a. Secara Vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal yaitu pembagian kekuasaan
menurut tingkatannya. Maksudnya pembagian kekuasaan di pemerintahan
dapat dilakukan menjadi beberapa tingkat pemerintahan. Misalnya, antara
pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah dalam negara kesatuan.
1
b. Secara Horizontal
Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan
menurut fungsinya. Pembagian kekuasaan ini lebih menitikberatkan pada
pembedaan antara fungsi pemerintahan.
2
1) Pembagian Kekuasaan secara Horizontal di Tingkat
Pemerintahan Pusat
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Ayat 1 dan 2, Negara Kesatuan
Republik Indonesia meliputi pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
a) Kekuasaan Legislatif
Menurut Miriam Budiarjo (2015:281), kekuasaan legislatif adalah
kekuasaan membuat undang-undang atau rule making function.
Kekuasaan ini dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dasar
hukum pemberian kekuasaan ini diatur dalam pasal 20 ayat (1) UUD
1945 yang menyatakan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk
undang-undang. Kekuasaan DPR dalam membuat undang-undang tidak
mutlak seluruhnya dilakukan oleh DPR. Pembuatan undang-undang,
melibatkan presiden selaku eksekutif.
b) Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-
undang atau rule application function (Budiardjo, 2015:281). Kekuasaan
ini dimiliki oleh presiden. Dasar hukum pemberian kekuasaan ini diatur
dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang mengatur bahwa Presiden RI
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
c) Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan mengadili atas
pelanggaran undang-undang atau rule adjudication function (Budiarjo,
2015:281). Kekuasaan yudikatif disebut juga kekuasaan kehakiman.
3
pemberian kewenangan diatur dalam pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Selain itu, terdapat Komisi Yudisial
sebagai lembaga pendukung pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
diatur dalam pasal 24B UUD 1945.
d) Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan konstitutif merupakan kekuasaan untuk mengubah
maupun menetapkan undang-undang dasar. Kekuasaan konstitutif ini
dilaksanakan oleh MPR, hal ini dinyatakan secara tegas dalam pasal 3
ayat (1), yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah
dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
e) Kekuasaan Eksaminatif
Kekuasaan eksaminatif disebut juga kekuasaan inspektif.
Kekuasaan eksaminatif merupakan kekuasaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan. Dasar hukum pemberian kekuasaan ini diatur dalam pasal
23E ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
f) Kekuasaan Moneter
Kekuasaan moneter adalah kekuasaan untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan
moneter dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral. Dasar
hukum pemberian kewenangan diatur dalam pasal 23D UUD 1945 yang
menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang.
4
Adapun pemerintah daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 terdiri
dari Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
5
Munculnya kekuasaan secara vertikal merupakan kosekuensi dari
ditetapkannya asas desentralisasi di Indonesia. Hal tersebut ditegaskan
dalam pasal 18 ayat (5) UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan
6
pemerintah sebagai pengganti undang-undang. Pembuatan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang melibatkan DPR.
7
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Penyelenggara Negara
Para penyelenggara negara ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yaitu meliputi :
a. Pejabat Negara pada Lembaga tertinggi Negara
b. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
c. Menteri
d. Gubernur
e. Hakim
f. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
g. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
8
f. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
g. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
C. Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan di Republik Indonesia
1. Pengertian Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara adalah mekanisme
bekerjanya lembaga eksekutif yang dipimpin oleh presiden, baik selaku
kepala pemerintahan maupun sebagai kepala negara. Dengan kata lain,
sistem penyelenggaraan pemerintahan ialah sistem bekerjanya pemerintahan
sebagai fungsi yang ada pada Presiden.
9
5) Mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat (1))
6) Memperhatikan pertimbangan DPR dalam mengangkat duta (Pasal 13
ayat (2))
7) Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat (3))
8) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung (Pasal 14 ayat (1))
9) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 14 ayat (2))
10) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang (Pasal 15)
10
pemerintahan. Menteri-Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 4 Ayat (2) yaitu “Dalam melakukan
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden” dan Pasal
17 Ayat (1), yaitu “Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara”.
1) Kementrian Negara
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun
2008 Tentang Kementrian Negara, Kementrian Negara yang selanjutnya
disebut Kementrian adalah perangkat pemerintah yang membidangi
urusan tertentu dalam pemerintahan.
11
Kementerian Kelompok III, Kementerian yang menangani urusan
pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi
program pemerintah.
12
Kementrian Koordinator dan kementerian maupun lembaga negara
yang dikoordinasinya, yaitu sebagai berikut.
13
urusan Kementerian. Hal ini diatur dalam Pasal 64 Peraturan Pemerintah
No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara.
Menteri atau Menteri Koordinator dapat dibantu oleh Staf Ahli. Staf
Ahli secara administrative dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal atau
Sekretaris Kementerian atau Sekretaris Kementerian Koordinator. Staf
Ahli mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri atau Menteri Koordinator berdasarkan
Keahliannya.
15
Perwakilan RI di luar negeri adalah satu-satunya Aparatur yang
mewakili kepentingan Negara RI secara keseluruhan di negara lain atau
pada organisasi internasional. Perwakilan RI terdiri atas Perwakilan
Diplomatik dan Perwakilan Konsulat.
a) Perwakilan Diplomatik
Cakupan kegiatan Perwakilan Diplomatik menyangkut semua
kepentingan Negara RI dan wilayah kerjanya meliputi seluruh negara
penerima atau yang bidang kegiatannya meliputi bisang kegiatan suatu
organisasi internasional.
b) Perwakilan Konsuler
Kegiatan Perwakilan Konsuler meliputi semua kepentingan
negara RI di bidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu
dalam wilayah negara penerima.
16
6) Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Peran, tugas, susunan, dan kedudukan TNI secara pokok-
pokoknya diatur dalam :
TAP No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
TAP No. VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
TNI terdiri dari TNI AD, TNI AL, dan TNI AU yang melaksanakan
tugasnya secara merata atau gabungan di bawah pimpinan Panglima.
Tiap-tiap angkatan mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat.
17
Perbedaan yang signifikan terletak pada dasar hukum pembentukannya.
Nomenklatur yang digunakan juga beragam seperti : Dewan, Badan,
Komite, Lembaga, dan Tim.
18
PT Pertamina
PT Telekomunikasi Indonesia
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
PT Bank Negara Indonesia (BNI)
PT Pos Indonesia
19
Menyatakan negara atau sebagai wilayah negara dalam keadaaan
bahaya
Membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan
persenjataan
Menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap
warga negara
C. Keamanan
Mendirikan dan membentuk kepolisian negara
Menetapkan kebijakan keamanan nasional
Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara
Menindak kelompok atau setiap organisasi yang kegiatannya
melanggar keamanan negara
D. Moneter dan Fiskal
Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang
Menetapkan kebijakan moneter
Mengendalikan pengedaran uang
E. Yustisi
Mendirikan lembaga peradilan
Mengangkat hakim dan jaksa
Mendirikan lembaga pemasyarakatan
Menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberi grasi,
amnesti, abolisi, membentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan
lain yang berskala nasional
F. Agama
Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional
Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama
Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan
keagamaan
20
Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurrent secara
proporsional, maka disusun kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi.
Dengan demikian
akuntabilitas
penyelenggaraan
bagian urusan
pemerintahan tersebut
kepada masyarakat
akan lebih terjamin.
1. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan pencipta alam.
Sifat religius diwujudkan dalam perbuatan untuk mentaati setiap perintah
Tuhan. Nilai Ketuhanan memiliki arti bahwa adanya pengakuan akan
kebebasan memeluk agama, tidak ada paksaan antarumat beragama.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai moral dalam kehidupan bersama atas
tuntunan dasar hati nurani dan menetapkan kebijakan yang memperhatikan
nilai-nilai moral.
3. Nilai Kesatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan suku bangsa, agama, dan ras
bukanlah peyebab dari suatu perselisihan.
22
Nilai persatuan dalam praktik penyelenggaraan negara dapat
diwujudkan dan bentuk pernyataan seperti berikut.
Menghilangkan penonjolan SARA
Menggalang persatuan dan kesatuan
Menumbuhkan sikap cinta tanah air dalam setiap diri bangsa Indonesia
Memupuk semangat nasionalisme
4. Nilai Kerakyatan
Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung makna bahwa pemerintahan
Indonesia itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah melalui lembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung
makna sebagai dasar tujuan masyarakat Indonesia, yaitu memperoleh
keadilan dan kemakmuran. Rasa keadilan merupakan nilai mendasar yang
sangat diharapkan bangsa Indonesia.
23
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha_milik_daerah
https://www.zonareferensi.com/contoh-bumn-di-indonesia/
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2013/3TAHUN2013PERPRES.htm
https://blogmhariyanto.blogspot.com/2015/11/pembagian-urusan-
pemerintahan-konkuren.html
24