PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan Indonesia saat ini mengalami kondisi tidak baik dedi sebabkan oleh virus
yang di namakan covid-19 ( WHO, 2020) menyatakan bahwa virus tersebut penularannya
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Virus ini menyerang infeksi saluran
pernapasan seperti batuk dan pilek yang sifatnya lebih mematikan. Berdasarkan data
(Worldometer, 2020). Coronacirus menyatakan 2.176.744 bahkan lebih yang terpapar
virus ini dan beberapa yang meninggal dunia sehingga wabah penyebaran virus ini disebut
dengan pandemic covid-19 dunia.
Akibat dari pandemic ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru demi
menghentikan penyebarannya yaitu dengan mengimplementasikan ajakan masyarakat
untuk melaksanakn physical distancing atau member jarak dengan orang lain sejauh satu
meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang menimbulkan
kerumunan ( perkumpulan ). Selain itu pemerintah mengambil kebijakan untuk di rumah
saja seperti kerja di rumah saja atau work from home dan kegiatan apapun termasuk di
dunia pendidikan. Sekolah tatap muka di gantikan dengan sekolah sistem daring yang di
lakukan melalui media online seperti wa grup atau melalui zoom meeting
(Kemendikbud,2020) mengeluarkan surat edaran tentang pembelajaran secar daring dan
bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19. Isis dari surat ini
salah satunya adalah dengan meliburkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan mengganti
dengan pembelajaran berbasis jaringan ( Daring ) via E-Learning yang dapat di gunakan
berbagai instansi pendidikan.
Pada kondisi seperti ini semua guru atau tenaga pendidik di haruskan untuk
mengganti pembelajaran menggunakan E-Learning atau melalui media on line. Berbagai
Platform di gunakan untuk melakukan pengajaran sehingga perlu didukung dengan
fasilitas pembelajaran yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi (Rusman, 2019).
Seluruh siswa di wajibkan untuk menggunakan alat komunikasi seperti Handphone
dengan bijak untuk mendukung pross pembelajaran. Pembelajaran daring dengan tatap
muka melalui aplikasi menjadi suatu hal yang paling menuntungkan guna memutus
penyebaran covid-19 serta menjaga kesehatan, keselamatan jiwa guru dan siswa dari
terpaparnya virus tersebut ( Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan & Panjiah, 2020)
Berdasarkan hasil KKM yang di capai siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang pada
pembelajaran IPA pada materi Peristiwa Alam yang terjadi, menunjukkan bahwa hasil
yang di capai masih rendah hal ini di karenakan bahwa dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode ceramah, dan mengerjakan soal. Guru jaramng menggunakan
metode pembelajaran,maupun media sederhana dalam pembelajaran, sehingga suasana
pembelajara menjadi membosankan . Sebenarnya guru sudah mencoba dengan
menerapakan metode diskusi, tetapi hanya beberapa siswa saja yang aktif untuk
mengikuti diskusi. Melihat permasalahan tersebut, sebagai guru yang kreatif pastinya
akan menggunakan model penyampaian materi yang kreatif pila. Jika penyampaian
materi menggunakan model pembelajaran yang kreatif dapat menjadikan materi
pembelajaran yang tadinya sulit dipahami menjadi mudah di pahami, pembelajaran yang
kurang menarik bagi siswa. Pembelajaran bukan lagi menjadi suatu keterpaksaan
tetapi lebih pada kebutuhan siswa.
1. Identifikasi Masalah
11
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasikan sebagai berikut :
3. Siswa kesulitan mengingat dan memahami seluruh materi pelajaran IPA yang banyak
dan bersifat hafalan, terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai KKM.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang masalh yang di peroleh di lapangan oleh penulis pada
pembelajaran IPA pada materi Peristiwa Alam yang terjadi, maka penulis menganalisis
masalah dalam menentukan focus dari masalah pembelajaran tersebut. Adapun yang
menjadi focus peneliti adalah :
1. Guru masih menggunakan metode konvensional (ceramah), tanya jawab dan diskusi
yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, mudah bosan dan pembelajarannya
berpusat pada guru dalam proses pembelajaran.
3. Siswa kesulitan mengingat dan memahami seluruh materi pelajaran IPA yang banyak
dan bersifat hafalan, terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai KKM.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada, salah satu alternative untuk perbaikan
pembelajaran IPA di materi peristiwa alam yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri
050765 Gebang T/A 2021/2022 adalah dengan menggunakan metode problem solving dan
media gambar sederhana dalam pembelajaran. Metode ini digunakan untuk melatih dan
12
mengembangkan keterampilan siswa agar dapat memecahkan suatu permasalah yang di
hadapi. Metode ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam menanggapi permasalahn
dan menemukan cara penyelesaian suatu persoalan yang belum diketahui cara
menyelesaikannya baik secra individu maupun secara kelompok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
pembelajaran IPA pada materi peritiwa alam yang terjadi di SD Negeri 050765 Gebang T.A
2021/2022
2. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
aktivitas siswa dalam pembelajaran materi peristiwa alam yang terjadi di SD Negeri050765
Gebang T.A 2021/2022
3. Apakah penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat memperbaiki
performansi guru dalam memberikan materi peristiwa lam yang terjadi di kelas V SD Negeri
050765 Gebang T.A 2021/2022 ?
Penelitian perbaikan pembelajaran ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus yaitu
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di
kels V SD Negeri 050765 Gebang.
2. Tujuan Khusus
a. Memperbaiki pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam yang terjadi dengan
menggunakan metode problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2021/2022.
b. Memperbaiki cara belajar siswa pada pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam yang
terjadi dengan metode problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2021/2022.
c. Memperbaiki performansi guru pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang
terjadi dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar kelas V SD Negeri
050765 Gebang T.A 2021/2022.
13
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Manfaat penelitian yang di lakukan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
Penjelasan lebih lanjut mengenaimanfaat teoritis dan praktis akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yaitu manfaat yang di peroleh berbagai pihak untuk memperbaiki kinerja,
terutama bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah. Adapun manfaat praktis yang didapat dari
hasil penelitian ini yaitu :
a. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti sendiri yaitu peneliti dapat memenuhi tugas pada mata
kuliah Pemantapan Pemampuan Profesional (PKP)
b. Bagi guru
Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat mendoong guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang lebih inovatif, tersedianya alternative dan dapat memperbaiki
performansi guru dalam membelajarkan materi peristiwa alam yang terjadi dengan
menggunakan metode problem solving dan media gambar.
c. Bagi siswa
Dapat memotivasi siswa sekaligus perbaikan pembelajaran IPA pada materi peristiwa
alam yang terjadi dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar.
d. Bagi Sekolah
Bagi SD Negeri 050765 Gebang sebagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat di
jadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
dan kualitas sekolah dalam pembelajaran di kel
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN TEORI
Kajian teori ini akan membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian yang di lakukan oleh peneliti. Berikut merupakan teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu :
A. Perbaikan Pembelajaran
a. Perbaikan
Untuk mencapai pembelajaran yang optimal bagi peserta didik perlunya pendekatan
yang sistematik dan terpadu yang melibatkan unsure-unsur yang terkait dalam proses
pembelajaran. Perbaikan adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang di tujukan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar peserta didik agar tercapai hasil
belajar yang optimal (Cece Wijaya, 1996:53). Adapun perbaikan itu ditujukan pada seluruh
proses pembelajaran yang meliputi cara belajar, metode mengajar, cara melayanipeserta
didik, materi pembelajaran, fasilitas belajar dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi
proses pembelajarn tersebut.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang di
berikan pendidik agar dapatterjadi prosesperolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik,
Dengan kata lain , pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. (Internet; Direktorat Pendidikan dan Pengajaran/Dikjar).
15
Jadi perbaikan pembelajaran adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan untuk
menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar peserta didik
agar tercapai hasil belajar yang optimal sesuia dengan kemampuan masing-masing atau
bidang materi pelajaran yang dianggap sulit dikuasai. ( Cece Wijaya, 1996:53 )
Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal tentunya tidak terlepas dari
peran guru maupun siswa. Guru sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator seyogyanya
mampu menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan tumbuh kembangnya minat
siswa untuk belajar. Tugas kita sebagai guru adalah menciptakan suasana belajar yang
dapat mengembangkan semua kecerdasan yang ada pada setiap individu siswa (Thomas
Amstroy). Belajar menurut Gagne dalam Uno (2008), belajar adalah suatu proses dimana
suatu orgaisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman . Diharapkan setelah
mengalami proses belajar suatu organism dapat berubah perilakunya. Pembelajaran lebih
mengutamakan agar siswa dapat belajar secra optimal. Proses pembelajaran adalah suatu
kegiatan inti pelaksanaan pendidikan.
Gage dan Berliner (1984)dalam Rifa’I dan Anni (2011 : 82) menyatakan belajar
merupakan proses suatu organism mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Selanjutnya, menurut Slavina (2000) dalam Trianto (2012 : 16) “belajar secar umum
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik eseorang sejak lahir”.
16
usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang di harapkan”.
Dari penengertian ini terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara
seorang guru dengan siswa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang di rancang oleh guru secara komplek
agar mempermudah siswa dalam belajar serta mampu mengaktifkan siswa dalam rangka
mencapai yang telah ditentukan.
B. PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Rifa’I dan Anni (2011 :85) menyatakan hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Selanjutnya, Sudjana (2014: 22:3)
mengungkapkan dalam system pendidikan nasional tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikulermaupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni : pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kognitif keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah afektifberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Aktifitas belajar siswa adalah segala kegiatan yang di lakukan dalam proses interaksi
antara guru dan siswa dalam pembelajaran baik aktivitas di dalam kelas maupun kegiatan
belajar diluar kelas. Namun di masa pandemic ini baik sekolah dikota maupun sekolah di
daerah-daerah aktivitas belajar siswa di lakukan di rumah. Belajar dirumah dengan
menggunakan sistem daring melalui zoom meeting atau melalui WA grup.
Sadirman (2011 :100) menyatakan “aktivitas belajar adalah aktifitas fisik atau mental.
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus terkait”. Kaitan antar keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Selanjutnya menurut Slameto (2010 : 36) dalam
proses belajar guru perlu menimbulkan aktivitas siswa sendiri siswa dalam berfikir dan
berbuat. Penerimaan pelajaran jika aktivitas siswa sendiri, akan membuat kesan itu tidak
akan berlalu begitu saja bagi siswa. Diedrich (1967) dalam Sardiman (2011:101) membagi
kegiatan belajar dalam 8 kelompok antara lain:
5. Aktivitas membaca seperti menulis cerita, karangan, laporan angket dan menyalin.
8. Aktivitas emosi seperti menaruh minat merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah,
berani, tenag dan gugup
D. PERFORMANSI GURU
1. Guru sebagai fasilitator, yang memberi kemudahan bagi siswa dalam melaksanakan
pembelajaran.
2. Guru sebagai pembimbing, yang membantu siswa dalam proses pembelajaran apabila
mengalami kesulitan.
3. Guru sebagai penyedia lingkungan, yang mampu menciptakan lingkungan yang menantang
agar siswa mau mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Guru sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat.
5. Guru sebagai model, yang memberikan contoh yang baik bagi siswa.
6. Guru sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan yang dialami siswa.
8. Guru sebagai agen moral dan politik yang turut membina moral, siswa, masyarakat serta
menjujjung upaya-upaya pembangunan.
9. Guru sebagai agen kognitif, yang menyebarkan pengetahuan terhadap siswa dan
masyarakat.
10. Guru sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa didalam kelas sehingga proses
perbelajaran terlaksana.
Rusman (2012:22) menjelaskan ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru professional meliputi : kompetensi pedagogic, kompetensi personal, kompetensi
professional dan kompetensi sosial.
Manusia selalu mengalami proses perkembangan dimulai dari dalam kamdungan, bayi,
anak-anak hingga dewasa. Disetiap tahap mempunyai karakteristik sendiri-sendir. Sesuai
dengan teori perkembangan kognitif (pieget) siswa sekolaqh dasar termasuk dalam tahap akhir
pra operasional, operasional konkret dan awal operasional formal.
1. Pada tahap akhir operasional anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu
jawaban dari semua pertanyaan.
2. Pada tahap operasiaonal konkret, anak pada mampu untuk mengoperasionalkan berbagai
logika, namun masih dalam bentuk benda konkret.
3. Pada awal operasional formal, anak pada tahap ini mampu untuk berfikir abstrak, idealis,
simbolis tetapi masih belum mencapai tahap yang sempurna (Rifa’I dan Anna 2011 : 29-30).
19
Dari apa yang dipelajari di sekolah , siswa belajar menghubungkan konsep-konsep baru
dengan konsep yang lama. Piaget dalam Trianto menggambarkan tahap perkembangan kognitif
pada table 1.1 berikut.
1. Siswa sekolah dasar senang bermain terutama untuk siswa kelas rendah.
2. Siswa sekolah dasar senang bergerak, berbeda dengan orang dewasa yang suka duduk
berjam-jam, sedangkan anak0anak hanya mampu duduk sekitar kurang lebih 30 menit.
4. Siswa sekolah dasar senang malakukan atau mempraktekkan sesuatu secara langsung.
20
F. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris, yaitu
natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Natural memiliki arti berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan alam, yaitu ilmu tentang alam, yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini (Samatowa 2011: 3). Sementara, Susanto (2013: 167) mengemukakan “sains atau IPA
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan
suatu kesimpulan”.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan Powler (1992) dalam Samatowa (2011: 3) “IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur berlaku umum yang merupakan kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen yang sistematis”. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa indonesia disebut dengan pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan sebagai produk, proses dan sikap.
Sementara Winaputra (1992) dalam Samatowa (2011: 3) mengemukakan bahwa bahwa
“IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi
memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan salah”. Berdasarkan ulasan dari para ahli
maka dapat disimpulkan IPA/Sains merupakan ilmu yang membahas tentang alam secara
sistematis yang dalam memahaminya dilakukan dilakukan dengan pengamatan, prosedur,
penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan.
Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga sebagai pendidikan Sains disingkat
menjadi IPA. IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikukum pendidikan di Indonesia,
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi
penting. Struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur ilmuan. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan
hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Ini sejalan dengan pengertian dan definisi para ahli berikut:
Marjono (1996) dalam Santoso (2012: 167) pada jenjang sekolah dasar yang harus
diutamakan dalm pembelajaran IPA, yaitu bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan
berpikir kritis anak terhadap suatu masalah yang terjadi di sekitarnya. Selanjutnya, Santoso (2012:
167) mendefinisikan “hakikat pembelajaran sains sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa
indonesia disebut dengan pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu
ilmu pengetahuan sebagai produk, proses, dan sikap”.
Samatowa (2011: 2) mengungkapkan IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan
proyek di lingkungan. Perkembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki kesesuaian dengan
tingkat perkembangan kognitifnya.
21
Piaget dalam Santoso (2012: 170) menyatakan bahwa anak sekolah dasar yang berkisar
antara 6 atau 7 tahun samapai dengan 11 atau 12 tahun masuk kedalam kategori fase operasional
konkret. Pada fase ini anak menunjukan sikap keingintahuannya cukup tinggi mengenali
lingkungannya. Dalam kaitnya dalam pembelajaran sains, anak sekolah dasar siswa harus
diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
bersikap terhadap alam, sehinggga dapat mengetahui rahasia dan gejala alam. Sementara itu,
BSNP (2006), dalam Susanto (2012: 171) menjabarkan tujuan pembelajaran IPA di SD/MI agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga da melestarikan
lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasr ubtuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi.
H. METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal
(Sanjaya,2007:145). Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan pendidik
dalam melakukan interaksi dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung
secara bervariasi dalam proses pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran dalam urutan
kegiatan pembelajaran, disarankan menggunakan satu atau dua kombinasi dari beberapa metode
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembelajaran yang ditetapkan. Metode
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa dan sesuai
taraf kemampuan.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara. Dalam hal ini siswa harus berusaha memecahkan
masalah sehingga betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama
sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah yang dihadapi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bransford Strain, Hayes, Strenberg yang dikutip oleh
(Janet. E Davinson dan Robert J.S, 2003 : 3-4), menjelaskan bahwa di dalam problem solving
dibagi menjadi beberapa siklus.
Siklus tersebut terdiri dari beberapa tahap yang mana pemecahan masalah tersebut harus
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah.
2. Menjelaskan dan menggambarkan masalah tersebut.
3. Mengembangkan strategi pemecahan.
4. Mengorganisasi pengetahuan mereka tentang masalah tersebut.
5. Mempersiapkan fisik dan mental untuk memecahkan masalah.
6. Mengawasi kemajuan mereka dalam menuju tujuan.
23
7. Mengevaluasi solusi mereka apakah sudah sesuai dengan pemecahan masalah tersebut.
Menurut (Conny R. Semiawan, 2009 : 36), bahwa Siklus problem solving melalui lima langkah
yaitu identifikasi masalah, memperoleh sumber untuk pengatasan masalah, melengkapi strategi
pengatasan masalah, monitoring, dan evaluasi terhadap pengatasan masalah. Pendapat senada
juga dinyatakan oleh (Utomo Danajaya, 2010 : 131 ) menjelaskan Problem solving dilakukan
dengan proses:
1. Identifikasi Masalah.
2. Merumuskan masalah.
3. Melaksanakan eksperimen/percobaan.
4. Memonitor perkembangan.
5. Mencatat keberhasilan dan kegagalan.
6. Memperbaiki kegagalan atau mengembangkan keberhasilan sehingga dicapai tujuan.
Metode pemecahan masalah adalah penyajian bahan ajar oleh guru dengan merangsang
anak berpikir secara sistematis dengan menghadapkan siswa kepada beberapa masalah yang
dipecahkan. Langkah-langkah penggunaan metode pemecahan masalah diantaranya :
1. adanya masalah yang harus dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari dalam diri siswa
sesuai dengan taraf kemampuan dan perkembangan.
2. Mencari data, fakta atau keterangan yang dipergunakan dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapi atau dibahas. Fakta, data dan keterangan bisa diperoleh melalui membaca
buku-buku dan literatur lainnya, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain.
3. Menetapkan hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data, fakta serta keterangan
yang telah diperoleh, pada langkahsebelumnya di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah dengan melakukan analisis terhadap data, fakta serta keterangan yang
ada sebagai alternatif pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
5. Membuat kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi setelah melakukan pengujian terhadap jawaban sementara atau
hipotesis,.
6. Mencoba dan menerapkan kesimpulan yang diambil dalam bentuk perbuatan (Syarifuddin,
2007 :150).
Berdasarkan beberapa pendapat di muka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
problem solving merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan rangsangan
belajar kepada peserta didik untuk dapat membuat mereka berpikir secara nyata dan
menganalisis, memecahkan masalah kemudian mengambil kesimpulan dari masalah yang
ada dengan langkah-langkah yang sudah di terapkan. Adapun langkah-langkah tersebut
yaitu :
1. Identifikasi masalah.
2. Mencari data untuk memecahkan masalah.
3. Menetapkan strategi dan hipotesis atau jawaban sementara.
4. Menguji kebenaran hipotesis.
24
5. Membuat kesimpulan.
6. Mencoba dan menerapkan kesimpulan.
I. MEDIA
Banyak yang bertanya apa sih itu media, dalam berbagai literature disebutkan bahwa
media adalah saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk
jamak kata medium. Secara harfiah media adalah perantara, yaitu perantara antar sumber
pesan dengan menerima pesan. Beberapa hal yang termasuk kedalam mediaadalah film,
televise, diagram, media cetak, computer dan lain sebagainya. Media merupakan alat yang
dapat membantu dalam keperlua dan aktivitas, yang dimana sifatnya dapat mempermudah bagi
siap[a saja yang memfaatkannya. Secara lebih khusus, penegertian media dalam proses
mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Adanya media dirasakan memang sangat membantu proses belajar mengajar, hal
tersebut dikarenakan guruakan mudah dalam kegiatan mengajarnya serta dapat meningkatkan
perhatian siswa pada kegiatan belajarnya. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat di jadikan sarana penyaluran komunikasi dan pesan.
Dalam keghiatan belajar mengajar, media merupakan sesuatu yang sangat baik dan bermanfaat,
dimana sebagai sesuatu yang bisa menjadi penghubung komunikasi antara guru dan siswa.
Dalam dunia belajar-mengajar (pendidikan) seorag guru dituntut harus menggunakan media
pembelajaransebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar.penggunaan media dalam
pembelajara ini dapat membantu para peserta didik untuk membarikan pengalaman yang
bermakna. Penggunaan media juga dapat membantu para peserta didik dalam memahami
segala yang abstrak.
Media atau sumber belajar secara garis besarnya terdiri dua jenis yaitu :
1. Media atau sumber belajar yang dirancang yaitu media atau sumber belajar yang secara
sengaja dan khusus dirancang dan dikembangkan sebagai komponan sistem instruksional
untuk memberikan fasilitas belajar yang bersifat formal dan ter arah.
2. Media tau sumber belajar yang dimanfaatkan, adalah merupakan media atau sumber belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan dalam pembelajaran dan keberadaannya
ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
b. Fungsi Media
Ada beberapa fungsi dari media, yaitu :
1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan.
2. Mengatasai keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan indra manusia.
3. Sarana untuk mengekspresikan pendapat, ide dan gagasan dengan lebih gamblang
4. Untuk hiburan, relaksasi dan pengalihan perhatian dari ketegangan sosial yang dialami
seseorang.
5. Sarana pendidikan yang memudahkan segala metode pembelajaran.
6. Pengawasan dan kontrol sosial tertentu.
7. Mencari prhatian khalayak.
8. Memengaruhi khalayak
9. Menunjukkan eksistensi dan tempat menyampaikan pesan tertentu.
c. Media Gambar
Pengertian media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam
bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan,
potret, slide, film, strip, opaque proyektor (Oemar Hamalik, 1994:95). Berdasarkan uraian di
atas media gambar adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
berbentuk dua dimensi yang diwujudkan secara visual, yang bertujuan untuk memperjelas
konsep atau materi dalam proses pembelajaran.
Media gambar sangat penting digunakan dalam pembelajaran karena denga
menggunakan media gambar dapat memperjelas suatu pengertian kepada peserta didik. Dan
dengan menggunakan media gambar secara otomatis siswa akan lebih memperhatikan
pelajaran dan siswa juga lebih termotivasi dalam belajar. Media gambar juga dapat membantu
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena gambar merupakan media yang murah dan
27
mudah untuk di dapat serta besar manfaatnya utuk mempertinggi nilai pembelajaran. Karena
media gambar dapat memberikan pengertian yang luas, kesan dan pengalaman tersendiri bagi
siswa yang mudah di ingat dan sulit dilupakan.
Adapun beberapa manfaat dari media gambar adalah penjelasan dan penyampaian
mengenai berbagai informasi, pesan, ide dan sebagainaya dengan lebih banyak memberikan
kesan tampa menggunakan bahasa verbal. Hamalik juga mengemukakan dalam (Arsyad,
2003:15) mengatakan “bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa”.
J. PERISTIWA ALAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan
bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006)
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala
alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI,2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel 2.2
28
Tabel 2.2 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya
No. Jenis Penyebab Beberapa Contoh kejadian
Peristiwa Alam Peristiwa Alam
1 Peristiwa alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
longsor/gerakan tanah, atau abrasi.
2 Peristiwa alam klimatologi Banjir, banjir bandang, angin putting beliung,
kekeringan, kebakaran hutan (bukan ulah manusia)
3 Peristiwa alam ekstra- Impact atau hantaman benda angkasa.
terestrial
Sumber : Kamadhis UGM, 2007
Secara alami alam selalu aktif melakukan aktivitas. Alam memang mempunyai
kekuatan lebih dahsyat dari pada mahluk hidup. Aktivitas alam berbentuk gempa bumi,
gunung meletus, banjir tanah longsor, dan angin putting beliung. Semua jenis aktivitas alam
ini disebut juga peristiwa alam. Peristiwa alam membawa dampak bagi kehidupan mahluk
hidup dan lingkungan. Peristiwa alam memang sering kali mengakibatkan kerusakan disana-
sini.
1. Gempa bumi mengakibatkan pohon-pohon tumbang, bangunan runtuh,tanah terbelah,
dan mahluk hidup menjadi korban.
2. Gunung meletus memuntahkan lava (lahar) dan awan panas ke sekitarnya. Lava adalah
cairan panas yang dikeluarkan gunung berapi saat meletus. Jika bercampur dengan air
hujan, dapat mengakibatkan banjir lahar dingin. Muntahan gunung yang meletus
mengakibatkan kerusakan cukup parah. Gunung meletus sering disertai dengan gempa
bumi. Gempa bumi yang disebabkan gunung yang meletus di sebut gempa bumi
vulkanik. Misalnya, saat Gunung Krakatau meletus mengakibatkan gelombang airlaut
yang sangat dahsyat dan gempa bumi.
3. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai hal. Banjir diawali dengan curah hujan yang
sangat besar. Jika tidak mendapat tempat untuk menampung atau mengalir, air hujan
dapat mengakibatkan banjir. Sering kali sungai tidak mampu menampung air hujan
sehingga air meluap menjadi banjir. Sungai dikota menjadi dangkal dan sempit akibat
banyak sampah yangdibuang kedalamnya.
4. Tanah longsor sering kali diawali hujan deras. Akibat penggundulan hutan, tanah tidak
sanggup menahan terjangan air hujan. Tanah longsor meruntuhkan semua benda yang
ada diatasnya.
5. Angin putting beliung ditimbulkan oleh angin kencang yang terjadi bersama-sama
dengan hujan topan badai sanggup menerbangkan atap rumah, mobil, danbenda-benda
berat lainnya.
Beberapa peristiwa alam tidak dapat kita cegah. Gunung meletus, gempa bumi dan topan
badai dapat terjadi begitu saja. Kita hanya bisa memperkirakan kapan peristiwa alam itu terjadi.
Pemerintah indonesia membentuk badai. Meterologi dan Geofisika anatara lain untuk dapat
mengetahui peristiwa alam yang akan terjadi. Kemudian, informasi itu diumumkan kepada
masyarakat sehingga dapat menyelamatkan diri. Namun demikian, ada peristiwa alam yang
29
masih dapat kita cegah, yaitu banjir dan tanah longsor.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk mencegah peristiwa alam sehingga dapat
menyelamatkan diri diantara lain sebagai berikut :
1. Selalu membuang sampah di tempatnya. Jangan membuang sampah disungai, selokan
atau saluran air lainnya.
2. Tidak mendirikan bangunan di sepanjang tepi sungai. Hal ini dapat mempersempit sungai.
3. Melakukan penanaman pohon, khususnya di lereng bukit atau lahan miringlainnya. Dapat
pula dibuat dibuat sengkedan (teras) agar tanah tidak longsor diterjang air hujan.
30
BAB III
a. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang semester II tahun ajaran
2021/2022 yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.
Adapun latar belakang dipilihnya kelas ini menjadi subjek penelitian karena kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas V khususnya pada materi peristiwa alam masih
rendah.
c. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh pada PKP ini diperoleh dari segala sesuatu yang menjadi sumber
informasi berupa data akurat yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data yang digunakan
pada penelitian PKP dengan menerapkan metode problem solving dan media gambar pada
siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang sebagai berikut:
1. Siswa
Sumber data dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas V SD Negeri
050765 Gebang , yang berjumlah 20 siswa. Data yang diperoleh dari siswa akan diambil
data aktivitas dan hasil belajar. Aktivitas belajar diukur melalui pengamatan oleh guru
dengan menggunakan lembar pengamatan. Sementara hasil belajar siswa akan diukur
menggunakan tes formatif.
31
2. Guru
Data yang akan diambil berupa performansi guru selama proses pembelajaran IPA melalui
metode pembelajaran problem solving dan media gambar di kelas V SD Negeri 050765
Gebang. Performansi guru ini diamati melalui Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG)
yang terdiri dari APKG I untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dan APKG II untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, serta kesesuain
pelaksanaan metode problem solving dan penggunaan media gambar.
a. Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan pada tanggal
11 april 2022, berupa penyusunan skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan mtode
problem solving dan penggunaan media gambar. Pada tahap ini perencanaan tindakan
adalah sebagai berikut :
1. Peneliti membuat RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) dalam bentuk karakteristik
kuantitatif.
2. Peneliti mempersiapkan kegiatan pengembangan materi tentang peristiwa alam yang
terjadi.
3. Peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi.
2. Pelaksanaan
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan dalam pelaksanaan
skenario pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
tanggal 11 April 2022 adalah :
1. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Peneliti memberikan contoh mengenai peristiwa alam yang terjadi terutama kejadian yang
ada di Indonesia.
3. Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok.
4. Peneliti membagikan permasalahan yang akan di pecahkan oleh siswa pada setiap
kelompok.
5. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk bertanya jika ada kelompok yang belum
memahami isi materi.
6. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai metode
problem solving.
7. Peneliti menunjuk kelompok yang sudah selesai untuk membacakan hasil dari mencari
masalah yang terjadi pada materi peristiwa alam.
8. Peneliti memberi tahu pada kelompok yang yang belum menyelesaikan tugasnya agar
mendengarkan hasik dari kelompok yang sudah selesai sekaligus mencatat nya
32
9. Sebagai kegiatan akhir guru menyimpulkan isi materi yang telah dipelajar.
Kegiatan belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun.
3. Pengamatan
Observasi yang telah dilakukan guru atau peneliti selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi. Selama tindakan yang dilakukan
oleh peneliti, guru sebagai observer mengamati cara penyampaian materi pembelajaran
kepada siswa untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman siswa dalam
pembelajaran pada materi peristiwa alam yang terjadi.
4. Tahap Refleksi
Dari hasil refleksi yang dilakukan guru, peneliti memiliki kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran. Kelemahan peneliti dalam memberi apersepsi tidak sesuai dengan
materi yang dipelajari, peneliti dalam menjelaskan materi secara ringkas guru masih
memakan waktu sedikit lebih lama, tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dan peneliti
kurang bisa mengatur waktu dalam pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk mengkaji hasil
tindakan, hasil observasi dianalisis untuk membantu tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan siklus II.
b. Siklus II
1. Perencanaan
Merancang dan menyusun kembali Rencana Perbaikan Pembelajaran pada tanggal 18 April
2022 serta mengoptimalkan pembelajaran pada pertemuan ke dua, agar nantinya
kesalahan yang telah direfleksi pada siklus I tidak terulang di siklus II. Lembar observasi
sebanyak 2 rangkap yang bertujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan
dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan untuk melihat keseriusan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 April 2021
adalah sebagai berikut :
1. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.
3. Peneliti menjelaskan materi mengenai peristiwa alam yang terjadi.
4. Peneliti membagikan permasalahan yang akan di pecahkan oleh siswa pada setiap
kelompok.
5. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk bertanya jika ada kelompok yang belum
memahami isi materi.
6. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai penggunaan
metode problem solving.
7. Peneliti memberikan contoh mengenai cara memecahkan masalah pada materi
peristiwa alam yang terjadi.
33
8. Peneliti memberikan waktu pada siswa untuk memecahkan permasalahn yang sudah
peneliti bagiakn permasalahannya.
9. Peneliti menunjuk kelompok yang sudah selesai untuk membacakan hasil dari mencari
masalah yang terjadi pada materi peristiwa alam.
10. Peneliti memberi tahu pada kelompok yang yang belum menyelesaikan tugasnya agar
mendengarkan hasik dari kelompok yang sudah selesai sekaligus mencatat nya
11. Sebagai kegiatan akhir guru menyimpulkan isi materi yang telah dipelajar.
3. Pengamatan
Dalam tahap ini guru sebagai observer mengamati proses tindakan pembelajaran yang
sedang berlangsung sehingga dapat diketahui pemahaman siswa selama pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan. Setelah proses pembelajaran diberikan kepada siswa
ternyata diperoleh perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik dari
pelaksanaan siklus I maka perbaikan pembelajaran pada siklus II berhasil.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar, serta melihat
kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada
siklus II. Kegiatan refleksi siklus II masih melihat kelemahan yang dilakukan penulis yaitu
dalam Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru memerlukan waktu yang
relatif panjang, namun pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dari
siklus I. Maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II berhasil.
Semua data yang diperoleh dikaji dan dianalisis secara kolaboratif antara peneliti, guru mitra,
dan observer. Setelah hasil analisis diketahui dilakukan kegiatan refleksi penelitian. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data penelitian yang berupa angka-angka (Sugiyono, 2013: 7). Data
ini diperoleh dari hasil belajar yang meliputi tes tertulis pada siklus I maupun siklus II, hasil
pengamatan aktivitas belajar siswa dan hasil dari performansi guru yang sudah diolah. Data hasil
belajar Siswa dalam penelitian tindakan perbaikan kelas ini, untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa dari tes,
Keterangan:
Nilai akhir = B/Nx100 ( skala 0 – 100 )
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
N= banyaknya butir soal
Poerwanti dkk (2008: 6.3)
2. Untuk menentukan rata-rata kelas
Keterangan:
NR = ∑NA/SN
NR = Nilai Rata-rata
NA = Nilai Akhir
SN = Jumlah Siswa
34
(Poerwanti dkk 2008: 6-25)
3. Menentukan persentase tuntas belajar klasikal
Jumlah siswa memenuhi kkm x 100
Persentase Kriteria
≥ 80 % Sangat tinggi
60 – 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
≤ 20 % Sangat rendah
( Yonni, dkk, 2010 : 175 )
Data Hasil Observasi Performansi Guru dan Pengamatan Hasil Pelaksanaan Terhadap
Kesesuaian Pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar. Untuk
mengukur performasi guru, digunakan (Alat Penilaian Guru) APKG sebagai pedoman penilaian dan
lembar pengamatan pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar dalam
perencanaan perbaikan pembelajaran (APKG I) terdapat 6 aspek yang dinilai dengan skor
maksimal 4, sedangkan pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran (APKG II) ada 7 aspek
dengan skor maksimal 4. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Nilai APKG 1
APKG = A+B+C+D+E+F
6
Nilai APKG 2
APKG 2 = P+Q+R+S+T+U+V 7
Performasi guru
APKG ! = (APKG !) + (2xAPKG 2)
3
APKG 1 = Kemampuan guru dalam merencanakan perbaikan pembelajaran.
APKG 2 = Kemampuan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran
PG = Performasi guru dalam perbaikan pembelajaran
Lembar pengamatan metode problem solving dan media gambar berbentuk checklist dengan
6 indikator pengamatan. Perolehan pada tiap aspek yang diamati pada masing-masing lembar
pengamatan pelaksanaan metode problem solving dan media gambar tergantung pada jumlah
deskriptor yang tampak. Jumlah skor maksimal dalam lembar pengamatan pelaksanaan metode
yaitu : Sebelum dapat menentukan nilai akhirnya, skor perolehan dari lembar pengamatan
pelaksanaan model ditransfer kenilai atau dilakukan konversi skor dan nilai terlebih dulu menurut
Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Konversi skor dan nilai kesesuaian pelaksanaan
metode problem solving dan media gambar
35
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 4,76 6 28,57 11 52,38 16 76,19 21 100
2 9,54 7 33,33 12 57,14 17 90,95
3 14,29 8 38,10 13 61,90 18 85,71
4 19,05 9 42,86 14 66,67 19 90,48
5 23,81 10 47,62 15 71,43 20 95,24
37
BAB IV
Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang. Untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan dalam belajar pada siswa kelas V. Peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan awal,
yaitu melakukan observasi terlebih dahulu. Penelitian tahap awal dilaksanakan pada hari Senin 11
April 2022. Penelitian tahap awal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang nantinya
digunakan sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh sesudah perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode problem solving dan media gambar pada materi peristiwa alam
yang terjadi.
Dalam pembelajaran IPA, guru cenderung ceramah dan menulis latihan soal di papan tulis
kemudian siswa disuruh mencatat, menghafal dan mengerjakan tugas. Guru juga jarang
menggunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan pembelajaran IPA Tentu saja, banyak
siswa yang merasa kesulitan dab bosan saat belajar karena siswa masih berada ditahap
operasional konkret yang tidak bisa lepas dari dunia nyata. Guru juga masih berperan sebagai
aktor pembelajaran dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga banyak siswa
yang asyik bermain sendiri saat pembelajaran.
a. Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
kegiatan yang dilakukan yaitu merencanakan tindakan pada tanggal 11 April 2022, berupa
penyusunan skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan metode problem solving. Pada
tahap ini perencanaan tindakan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Peneliti membuat RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran).
2. Penelitian melakukan observasi sebelum melakukan pembelajaran
3. Peneliti mempersiapkan kegiatan pengembangan materi tentang keputusan bersama.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 11 April 2021 adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
1. Guru memberikan salam kepada siswa.
2. Siswa dan guru berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran hari ini.
3. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
4. Guru bertanya kepada siswa tentang bencana alam atau peristiwa alam yang pernah terjadi
dimasa pandemic dan didaerah mana saja.
Kegiatan Inti
38
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. Guru menampilkan gambar mengenai peristiwa alam yang terjadi.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai peristiwa alam yang terjadi.
3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh peristiwa alam yang
pernah dilihat atau dirasakan sendiri oleh siswa itu sendiri.
4. Guru menjelaskan tentang bahayanya bencana alam atau peristiwa alam bila terjadi.
5. Guru menjelaskan dampak dari bencana alam.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborsi :
- Guru menjelaskan tentang metode problem solving yang akan di pakai dalam pembelajaran
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang metode problem solving .
- Setiap kelompok mendapatkan lembar permasalahan yang akan di pecahkan..
- Siswa diminta aktif pada setiap kelompoknya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang jalannya diskusi dengan menggunakan
metode problem solving.
Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami.
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup :
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian Indikator, Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi dasar.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Kegiatan
belajar yang dilaksanakan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun peneliti.
3. Pengamatan
Observasi yang telah dilakukan guru dan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi sebagai berikut :
KESESUAIAN
ASPEK YANG DENGAN RPP SARAN/HASIL
DIAMATI SESUAI TIDAK DISKUSI/REFLEKSI
SESUAI
A. KEGIATAN KEGIATAN PENDAHULUAN/AWAL
PENDAHULUAN/AWAL
1. Memotivasi
2. Memberi acuan
39
3. Melakukan apersepsi
B. KEGIATAN INTI KEGIATAN INTI
Penjelasan konsep / materi /
contoh/ilustrasi
Pemberian penguatan
Penggunaan media
Pemberian tugas kelompok
Umpan balik
C. KEGIATAN PENUTUP KEGIATAN PENUTUP
1. Menyimpulkan
2. Evaluasi
3. Pemberian tugas mandiri
Dari lembar observasi simulasi pada siklus 1 yang diamati Supervisor 1 kepada peneliti
adalah ada beberapa yang tidak pantas yaitu pada bagian memberi acuan dan melakukan
apersepsi tidak sesuai serta kurangnya penguatan yang di berikan oleh peneliti dengan materi
yang akan diajarkan.
Tabel 4.3
No Deskripsi Skor
1 2 3 4 5
1 Menentukan bahan perbaikan
pembelajaran dan merumuskan Tujuan/
Indikator perbaikan pembelajaran
2 Mengembangkan dan
mengorganisasikan materi, menentukan
tema, media (alat bantu pembelajaran)
dan sumber belajar
40
3 Merencanakan skenario perbaikan
pembelajaran
4 Merancang pengolahan kelas perbaikan
pembelajaran
5 Merencanakan prosedur, jenis dan
menyiapkan alat Penilaian perbaikan
pembelajaran
6 Tampilan dokumen rencana perbaikan
pembelajaran
Rerata (jumlah skor di bagi 6) 4,5
Pada siklus 1 lembar penilaian simulasi merancang perbaikan pembelajaran yang dilakukan
Supervisor 1 kepada peneliti, peneliti mendapat nilai baik dan sangat baik sehingga memerlukan
perbaikan pembelajaran pada siklus 2 supaya mendapatkan nilai sangat baik.
4. Tahap Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan guru, peneliti memiliki kelemahan-kelemahan dalam proses
pembelajaran. Kelemahan peneliti dalam memberi acuan serta melakukan apersepsi serta
kurangnya penguatan pada pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang dipelajari, peneliti
dalam menjelaskan materi secara ringkas guru masih memakan waktu sedikit lebih lama, tidak
sesuai dengan waktu yang ditentukan dan peneliti kurang bisa mengatur waktu dalam
pembelajaran. Refleksi hasil observasi dianalisis untuk membantu tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus II.
b. Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan
Merancang dan menyusun Rencana perbaikan pembelajaran yang di laksanakan pada tanggal 18
April 2022, serta mengoptimalkan pembelajaran pada pertemuan ke dua, agar nantinya kesalahan
yang telah direfleksi pada siklus I tidak terulang di siklus II. Lembar observasi yang bertujuan untuk
melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya dan untuk melihat
keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 18 April 2022 sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1. Guru memberikan salam kepada siswa.
2. Siswa dan guru berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran hari ini.
3. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
4. Guru bertanya kepada siswa tentang bencana alam atau peristiwa alam yang pernah terjadi
41
dimasa pandemic dan didaerah mana saja.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. Guru menampilkan gambar mengenai peristiwa alam yang terjadi.
3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh peristiwa alam yang
pernah dilihat atau dirasakan sendiri oleh siswa itu sendiri.
4. Guru menjelaskan tentang bahayanya bencana alam atau peristiwa alam bila terjadi.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborsi :
1. Guru menjelaskan tentang metode problem solving yang akan di pakai dalam pembelajaran
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang metode problem solving .
3. Setiap kelompok mendapatkan lembar permasalahan yang akan di pecahkan..
4. Siswa diminta aktif pada setiap kelompoknya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
1. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang jalannya diskusi dengan menggunakan
metode problem solving.
2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami siswa.
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup :
1. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu
untuk mengetahui pencapaian Indikator, Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi dasar.
2. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Kegiatan
belajar yang dilaksanakan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran yang telah disusun peneliti.
3. Pengamatan
Dalam tahapan ini guru sebagai observer mengamati proses tindakan pembelajaran
yang sedang berlangsung sehingga dapat diketahui pemahaman siswa selama pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah proses perbaikan pembelajaran yang telah diberikan
kepada siswa ternyata diperoleh perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik dari
pelaksanaan siklus I maka perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil dilakukan.
Tabel 4.4 Lembar Observasi Simulasi II
KESESUAIAN
ASPEK YANG DI AMATI DENGAN RPP KETERANGAN/
SESUAI TIDAK SARAN
SESUAI
A. KEGIATAN KEDIATAN PENDAHULUAN
42
PENDAHULUAN
1. Memotivasi
2. Memberi acuan
3. Melakukan apersepsi
B. KEGIATAN INTI KEGIATAN INTI
1. Penjelasan
konsep/materi/contoh/ ilustrasi
2. Pemberian penguatan
3. Penggunaan media
4. Pemberian tugas kelompok
5. Umpan balik
C. KEGIATAN PENUTUP KEGIATAN PENUTUP
1. Menyimpulkan
2. Evaluasi
3. Pemberian tugas mandiri
Dari lembar observasi simulasi siklus 2 yang diamati Supervisor 1 kepada peneliti yaitu
peneliti sudah melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dengan
menggunakan metode problem solving dan penggunaan media gambar sehingga pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Tabel 4.6
Lembar Penilaian Simulasi Merancang Perbaikan Pembelajaran
No. Deskripsi Skor
1 2 3 4 5
1 Mengelola ruang dan fasilitas belajar
2 Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran
3 Mengelola interaksi kelas
4 Bersikap terbuka dan luwes serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap
belajar
5 Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
perbaikan Pembelajaran mata pelajaran
43
6 Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran
Rata-rata (jumlah skor dibagi 7) 5
Pada siklus 2 lembar penilaian simulasi merancang perbaikan pembelajaran yang dilakukan
oleh Supervisor 1 kepada peneliti, peneliti sudah mendapat nilai sangat baik sehingga pada siklus
2 perbaikan pembelajaran sudah berhasil.
4. Tahap Refleksi
Pada kegiatan refleksi yang telah dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar,
serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang dilakukan
pada siklus II. Kegiatan refleksi siklus II masih melihat kelemahan yang dilakukan penulis yaitu
dalam Penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru memerlukan waktu yang relatif
panjang, namun pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dari siklus I.
Maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil dalam perbaikan
pembelajaran IPA pada materi “ Peristiwa alam yang terjadi.
Setelah dilaksanakan penelitian mulai dari siklus I dan siklus II melalui penerapan metode
problem solving dan penggunaan media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 050765 Gebang
dapat dijelaskan bahwa metode problem solving dan penggunaan media gambar dapat
memperbaiki belajar siswa pada pembelajara IPA dengan materi peristwa alam yang terjadi.
Melalui penggunaan metode problem solving dan media gambar dalam pembelajaran siswa
yang tadinya malu untuk menyampaikan pendapat menjadi berani tampil dalam mengemukakan
pendapat dan siswa lebih berani, siswa jadi lebih kritis dalam memecahkan suatu permasalahan,
siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara kreatif, dapat melatih siswa
membiasakan diri untuk memecahkan suatu masalah secara terampil dan dapat melatih siswa
untuk mendesain suatu penemuan.
Hal ini menjadikan mata pelajaran IPA lebih menyenangkan dan lebih menantang. Guru dapat
merasakan bahwa pengajaran sains merupakan cara untuk mencari tahutentang alam secara
sistematisuntuk menguasai pengetahuan, fakta – fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains di arahkan untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitarnya,
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbaiakan pembelajaran IPA melalui
penggunaan metode problem solving dan media gambar pada siswa kelas V dengan materi
peristiwa alam yang terjadi disebabkan pada pembelajaran dengan strategi mengajar melalui
penggunaan metode problem solving dan media gambar siswa jadi lebih aktif dan tertarik apalagi
44
dihadirkannya sebuah permasalahan yang dituangkan dalam sebuah diskusi kelompok untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi sehingga siswa kreatif dalam menangani masalah yang
di hadapi dan berani untuk mengemukakan pendapatnya.
Bahwa sanya pembelajaran penggunaan metode problem solving dan media gambar dapat
memperbaiki belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan keuntungan penggunaan metode
problem solving, menurut pendapat Aris Shoimin (2014: 137-138) metode pembelajaran
Problem Solving memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut :
1. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahka
nmasalah secara terampil.
3. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik secara kreatif.
4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
6. Berfikir dan bertindak kreatif
Selain menggunakan metode penggunaan media juga menjadi pendukung perbaikan
pembelajaran salah satunya adalah media gambar. Adapun beberapa manfaat dari media
gambar adalah penjelasan dan penyampaian mengenai berbagai informasi, pesan, ide dan
sebagainaya dengan lebih banyak memberikan kesan tanpa menggunakan bahasa verbal.
Hamalik juga mengemukakan dalam (Arsyad, 2003:15) mengatakan “bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode problem
solving dan media gambar siswa lebih efektif dan aktif dalam memperbaiki pembelajaran
pada pelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di kelas V SD Negeri 050765
Gebang T.A 2022.
45
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Performansi guru pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu dari
80,87 dan meningkat pada siklus II yaitu mencapai 87,72. Nilai performansi
guru pada siklus I dan II sudah mencapai indicator keberhasilan yang telah
ditentukan yaitu minimal B atau ≥ 71. Perolehan nilai pengamatan kesesuaian
pelaksanaan penggunaan metode problem solving dan media gambar
memenuhi indikator keberhasilan, dari 76,19 pada siklus I menjadi 92,86 pada
siklus II.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 050765 Gebang,
maka peneliti menyarankan:
a. Bagi Siswa
Pada saat pelaksanaan pembelajaran di harapkan siswa sebaiknya memperhatikan
penjelasan dari langkah – langkah penggunaan metode problem solving dan
penggunaan media gambar agar dapat memahami dalam pelaksanaannya.
b. Bagi Guru
46
Guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran problem solving pada
pembelajaran IPA terutama pada materi peristiwa alam yang diajarkan pada
kelas V. Hal tersebut dikarnakan pembelajaran yang menerapkan metode
pembelajaran problem solving dan penggunaan media gambar dapat
mendorong guru untuk berfikir kreatif, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
dapat mengaktifkan siswa.
Guru hendaknya memperhatikan kemampuan siswa dalam membentuk
kelompok, agar ketika melaksanakan kegiatan diskusi tidak terjadi adanya
perbedaan kemampuan yang signifikan antarkelompok.
Guru yang akan menerapkan metode pembelajaran problem solving pada
pembelajaran IPA diharapkan menggunakan media dalam proses pembelajaran.
Hal ini dikarenakan media dapat menambah pemahaman siswa dalam belajar
IPA terutama materi peristiwa alam yang terjadi.
Disarankan kepada guru memberikan reward kepada siswa atau kelompok yang
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarnakan pemberian reward maupun
penguatan dapat merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
47