Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA

SEKOLAH

KIPI DAN CARA MENGATASINYA

Dosen Pengampu : Arum Lusiana, S.SiT, M.Keb

Disusun Oleh :

1. Mayandhana Sholikha (P1337424518030)


2. Ade Fatma (P1337424518031)
3. Tri Utami (P1337424518035)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ”Kipi dan Cara Mengatasinya”.

Makalah ini tidak akan selesai tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moril maupun materil.Untuk itu
saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.

Dari pembuatan makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saya sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah selanjutnya
yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Magelang, 31 Januari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
2
Halaman Judul ..............................................................................................................................
1

Kata Pengantar..............................................................................................................................2

Daftar Isi.......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6

A. Pengertian KIPI................................................................................................................6
B. Faktor Penyebab KIPI.......................................................................................................6
C. Gejala Klinis KIPI
D. Kelompok Resiko Tinggi KIPI.........................................................................................7
E. Survailans KIPI
F. Evaluasi Kejadian KIPI.....................................................................................................7
G. Penanggulangan KIPI........................................................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................10

A. Kesimpulan.......................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak
positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus,

3
menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan
penyakit serta menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit (Depkes RI, 2005). Imunisasi juga dapat menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan seperti efek panas setelah imunisasi DPT dan campak.
Sebetulnya, masih ada efek lain daripada itu seperti sakit pada tempat suntikan,
warna kemerahan di sekitar bekas tempat suntikan, anak yang menangis terus
menerus setelah mendapat imunisasi DPT. Kejadiannya agak jarang, sehingga sering
luput dari perhatian orangtua balita (Narulita, 2012).
Gejala klinis pasca imunisasi dapat timbul secara cepat maupun lambat dan
dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi
lainnya. Tanda dan gejala yang muncul dari efek samping setelah imunisasi pada
bayi satu dengan yang lain akan berbeda, tergantung daya tahan tubuh bayi.
Beberapa bayi akan akan sulit tidur, lebih mudah menangis dan gelisah. Hal tersebut
bukan karena vaksin yang tidak cocok, namun disebabkan karena naiknya suhu
badan yang membuat bayi anda tidak nyaman. Bahkan berhasil atau tidaknya
imunisasi bisa dilihat setelah dilakukan imunisasi, dengan tanda perubahan suhu
tubuh bayi yang meningkat atau bengkak disekitar area suntikan. Efek samping
imunisasi, seperti peningkatan suhu tubuh sering membuat orangtua panik, serba
salah bahkan ikut menangis melihat kondisi bayi (Susanti, 2014). Kejadian yang
memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan (pragmatic errors). Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh
imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi
(Dokter Anak Indonesia, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengertian dari KIPI?
2. Apa saja penyebab dari KIPI?
3. Apa saja gejala klinis KIPI?
4. Apa saja kelompok yang beresiko tinggi terkena kipi KIPI?
5. Bagaimana survailans KIPI?
6. Bagaimana evaluasi kejadian KIPI?
7. Bagaimana penanggulangan KIPI?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari KIPI.
2. Untuk mengetahui penyebab dari KIPI.
3. Untuk mengetahui gejala klinis KIPI.
4. Untuk mengetahui kelompok yang beresiko tinggi terkena kipi KIPI.
5. Untuk mengetahui survailans KIPI.
6. Untuk mengetahui evaluasi kejadian KIPI.
7. Untuk mengetahui penanggulangan KIPI.

5
BAB II

ISI
A. Pengertian KIPI
KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi
vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. (Akib, 2011; Kemenkes RI, 2013)
KIPI serius merupakan kejadian medis setelah imunisasi yang tak diinginkan yang
menyebabkan rawat inap atau perpanjangan rawat inap, kecacatan yang menetap atau
signifikan dan kematian, serta menimbulkan keresahan di masyarakat. (Kemenkes,
2013)
B. Faktor Penyebab KIPI
Kelompok Kerja (Pokja) KIPI Depkes RI membagi penyebab KIPI menjadi 5
kelompok faktor etiologi yaitu:

a. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (Programmic errors)


Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat
terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
1) Dosis antigen (terlalu banyak)
2) Lokasi dan cara menyuntik
3) Sterilisasi semprit dan jarum suntik
4) Jarum bekas pakai
5) Tindakan aseptik dan antiseptik
6) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
7) Penyimpanan vaksin, Pemakaian sisa vaksin
8) Jenis dan jumlah pelarut vaksin
9) Tidak memperhatikan petunjuk produsen.

6
b. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope.

c. Induksi vaksin (reaksi vaksin)


Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan
secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala
klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.
Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam
petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi
khusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan. dan perhatian spesifik
lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini
harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
d. Faktor kebetulan (konsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara
kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai
dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok
populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapatkan
imunisasi.
e. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan
kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam
kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan
kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab
KIPI (Ranuh, dkk., 2005, p.97-98).
C. Gejala Klinias KIPI

7
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala
lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat
KIPI terjadi makin cepat gejalanya.
1. Reaksi KIPI lokal
Abses pada tempat suntikan

Limfadenitis

Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis

Reaksi KIPI susunan syaraf pusat

Kelumpuhan akut

Ensefalopati

Ensefalitis

Meningitis

Kejang

Reaksi KIPI lainnya

Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema

Reaksi anafilaksis

Syok anafilaksis

Demam tinggi >38,5°C

Episode hipotensif-hiporesponsif

Osteomielitis

Menangis menjerit yang terus menerus

Setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit. untuk
menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam
jangka waktu tertentu
D. Kelompok Resiko Tinggi KIPI

8
Hal yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko timbulnya KIPI yaitu apakah
resipien termasuk dalam kelompok risiko. Kelompok risiko adalah anak yang
mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu dan bayi berat lahir rendah.
Jadwal imunisasi bayi pada bayi kurang bulan harus memperhatikan: titer imunitas
pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada bayi cukup bulan, apabila
berat badan bayi kecil (<1.000 gram) imunisasi ditunda dan diberikan setelah bayi
mencapai berat 2.000 gram atau berumur 2 bulan; kecuali untuk imunisasi hepatitis B
pada bayi dengan ibu yang HBs Ag positif.

Vaksin Rekomendasi Keterangan

IPV Ya Pasien dan keluarga serumah


DPT Ya Pasien dan keluarga serumah
Hib Ya Pasien dan keluarga serumah
Hepatitis B Ya Sesuai dengan jadwal anak sehat
Hepatitis A Ya Sesuai dengan jadwal anak sehat
MMR Ya Diberikan umur 12 bulan

Influenza Ya Tiap tahun diulang

Pneumokok Ya Secepat mungkin

BCG Ya Dianjurkan untuk Indonesia

E. Survailans KIPI
Adalah kegiatan untuk mendeteksi dini, merespon kasus KIPI dengan cepat dan tepat,
mengurangi dampak negatif imunisasi untuk kesehatan individu dan pada program
imunisasi dan merupakan indikator kualitas program. Kegiatan survailans KIPI meliputi
1. Mendeteksi, memperbaiki, dan mencegah kesalahan program

9
2. Mengidentifikasi peningkatan rasio KIPI yang tidak wajar pada petunjuk vaksin
atau merek vaksin tertentu
3. Memastikan bahwa suatu kejadian yang diduga KIPI merupakan koinsiden (suatu
kebetulan)
4. Memberikan kepercayaaan masyarakat pada program imunisasi dan memberi
respon yang tepat terhadap perhatian orang tua/masyarakat tentang keamanan
imunisasi di tengah kepedulian (masyarakat dan professional) tentang adanya
resiko imunisasi
5. Memperkirakan angka kejadian KIPI (rasio KIPI) pada suatu populasi (Depkes
RI, 2006, p.98).
F. Evaluasi Kejadian KIPI
Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi rutin dan tahunan.
1. Evaluasi rutin
Evaluasi rutin dilakukan oleh Komda PP-KIPI/Dinkes provinsi minimal 6
bulan sekali. Evaluasi rutin untuk menilai efektivitas pemantauan KIPI.
2. Evaluasi tahunan
Evaluasi tahunan dilakukan oleh Komda PP-KIPI/Dinas Kesehatan Provinsi
untuk tingkat provinsi dan Komnas PP-KIPI/sub-direktorat Imunisasi untuk
tingkat nasional. Perkembangan KIPI dapat dinilai dari data laporan tahunan di
tingkat propinsi dan nasional.

G. Penanggulangan KIPI
1. Pencegahan primer

1. Tempat Ruangan khusus untuk penanggulangan KIPI,


misalnya ruang UKS atau ruangan lainnya.
2. Alat dan obat Tensimeter, infus set, alat suntik steril.
Adrenalin 1:10.000, deksametason suntik,
cairan infus NaCl 0,9%.
3. Fasilitas rujukan Fasilitas kesehatan milik pemerintah dan
swasta yang sudah dikoordinasi dalam
jejaring fasilitas kesehatan.
4. Penerima vaksin Perhatikan kontra-indikasi dan hal-hal khusus
10
(resipien) terhadap imunisasi tertentu.
5. Mengenal gejala Gejala lokal dan sistemis serta reaksi lainnya.
klinik KIPI Makin cepat terjadinya KIPI, makin berat
gejalanya.
6. Prosedur Mencuci tangan sebelum dan sesudah
pelayanan penyuntikan, membersihkan kulit di daerah
imunisasi suntikan dengan air matang, jika kotor harus
menggunakan alkohol 70%, bacalah label
pada botol vaksin, kocoklah vaksin jika
terdapat perubahan warna atau gumpalan,
gantilah dengan vaksin lain, tempat suntikan
yang dianjurkan pada bayi: bagian paha
sebelah luar (di antara garis tengah bagian
depan paha dan tepi paha), pada anak: di
lengan kanan atas di daerah pertengahan
muskulus deltoideus, observasi pasca-
imunisasi minimal 30 menit.
7. Pelaksana Tenaga kesehatan yang terlatih dan ditunjuk
oleh kepala puskesmas serta dibekali surat
tugas.

2. Penanggulangan medis KIPI


Penanggulangan kasus ringan dapat diselesaikan oleh puskesmas dan
memberikan pengobatan segera, Komda PP-KIPI hanya perlu diberikan laporan.
Jika kasus tergolong berat harus segera dirujuk. Kasus berat yang masih dirawat,
sembuh dengan gejala sisa, atau meninggal, perlu dilakukan evaluasi ketat dan
apabila diperlukan Komda PP-KIPI segera dilibatkan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. KIPI adalah kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa
reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur ataupun
koinsiden.
2. Kelompok risiko adalah anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi
terdahulu dan bayi berat lahir rendah.
3. Faktor resiko KIPI adalah Kesalahan program/teknik pelaksanaan (Programmic
errors), Reaksi suntikan, Induksi vaksin (reaksi vaksin), Faktor kebetulan
(konsiden) dan Penyebab yang belum diketahui
4. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi rutin dan tahuhan.
5. Penanggulangan KIPI terdiri dari pencegahan primer dan penanggulangan medis
KIPI.

12
DAFTAR PUSTAKA

- Hadiati,dkk. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan
-

13
14

Anda mungkin juga menyukai