Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup berada
dalam Rahim ibunya, dengan disusul oleh kelarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu. (Yuni Fitriana:2018:7)
Persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (37 minggu)
tanpa disertai dengan penyulit (APN,dalam Marmi,2012:1) .
Tahapan persalinan, yakni :
1. Kala I yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratut, adekuat, dan meyebabkan
perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
2. Kala II telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui introitus
vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rectum atau vagina,
perineum terlihat menonjol, vulva dan sphingter ani membuka, peningkatan pengeluaran
lendir darah.
3. Kala III masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta.
Setiap kala dalam persalinan membutuhkan respon fisik maupun psikologi yang berbeda.
4. Kala IV dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.
Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger
(janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila
ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi
proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin fisiologis
secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas target praktik fisiologis Program Studi Diploma IV
Kebidanan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang dan agar mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian / pengumpulan data dasar pada ibu baik data subyektif
maupun data obyektif.
b. Merumuskan diagnosa dan atau masalah pada ibu.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera pada ibu.
e. Menentukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
f. Melakukan tindakan yang telah direncanakan untuk ibu
g. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada ibu.
h. Melakukan pendokumentasian
i. Melakukan pemantauan ibu dan janin dengan partograf.

C. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan setiap asuhan kebidanan pada ibu
bersalin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan pada asuhan kebidanan pada ibu
bersalin fisiologis
3. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dapat mengetahui dan memahami proses persalinan normal, dan klien
mendapatkan asuhan kebidanan yang baik

4. Bagi Lahan Praktik


Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI MEDIS

A. Definisi tentang persalinan


Persalinan persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang
sudah cukup berada dalam rahim ibunya dengan disusul oleh keluarnya
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan ada
berbagai jenis persalinan di antaranya adalah persalinan spontan
persalinan buatan dan persalinan anjuran.
Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan adanya
kekuatan ibu melalui jalan lahirnya, persalinan buatan adalah proses
persalinan yang dibantu dengan Tenaga dari luar atau selain dari ibu yang
akan melahirkan tenaga yang dimaksud misalnya ekstraksi forceps atau
ketika dilakukan operasi sectio caesaria. Berbeda dengan persalinan
anjuran yaitu proses persalinan yang tidak dimulai dengan proses seperti
biasanya akan tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban
pemberian pitocin atau prostaglandin (Yuni Fitriana, 2018:7)
Berikut ini adalah beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan 
1. Abortus yaitu proses pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan
mencapai 22 minggu atau bayi dalam kondisi berat badan kurang dari 500
gram
2. Partus immaturus yaitu proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan berada di antara 22 minggu sampai   28 minggu atau bayi
dalam kondisi berat badan antara 500 gram sampai 999 gram
3. partus prematurus yaitu proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan antara 28 minggu sampai 37 minggu atau kondisi berat badan
bayi antara 1000 gram sampai dengan 2499 gram
4. partus maturus yaitu proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan berada antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu atau bayi
dalam kondisi berat badan 2500 gram atau lebih
5. Partus postmaturus atau serotinus yaitu proses pengeluaran buah
kehamilan setelah usia kehamilan lebih dari 42 Minggu ( Yuni Fitriana,
2018:8)

B. Sebab- sebab mulainya persalinan


1. Penurunan kadar progesterone
Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim sedangkan
hormon progesteron dapat menimbulkan relaksasi otot-otot rahim
selama masa kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen di dalam darah namun pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun Sehingga timbul his Hal inilah yang
menandakan sebab-sebab mulainya persalinan
2. Teori Oxytocin
Pada akhir usia kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga
menimbulkan Kontraksi otot-otot Rahim
3. Ketegangan otot otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
tegang oleh karena isinya bertambah maka terjadi kontraksi untuk
mengeluarkan yang ada di dalamnya demikian pula dengan rahim
maka dengan majunya kehamilan atau bertambahnya ukuran perut
semakin tegang pula otot-otot rahim dan akan menjadi semakin Rentan
4. Pengaruh janin
Hipofisis dan kelenjar kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena ancephalus kehamilan sering lebih dari
biasanya
5. Teori prostaglandin
6. Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua  diduga salah satu sebab
permulaan persalinan hasil dari percobaan menunjukkan bahwa 
prostaglandin F2 atau F2 yang diberikan secara intravena dan ekstra
amnial  menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan hal ini juga didukung dengan adanya faktor kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan
penyebab terjadinya proses persalinan masih tetap belum bisa
dipastikan besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama sehingga
pemicu persalinan menjadi multifactor. ( Yuni Fitriana, 2018:9)
C. Tanda-Tanda Persalinan
1. Lightening
Lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan,
adalah penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor.
(Hidayat,2010:3).
Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut.
 Braxton hiks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotundum
 Gaya berat janin, kepala kearah uterus. (Sulistiyowati,2013:6)
2. Perubahan serviks
Mendekati persalinan servik semakin matang kalau tadinya, selama
masa hamil servik dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang servik masih lunak dengan konsistensi seperti pudding dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Perubahan servik diduga terjadi akibat peningkatan intensitas
Braxton hiks. Servik menjadi matang selama periode yang berbeda-
beda sebelum persalinan. Kematagan servik mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan. (Hidayat.2010:4)
3. Ketuban pecah
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan.
Apabila terjadi sebelum persalinan disebut ketuban pecah dini (KPD).
(Hidayat,2010:5)
4. Bloody show
Plak lendir disekresi servik sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
servik pada awak persalinan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan
menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang
disebut bloody show. Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas
lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan
cermat dari perdarahan murni. (Hidayat,2010:5)
D. Tahapan Persalinan
1. KALA I
Proses membuka servik sebagai akibat His dibagi dalam 2 fase :
 Fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3cm
(Sulistyawati, 2013:7)
 Fase aktif : frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi diangkat adekuat atau memadai jika
terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih), servik membuka dari 4 ke 10 cm,
biasannya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian
terbawah janin. (Hidayat, 2010:36)
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi,yaitu
a. Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm sampai 9cm.
c. Fase decelerasi, pembukaan menjadi lambat
kembali.dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm
menjadi lengkap.

2. KALA II
Kala II persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri
dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi.
(Varney,2007:751). Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi
dan 1 jam pada multi. (Clervo,2010:33)
Gejala dan Tanda Persalinan Kala II
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada rektum / vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina, spinter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Clervo,2010:62)
Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi pada persalinan
kala II :
a. His menjadi lebih kuat dan lebih sering
b. Timbul tenaga untuk meneran
c. Perubahan dalam dasar panggul
d. Lahirnya fetus (Clervo,2010:60)
3. KALA III
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan
berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala
persalinan plasenta. Kala III persalinan berlangsung rata-rata antara 5
dan 10 menit. Resiko perdarahan pada kala III ini meningkat apabila
lebih lama dari 30 menit,terutama 30 dan 60 menit. (Varney,2008:
825)
4. KALA IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling
sering pada 2 jam pertama. (Sulistyawati,2013:9)

E. Perubahan Fisiologis
1. Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi dengan tekanan sistolik meningkat rata-
rata 15 (10-20) mmHg dan tekanan diastolik meningkat rata-rata 5-10)
mmHg. Diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tekanan sebelum
persalinan. Perubahan posisi ibu dari terlentang ke posisi miring
mengurangi perubahan tekanan darah selama kontraksi. Nyeri, rasa
takut, dan khawatir akan semakin meningkatkan tekanan darah.
2. Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerobik dan anaerobik
terus meningkat. Peningkatan ini sebagian besar karena kecemasan
dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh., nadi pernafasan, curah jantung, dan
kehilangan cairan.
3. Suhu
Sedikit meningkat sepanjang proses persalinan, paling tinggi selama
dan sesaat setelah persalinan.
4. Nadi (frekuensi jantung)
Terjadi perubahan mencolok saat kontraksi, yaitu nadi meningkat pada
saat peningkatan kontraksi, menurun pada saat puncak kontaksi
hingga mencapai frekuensi nadi di antara kontraksi, dan meningkat
kembali pada saat penurunan kontraksi hingga mencapai frekuensi
nadi diantara kontraksi.
Penurunan mencolok pada saat puncak kontraksi uterus tidak terjadi
jika wanita berada dalam posisi miring bukan terlentang. Frekuensi
nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan pada periode
sesaat sebelum persalinan. Hal ini menunjukan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan.
5. Pernafasan
Frekuensi pernafasan yang sedikit lebih meningkat merupakan temuan
normal selama persalinan dan ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang sedang terjadi. Hiperventilasi yang berkepanjangan
merupakan temuan abnormal dan dapat mengakibatkan alkalosis
6. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Hal itu mungkin merupakan
akibat lebih lanjut dari peningkatan curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerolus dan aliran
plasma ginjal. Poliuria sedikit berkurang pada posisi terlentang, yang
menyebabkan penurunan aliran urine selama kehamilan. Poliuria
ringan (+1) umum terjadi pada sepertiga hingga separuh wanita
bersalin. Proteinuria +2 dan diatas +2 merupakan kondisi abnormal.
7. Perubahan pada gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat sangat menurun. Hal
ini, di tambah dengan penurunan sekresi getah lambung selama
persalinan, membuat pencernaan menjadi benar-benar berhenti
sehingga waktu pengsongan lambung sangat lama. Cairan tidak
terpengaruh dan meninggalkan lambung seperti biasanya. Makanan
yang dikonsumsi sesaat sebelum persalinan atau fase prodromal atau
fase laten persalinan kemungkinan akan tetap berada di lambung
sepanjang proses persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi yang menandai berakhirnya kala satu persalinan.
8. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ke tingkat sebelum persalinan pada hari pertama setelah
persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan.
Waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma
selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara
progresif selama kala I persalinan, sebesar 5000 sampai dengan 15000
WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap. Setelah itu jumlah
sel-sel darah putih menurun lagi ke keadaan semula. Gula darah akan
menurun selama persalinan dan akan menurun secara menyolok pada
persalinan dengan penyulit atau yang mengalami persalinan lama. Hal
ini disebabkan karena adanya kegiatan uterus dan otot-otot kerangka
tubuh. (Asrinah, 2010:35)

F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
1. Rasa cemas dan takut pada dosa dosa atau kesalahan-kesalahan
sendiri. Ketakutan tersebut dapat berupa rasa takut bayi yang akan
dilahirkan dalam keadaan cacat, kurang sehat, atau yang lainnya.
2. Adanya rasa tegang konflik batin yang disebabkan oleh semakin
membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan
calon ibu mudah capek, tidak nyaman, tidak bias tidur nyenyak, sulit
bernafas, dan gangguan-gangguan yang lainnya.
3. Ibu bersalin terkadang merasa jengkel, tidak nyaman, selalu
kegerahan, seta tidak sabaran sehingga antara ibu dan janinya menjadi
terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki
panggul dan timbulnya kontraksi-kontraksi pada Rahim sehingga bayi
yang semula diharapkan dan dicintai serta psikologis selama berbulan-
bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
4. Ibu bersalin memiliki harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan. Secara tidak langsung, relasi antara ibu dan anak terpecah
sehingga menjadikan ibu merasa cemas.
5. Ibu bersalin memiliki angan-angan negative akan kelahiran bayinya.
Angan-angan tersebut misalnya keinginan untuk memiliki janin yang
tunggal, cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim, merasa belum
mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu dan lain sebaginya.
6. Kegelisahan dan ketakutan lainnya menjelang kelahiran bayi. (Yuni
Fitriana:2018:54)
G. Faktor –Faktor Persalinan
1. Power (Kekuatan His), dipengaruhi oleh keseimbangan antara estrogen
dan progestero, pengeluaran oksitosin oleh hipofise anterior dan
prostaglandin. Perubahan keseimbangan hormon saat kehamilan yang
menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, menjelang aterm, kontraksi
akan semakin sering, tetapi tidak menimbulkan reaksi apapun.
2. His/Kontraksi persalinan mempunyai sifat :
a. Dominan pada fundus, menyebar ke pacemaker disekitar
intersiatuba.
b. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke keadaan
semula, sehingga masih mempunyai efek tekanan terhadap isi
rahim.
c. Akibat pemendekan otot rahim (retraksi) volume rahim
mengecil sehingga janin terdorong ke segmen bawah rahim.
d. Terasa nyeri akibat hipoksia sel-sel otot rahim.
Pembukaan dan penipisan serviks yang disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot rahim akan menekan/menarik serviks
bersifat pasif
b. Dorong selaput ketuban (bila belum pecah)
c. Dorongan bagian terendah janin (Manuaba, 2008 : 40)
Kekuatan his pada saat inpartu sifatnya teratur, interval
pendek dan kekuatan makin besar, mempunyai pengaruh
terhadap serviks, dengan aktivitas kontraksi semakin
kencang, menyebabkan terjadinya pengeluaran lendir
darah, pinggang terasa sakit menjalar ke perut depan,
ketuban biasanya pecah sendiri (Manuaba, 2008 : 165)
3. Kekuatan Meneran
1. Timbul akibat tekanan pleksus frokenhouster yang terletak
disekitar serviks maka terjadi kontraksi pada diafragma pelvik
yang berguna untuk mempercepat pembukaan serviks, dan
melebarkan bagian bawah vagina pada saat meneran akan
tampak membuka.
2. Saat meneran terjadinya kontraksi otot rahim yang kuat yang
optimal, sehingga serviks membuka/membentuk jalan lahir,
lunak.
3. Otot diafragma ikut berkontraksi untuk menaikkan fundus
uteri.
4. Diafragma pelvis berkontraksi sehingga anus membuka,
perineum tertarik, persendian sakro terdorong ke belakang.
5. Peranan ligamentum rotundum yang ikut serta berkontraksi
menyebabkan fundus uteri tidak terdorong ke atas fundus
dominant, dalam posisi anterior sehingga rongga rahim, serviks
dan vagina berfungsi sebagai salah satu saluran jalan jalan lahir
lunak, kekuatan kontraksi ligamentum rotundum membantu
dorongan rahim sehingga janin semakin turun. (Manuaba, 2008
: 52-54)
4. Faktor Passanger (faktor janin)
 Sikap (habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbunya
(tulang punggungnya). Umumnya kepala, tulang punggung dan
kaki berada dalam sikap fleksi, dan lengan bersilang dada.
 Letak (situs)
Yaitu bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.
Misal letak lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus terhadap
sumbu ibu. Letak membujur yaitu dimana sumbu janin berada
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa berupa letak kepala atau
letak sungsang.
 Presentasi
Digunakan untuk menentukan bagian janin yang berada di
bagian bawah rahim, yang ditemui ketika palpasi atau
pemeriksaan dalam. Misal presentasi kepala, presentasi
bokong, dan lain-lain.
 Bagian terbawah janin
Sama dengan presentasi, namun lebih diperjelas istilahnya.
 Posisi janin
1. Untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap
sumbu ibu (materal-pelvis).
2. Untuk menentukan presentasi dan posisi janin, maka
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
a. Bagian janin apa yang terbawah ?
b. Dimana bagian terbawah tersebut ?
c. Apa indikatornya ?
5. Faktor jalan lahir (passage)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks, dan vagina
sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi
pula tahanan atau resistensi yang di timbulkan oleh struktur dasar
panggul dan sekitarnya.

I. TINJAUAN TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN


A. Pengkajian
1. Nama.
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama
panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidandan pasien menjadi lebih
akrab.
2. Usia
Menurut Varney (2008 : 691) , ibu hamil beresiko tinggi pada usia dibawah 16
tahun dan diatas 35 tahun.
3. Pendidikan terakhir.
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi mengenai teknih melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini
akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi
yang diberikan bidan pada proses persalinan.
4. Pekerjaan.
Data ini menggambarkan tingkat social ekonomi, pola sosialisasi, dan data
pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.

B. Data Subyektif
1. Keluhan utama.
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alas an pasien dating ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dari pasien adalah kapan
mulai terasa ada kencang-kencang di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya,
apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah
sudah ada pengeluaran lender yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk
memastikan kesejahteraannya.
2. Riwayat kesehatan
Penting untuk melakukan penapisan pada ibu secepatnya tehadap kemungkinan
komplikasi antepartum yang dapat mempengaruhi periode intrapartum (misal
preeklamsi, anemia) atau muncul menyerupai tanda-tanda persalinan.
(Varney,2008:692).
a. Penyakit Kardiovaskuler
1) Penyakit Jantung
Ibu yang bersalin dengan disertai penyakit jantung mempunyai resiko yang
besar dalam proses persalinan karena dikhawatirkan tidak kuat mengejan.
2) Hipertensi
Jika tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg ibu dilarang
meneran karena dapat memperberat hipertensi yang dialami.
b. Penyakit Sistem Pernafasan
1) Tuberculosis Paru
Dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya, dan
masyarakat sekitarnya. Janin baru tertular penyakit setelah lahir karena
dirawat /disusui oleh ibunya
2) Asma Bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2)
atau hipoksia. Bila tidak diatasi sering terjadi keguguran, persalinan
premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan
pertumbuhan janin)
c. Penyakit Gastrointestinal
1) Hernia
Dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlalu kuat apabila
hernia semaikn besar dan jika syarat-syarat dipenuhi, persalinan berakhir
dengan vacum dan cunam. (Sarwono,2009:489)
2) Hepatitis
Hepatitis infeksiosa (hepatitis A dan B) dapat menyebabkan kerusakan sel-
sel hati yang kuat dan nekrosis sehingga mempunyai pengaruh buruk
dalam kehamilan yaitu kehamilan premature bahkan kematian janin dalam
kandungan (KDJK).
d. Penyakit Endokrin
1) Diabetes Mellitus Gestasional
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes sangat
bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko terjadinya preeclampsia,
seksiosesarea, dan terjadinya diabetes mellitus tipe II di kemudian hari,
sedangkan pada janin meningkatkan resiko terjadinya makrosomia, trauma
persalinan, hioperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubenia neonatal, sindroma distress respirasi (RDS), serta
meningkatkan mortalitas atau kematian janin. (Saefuddin, 2009 : 851).
2) Hypertiroid
Biasanya pada kehamilan berakhir dengan abortus (inhabitualis)/partus
prematurus, cacat bawaan, dan kretinismus pada janin lebih besar.
(Sarwono,2009:526)
3) Hipotiroid
Keadaan hipotiroid pada ibu dapat menghambat perkembangan
neurofisiologik janin. Anak anak yang dilahirkan oleh perempuan dengan
kadar T4kurang dari 10 persentil, berisiko terjadinya ketidakseimbangan
perkembangna psikomotorik. Selain itu, pada hipotiroid subklinis bisa
meningkatkan terjadinya persalinan premature, solusio plasenta, dan
perawatan bayi di NICU. (Saifuddin, 2009 : 847-850).
e. Penyakit Sistem Reproduksi
1) Mioma Uteri
Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada
mioma uteri submukosum
b) Kemungkinan abortus bertambah
c) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang letaknya
di serviks
d) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di
dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
e) Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus
dan intramural
2) Kista Vagina
Kista vagina biasanya kecil berasal dari duktus gartner atau duktus muller.
Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, di tengah, atau distal di
bawah orifisium uretrae eksternum. Wanita tidak mengalami kesulitan
waktu persetubuhan dan persalinan. Jarang sekali kista ini demikian
besarnya, sehingga menghambat turunnya kepala dan perlu di pungli, atau
pecah akibat tekanan kepala
f. Penyakit Sistem Syaraf
1) Epilepsi
Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehamilan. Namun wanita
hamil dengan epilepsi mempunyai resiko terhadap hipertensi karena
kehamilan, persalinan prematur, bayi berat badan lahir rendah, bayi
dengan kelainan bawaan dan kematian perinatal (Saefuddin, 2010 : M-46).
g. Penyakit Sistem Urogenital
1) Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam
kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Penderita dapat meninggal
dalam waktu 14 hari setelah timbulnya anuria. Kerusakan jaringan dapat
terjadi di beberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan ginjal.
(Saefuddin, 2009:840)
2) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling sering terjadi selama
kehamilan (4-10%). Meskipun bakteri utria asimptomatik paling sering
dijumpai, infeksi simptomatik bisa melibatkan kalis, pelvis dan parenkim
ginjal, dan menyebabkan pielonefritis. (Saefuddin, 2009:835)
h. Penyakit Menular
1) HIV
Transmisi HIV dari kepada janin dapat terjadi melalui intrauterine, saat
persalinan, dan pasca persalinan. Kelainan yang dapat terjadi adalah berat
badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan
(Sarwono,2009:933).
2) Sifilis
Merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum.
Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta
terbentuk utuh, kira-kira sekitar umur 16 minggu, kemungkinan untuk
timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan (Sarwono,2009:929).
3. Menstruasi
Menarche, siklus, lama, menstruasi, banyaknya, sifat darah dan nyeri pada
haid. Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa bersalin,
namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat
menstruasi antara lain:
a. Menarche.
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita
Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
b. Siklus.
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dnengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari.
c. Volume.
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan.
Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan
biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang
diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat gali lebih
dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung seperti sampai berapa kali
ganti pembalut dalam sehari.
d. Keluhan.
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah
darah yang banyak. Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk
kepada diagnosis tertentu. (Sulistyawati,2013:221)
4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang lalu.
Tabel 2.3 tentang riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang lalu.

Anak Kehamilan Persalinan Nifas KB


Lama

Lama
Penolong
BB
ke Penyulit Tempat Penyulit Vit A Tab Fe Alkon
bayi

(Sulistyawati,2013:222)
5. Riwayat kehamilan sekarang.
Riwayat ANC, dikaji untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan berapa kali,
apakah selama hamil mengalami masalah.
Tabel 2.4 tentang riwayat kehamilan sekarang

Kunjungan Usia Tindakan/ Tempat


Keluhan TT KIE Ket.
ke- kehamilan terapi ANC

(Sulistyawati,2013:222)
6. Status perkawinan.
Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan serta kepastian mengenai
siapa yang akan mendampingi persalinan.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan.
a. Usia nikah pertama kali.
b. Status pernikahan sah/tidak.
c. Lama pernikahan.
d. Perkawinan sekarang adalah suami yang ke berapa. (Sulistyawati,2013:223)
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola makan.
Data ini penting untuk diketahui agar busa mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai dengan
masa awal persalinan. Data focus mengenai asupan makanan pasien adalah
sebagai berikut.
1) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan.
2) Makanan yang dimakan.
3) Jumlah makanan yang dimakan.
4) Seandainya saat ini ingin dimakan, apa yang ia inginkan sebelum masuk
pada fase persalinan dimana ia tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi
untuk makan.
(Sulistyawati,2013:223)
b. Pola minum.
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat penting karena
akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi.
Data yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah sebagai
beribut.
1) Kapan terakhir kali minum.
2) Berapa banyak yang diminum.
3) Apa yang diminum.
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien akan sangat
membutuhkan cairan, bukan makanan. Disamping pasien sudah tidak berselera
lagi untuk makan karena rasa sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat
yang bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan yang lebih.
(Sulistyawati,2013:223)
c. Pola istirahat.
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih pentig lagi jika proses
persalinannya mengalami pemanjangan waktu pada kala I.
Data yang perlu ditanyakan yang berhubungan dengan istirahat pasien.
1) Kapan terakhir tidur.
2) Berapa lama.
3) Aktifitas sehari-hari.
Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang biasa
dilakukan pasien dirumah. Jika di akhir kehamilannya pasien melakukan
aktifitas yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa kelelahan sampai
akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa bersalin.
(Sulistyawati,2013:224)
d. Personal hygiene.
Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan dengan kenyamanan
pasien dalam menjalani proses persalinannya. Beberapa pertanyaan yang perlu
diajukan berhubungan dengan perawatan kebersihan diri pasien.
1) Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi.
2) Kapann terakhir ganti baju dan pakaian dalam. (Sulistyawati,2013:224)
e. Aktifitas seksual.
Data yang kita perlukan berkaitan dengan aktifitas seksual adalah sebagai
berikut.
1) Keluhan.
2) Frekuensi.
3) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual.
(Sulistyawati,2013:224)
8. Respon keluarga terhadap persalinan.
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada pasien dan
keluarga. Ekspresi wajah yang mereka tampilkan juga dapat memberikan petunjuk
kepada kita tentang bagaimana respon mereka terhadap kelahiran ini. Pada
beberapa kasus sering kita jumpai tidak adanya respon yang positif dari keluarga
dan lingkungan pasien karena adanya permasalahan yang mungkin tidak mereka
ceritakan kepada kita, jika hal itu terjadi bidan sedapat mungkin dapat berperan
dalam mencari beberapa alternatif solusi. (Sulistyawati,2013:225)
9. Pengetahuan pasien tentang proses persalinan.
Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan yang kita ajukan kepada
pasien mengenai apa yang ia ketahui tentang proses persalinan. Pengalaman atau
riwayat persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan, karena terdapat
perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang sudah tau atau punya
pengalaman tentang persalinan dengan yang sama sekali belum tahu tentang
persalinan. (Sulistyawati,2013:225)

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda- tanda vital (TD, S, N, R)

TD : Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing- masing


merupakan indikasi gangguan pada kehamilan atau syok.
Peningkatan tekanan sistolik, dengan tekanan diastolik dalam
batas normal, dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri.
TD diukur tiap sistolik naik rata-rata 10-20 mmHg dan
diastolik 5-10mmHg antara kontraksi, TD akan normal
<140/90mmHg.(Soeparman,2003:318).
Jika>140/90mmHg dicurigai adanya preeklamsia.
Suhu : normal 36-37x/menit.(Mandriwati,2008:55)
Peningkatan suhu menunjukan proses ineksi atau dehidrasi.
Nadi : 60-100x/menit.(Mandriwati,2008:61)
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukan infeksi, syok,
ansietas, atau dehidrasi.
Respirasi : normal berkisar 16-24x/menit.(Mandriwati, 2008:62)
Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukan syok atau
ansietas.
b. Berat badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak
diinginkan seperti anemia, insersi uteri, hemoroghia pospartum, sepsis
puerpeperalis dan sebagainya. Sedangkan makan secar berlebihan dapat pula
mengakibatkan komplikasi antara lain preeklamsi, bayi terlalu besar dan
sebagainya. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 6,5 kg sampai
16 kg
c. Tinggi badan
TB < 145 cm berkaitan dengan panggul sempit. (Manuaba, 2008:183)
d. LILA
Ukuran lingkar lengan yang normal adalah 23,5 cm, bila ditemukan
pengukuran < 23,5 cm berarti status gizi ibu kurang. (Mandriwati,2008:123)
2. Status present
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan
rabaan, pemeriksaan diawali dari :

Kepala : mesocephal, rambut hitam, kulit rambut bersih


Muka : simetris pucat, oedema
Kelopak Mata : bengkak/tidak (Apabila kelopak mata seudah bengkak,
kemungkinan terjadi pre eklamsi berat)
Conjungtiva : merah muda, pucat
Sklera : putih/kuning
Hidung : simetris, nafas cuping hidung, polip
Mulut : simetris, bibir kering/tidak, lidah stomatitis/tidak
Gigi : caries denti.
Telinga : simetris, lecet
Leher : pergerakan, pembengkakan kelenjar tiroid/tidak
Dada : simetris, datar, retraksi dinding dada
Payudara : membesar, kebersihan, benjolan abnormal
Abdomen : kembung, benjolan abnormal
Kulit : turgor kulit, warna
Punggung : lordosis/kifosis/skoliosis
Vulva : odema/tidak, varises/tidak
Anus : Hemoroid
Ekstremitas : simetris, sama panjang/tidak
(Baety,2012:4-5)
Reflek Patela : Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu tanda
preeklamsi berat. Klonus biasanya terlihat menjelang
eklamsia atau pada eklamsia aktual.
3. Status Obstetri
a. Inspeksi/Periksa Pandang
Periksa pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Diperhatikan
bagaimana sikap tubuh dan cara berjalannya, apakah cenderung membungkuk,
berjalan pincang, atau yang lainnya.
b. Periksa pandang meliputi :

Muka : closma gravidarum, oedema, pucat


Mammae : puting susu, hiperpigmentasi areola, kolostrum
Abdomen : menegang/mengendur, pembesaran uterus sesuai usia
kehamilan/tidak, striae dan linea gravidarum
Vulva : perdarahan, cairan keputihan, tanda chadwick
(Baety,2012:5)
c. Palpasi

Leopold I : untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian janin yang


terdapat di daerah fundus uteri.
Fundus uteri berisi bokong bagian yang kurang melenting,
lunak.
Leopold II : untuk menentukan letak punggung janin (pada letak
membujur) dan kepala janin (pada letak melintang).
Leopold III : Untuk menyimpulkan bagian janin yang berada di bawah
rahim
Leopold IV : Untuk mengetahui apakah bagian terdepan janin sudah masuk
pintu atas panggul (PAP) atau belum.
TFU : Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran
dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24
minggu memakai pengukuran mac donald yaitu dengan cara
mengukur tinggi fundus memakai cm dari atas simpisis ke
fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya. (Depkes
RI,2001 dalam Rukiyah, 2009:7)

Tinggi Fundus
Usia kehamilan Menggunakan
Dalam cm
Penunjuk badan
12 minggu Teraba di atas
-
simpisis pubis
16 minggu Di tengah antara
- simpisis pubis dan
umbilikus
20 minggu 20 cm (±2 cm) Pada umbilikus
22-27 minggu Usia kehamilan
dalam minggu = cm -
(±2 cm)
28 minggu 28 cm (± 2 cm) Di tengah, antara
umbilikus dan
prosesus sifoideus
29-35 minggu Usia kehamilan
dalam minggu = cm -
(±2cm)
36 minggu 36 minggu (±2 cm) Pada prosesus
sifoideus.
(Saifuddin,2006 dalam Rukiyah,2009:33)
TBJ (Taksiran Berat Janin) gram
Diukur dengan menggunakan rumus Johnson Toshack.
Taksiran Berat Janin ( TBJ ) = ( TFU ( dalam cm ) – N ) x 155.
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
N = 12 bila kepala masih berada diatas spina iskiadika
N = 11 bila kepala masih berada dibawah spina iskiadika.
( Saifuddin, 2006 ).
d. Auskultasi
Untuk mengkaji status bayi. Frekuensi jantung bayi kurang dari 120 atau
lebih dari 160 kali permenit dapat menunjukan gawat janin dan perlu di
evaluasi segera.

4. Pemeriksaan dalam
Untuk menentukan apakah pembukaan serviks yang progesif telah terjadi dan
mendiagnosis persalinan. Juga untuk menentukan tahap dan fase persalinan wanita,
jika ia dalam persalinan.
Untuk mengetahui dan menilai :
a. Keadaan vulva dan vagina
b. Pembukaan serviks
c. Kapasitas panggul
d. Pecah tidaknya selaput ketuban
e. Bagian terendah janin
f. Pembukaan serviks 0 – 4 cm pada fase laten
g. Pembukaan serviks 4 – 10 cm pada fase aktif
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium sederhana adalah suatu pemeriksaan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang umum dan dikerjakan pada pemeriksaan ibu
hamil sebagai pemeriksaan penunjang untuk mendukung suatu diagnosa.
a. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urin ada 2 hal yang diperiksa yaitu kadar protein dan gula dalam
urine.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil terutama adalah
pemeriksaan kadar Hb dalam darah dan dapat dilakukan di Pukesmas/RS.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi faktor resiko kehamilan. Bila
kadar Hb ibu kurang dari 10g% berarti ibu dalam keadaan anemia, terlebih bila
kadar Hb tersebut kurang dari 8 g% berarti ibu anemia berat. (Baety,2012:49-
52)
D. Assesment
Ibu umur 20-30 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A 0, UK 36-40 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterine, PUKA/PUKI, presentasi belakang kepala, inpartu kala I fisiologis.

E. Pelaksanaan
1. Kala 1
a. Data Subyektif
1) HPHT/HPL
2) Ibu merasa kencang teratur sajak... dan sudah mengeluarkan lendir darah
Data Obyektif
a) Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari
dibawah
px pada
kehamilan
aterm.
Leopold II : Kanan :
Teraba
bagian
keras
memanjan
g seperti
papan.
Kiri :
Teraba
bagian
kecil
terputus-
putus.
Leopold III : Teraba
keras,
bulat dan
tidak
melenting
Leopold IV : Kepala
masuk
bidang
hogde II,
atau III,
atau IV
b) Auskultasi
c) Pemeriksaan Dalam
b. Pelaksanaan
1) Menghadirkan orang yang dikehendaki ibu
2) Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai pada saat dilakukan
pemeriksaan.
3) Membimbing ibu untuk tenang, memberikan dukungan pada ibu dengan
menghadirkan orang ibu kehendaki.
4) Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan minum yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi (Saefudin,
2010 : 109)
5) Menganjurkan ibu mengosongkan kandung kemih setiap jam.
6) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu
serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan (Moh Wildan,
Dokumentasi Kebidanan, 2008 : 51 )
7) Mengatur posisi saat persalinan. Menyebutkan posisi setengah duduk
adalah posisi yang baik.
8) Memantau keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan.
a) Keadaan ibu meliputi tanda vital setiap 4 jam.
b) Keadaan bayi meliputi DJJ tiap ½ jam pada fase aktif.
c) Kemajuan persalinan meliputi : frekuensi, lama dan kekuatan his
control setiap ½ jam, pada fase aktif pembukaan serviks, penipisan
serviks, penurunan bagian terendah, molase setiap 4 jam. (Saefudin,
2010 : 107)
9) Menyiapkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi.
a) Partus set
b) Bak instrument berisi alat-alat steril terdiri dari : 2 klem Kelly, 1
gunting tali pusat, ½ kocher, benang tali pusat, kassa steril, handscoon
steril.
c) Kom betadine
d) Bengkok
e) Bak instrument berisi alat untuk heacting, terdiri dari : jarum jahit,
benang jahit, kassa steril, gunting, benang, pinset.

2. Kala II
Tanggal . . . . . . . . Jam . . . . . . .
a. Subjektif
Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi uterus.
b. Objektif
1) Pembukaan servik telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(JNPK – KR, 2007 : 75 – 76)
3) His lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3 menit sekali (Saifuddin,
2005 : 184)
c. Assesment
Ibu ,umur, gravida, para, abortus, umur kehamilan, janin tunggal atau
ganda, hidup atau mati, intra atau ekstra uterin, puka atau puki, presentasi…
dalam persalinan kala II.
d. Planning
Merencanakan asuhan yag menyeluruh berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan oleh bidan. Menyusun rencana asuhan kebidanan
dilaksanakan untuk menetapkan tindakan kebidanan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah.
Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
dorongan untuk meneran, seperti : tarik nafas yang panjang, kemudian
lepaskan sambil kepala diangkat dan lihat ke perut dan dagu menempel di
dada, tangan berada di pahallipatan lutut dan memberikan pilihan pada ibu
untuk mengambil posisi yang lebih nyaman di anxaranya posisi setengah
duduk, jongkok miring atau pun berdiri.
2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk meneran
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara 2
kontraksi
5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu
6) Memonitor asupan cairan peroral
7) Menilai DJJ tiap 5 menit

3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
Tanggal . . . . . . . . Jam . . . . . . .
a. Subjektif
Ibu merasa mules karena adanya kontraksi uterus (Saifuddin, 2001 : 115 )
b. Objektif
1) Bayi lahir jam . . . jenis apgar score 1 dan 5 menit
2) Uterus berbentuk bulat penuh
3) Fundus berada diatas pusat
4) Tali pusat memanjang
5) Semburan darah mendadak dan singkat
(JNPK – KR, 2007 : 124 )
c. Assesment
Ibu ,umur, gravida, para, abortus, dalam persalinan kala III
d. Planning
Merencanakan asuhan yag menyeluruh berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan oleh bidan. Menyusun rencana asuhan kebidanan
dilaksanakan untuk menetapkan tindakan kebidanan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah.
Perencanaan yang harus dilakukan pada ibu bersalin normal pada kala III
adalah lakukan manajemen aktif kala III
1) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral mengaspirasinya
terlebih dahulu.
2) Setelah uterus berkontraksi, tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadi inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya. Jika uterus tidak segera berkontraksi
meminta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi
putting susu.
3) Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir.

4. Kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Tanggal . . . . . . . . Jam . . . . . . .
a. Subjektif
Secara emosi ibu merasa lega karena persalinan sudah selesai
b. Objektif
1) Plasenta lahir lengkap
2) Bayi dalam keadaan baik atau tidak
a) Nilai apgar score bayi normal 7-10.
b) Nilai apgar score bayi asfiksia ringan – sedang 4-6.
c) Nilai apgar score bayi asfiksia berat 0-3.
d) Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan
e) BB> 2,5 Kg
(Mochtar, 1998 : 120)
3) Ibu dalam keadaan baik
a) Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau
enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik
adalah suatu gejala baik.
Nadi berkisar umumnya 60-80 denyut/menit. Segera setelah partus
dapat terjadi bradikardia. Umumnya denyut nadi lebih labil dibanding
suhu badannya.
b) Suhu tubuh naik 0,5C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi
38,0C .
c) TFU setinggi pusat atau beberapa jari di bawah pusat.
d) Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan dari dalam genitalis
lainnya, kandung kemih kosong, luka perineum terawat baik .
e) Kontraksi uterus baik

c. Assesment
Ibu umur 20-30 tahun, P ≤ 3 A 0, UK 36-40 minggu, dalam persalinan kala IV
fisiologis (Saifuddin, 2010 : 91).
d. Planning
Merencanakan asuhan yag menyeluruh berdasarkan diagnosa dan masalah
yan ditegakkan oleh bidan. Menyusun rencana asuhan kebidanan dilaksanakan
untu menetapkan tindakan kebidanan yang dilakukan da;am mengatasi
masalah. Perencanaan yang harus dilakukan pada ibu bersalin normal dengan
robekal perineum derajat II adalah :
1) Memastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
2) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan
pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada ±1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tak berkontraksi baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri.
3) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan tehnik yang sesuai.
4) Mengevaluasi kehilangan darah.
5) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih tiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan tiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
6) Melengkapi parthograf (halaman depan dan belakang)
Lama Persalinan
Kala I :
Kala II :
Kala III :
Kala IV :
Jumlah :

Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Nuril Nikmawati, S.Kep.Ns, M.Kes Mayandhana Sholikha


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 –
42 minggu, presentasi belakang kepala atau ubun-ubun kecil dibawah sympisis melalui
jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi
baik.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien bagi
kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa
persalinan adalah prosesyang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga
bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan.
Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan.

B. SARAN
1. Untuk ibu hamil
Agar ibu dapat mengerti mengenai persalinan yang normal, mengerti tanda-tanda
persalinan sehingga diharapkan tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
2. Untuk petugas kesehatan
Diharapkan para bidan selalu menerapkan asuhan sayang ibu dan asuhan sayang
bayi agar persalinan berjalan dengan lancar dan aman, selalu memperhatikan
kondisi ibu dan bayi dan tidak melakukan tindakan yang merugikan atau di luar
wewenang seorang bidan.
3. Untuk institusi pendidikan
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan peserta didik khususnya mengenai
kebidanaan.

Anda mungkin juga menyukai