Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS TUTON

Tugas 3

ISIP4130 PENGANTAR ILMU HUKUM/ PTHI


EKO RIANDHIKA
048698655
Fakultas Hukum
UPBJJ 17 JAMBI

Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Terbuka
2023.1
KATA PENGANTAR
Setelah mempelajari materi sesi 6 dan & dan membaca pemahaman pada Buku
Materi Pokok (BMP) ISIP4130 PENGANTAR ILUM HUKUM/PTHI yang membahas
Sistem Hukum dan Politik Hukum. Penulis membuat sedikit pemaparan akan
pemahaman di bidang pengantar ilmu hukum/PTHI melalui jawaban tugas 3 yang
diberikan Tutor.

PEMBAHASAN
Tugas 3

KASUS

KOMPAS.com - Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara
kodrati melekat pada manusia, bersifat universal dan langgeng. Hak asasi
manusia harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah dan aparatur
negara. Negara pun melalui UUD 1945 dan sejumlah perangkat hukum telah
menjamin perlindungan HAM. Sayangnya, pelanggaran HAM di Indonesia masih
saja terus terjadi.

Beberapa kasus HAM pada tahun 2022

Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat

Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat Pada Januari 2022, penjara atau
kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana
Peranginangin, terungkap. Kerangkeng tersebut ditemukan saat Sang Bupati
terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Atas temuan ini, polisi pun mendatangi lokasi dan mendapatkan informasi bahwa
kerangkeng manusia itu merupakan tempat rehabilitasi narkotika. Akan tetapi,
belum ada izin sebagai tempat rehabilitasi narkoba di rumah tersebut. Komnas
HAM yang juga melakukan penyelidikan menemukan minimal 26 bentuk
penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat terhadap
para penghuni kerangkeng. Beberapa di antara penghuni dipukuli, ditendang,
disuruh bergelantungan di kerangkeng seperti monyet, dicambuk anggota
tubuhnya dengan selang, dan lainnya. Hasil investigasi Komnas HAM
menunjukkan pula keterlibatan oknum TNI-Polri dalam tindak penyiksaan,
kekerasan, dan perlakuan yang merendahkan martabat para penghuni
kerangkeng. Selama didirikan sejak 2012, ada enam orang yang meninggal di
dalam kerangkeng tersebut. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan di dalam
kerangkeng manusia ini masih berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat
delapan tersangka yang diadili. Satu di antaranya merupakan anak kandung dari
Bupati Terbit berinisial DP. Empat tersangka, yaitu DP, HS, HG, dan IS didakwa
dengan pasal penganiayaan yang menyebabkan kematian terhadap korban.
Sementara SP, JS,RG, dan TS didakwa dengan tindak pindana perdagangan
orang.

Tindak Kekerasan Aparat di Wadas

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap warga terjadi
di desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, pada 8 Februari 2022. Kericuhan
berujung kekerasan oleh polisi ini terjadi dalam proses pengukuran lahan warga
untuk penambangan batu andesit di desa tersebut. Batu andesit diperlukan
untuk proyek pembangunan Bendungan Bener di wilayah tersebut. Sebagian
warga setuju membebaskan lahan mereka. Namun, sebagian lainnya menolak
karena khawatir penambangan batu andesit berakibat pada rusaknya sumber
mata air Wadas. Dalam kericuhan ini, Komnas HAM menemukan bahwa sejumlah
warga ditendang dan dan dipukul. Tak hanya itu, puluhan warga juga ditangkap
dan ditahan polisi. Akibat kejadian tersebut, warga pun mengalami trauma.
Pasca kejadian, beberapa orang bahkan tidak berani pulang ke rumah dan
bersembunyi di hutan karena ketakutan.

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2022/09/22/01000001/kasus-
pelanggaran-ham-di-indonesia-2022.

Pertanyaan

1) Telaah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum
di Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM
2) Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata
Negara?
3) Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang
beririsan dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam
menyelesaikan konflik tersebut.

Solusi atas Pertanyaan

1) Terkait dengan hal tersebut, maka Negara Kesatuan RepubliK Indonesia


sebagai Negara hukum juga harus menempatkan hukum sebagai pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan Indonesia
sebagai Negara Hukum dapat ditemukan dalam Dalam penjelasan UUD
1945 sebelum amandemen disebutkan bahwa Indonesia ialah negara yang
berdasar atas hukum (Rechtsstaat), dengan mencakup empat elemen
penting yaitu :
i. Perlindungan hak asasi manusia
ii. Pembagian kekuasaan
iii. Pemerintah berdasarkan undang – undang
iv. Peradilan tata negara

Yang berarti Indonesia berdasarkan hukum dan tidak berdasarkan pada


kekuasaan semata (machtsstaat). Hal tersebut, kembali dipertegas pada
amandemen UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan
ketentuan Konstitusi tersebut, maka negara Indonesia diperintah
berdasarkan hukum yang berlaku, termasuk penguasa pun harus tunduk
pada hukum yang berlaku.

Terkait masalah Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat dan Tindak


Kekerasan Aparat di Wadas merupakan perilaku bertentangan dengan
Pasal 28 ayat (2) UUD NKRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Setiap
orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif tersebut.

Akibat dari perlakukan diskriminatif tersebut menyentuh salah satu sisi


hak asasi manusia dimana menurut Undang – Undang No.39 tahun 1999
yang menyatakan “ Seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia “. Peristiwa
pengkerangkengan manusia di Langkat merupakan pelanggaran HAM
untuk Hak asas pribadi (personal right) yaitu hak kebebasan untuk
bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat. Sedangkan kekerasan
aparat di Wadas merupakan pelanggaran HAM untuk Hak asasi Ekonomi
(Property Right) yaitu hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.

Sistem Hukum di Indonesia harus berjalan sejalan dengan penegakan HAM


untuk mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. Salah satu caranya
yaitu :
a) Perbaikan Sistem Hukum
Keterpurukan sistem hukum di Indonesia disebabkan oleh
disorientasi gerakan dan tujuan. Sehingga perlu perbaikan
struktur, substansi dan kultur hukum.
i. Struktur ini yang dimaksud adalah para institusi – institusi
pembuat dan penegakan hukum tersebut meliputi DPR,
Eksekutif, Legislatif, Kepolisian dan Kejaksaan dan
Pengadilan diperlukan seleksi yang objektif dan transparan
terhadap aparatur penegakan hukum. Selain itu,
keanggotaan lembaga pembuat produk peraturan
perundang-undangan juga perlu mendapat perhatian dalam
proses pemilihannya, sehingga kualitasnya dapat
memberikan pengaruh terhadap kualitas produk peraturan
perundang-undangan yang akan dibuat.
ii. Substansi yang dimaksud ini adalah berupa putusan dan
ketetapan, aturan baru yang disusun, substansi juga
mencakup aturan yang hidup dan bukan hanya aturan yang
ada dalam kitab undang-undang. Sehingga peran serta atau
partisispasi masyarakat dalam merumuskan berbagai
kepentingannya untuk dapat diatur lebih lanjut dalam suatu
produk peraturan perundang-undangan. Dengan Adanya
partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu undang-
undang memungkinkan substansi dari suatu undang-undang
berasal dari pemikiran atau ide yang berkembang didalam
masyarakat yang akan digulirkan masuk kedalam lembaga
atau badan legislatif, dan didalam lembaga inilah pemikiran
atau ide tersebut kemudian dirumuskan untuk dijadikan
sebagai undang-undang.
iii. Kultur yang dimaksud disini adalah membentuk suatu
karakter masyarakat yang baik agar dapat melaksanakan
prinsip-prinsip maupun nilai-nilai yang terkandung didalam
suatu peraturan perundang-undangan (norma hukum)
contohnya pemanfaatan norma agama dan norma moral
maupun norma sosial dalam melakukan seleksi terhadap
para penegak hukum, agar dapat melahirkan aparatur
penegak hukum yang melindungi kepentingan rakyat,
maupun sebagai norma pelengkap dalam rangka penegakan
hukum.
b) Meningkatkan kesadaran akan hukum
Kesadaran akan hukum tidak tergantung dari kehendak manusia itu
sendiri melainkan kesadaran hukum itu sudah ada di dalam benak
setiap orang tanpa ada paksaan sehingga dapat mendukung
efektifitas hukum dan HAM.

2) Jaminan Hak Asasi Manusia (HAM) ditinjau dari Hukum Tata Negara dapat
dilihat dari Sumber Hukum Tata Negara yaitu dari tingkatan atas yaitu :
1. UUD 1945
Telah dirumuskan dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J UUD 1945
yang isinya Pasal 28A: Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal 28J: (1) Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
2. Undang – Undang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksud dengan HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi.
Sehingga HAM ditinjau dari Hukum tata negara adalah segala bentuk
hak yang dimiliki setiap manusia akan selalu bergandengan dengan
kewajiban. Begitu pula dengan “Hak Asasi” harus juga bergandengan
dengan “Kewajiban Asasi” sehingga Hak Asasi Manusia adalah hak
yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai
hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

3) Konflik pertanahan di Indonesia masih cukup tinggi ditengarai bakal


menimbulkan masalah sosial berujung pelanggaran hak asasi manusia ini
bisa dilihat dari perselisihan tanah antara orang perseorangan, kelompok,
golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai
kecenderungan atau sudah berdampak luas. Faktor pemicu konflik
pertanahan ini meliputi penguasaan dan pemilikan tanah aset BUMN dan
tanah di kawasan hutan, penetapan hak atas tanah, batas dan letak bidang
tanah, pengadaan tanah, tanah objek land reform, tuntutan ganti rugi
tanah partikelir, tanah ulayat atau masyarakat hukum adat dan
pelaksanaan putusan pengadilan. bergulirnya konflik agraria sampai saat
ini disebabkan sistem ekonomi politik agraria di Indonesia yang pada
penerapannya sangat kapitalistis dan liberalistis sehingga menghilangkan
fungsi sosialnya, yakni tanah hanya dianggap barang komoditas yang
dapat diperjualbelikan. Sehingga seringkali perspektif hak asasi
masyarakat terpinggirkan dalam kebijakan pembangunan oleh
pemerintah. Contohnya Kasus-kasus yang diadukan masyarakat antara
lain seperti pembunuhan, intimidasi, kekerasan fisik, perampasan lahan,
dan lain-lain. Ini sangat bertentangan dengan hak asasi manusia dalam
hidupnya.

Diperlukan solusi dalam penyelesaian konflik ini yaitu :


i. Membentuk tim agraria untuk membuat kajian agraria berupa peta
jalan penyelesaian konflik agraria dengan perspektif HAM
ii. Tim agraria membuat kajian khusus terhadap wilayah-wilayah yang
berpotensi mengalami konflik agraria.
iii. Penyelesaian konflik agraria perlu adanya konsensus nasional reforma
agraria yang utuh dan komprehensif yang melingkupi seluruh lintas
sektor pemerintah.
Apabila dampak dari konflik agraria yang berkepanjangan dan tidak segera
ditangani secara serius akan berpotensi mengancam stabilitas dan integrasi
nasional.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

1. Prof. Dr. H.Nandang A. Deliarnoor, S.H, M.Hum (2022). ISIP4130 PENGANTAR


ILMU HUKUM / PTHI. Banten: Penerbit Universitas Terbuka.

2. Achmad Ali, 2005, Keterpurukan Hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor

3. B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan HAM,


2003, Universitas Atmajaya, Yogyakarta

4. Problematika Penegakan Hukum Dan HAM Di Indonesia. Dikutip dari


https://fh.unpatti.ac.id/problematika-penegakan-hukum-dan-ham-di-
indonesia/

5. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

6. Moh Kusnardi, dkk.1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. (Jakarta


Selatan. CV Sinar Bakti)
7. Titik Triwulan Tutik. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945 (Jakarta: CERDAS PUSTAKA)

8. AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO (19 April 2023). Penyelesaian Konflik


Agraria Mesti Berbasis Hak Asasi Manusia. Artikel dikutip dari
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/04/18/penyelesaian-konflik-
agraria-mesti-berbasis-hak-asasi-manusia

9. 5 Contoh Kasus Sengketa Tanah dan Penyelesaiannya di Indonesia. Dikutip


dari https://www.rumah.com/panduan-properti/contoh-kasus-sengketa-
tanah-dan-penyelesaiannya-53879

10. Komnas HAM Dorong Penyelesaian Konflik Agraria HAM (2019). Dikutip
dari
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2019/12/12/1279/komnas-
ham-dorong-penyelesaian-konflik-agraria-ham.html

Jambi, 02 Juni 2023

EKO RIANDHIKA

Anda mungkin juga menyukai