
Dalam dunia belajar-mengajar (pendidikan) seorag guru dituntut harus menggunakan media
pembelajaransebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar.penggunaan media dalam
pembelajara ini dapat membantu para peserta didik untuk membarikan pengalaman yang
bermakna. Penggunaan media juga dapat membantu para peserta didik dalam memahami
segala yang abstrak.
Media atau sumber belajar secara garis besarnya terdiri dua jenis yaitu :
1. Media atau sumber belajar yang dirancang yaitu media atau sumber belajar yang secara
sengaja dan khusus dirancang dan dikembangkan sebagai komponan sistem instruksional
untuk memberikan fasilitas belajar yang bersifat formal dan ter arah.
2. Media tau sumber belajar yang dimanfaatkan, adalah merupakan media atau sumber belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan dalam pembelajaran dan keberadaannya
ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

a. Jenis – jenis Media


Ada tiga jenis media yang sering digunakan dalam pembelajaran yaitu :
1. Media Visual
Media visual adalah media yang mengandalkanindra penglihatan. Biasanya memanfaatkan
alat proyeksi atau proyektor sebagai perantara. Pesan yang akan disampaikan atau
26
dituangkan kedalam bentuk visual.
Jenis media visual dibedakan menjadi dua jenis yaitu : media visual diam dan media visual
gerak. Keduanya bisa dikombinasikan atau digunakan salah satunya. Selain itu, fungsi media
visual juga berguna untuk menarik perhatian, memperjelas materi yang disajikan,
menggambarkan fakta yang mungkin dapat dengan mudah dicerna dan diingta dalam bentuk
visual.
2. Media Audio
Media audio dapat digunakan untuk menyalurkan pesan ke penerima pesan.Media audio
berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari pesan yang diterima, media audio dapat
menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian
dan vokalisasi). Contoh media audio antara lain radio, tape recorder, telepon, laboratium
bahasa dan lain-lain.
3. Media Audio Visual
Media audio visual dapat menampilkan suara dan gambar. Jenis media ini lebih menarik
disbanding visual saja atai audio saja. Kombinasi untuk merangsang indra pendengaran dan
penglihatan. Adapun media audio visual dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
media audio visual diam dan gerak. Salah satu contoh dari media audio visual diam ialah TV
diam, buku bersuara dan halaman bersuara dan lain sebagainya.

b. Fungsi Media
Ada beberapa fungsi dari media, yaitu :
1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan.
2. Mengatasai keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan indra manusia.
3. Sarana untuk mengekspresikan pendapat, ide dan gagasan dengan lebih gamblang
4. Untuk hiburan, relaksasi dan pengalihan perhatian dari ketegangan sosial yang dialami
seseorang.
5. Sarana pendidikan yang memudahkan segala metode pembelajaran.
6. Pengawasan dan kontrol sosial tertentu.
7. Mencari prhatian khalayak.
8. Memengaruhi khalayak
9. Menunjukkan eksistensi dan tempat menyampaikan pesan tertentu.
c. Media Gambar
Pengertian media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam
bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan,
potret, slide, film, strip, opaque proyektor (Oemar Hamalik, 1994:95). Berdasarkan uraian di
atas media gambar adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
berbentuk dua dimensi yang diwujudkan secara visual, yang bertujuan untuk memperjelas
konsep atau materi dalam proses pembelajaran.
Media gambar sangat penting digunakan dalam pembelajaran karena denga
menggunakan media gambar dapat memperjelas suatu pengertian kepada peserta didik. Dan
dengan menggunakan media gambar secara otomatis siswa akan lebih memperhatikan
pelajaran dan siswa juga lebih termotivasi dalam belajar. Media gambar juga dapat membantu
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena gambar merupakan media yang murah dan

27
mudah untuk di dapat serta besar manfaatnya utuk mempertinggi nilai pembelajaran. Karena
media gambar dapat memberikan pengertian yang luas, kesan dan pengalaman tersendiri bagi
siswa yang mudah di ingat dan sulit dilupakan.
Adapun beberapa manfaat dari media gambar adalah penjelasan dan penyampaian
mengenai berbagai informasi, pesan, ide dan sebagainaya dengan lebih banyak memberikan
kesan tampa menggunakan bahasa verbal. Hamalik juga mengemukakan dalam (Arsyad,
2003:15) mengatakan “bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa”.

J. PERISTIWA ALAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan
bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006)
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala
alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI,2007).

Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel 2.2

28
Tabel 2.2 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya
No. Jenis Penyebab Beberapa Contoh kejadian
Peristiwa Alam Peristiwa Alam
1 Peristiwa alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
longsor/gerakan tanah, atau abrasi.
2 Peristiwa alam klimatologi Banjir, banjir bandang, angin putting beliung,
kekeringan, kebakaran hutan (bukan ulah manusia)
3 Peristiwa alam ekstra- Impact atau hantaman benda angkasa.
terestrial
Sumber : Kamadhis UGM, 2007

Secara alami alam selalu aktif melakukan aktivitas. Alam memang mempunyai
kekuatan lebih dahsyat dari pada mahluk hidup. Aktivitas alam berbentuk gempa bumi,
gunung meletus, banjir tanah longsor, dan angin putting beliung. Semua jenis aktivitas alam
ini disebut juga peristiwa alam. Peristiwa alam membawa dampak bagi kehidupan mahluk
hidup dan lingkungan. Peristiwa alam memang sering kali mengakibatkan kerusakan disana-
sini.
1. Gempa bumi mengakibatkan pohon-pohon tumbang, bangunan runtuh,tanah terbelah,
dan mahluk hidup menjadi korban.
2. Gunung meletus memuntahkan lava (lahar) dan awan panas ke sekitarnya. Lava adalah
cairan panas yang dikeluarkan gunung berapi saat meletus. Jika bercampur dengan air
hujan, dapat mengakibatkan banjir lahar dingin. Muntahan gunung yang meletus
mengakibatkan kerusakan cukup parah. Gunung meletus sering disertai dengan gempa
bumi. Gempa bumi yang disebabkan gunung yang meletus di sebut gempa bumi
vulkanik. Misalnya, saat Gunung Krakatau meletus mengakibatkan gelombang airlaut
yang sangat dahsyat dan gempa bumi.
3. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai hal. Banjir diawali dengan curah hujan yang
sangat besar. Jika tidak mendapat tempat untuk menampung atau mengalir, air hujan
dapat mengakibatkan banjir. Sering kali sungai tidak mampu menampung air hujan
sehingga air meluap menjadi banjir. Sungai dikota menjadi dangkal dan sempit akibat
banyak sampah yangdibuang kedalamnya.
4. Tanah longsor sering kali diawali hujan deras. Akibat penggundulan hutan, tanah tidak
sanggup menahan terjangan air hujan. Tanah longsor meruntuhkan semua benda yang
ada diatasnya.
5. Angin putting beliung ditimbulkan oleh angin kencang yang terjadi bersama-sama
dengan hujan topan badai sanggup menerbangkan atap rumah, mobil, danbenda-benda
berat lainnya.

Beberapa peristiwa alam tidak dapat kita cegah. Gunung meletus, gempa bumi dan topan
badai dapat terjadi begitu saja. Kita hanya bisa memperkirakan kapan peristiwa alam itu terjadi.
Pemerintah indonesia membentuk badai. Meterologi dan Geofisika anatara lain untuk dapat
mengetahui peristiwa alam yang akan terjadi. Kemudian, informasi itu diumumkan kepada
masyarakat sehingga dapat menyelamatkan diri. Namun demikian, ada peristiwa alam yang
29
masih dapat kita cegah, yaitu banjir dan tanah longsor.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk mencegah peristiwa alam sehingga dapat
menyelamatkan diri diantara lain sebagai berikut :
1. Selalu membuang sampah di tempatnya. Jangan membuang sampah disungai, selokan
atau saluran air lainnya.
2. Tidak mendirikan bangunan di sepanjang tepi sungai. Hal ini dapat mempersempit sungai.
3. Melakukan penanaman pohon, khususnya di lereng bukit atau lahan miringlainnya. Dapat
pula dibuat dibuat sengkedan (teras) agar tanah tidak longsor diterjang air hujan.

30
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, tempat dan waktu penelitian, Teknis Analis data

a. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang semester II tahun ajaran
2021/2022 yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.
Adapun latar belakang dipilihnya kelas ini menjadi subjek penelitian karena kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas V khususnya pada materi peristiwa alam masih
rendah.

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri 050765 Gebang


Kec. Gebang Kab. Langkat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 April sampai 18 April
2022. Karakteristik siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang Kec. Gebang Kab. Langkat,
memiliki semangat dan minat belajar yang masih rendah, aktivitas belajar yang masih pasif.
Oleh karena itu, guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang lebih aktif, kreatif,
komunikatif, dan sistematis yang dapat menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan yaitu dengan penerapan metode problem solving dan penggunaan media
gambar pada materi peristiwa alam yang terjadi. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
semester gnap tahun ajaran 2021/2022 yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
Pelaksanan tindakan dalam penelitian ini di sesuaikan dengan jadwal di sekolah.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No. Siklus Hari/Tanggal Kelas Mata Tempat
Pelajaran
1 Siklus 1 Senin/11 April 2022 V IPA SD Negeri 050765
2 Siklus 2 Senin/18 April 2022 V IPA Gebang

c. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh pada PKP ini diperoleh dari segala sesuatu yang menjadi sumber
informasi berupa data akurat yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data yang digunakan
pada penelitian PKP dengan menerapkan metode problem solving dan media gambar pada
siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang sebagai berikut:
1. Siswa
Sumber data dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas V SD Negeri
050765 Gebang , yang berjumlah 20 siswa. Data yang diperoleh dari siswa akan diambil
data aktivitas dan hasil belajar. Aktivitas belajar diukur melalui pengamatan oleh guru
dengan menggunakan lembar pengamatan. Sementara hasil belajar siswa akan diukur
menggunakan tes formatif.

31
2. Guru

Data yang akan diambil berupa performansi guru selama proses pembelajaran IPA melalui
metode pembelajaran problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang. Performansi guru ini diamati melalui Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG)
yang terdiri dari APKG I untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dan APKG II untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, serta kesesuain
pelaksanaan metode problem solving dan penggunaan media gambar.

B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Deskripsi Per Siklus

a. Siklus I

1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan pada tanggal
11 april 2022, berupa penyusunan skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan mtode
problem solving dan penggunaan media gambar. Pada tahap ini perencanaan tindakan
adalah sebagai berikut :
1. Peneliti membuat RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) dalam bentuk karakteristik
kuantitatif.
2. Peneliti mempersiapkan kegiatan pengembangan materi tentang peristiwa alam yang
terjadi.
3. Peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi.

2. Pelaksanaan
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan dalam pelaksanaan
skenario pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
tanggal 11 April 2022 adalah :
1. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Peneliti memberikan contoh mengenai peristiwa alam yang terjadi terutama kejadian yang
ada di Indonesia.
3. Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok.
4. Peneliti membagikan permasalahan yang akan di pecahkan oleh siswa pada setiap
kelompok.
5. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk bertanya jika ada kelompok yang belum
memahami isi materi.
6. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai metode
problem solving.
7. Peneliti menunjuk kelompok yang sudah selesai untuk membacakan hasil dari mencari
masalah yang terjadi pada materi peristiwa alam.
8. Peneliti memberi tahu pada kelompok yang yang belum menyelesaikan tugasnya agar
mendengarkan hasik dari kelompok yang sudah selesai sekaligus mencatat nya

32
9. Sebagai kegiatan akhir guru menyimpulkan isi materi yang telah dipelajar.
Kegiatan belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun.

3. Pengamatan
Observasi yang telah dilakukan guru atau peneliti selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi. Selama tindakan yang dilakukan
oleh peneliti, guru sebagai observer mengamati cara penyampaian materi pembelajaran
kepada siswa untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman siswa dalam
pembelajaran pada materi peristiwa alam yang terjadi.
4. Tahap Refleksi
Dari hasil refleksi yang dilakukan guru, peneliti memiliki kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran. Kelemahan peneliti dalam memberi apersepsi tidak sesuai dengan
materi yang dipelajari, peneliti dalam menjelaskan materi secara ringkas guru masih
memakan waktu sedikit lebih lama, tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dan peneliti
kurang bisa mengatur waktu dalam pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk mengkaji hasil
tindakan, hasil observasi dianalisis untuk membantu tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan siklus II.

b. Siklus II

1. Perencanaan
Merancang dan menyusun kembali Rencana Perbaikan Pembelajaran pada tanggal 18 April
2022 serta mengoptimalkan pembelajaran pada pertemuan ke dua, agar nantinya
kesalahan yang telah direfleksi pada siklus I tidak terulang di siklus II. Lembar observasi
sebanyak 2 rangkap yang bertujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan
dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan untuk melihat keseriusan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 April 2021
adalah sebagai berikut :
1. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.
3. Peneliti menjelaskan materi mengenai peristiwa alam yang terjadi.
4. Peneliti membagikan permasalahan yang akan di pecahkan oleh siswa pada setiap
kelompok.
5. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk bertanya jika ada kelompok yang belum
memahami isi materi.
6. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai penggunaan
metode problem solving.
7. Peneliti memberikan contoh mengenai cara memecahkan masalah pada materi
peristiwa alam yang terjadi.

33
8. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk memecahkan permasalahn yang sudah
peneliti bagiakn permasalahannya.
9. Peneliti menunjuk kelompok yang sudah selesai untuk membacakan hasil dari mencari
masalah yang terjadi pada materi peristiwa alam.
10. Peneliti memberi tahu pada kelompok yang yang belum menyelesaikan tugasnya agar
mendengarkan hasik dari kelompok yang sudah selesai sekaligus mencatat nya
11. Sebagai kegiatan akhir guru menyimpulkan isi materi yang telah dipelajar.
3. Pengamatan
Dalam tahap ini guru sebagai observer mengamati proses tindakan pembelajaran yang
sedang berlangsung sehingga dapat diketahui pemahaman siswa selama pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan. Setelah proses pembelajaran diberikan kepada siswa
ternyata diperoleh perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik dari
pelaksanaan siklus I maka perbaikan pembelajaran pada siklus II berhasil.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar, serta melihat
kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada
siklus II. Kegiatan refleksi siklus II masih melihat kelemahan yang dilakukan penulis yaitu
dalam Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru memerlukan waktu yang
relatif panjang, namun pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dari
siklus I. Maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II berhasil.

C. TEKNIK ANALISIS DATA

Semua data yang diperoleh dikaji dan dianalisis secara kolaboratif antara peneliti, guru mitra,
dan observer. Setelah hasil analisis diketahui dilakukan kegiatan refleksi penelitian. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data penelitian yang berupa angka-angka (Sugiyono, 2013: 7). Data
ini diperoleh dari hasil belajar yang meliputi tes tertulis pada siklus I maupun siklus II, hasil
pengamatan aktivitas belajar siswa dan hasil dari performansi guru yang sudah diolah. Data hasil
belajar Siswa dalam penelitian tindakan perbaikan kelas ini, untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa dari tes,
Keterangan:
Nilai akhir = B/Nx100 ( skala 0 – 100 )
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
N= banyaknya butir soal
Poerwanti dkk (2008: 6.3)
2. Untuk menentukan rata-rata kelas
Keterangan:
NR = ∑NA/SN
NR = Nilai Rata-rata
NA = Nilai Akhir
SN = Jumlah Siswa

34
(Poerwanti dkk 2008: 6-25)
3. Menentukan persentase tuntas belajar klasikal
Jumlah siswa memenuhi kkm x 100

Persentse Tuntas Belajar = Jumlah siswa seluruhnya.

Tabel 3.2 Kriteria Tingaat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Persentase Kriteria
≥ 80 % Sangat tinggi
60 – 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
≤ 20 % Sangat rendah
( Yonni, dkk, 2010 : 175 )

b. Data hasil observasi Guru

Data Hasil Observasi Performansi Guru dan Pengamatan Hasil Pelaksanaan Terhadap
Kesesuaian Pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar. Untuk
mengukur performasi guru, digunakan (Alat Penilaian Guru) APKG sebagai pedoman penilaian dan
lembar pengamatan pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar dalam
perencanaan perbaikan pembelajaran (APKG I) terdapat 6 aspek yang dinilai dengan skor
maksimal 4, sedangkan pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran (APKG II) ada 7 aspek
dengan skor maksimal 4. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Nilai APKG 1

APKG = A+B+C+D+E+F
6
Nilai APKG 2
APKG 2 = P+Q+R+S+T+U+V 7
Performasi guru
APKG ! = (APKG !) + (2xAPKG 2)
3
APKG 1 = Kemampuan guru dalam merencanakan perbaikan pembelajaran.
APKG 2 = Kemampuan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran
PG = Performasi guru dalam perbaikan pembelajaran
Lembar pengamatan metode problem solving dan media gambar berbentuk checklist dengan
6 indikator pengamatan. Perolehan pada tiap aspek yang diamati pada masing-masing lembar
pengamatan pelaksanaan metode problem solving dan media gambar tergantung pada jumlah
deskriptor yang tampak. Jumlah skor maksimal dalam lembar pengamatan pelaksanaan metode
yaitu : Sebelum dapat menentukan nilai akhirnya, skor perolehan dari lembar pengamatan
pelaksanaan model ditransfer kenilai atau dilakukan konversi skor dan nilai terlebih dulu menurut
Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Konversi skor dan nilai kesesuaian pelaksanaan
metode problem solving dan media gambar

35
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 4,76 6 28,57 11 52,38 16 76,19 21 100
2 9,54 7 33,33 12 57,14 17 90,95
3 14,29 8 38,10 13 61,90 18 85,71
4 19,05 9 42,86 14 66,67 19 90,48
5 23,81 10 47,62 15 71,43 20 95,24

Untuk mendapatkan nilai akhir minimal kesesuaian pelaksanaan perbaikan metode


problem solving dan media gambar diperlukan persyaratan skor terendah 15 dengan nilai akhir
minimal. Hasil dari perhitungan tersebut mengacu pada penilaian kriteria keberhasilan perfomansi
guru, seperti berikut. Skor perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan kreteria
keberhasilan performasi guru pada skala berikut: Rentang skor performansi guru
Tabel 3.4 Kriteria Performansi Guru
Nilai Huruf
86 – 100 A
81 – 85 AB
71 -80 B
66 – 70 BC
61 -65 CD
51 – 55 D
≤ 51 E
(Pusat pengembangan PPL, UNNES 2013:14)
c. Analisis Data Kualitatif
Yonni, dkk (2010: 61) menjelaskan analisis data secara kulitatif dilakukan melalui tahap-
tahap reduksi. Langkah reduksi dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi data mentah menjadi bermakna untuk menampilkan bahan-
bahan sebagai dasar menyusun jawaban atas tujuan pemantapan kemampuan propesional
(PKP). Paparan data dilakukan dengan cara lebih sederhana dan bermakna dalam bentuk narasi,
tabel, grafik atau bagan. Adapun analisis data yang digunakan sebagai berikut:

a. Menentukan aktivitas belajar siswa


Untuk menganalisis aktivitas belajar siswa aspek yang diamati sebagai berikut:
1. Keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru tentang materi daur air danperitiwa alam
3. Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru.
4. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.
5. Kerjasama siswa dalam kelompok menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
6. Keberanian siswa dalam mengungkapkan tanggapan atau pendapat.
7. Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

b. Menentukan nilai performansi guru


Ada tiga kategori yang diamati selama penelitian dalam kaitannya dengan performansi guru,
yaitu pengamatan dalam perencanaan (APKG I), pelaksanaan pembelajaran (APKG II) dan
36
pelaksanaan terhadap kesesuaian pelaksanaan metode problem solving dan media gambar
yaitu:
1. Menentukan Perolehan Nilai APKG I Untuk menganalisis performansi guru aspek yang
diamati adalah sebagai berikut:
A = merumuskan tujuan pembelajaran
B = mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media dan sumber belajar
C = merencanakan skenario kegiatan pembelajaran
D = merancang pengelolaan kelas
E = merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian
F = tampilan dokumen rencana pembelajaran
2. Menentukan Perolehan Nilai APKG II
P = mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
Q = melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Explicit
Instruction.
R = mengelola interaksi kelas
S = bersikap terbuka dan luwes dalam mengembangkan sikap positif siswa terhadap
pembelajaran
T = membimbing siswa dalam melatih keterampilan berkesenian
U = melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar
V = kesan umum kinerja guru/calon guru.
3. Pelaksanaan Terhadap Kesesuaian penggunaan metode problem solving dan media gambar
Yaitu :
1. Persiapan, pada tahap ini guru mempersiapkan materi dengan matang dan merancang
kelompok sesuai dengan kemampuan.
2. Penyajian materi, pada tahap ini guru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian menggali pengetahuan
awal siswa, dan menyajian materi dengan metode yang telah ditentukan
3. Belajar kelompok, pada tahap ini guru membentuk kelompok diskusi, mengarahkan
jalannya kerja kelompok, memberikan tugas kelompok. Selanjutnya guru menyuruh
siswa melaksanakan kerja kelompok/diskusi klasikal, guru berperan sebagai motivator
dan fasilitator.
4. Pelaksanaan pembelajaran, pada tahap ini guru memberi sejumlah kupon berbicara
kepada siswa, memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi,
mempersilakan siswa lain untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban dari siswa
yang telah menjawab. Selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk
menjawab/memberi tanggapan terhadap masalah yang dihadapi dan menilai hasil
jawaban dari tiap siswa berdasarkan waktu yang digunakan.
5. Tes individu, pada tahap ini guru mengawasi siswa mengerjakan soal formatif secara
individu tanpa adanya kerja sama, dan bersama-sama mengkoreksi hasil pekerjaan
siswa.
6. Perhitungan skor perkembangan, pada tahap ini guru melakukan perhitungan terhadap
hasil belajar siswa.

37
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian pelaksanaan siklus

Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang. Untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan dalam belajar pada siswa kelas V. Peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan awal,
yaitu melakukan observasi terlebih dahulu. Penelitian tahap awal dilaksanakan pada hari Senin 11
April 2022. Penelitian tahap awal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang nantinya
digunakan sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh sesudah perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar pada materi peristiwa alam
yang terjadi.

Dalam pembelajaran IPA, guru cenderung ceramah dan menulis latihan soal di papan tulis
kemudian siswa disuruh mencatat, menghafal dan mengerjakan tugas. Guru juga jarang
menggunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan pembelajaran IPA Tentu saja, banyak
siswa yang merasa kesulitan dab bosan saat belajar karena siswa masih berada ditahap
operasional konkret yang tidak bisa lepas dari dunia nyata. Guru juga masih berperan sebagai
aktor pembelajaran dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga banyak siswa
yang asyik bermain sendiri saat pembelajaran.

a. Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan
kegiatan yang dilakukan yaitu merencanakan tindakan pada tanggal 11 April 2022, berupa
penyusunan skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan metode problem solving. Pada
tahap ini perencanaan tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Peneliti membuat RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran).
2. Penelitian melakukan observasi sebelum melakukan pembelajaran
3. Peneliti mempersiapkan kegiatan pengembangan materi tentang keputusan bersama.

2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 11 April 2021 adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
1. Guru memberikan salam kepada siswa.
2. Siswa dan guru berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran hari ini.
3. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
4. Guru bertanya kepada siswa tentang bencana alam atau peristiwa alam yang pernah terjadi
dimasa pandemic dan didaerah mana saja.

Kegiatan Inti
38
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. Guru menampilkan gambar mengenai peristiwa alam yang terjadi.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai peristiwa alam yang terjadi.

3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh peristiwa alam yang
pernah dilihat atau dirasakan sendiri oleh siswa itu sendiri.

4. Guru menjelaskan tentang bahayanya bencana alam atau peristiwa alam bila terjadi.
5. Guru menjelaskan dampak dari bencana alam.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborsi :
- Guru menjelaskan tentang metode problem solving yang akan di pakai dalam pembelajaran
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang metode problem solving .
- Setiap kelompok mendapatkan lembar permasalahan yang akan di pecahkan..
- Siswa diminta aktif pada setiap kelompoknya.
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
 Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang jalannya diskusi dengan menggunakan
metode problem solving.
 Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami.
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup :
 Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian Indikator, Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi dasar.
 Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Kegiatan
belajar yang dilaksanakan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun peneliti.

3. Pengamatan
Observasi yang telah dilakukan guru dan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 4.1 Lembar Observasi Simulasi I

KESESUAIAN
ASPEK YANG DENGAN RPP SARAN/HASIL
DIAMATI SESUAI TIDAK DISKUSI/REFLEKSI
SESUAI
A. KEGIATAN KEGIATAN PENDAHULUAN/AWAL
PENDAHULUAN/AWAL
1. Memotivasi 
2. Memberi acuan 
39
3. Melakukan apersepsi 
B. KEGIATAN INTI KEGIATAN INTI
 Penjelasan konsep / materi /
contoh/ilustrasi 
 Pemberian penguatan 
 Penggunaan media 
 Pemberian tugas kelompok 
 Umpan balik 
C. KEGIATAN PENUTUP KEGIATAN PENUTUP
1. Menyimpulkan 
2. Evaluasi 
3. Pemberian tugas mandiri 

Tabel 4.2 Lembar Observasi Penampilan

PENAMPILAN YANG DI AMATI KEPANTASAN KETERANGAN/


PSNTAS TIDAK PANTAS SARAN
1. Pakaian yang di kenakan  -
2. Alas kaki yang di gunakan  -
3. Ekspresi  -
4. Sikap/gerak tubuh saat berdiri  -
5. Bahasa yang di gunakan  -

Dari lembar observasi simulasi pada siklus 1 yang diamati Supervisor 1 kepada peneliti
adalah ada beberapa yang tidak pantas yaitu pada bagian memberi acuan dan melakukan
apersepsi tidak sesuai serta kurangnya penguatan yang di berikan oleh peneliti dengan materi
yang akan diajarkan.

Tabel 4.3

Lembar Penilaian Merancang Simulasi Merancang Perbaiakn Pembelajaran

No Deskripsi Skor
1 2 3 4 5
1 Menentukan bahan perbaikan
pembelajaran dan merumuskan Tujuan/ 
Indikator perbaikan pembelajaran

2 Mengembangkan dan
mengorganisasikan materi, menentukan 
tema, media (alat bantu pembelajaran)
dan sumber belajar
40
3 Merencanakan skenario perbaikan 
pembelajaran
4 Merancang pengolahan kelas perbaikan 
pembelajaran
5 Merencanakan prosedur, jenis dan
menyiapkan alat Penilaian perbaikan 
pembelajaran
6 Tampilan dokumen rencana perbaikan 
pembelajaran
Rerata (jumlah skor di bagi 6) 4,5

Pada siklus 1 lembar penilaian simulasi merancang perbaikan pembelajaran yang dilakukan
Supervisor 1 kepada peneliti, peneliti mendapat nilai baik dan sangat baik sehingga memerlukan
perbaikan pembelajaran pada siklus 2 supaya mendapatkan nilai sangat baik.

4. Tahap Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan guru, peneliti memiliki kelemahan-kelemahan dalam proses
pembelajaran. Kelemahan peneliti dalam memberi acuan serta melakukan apersepsi serta
kurangnya penguatan pada pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang dipelajari, peneliti
dalam menjelaskan materi secara ringkas guru masih memakan waktu sedikit lebih lama, tidak
sesuai dengan waktu yang ditentukan dan peneliti kurang bisa mengatur waktu dalam
pembelajaran. Refleksi hasil observasi dianalisis untuk membantu tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus II.

b. Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan
Merancang dan menyusun Rencana perbaikan pembelajaran yang di laksanakan pada tanggal 18
April 2022, serta mengoptimalkan pembelajaran pada pertemuan ke dua, agar nantinya kesalahan
yang telah direfleksi pada siklus I tidak terulang di siklus II. Lembar observasi yang bertujuan untuk
melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya dan untuk melihat
keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung

2. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 18 April 2022 sebagai berikut:

 Kegiatan Awal
1. Guru memberikan salam kepada siswa.
2. Siswa dan guru berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran hari ini.
3. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
4. Guru bertanya kepada siswa tentang bencana alam atau peristiwa alam yang pernah terjadi
41
dimasa pandemic dan didaerah mana saja.

 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. Guru menampilkan gambar mengenai peristiwa alam yang terjadi.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai peristiwa alam yang terjadi.

3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh peristiwa alam yang
pernah dilihat atau dirasakan sendiri oleh siswa itu sendiri.

4. Guru menjelaskan tentang bahayanya bencana alam atau peristiwa alam bila terjadi.

5. Guru menjelaskan dampak dari bencana alam.

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborsi :
1. Guru menjelaskan tentang metode problem solving yang akan di pakai dalam pembelajaran
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang metode problem solving .
3. Setiap kelompok mendapatkan lembar permasalahan yang akan di pecahkan..
4. Siswa diminta aktif pada setiap kelompoknya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
1. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang jalannya diskusi dengan menggunakan
metode problem solving.
2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami siswa.
 Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup :
1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian Indikator, Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi dasar.
2. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Kegiatan
belajar yang dilaksanakan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun peneliti.
3. Pengamatan
Dalam tahapan ini guru sebagai observer mengamati proses tindakan pembelajaran
yang sedang berlangsung sehingga dapat diketahui pemahaman siswa selama pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah proses perbaikan pembelajaran yang telah diberikan
kepada siswa ternyata diperoleh perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik dari
pelaksanaan siklus I maka perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil dilakukan.
Tabel 4.4 Lembar Observasi Simulasi II
KESESUAIAN
ASPEK YANG DI AMATI DENGAN RPP KETERANGAN/
SESUAI TIDAK SARAN
SESUAI
A. KEGIATAN KEDIATAN PENDAHULUAN
42
PENDAHULUAN
1. Memotivasi 
2. Memberi acuan 
3. Melakukan apersepsi 
B. KEGIATAN INTI KEGIATAN INTI
1. Penjelasan
konsep/materi/contoh/ ilustrasi 
2. Pemberian penguatan 
3. Penggunaan media 
4. Pemberian tugas kelompok 
5. Umpan balik 
C. KEGIATAN PENUTUP KEGIATAN PENUTUP
1. Menyimpulkan 
2. Evaluasi 
3. Pemberian tugas mandiri 

Tabel 4,5 Lembar observasi Penampilan


PENAMPILAN KEPANTASAN KETERANGAN/
YANG PANTAS TIDAK SARAN
DIAMATI PANTAS
1. Pakaian yang di kenakan
2. Alas kaki yang di gunakan
3. Ekspresi / mimic wajah
4. Sikap / gerak tubuh saat berdiri
5. Bahasa yang di gunakan

Dari lembar observasi simulasi siklus 2 yang diamati Supervisor 1 kepada peneliti yaitu
peneliti sudah melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dengan
menggunakan metode problem solving dan penggunaan media gambar sehingga pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Tabel 4.6
Lembar Penilaian Simulasi Merancang Perbaikan Pembelajaran
No. Deskripsi Skor
1 2 3 4 5
1 Mengelola ruang dan fasilitas belajar 
2 Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran 
3 Mengelola interaksi kelas 
4 Bersikap terbuka dan luwes serta membantu 
mengembangkan sikap positif siswa terhadap
belajar
5 Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam 
perbaikan Pembelajaran mata pelajaran

43
6 Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar 
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran 
Rata-rata (jumlah skor dibagi 7) 5

Pada siklus 2 lembar penilaian simulasi merancang perbaikan pembelajaran yang dilakukan
oleh Supervisor 1 kepada peneliti, peneliti sudah mendapat nilai sangat baik sehingga pada siklus
2 perbaikan pembelajaran sudah berhasil.

4. Tahap Refleksi
Pada kegiatan refleksi yang telah dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar,
serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang dilakukan
pada siklus II. Kegiatan refleksi siklus II masih melihat kelemahan yang dilakukan penulis yaitu
dalam Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru memerlukan waktu yang relatif
panjang, namun pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dari siklus I.
Maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil dalam perbaikan
pembelajaran IPA pada materi “ Peristiwa alam yang terjadi.

B. Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran

Setelah dilaksanakan penelitian mulai dari siklus I dan siklus II melalui penerapan metode
problem solving dan penggunaan media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang
dapat dijelaskan bahwa metode problem solving dan penggunaan media gambar dapat
memperbaiki belajar siswa pada pembelajara IPA dengan materi peristwa alam yang terjadi.
Melalui penggunaan metode problem solving dan media gambar dalam pembelajaran siswa
yang tadinya malu untuk menyampaikan pendapat menjadi berani tampil dalam mengemukakan
pendapat dan siswa lebih berani, siswa jadi lebih kritis dalam memecahkan suatu permasalahan,
siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara kreatif, dapat melatih siswa
membiasakan diri untuk memecahkan suatu masalah secara terampil dan dapat melatih siswa
untuk mendesain suatu penemuan.
Hal ini menjadikan mata pelajaran IPA lebih menyenangkan dan lebih menantang. Guru dapat
merasakan bahwa pengajaran sains merupakan cara untuk mencari tahutentang alam secara
sistematisuntuk menguasai pengetahuan, fakta – fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains di arahkan untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitarnya,
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbaiakan pembelajaran IPA melalui
penggunaan metode problem solving dan media gambar pada siswa kelas V dengan materi
peristiwa alam yang terjadi disebabkan pada pembelajaran dengan strategi mengajar melalui
penggunaan metode problem solving dan media gambar siswa jadi lebih aktif dan tertarik apalagi

44
dihadirkannya sebuah permasalahan yang dituangkan dalam sebuah diskusi kelompok untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi sehingga siswa kreatif dalam menangani masalah yang
di hadapi dan berani untuk mengemukakan pendapatnya.
Bahwa sanya pembelajaran penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat
memperbaiki belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan keuntungan penggunaan metode
problem solving, menurut pendapat Aris Shoimin (2014: 137-138) metode pembelajaran
Problem Solving memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut :
1. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahka
nmasalah secara terampil.
3. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik secara kreatif.
4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
6. Berfikir dan bertindak kreatif
Selain menggunakan metode penggunaan media juga menjadi pendukung perbaikan
pembelajaran salah satunya adalah media gambar. Adapun beberapa manfaat dari media
gambar adalah penjelasan dan penyampaian mengenai berbagai informasi, pesan, ide dan
sebagainaya dengan lebih banyak memberikan kesan tanpa menggunakan bahasa verbal.
Hamalik juga mengemukakan dalam (Arsyad, 2003:15) mengatakan “bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode problem
solving dan media gambar siswa lebih efektif dan aktif dalam memperbaiki pembelajaran
pada pelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2022.

45
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,


peneliti mengambil kesimpulan bahwa penerapan metode problem solving dan penggunaan
media gambar dapat memperbaiki belajar dan aktivitas siswa, serta performansi guru,
dengan rincian sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan


media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang yang diterapkan
pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam dapat memperbaiki belajar siswa.
2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan
media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang yang diterapkan
pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam dapat memperbaiki aktivitas
belajar siswa di masa pandemi yang masih berlangsung. Aktivitas belajar siswa
selama pandemi meliputi:
 Persentase pada aktivitas perbaikan belajar pada siklus I mencapai 73%,
sedangkan pada siklus II perbaikan pembelajaran sudah meningkat yaitu
mencapai 82%. Nilai aktivitas pada siklus I dan II sudah mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu minimal B atau ≥ 75.102

 Performansi guru pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu dari
80,87 dan meningkat pada siklus II yaitu mencapai 87,72. Nilai performansi
guru pada siklus I dan II sudah mencapai indicator keberhasilan yang telah
ditentukan yaitu minimal B atau ≥ 71. Perolehan nilai pengamatan kesesuaian
pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar
memenuhi indikator keberhasilan, dari 76,19 pada siklus I menjadi 92,86 pada
siklus II.

B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 050765 Gebang,
maka peneliti menyarankan:

a. Bagi Siswa
Pada saat pelaksanaan pembelajaran di harapkan siswa sebaiknya memperhatikan
penjelasan dari langkah – langkah penggunaan metode problem solving dan
penggunaan media gambar agar dapat memahami dalam pelaksanaannya.
b. Bagi Guru

46
 Guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran problem solving pada
pembelajaran IPA terutama pada materi peristiwa alam yang diajarkan pada
kelas V. Hal tersebut dikarnakan pembelajaran yang menerapkan metode
pembelajaran problem solving dan penggunaan media gambar dapat
mendorong guru untuk berfikir kreatif, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
dapat mengaktifkan siswa.
 Guru hendaknya memperhatikan kemampuan siswa dalam membentuk
kelompok, agar ketika melaksanakan kegiatan diskusi tidak terjadi adanya
perbedaan kemampuan yang signifikan antarkelompok.
 Guru yang akan menerapkan metode pembelajaran problem solving pada
pembelajaran IPA diharapkan menggunakan media dalam proses pembelajaran.
Hal ini dikarenakan media dapat menambah pemahaman siswa dalam belajar
IPA terutama materi peristiwa alam yang terjadi.
 Disarankan kepada guru memberikan reward kepada siswa atau kelompok yang
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarnakan pemberian reward maupun
penguatan dapat merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru agar dapat


berinovasi dan berkreativitas dalam melakukan pembelajaran. Sebagai contoh
dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar diharapkan
guru dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas dan mutu
sekolah

47

Anda mungkin juga menyukai