Anda di halaman 1dari 13

Deskripsi Pokok Bahasan

Amandemen UUD 1945 yang dimulai dari tahun 1999


sampai dengan 2004 merupakan bentuk penataan sistem politik
Indonesia yang dimulai dari pentaaan hubungan kelembagaan yang
menempatkan lembaga-lembaga tinggi negara dalam hubungan
sederajat dan sejajar sebagai bentuk checks andn balances antara
lembaga tinggi, tidak ada lembaga tertinggi negara. Begitu juga
terdapat pengaturan kehidupan partai politik dan sistem pemilihan
umum yang dilaksanakan secara independen melalui sebuah komisi,
penataan sistem pemerintahan, sistem kepartaian dan sistem pemilu
merupakan bentuk penataan sistem politik dalam era reformasi.

Tujuan Instruksi Umum

a. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk sistem pemerintahan


dalam era reformasi.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan sistem pemerintahan
dalam era reformasi dengan sistem pemerintahan yang berjalan
di Indonesia sebelumnya.
c. Mahasiswa dapat menganalisa hubungan antara berbagai lembaga
tinggi negara dalam sistem perimtahan era reformasi.
1. Pendahuluan

Meskipun terspesialai tetapi agen-agen pemerintahan


tersebut bersifat multifungsional, seperti agen eksekutif tidak
hanya mengimplementasi kebijakan tetapi membuat dan
merumuskan kebijakan, begitu juga dengan agen legsilatif yang
tidak hanya merumuskan kebijakan tetapi juga ikut serta dalam
mengimplementasikan kebijakan tersebut dengan melakukan
investigas Pemerintahan dan birokrasi merupakan struktur politik
penting yang bertugas membuat kebijakandan mengimplementasikan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah (government).
Perbedaan antara susunana organisasi Negara yang diatur oleh
UUD 1945 yang digunakan pada masa rezimm Orde Baru dengan
UUD 1945 hasil amandemen yang digunakan oleh pemerintahan era
reformasi sejak 1999 sampai sekarang berada dalam kedudukan MPR
sebagai lembaga tertinggi Negara, begitu juga DPA sebagai lembaga
tinggi Negara dihapuskan. Lembaga negara lainnya seperti
Mahkamah Agung sebagai puncak lembaga yudikatif bersama
presiden sebagai puncak lembaga eksekutif bersama-sama dengan
DPR, DPA dfan BPK berkedudukan sederaja dan sejajar di bawah
kedudukan MPR Sementara itu kedudukan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara digantikan oleh UUD 1945, tidak ada lagi lembaga
tertinggi Negara dalam UUD 1945 hasil amandemen, tetapi yang ada
hanyalah lembaga tinggi Negara yang terdiri dari Presiden, MPR
terdiri dari DPR dan DPD (bicameral), BPK, MA, KY dan MK.

2. Fungsi Pemerintahan

Ajaran trias politica menjadi dasar bagi pembagian kekuasaan


di Indonesia, kekuasaan negara dibagi secara seimbang dan adanya
checks and balances di antara penyelenggara negara dimanifestasikan
dalam bentuk: (a) pembuatan undang-undang yang memerlukan
pesetujuan DPR, DPD dan presiden yang masing-masing mempunyai
kewenangan veto; (b) pengawasan dan impeachment oleh lembaga-
lembaga legislatif terhadap presiden, judicial review oleh Mahkamah
Konstitusi terhadap undang-undang dan produk di bawahnya; (d)
daerah otonom yang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan
pusat; dan (e) pengangkatan menteri yang memerlukan
pertimbangan

198
DPR.170
Lembaga eksekutif sesuai dengan namanya berfungsi untuk
menjalankan pemerintahan sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Pentingnya peranan pelaksanaan pemerintahan sebagai
cabang pemerintahan disebabkan oleh terdiri dari ahli-ahli, tetapi
juga
mendengarlangsumng kebutuhandanaspirasiriil masyarakat. Dengan
cara ini maka eksekutif dipaksa untuk mengamati perkembangan dan
perubahan masyarakat, serta menuntut keterampilan eksekutif agar
bias menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat tersebut.
Orientasi eksekutif sebagai cabang pemerintahan adalah
kepada kebijaksanaan dan program untuk membangun masyarakat
secara lebih riil, berbeda halnya dengan pembuatan aturan yang
bersifat abstrak. Kehidupan eksekutif berhadapan dengan kondisi
riil di lapangan yang memebutuhkan tindakan (action) terhadap
banyak persoalan nyata, kecenderungan ini lembaga eksekutif lebih
membutuhkan suasana yang mendukung kontiniuita, ketenagan
kerja dan kecukupan waktu agar dapat mencapai program dan
kegiatan kerjanya. Kondisi ini terkait dengan persoalan stabilitas dan
instabilitas pemerintahan.
Pemerintahan dapat diartikan secara sempit maupun luas.
Pemerintahan secara sempit dapat diartikan sebagai eksekutif,
disebabkan oleh kebutuhan ketenangan dan kemampuan
pelaksanaan program nya secara tewrterencana, terarah serta
mempunyai waktu yang cukup panjang tanpa adanya gangguan mosi
tidak percaya oleh adanya pengawasan yang yang dikenaakan sanksi
baik oleh lembaga legislatif maupun di luar lembaga legislatif,
seperti masyarakat. Peranan lembaga eksekutif saat ini lebih penting
daripada peranan lembaga legislatif, perkembangan tersebut juga
sejalan dengan kebutuhan kepemimpinan yang efektif. Kepentingan
yang terpusat baik kepada eksekutif perseorangan (single executives)
maupun eksekutif jamak (plural executive) lebih berjalan efektif
dibandingkan dengan kepemimpinan di tangan lembaga legislatif
yang memiliki angota besar serta terldiri dari banyak kepentingan
ideologis di dalamnya.
Pengertian eksekuitf secara luas meliputi kepala Negara, kepala
pemerintahan, para menteri, dinas pelayanan umum, kepolisian,

199
170 Budi Winarno, 20008:90-91

200
dan militer, sedangkan eksekutif dalam arti sempit hanya terdiri dari
kepala negara dan kepala pemerintahan, dan juga menteri pada kasus
tertentu. Serangkaian kewenangan eksekutif, di antaranya sebagai
berikut.
1. Diplomatik, yakni segala sesuatu yang bewrhubungan dengan
masalah luar negeri.
2. Adminsitratif, yakni berhubungan dengan eksekusi undang-
undang, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan undang-
undang, serta interpretasinya dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat.
3. Militer dan kepolisian, yakni berhubungan dengan organisais
serta pengaturan keadaan bahaya/perang.
4. Yudisial, yakni berhubungan dengan perancangan undang-
undang (termasuk didalamnya undang-undang tentang anggaran
dan belanja Negara.
5. Untuk menunjuk para pejabat, baik tinggi maupun menengah
dan juga sekaligus berhak mengganti atau menangguhkan
pengangkatan para pejabat.

Beberapa kewenangan lembaga eksekutif di atas dapat dilihat


dari beberapa kewenangan presiden dalam UUD 1945 hasil
amandemen ini, di antaranya sebagai berikut.
1. Tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR.
2. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
3. Dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
4. Membuat perjanjaian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang lain dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara, dan /atau mengharuskan
perubahan atas pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR.
5. Menyatakan keadaan bahaya.
6. Mengangkat duta dan konsul dengan memperhatiakan
pertimbangan DPR.
7. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
8. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

201
pertimbangan Mahkamah Agung.
9. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimmbangan DPR.
10. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lain.
11. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memperhatikan nasehat dan pertimbangan kepada presiden.

2.1. Presiden

Presiden pada masa Orde Baru dipilih oelh MPR, dia merupakan
mandataris MPR dan memberikan pertanggungjawaban terhadap
MPR pada masa akhir jabatannya. MPR merupakan cermin
kedaulatan rakyat yang kemudian diisi oleh mereka yang diangkat
dan ditunjuk preisiden, melalui dukungan yang kuat dalam MPR
tersebut maka kedudukan presiden sangat kuat pada masa Orde Baru
yang tercermin
jugapadamasaerareformasi melalui peranan lobianggotapartai-partai
kecil dalam MPR untuk memilih Presiden pada tahun 1999 bukan lagi
dari partai pemenang pemilu, tetapi berdasarkan koalisi partai-partai
kecil yang ikut pemilihan umum.171 Kelemahan mekanisme pemilihan
presiden yang tidak mencerminkan kedaulatan rakyat sesungguhnya,
tetapi mencerminkan kekuatan lobi segelintir kelompok dalam MPR
tersebut kemudian diperbaiki melalui amandemen UUD 1945.
Terdapat dua hal penting yang menyangkut masalah pemilihan
presiden dan wakil presiden dalam hasil amandemen UUD 1945
tersebut, di antaranya mengurangi kekuasaan MPR dengan hanya
berkonsentrasi pada penugasan pesoalan undang-undang dasar
(UUD), serta tidak lagi memilih presiden dan wakil presiden.
Selanjutnya, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum yang diselenggarakan sekali dalam setiap
5 tahun. Dengan adanya pemilihan langsung ini maka kedudukan
presiden menjadi sangat kuat dan hanya bisa dijatuhkan jika
melakukan pelanggaran sebagaimana yang dijelaskan oleh undang-
undang dasar.
Indonesia pada masa era reformasi setelah melakukan
amandemen UUD 1945 memiliki sistem pemerintahan presidential,
dimana presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa
jabatan 5 tahun sebagamana bunyi Pasal 6A ayat (1) menegaskan

202
171 Ibid., p. 82

203
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat, dan Pasal (2) menyebutkan bahwa pasangan calon presiden
dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum. Selanjutnya, Pasal 7A menyebutkan bahwa “ Presiden dan/
atau wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Pewakilan
Rakyat, baik apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela, maupun apanila terbukti tidak
lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/wakil presiden”.

2.2. Dewan Perwakilan Rakyat

Selama pemerintahan Orde Baru fungsi lembaga legilsatif


hanyalah sebagai sebuah lembaga yang mengesahkan kebijakan
lembaga eksekeutif, sebelum menjadi anggota legislatif seorang
calon anggota harus menjalani serangkaian penyaringan atau
penelitian khusus (litsus) terhadapa loyalitas calon tersebut terhadap
kepentingan negara, loyalitas dan dedikasi seorang calon dituntut
daripada kemampuan lainnya. Dari serangkaian pennjaringan
ini maka anggota lembaga legsilatif terdiri dari unsur pendukung
hegemoni kekuasaan serta tidak memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam mengembangkan kemampuan legislatif sebagai sarana
pengawasan dan penyeimbang kekuasaan (checks and balances)
terhadap lembaga eksekutif.
Amaandemen UUD 1945 telah memberikan ruang kekuasaan
yang cukup besar kepada lembaga DPR, di antaranya Pasal 20 ayat
(1) Undang-undang Dasar ini menegaskan bahwa DPR memegang
kekuasaan membentuk undang-undang. Selanjutnya dalam Pasal
20 ayat (1) disebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan. Pasal 20A ayat (1) disebutkan
bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan. Kemudian dalam Pasal 20A ayat (3) disebutkan bahwa
selain hak yang diatur dalam pasal-pasal itu, setiap anggota Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul, dan pendapat serta hak imunitas.
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat sebagaiisalah satu

204
lembaga negara yang mempunyai beberapa fungsi, di antaranya: (1)
fungsi legislasi, (2) fungsi Anggaran, dan (3) fungsi pengawasan.
Dalam menjelankan fungsi tersebut DPR dibantu oleh beberapa
macam hak, di antaranya hak angket, hak interpelasi, hak
menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaaan, hak
menyampaikan usul dan pendapat, dan hak imunitas, serta hak
mengajukan usul dan rancangan undang-undang.
Kemudian DPR juga memiliki beberapa tugas dan wewenang, di
antaranya sebagai berikut.
1. Membentuk UUyang dibahasdenganpresidenuntuk meemperoleh
persetujuan bersama.
2. Membahas dan memberikan persetujuan peaturan pemerintah
pengganti undang-undang, menyetujui dan tidak menyetujuinya.
3. Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang
yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan
mengikutsertakan pembahasan.
4. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-
undang APBN dan UU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama.
5. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan
pertimbangan dari DPD.
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang, anggaran pendapatan dan belanja negara serta kebijakan
pemerintah.
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang dilakukan
DPD.
8. Memilih anggota BPK.
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksanaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara yang dilakukan oleh BPK.
10.Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat.
11.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditententukan oleh
undang-undang.

2.3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Selain DPR UUD 1945 hasil amandemen sebagai konstitusi


juga menyarankan adanya (Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

205
keanggotaan DPD ini dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih
secara langsung oleh rakyat untuk masing-masing provinsi dengan
jumlah yang sama. Keseluruhan anggota DPD tidak boleh melebihi
sepertiga dari jumlah anggota DPR. DPD merupakan lembaga
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara,
memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagaimana yang dijelaskan
oleh Pasal 22D ayat (1) disebutkan bahwa ”Dewan Perwakialn Daerah
dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan pertimbangan keuangan pusat
dan daerah”.
Lebih lanjut, fungsi DPD adalah mempunyai fungsi legislasi
dan pengawasan berkenaan dengan otonomi daerah yang dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diimplementasikan
melalui Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun
1999, di antaranya sebagai berikut.
1. Pengajauan usul, ikut dalam pembahasan serta memberikan
pertimbangan yang terkait dengan bidang legislasi tertentu
yang menyangkut rancangan undang-undang otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pemebentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolalan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi ekonomi lainnya, serta perimbangan
hubungan pusat dengan daerah.
2. Pemberian pertimbangan atas rancangan undang-undang yang
menyangkut APBN, pajak, pendidikan dan agama.
3. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

2.4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK merupakan Badan Pemeriksa Keuangan yang berkedudukan


sebagai lembaga negara, fungsi dan tugas BPK di antaranya :
1. untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang
keuangan negara;
2. menyerahkan hasil pemeriksaan keuangan negara kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daeah (DPD) dan
Dewan Perwikalan Rakyat Daerah (DPRD);

206
2.5. Mahkamah Konstitusi

Berikut ini dapat dijelaskan fungsi MK dalam susunan


pemerintahan Republik Indonesia era reformasi yang berkedudukan
sebagai lembaga negara, di antara beberapa kewenangan MK di
antaranya sebagai berikut ini.
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang memiliki
putusan bersifat final untuk: menguji undang-undang terhadap
UUD Republik Indonesia tahun 1945, memutuskan sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945, memutuskan pembubaran partai politik, dan
memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2. Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/
atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukm berupa
pengkhianatan terhadap negara, bangsa, penyuapan, tindak
pidana besar lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana yang dimaksud oleh UUD 1945.

2.6.Komisi Yudisial (KY)

Di samping Mahkamah Konstitusi (MK) juga terdapat Komisi


Yudisial (KY), Pasal 24B ayat (1) menyebutkan bahwa komisis yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai kewenangan dalam rangka menjaga dan
menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Kewenangan KY saat ini direvisi oleh Mahkamah Konstitusi sebagai
bentuk tanggapan terhadap adanya konflik kewenangan antara hakim
agung dengan komisi yudisial.

Ringkasan

I. Amandemen UUD 1945 merupakan perubahan hubungan antara


lembaga pemerintah di Indonesia, melalui proses amandemen
lahir bebeapa bentuk lembaga tinggi negara baru serta mengubah
kedudukan lembaga tertinggi negara menjadi lembaga tinggi
negara sebagai bentuk pengasan pembagian kekuasaan (separation
of powers) di antara lembaga pemerintahan yang ada.

207
II. Hasil amandemen UUD 1945 melahirkan 7 (tujuh) lembaga tinggi
negara dalam sistem pemerintahan reformasi, di antara presiden,
MPR yang terdiri dari dua kamar berupa DPR dan DPD, Badan
Pengawas Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Fungsi yang dijalankan
oleh masing-masing lembaga tinggi negara tersebut mencerminkan
pembagian kekuasaan yang seimbang dalam rangka menjalankan
fungsi checks and balances di antara lembaga tinggi negara.

Bahan Bacaan

Affan Gaffar, 2006, Politik Indonesia, Transisi Menuju


Demokrasi,Pustaka Pelajar, Yogyakarta
-----1983, Pembangunan Politik Di Dalam Ilmu Politik, CV Rajawali,
Jakarta
Asrinaldi, 2014, Kekuatan Kekuatan Politik di Indonesia, Tiara
Wacana, Yogyakarta
Mirriam Budiardjo, 1998, Partisipasi Dan Partai Politik, Jakarta,
Yayasan Obor
Indonesia,,
Budi Suryadi, S.SOS, M.Si, 2006Kerangka Analisis Sistem Politik
Indonesia, IRGISoD, Yogyakarta,
Dede Mariana, dan Cxaroline Paskarina, 2008, Demokrasi & Politik
Desentralisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Duverger, Maurice, 1984, Partai Politik Dan Kelompok Penekan,
PT Bina Aksara, Jakarta,
Easton, David., 1988, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, Bina
Aksara, Jakarta
Hoogerwerf, A, 1985, ”Politikologi, Pengertian Dan Problem-
Problemnya”,Jakarta, Penerbit Erlangga,
Ichlasul Amal,1988, Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, PT Tiara
Wacana, Yogyakarta,
Jimly A Ash-Shiddiqie,1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam
Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, , Penerbit Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta
Leo Agustino,2009, Politik & Perubahan, Antara Reformasi Politik di
Indonesia dan Politik Baru di Malaysia, Graha Ilmu, Yogyakarta
Mas’oed, Mohtar dan Colin MacAndrews, 2006, Perbandingan Sistem

208
Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mitchels, Robert, 1962, Political Parties, , New York, The Free Press, Marbun, BN.,
1992, DPR-RI Pertumbuhann dan Cara Kerjanya, Jakarta, Pamoedji, S, Drs, MPA,
1981, Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan
Nasional, Jakarta, PT Bina Aksara.
Perwantana, PK., 1994, Partai Politik Di Indonesia, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta
Rusadi Kantaprawira, 2004, Sistem Politik Indonesia, Suatu Pengantar, Rosada
Karya, Bandung,
1987, Aplikasi Teori Sistem Dalam Ilmu Sosial, Bandung Rosada
Karya,
Rahman, A., H.I,, 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ronald H Chilcote, 2004Teori Perbandingan Politik, Gramedia, Jakarta, Sudarsono,
Juwono, 1985, Pembangunan Politik Dan Perubahan
Politik, PT Gramedia, Jakarta,.
Tamrin,2006, Gagasan Demokrasi Amien Rais, Dalam Teori Politik
Islam Indonesia, Andalas University Press, Padang
Ware, Alan, 1996, Political Party And Party Sistems, New York, Oxford
University Press,
Winarno, Budi., 2008, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, MedPress, Yogyakarta

209

Anda mungkin juga menyukai