2. Fungsi Pemerintahan
198
DPR.170
Lembaga eksekutif sesuai dengan namanya berfungsi untuk
menjalankan pemerintahan sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Pentingnya peranan pelaksanaan pemerintahan sebagai
cabang pemerintahan disebabkan oleh terdiri dari ahli-ahli, tetapi
juga
mendengarlangsumng kebutuhandanaspirasiriil masyarakat. Dengan
cara ini maka eksekutif dipaksa untuk mengamati perkembangan dan
perubahan masyarakat, serta menuntut keterampilan eksekutif agar
bias menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat tersebut.
Orientasi eksekutif sebagai cabang pemerintahan adalah
kepada kebijaksanaan dan program untuk membangun masyarakat
secara lebih riil, berbeda halnya dengan pembuatan aturan yang
bersifat abstrak. Kehidupan eksekutif berhadapan dengan kondisi
riil di lapangan yang memebutuhkan tindakan (action) terhadap
banyak persoalan nyata, kecenderungan ini lembaga eksekutif lebih
membutuhkan suasana yang mendukung kontiniuita, ketenagan
kerja dan kecukupan waktu agar dapat mencapai program dan
kegiatan kerjanya. Kondisi ini terkait dengan persoalan stabilitas dan
instabilitas pemerintahan.
Pemerintahan dapat diartikan secara sempit maupun luas.
Pemerintahan secara sempit dapat diartikan sebagai eksekutif,
disebabkan oleh kebutuhan ketenangan dan kemampuan
pelaksanaan program nya secara tewrterencana, terarah serta
mempunyai waktu yang cukup panjang tanpa adanya gangguan mosi
tidak percaya oleh adanya pengawasan yang yang dikenaakan sanksi
baik oleh lembaga legislatif maupun di luar lembaga legislatif,
seperti masyarakat. Peranan lembaga eksekutif saat ini lebih penting
daripada peranan lembaga legislatif, perkembangan tersebut juga
sejalan dengan kebutuhan kepemimpinan yang efektif. Kepentingan
yang terpusat baik kepada eksekutif perseorangan (single executives)
maupun eksekutif jamak (plural executive) lebih berjalan efektif
dibandingkan dengan kepemimpinan di tangan lembaga legislatif
yang memiliki angota besar serta terldiri dari banyak kepentingan
ideologis di dalamnya.
Pengertian eksekuitf secara luas meliputi kepala Negara, kepala
pemerintahan, para menteri, dinas pelayanan umum, kepolisian,
199
170 Budi Winarno, 20008:90-91
200
dan militer, sedangkan eksekutif dalam arti sempit hanya terdiri dari
kepala negara dan kepala pemerintahan, dan juga menteri pada kasus
tertentu. Serangkaian kewenangan eksekutif, di antaranya sebagai
berikut.
1. Diplomatik, yakni segala sesuatu yang bewrhubungan dengan
masalah luar negeri.
2. Adminsitratif, yakni berhubungan dengan eksekusi undang-
undang, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan undang-
undang, serta interpretasinya dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat.
3. Militer dan kepolisian, yakni berhubungan dengan organisais
serta pengaturan keadaan bahaya/perang.
4. Yudisial, yakni berhubungan dengan perancangan undang-
undang (termasuk didalamnya undang-undang tentang anggaran
dan belanja Negara.
5. Untuk menunjuk para pejabat, baik tinggi maupun menengah
dan juga sekaligus berhak mengganti atau menangguhkan
pengangkatan para pejabat.
201
pertimbangan Mahkamah Agung.
9. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimmbangan DPR.
10. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lain.
11. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memperhatikan nasehat dan pertimbangan kepada presiden.
2.1. Presiden
Presiden pada masa Orde Baru dipilih oelh MPR, dia merupakan
mandataris MPR dan memberikan pertanggungjawaban terhadap
MPR pada masa akhir jabatannya. MPR merupakan cermin
kedaulatan rakyat yang kemudian diisi oleh mereka yang diangkat
dan ditunjuk preisiden, melalui dukungan yang kuat dalam MPR
tersebut maka kedudukan presiden sangat kuat pada masa Orde Baru
yang tercermin
jugapadamasaerareformasi melalui peranan lobianggotapartai-partai
kecil dalam MPR untuk memilih Presiden pada tahun 1999 bukan lagi
dari partai pemenang pemilu, tetapi berdasarkan koalisi partai-partai
kecil yang ikut pemilihan umum.171 Kelemahan mekanisme pemilihan
presiden yang tidak mencerminkan kedaulatan rakyat sesungguhnya,
tetapi mencerminkan kekuatan lobi segelintir kelompok dalam MPR
tersebut kemudian diperbaiki melalui amandemen UUD 1945.
Terdapat dua hal penting yang menyangkut masalah pemilihan
presiden dan wakil presiden dalam hasil amandemen UUD 1945
tersebut, di antaranya mengurangi kekuasaan MPR dengan hanya
berkonsentrasi pada penugasan pesoalan undang-undang dasar
(UUD), serta tidak lagi memilih presiden dan wakil presiden.
Selanjutnya, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum yang diselenggarakan sekali dalam setiap
5 tahun. Dengan adanya pemilihan langsung ini maka kedudukan
presiden menjadi sangat kuat dan hanya bisa dijatuhkan jika
melakukan pelanggaran sebagaimana yang dijelaskan oleh undang-
undang dasar.
Indonesia pada masa era reformasi setelah melakukan
amandemen UUD 1945 memiliki sistem pemerintahan presidential,
dimana presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa
jabatan 5 tahun sebagamana bunyi Pasal 6A ayat (1) menegaskan
202
171 Ibid., p. 82
203
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat, dan Pasal (2) menyebutkan bahwa pasangan calon presiden
dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum. Selanjutnya, Pasal 7A menyebutkan bahwa “ Presiden dan/
atau wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Pewakilan
Rakyat, baik apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela, maupun apanila terbukti tidak
lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/wakil presiden”.
204
lembaga negara yang mempunyai beberapa fungsi, di antaranya: (1)
fungsi legislasi, (2) fungsi Anggaran, dan (3) fungsi pengawasan.
Dalam menjelankan fungsi tersebut DPR dibantu oleh beberapa
macam hak, di antaranya hak angket, hak interpelasi, hak
menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaaan, hak
menyampaikan usul dan pendapat, dan hak imunitas, serta hak
mengajukan usul dan rancangan undang-undang.
Kemudian DPR juga memiliki beberapa tugas dan wewenang, di
antaranya sebagai berikut.
1. Membentuk UUyang dibahasdenganpresidenuntuk meemperoleh
persetujuan bersama.
2. Membahas dan memberikan persetujuan peaturan pemerintah
pengganti undang-undang, menyetujui dan tidak menyetujuinya.
3. Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang
yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan
mengikutsertakan pembahasan.
4. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-
undang APBN dan UU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama.
5. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan
pertimbangan dari DPD.
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang, anggaran pendapatan dan belanja negara serta kebijakan
pemerintah.
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang dilakukan
DPD.
8. Memilih anggota BPK.
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksanaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara yang dilakukan oleh BPK.
10.Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat.
11.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditententukan oleh
undang-undang.
205
keanggotaan DPD ini dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih
secara langsung oleh rakyat untuk masing-masing provinsi dengan
jumlah yang sama. Keseluruhan anggota DPD tidak boleh melebihi
sepertiga dari jumlah anggota DPR. DPD merupakan lembaga
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara,
memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagaimana yang dijelaskan
oleh Pasal 22D ayat (1) disebutkan bahwa ”Dewan Perwakialn Daerah
dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan pertimbangan keuangan pusat
dan daerah”.
Lebih lanjut, fungsi DPD adalah mempunyai fungsi legislasi
dan pengawasan berkenaan dengan otonomi daerah yang dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diimplementasikan
melalui Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun
1999, di antaranya sebagai berikut.
1. Pengajauan usul, ikut dalam pembahasan serta memberikan
pertimbangan yang terkait dengan bidang legislasi tertentu
yang menyangkut rancangan undang-undang otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pemebentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolalan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi ekonomi lainnya, serta perimbangan
hubungan pusat dengan daerah.
2. Pemberian pertimbangan atas rancangan undang-undang yang
menyangkut APBN, pajak, pendidikan dan agama.
3. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.
206
2.5. Mahkamah Konstitusi
Ringkasan
207
II. Hasil amandemen UUD 1945 melahirkan 7 (tujuh) lembaga tinggi
negara dalam sistem pemerintahan reformasi, di antara presiden,
MPR yang terdiri dari dua kamar berupa DPR dan DPD, Badan
Pengawas Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Fungsi yang dijalankan
oleh masing-masing lembaga tinggi negara tersebut mencerminkan
pembagian kekuasaan yang seimbang dalam rangka menjalankan
fungsi checks and balances di antara lembaga tinggi negara.
Bahan Bacaan
208
Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mitchels, Robert, 1962, Political Parties, , New York, The Free Press, Marbun, BN.,
1992, DPR-RI Pertumbuhann dan Cara Kerjanya, Jakarta, Pamoedji, S, Drs, MPA,
1981, Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan
Nasional, Jakarta, PT Bina Aksara.
Perwantana, PK., 1994, Partai Politik Di Indonesia, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta
Rusadi Kantaprawira, 2004, Sistem Politik Indonesia, Suatu Pengantar, Rosada
Karya, Bandung,
1987, Aplikasi Teori Sistem Dalam Ilmu Sosial, Bandung Rosada
Karya,
Rahman, A., H.I,, 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ronald H Chilcote, 2004Teori Perbandingan Politik, Gramedia, Jakarta, Sudarsono,
Juwono, 1985, Pembangunan Politik Dan Perubahan
Politik, PT Gramedia, Jakarta,.
Tamrin,2006, Gagasan Demokrasi Amien Rais, Dalam Teori Politik
Islam Indonesia, Andalas University Press, Padang
Ware, Alan, 1996, Political Party And Party Sistems, New York, Oxford
University Press,
Winarno, Budi., 2008, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, MedPress, Yogyakarta
209