A. Refleksi kritis
Dalam Argumentasi Kebidanan refleksi kritis merupakan seni gambaran
sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat,
mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis
dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat
suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia
yakini. Berpikir dan penalaran yang berfokus pada fakta-fakta biofisik
sehingga memastikan bahwa keputusan diagnostik dan pengobatan
nantinya didasarkan pada pemikiran logis (Jefford,)
Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi
dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru
dalam manajemen asuhan kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan
kemampuan verbal dan analitik yang sistematis sehingga
mengeksplorasikan gagasan-gagasan, menganalisis masalah hingga
memahami masalah khususnya dalam manajemen asuhan kebidanan.
Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas. Untuk menghasilkan solusi
kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya memerlukan gagasan baru
namun dengan berpikir kritis dapat mengevaluasi gagasan lama dan
baru, memilih yang terbaik dan memodifikasi bila perlu. Berpikir kritis
merupakan upaya refleksi diri, evaluasi diri terhadap nilai, keputusan
yang diambil sehingga hasil refleksi dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. (Lai Emily, 2011; Jefford et al, 201 Penelitian yang dilakukan
oleh Fenech (2015) pada bidan dan perawat yang melakukan refleksi
praktik dengan Protection Motivation Theory (PMT) diyakini bahwa
bidan akan dapat bekerja dalam kemitraan dengan dokter kandungan
untuk memberikan perawatan yang aman dan efektif dalam lingkup
praktek dan tidak adanya rasa takut. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut
bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat
dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan
kesehatan).
Unsur-Unsur
KATA PENGANTAR
A. Tinjauan teori
1. Nifas
a. Pengertian Masa nifas disebut juga masa postpartum adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dalam
rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organorgan yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saaTmelahirkan (Suherni, 2008, p.1)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006, p.122).
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu
1) Perubahan fisik
2) Involusi uterus dan pengeluaran lokhea
3) Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
4) Perubahan sistem tubuh lainnya
5) Perubahan psikolog
4) Servik
Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam hitaman, karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri
yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk
cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasukkan 2-3 jari, pada minggu
ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2009, p.79).
5) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum. Penurunan hormon
estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa
vagina (Ambarwati, 2009, p.80) d
2) Konstraksi Uterus Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir,
diduga adanya penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis
pascapartum dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari keljar
hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selam 1-2 jam I pascapartum
intensitas konstraksi uterus terus berkurang dan menjadi tidak teratur, karena untuk
mempertahankan konstraksi uterus biasanya disuntikkan aksitosan secara intravena atau
intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004).
3) Tempat Plasenta Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskuler dan
trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
danmencegah pembekukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan
luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti
biasa
dan memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi
endometrium selesai pada akhir minggu ketiga post partum, kecuali bekas tempat
plasenta ( Bobak, 2004)
. 4) Lochea Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan
darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus
tidak boleh lebih dari jumalah maksimal yang keluar selam menstruasi. Lochea rubra
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). Lochea serosa terdiri
dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba
bertahan bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004)
. 5) Serviks Serviks menjadi lunak setelah ibu melahirkakebebntuk semula. Muara serviks
berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan menutup bertahap 2 jari masih dapat
dimasukkan. Muara serviks hari keempat dan keenam post partum (Bobak, 2004)
. 6) Vagina dan Perinium Estrogen post partum yang menurun berperan dalam penipisan
mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat (Bobak, 2004).
. 10) Sistem Urinarius Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)
turut menyebabkat peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjalselama masa
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita
melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan,
yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Konstraksi kandung kemih biasanya
akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak, 2004).
11) Sistem Cerna Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air secara spontan bisa
tertunda selama tigasetelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada masa awal post partum. Nyeri saat defekasi
karena nyeri di perinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak, 2004)
. 12) Sistem Kardiovaskuler Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah
biasanya turun sampai mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung volume
sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan
meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati sircuit uteroplasenta
kembali kesirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10
minggu setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004)
14) Sistem Muskuloskeletal Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil
berlangsung terbalik pada masa post partum. Adaptasi membantu relaksasi dan
hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004).
15) Sistem Integumen Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul
mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan kadar
estrogen. Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004).