Anda di halaman 1dari 18

PENTINGNYA PEMAHAMAN WEWENANG MPR BERDASARKAN UUD 1945

PASCA AMANDEMEN DALAM UUD 1945 GUNA PENGUATAN KOMPETENSI

PROFESIONAL CALON GURU PPKn

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Ahmad Muthali’in, M. Si.

Disusun Oleh :

Miftah Amrulloh

A220200004

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022

1
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, berdasarkan atas

hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat. Kedaulatan

yang sesungguhnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (demokrasi).

Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 memegang prinsip supremasi MPR.

Hal ini ditegaskan Pasal 1 Ayat (2) yang berbunyi: “Kedaulatan di tangan rakyat

dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”. Dengan pasal ini, MPR dianggap

merupakan lembaga satu-satunya yang memiliki kewenangan untuk menjalankan

kedaulatan rakyat. Untuk memudahkan wewenang inilah, maka MPR diletakkan

sebagai lembaga tertinggi negara membawahi lembaga-lembaga negara lain seperti

DPR dan presiden.

Dalam prakteknya, kekuasaan yang besar tersebut sering diselewengkan oleh

MPR, seperti pemberian kekuasaan dan kewenangan yang berlebihan kepada

presiden. Tercatat beberapa kali MPR mengeluarkan ketetapan yang secara

substansial memberikan ruang bagi munculnya system ketatanegaraan yang tidak

demokratis, antara lain: TAP MPR No VMPR/1998 yang memberikan kekuasaan

tidak terbatas kepada presiden dalam rangka penyuksesan dan pengamanan

pembangunan nasional.4 Melihat kenyataan itulah, maka pada tahun 2001 MPR

yang tengah mengadakan amandemen terhadap UUD 1945 sepakat untuk

mengubah pasal 1 Ayat 2 UUD 1945 yang kemudian berbunyi : “Kedaulatan berada

di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan ini mengisyaratkan

bahwa MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara dan tidak lagi menjadi

pemegang kedaulatan rakyat.

2
Perubahan tersebut tentu saja berimplikasi pada perubahan wewenang. Adanya

perubahan tersebut menyebabkan wewenang MPR menjadi sangat berkurang, sebab

lembaga ini tidak lagi berhak mengangkat presiden dan wakil presiden karena sudah

dipilih langsung. MPR juga tidak berhak memecat langsung presiden dan wakil

presiden, karena harus ada usulan dari DPR setelah Mahkamah Konstitusi

memeriksa, mengadili dan memutuskan bahwa presiden dan atau wakil presiden

bersalah. Satu-satunya wewenang lama yang masih melekat pada MPR adalah

mengbah dan menetapkan UUD. Gagasan mengurangi wewenang MPR

mengisyaratkan adanya perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia. MPR tidak lagi menjadi satu-satunya lembaga yang berhak

melaksanakan kedaulatan rakyat. Setiap lembaga yang mengemban tugas politik

dan pemerintahan adalah pelaksana kedaulatan rakyat dan bertanggungjawab

kepada rakyat.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka MPR masih memiliki wewenang untuk

melaksanakan kedaulatan rakyat, sebab sebagai salah satu lembaga politi MPR

masih memiliki wewenang yang cukup signifikan. Perbedaannya, saat ini MPR

bukan merupakan lembaga satu-satunya yang berhak menjalankan kedaulatan

tersebut, melainkan mesti berbagi dengan lembaga-lembaga poltik dan

pemerintahan yang lain. Selain itu MPR memiliki kedudukan yang setara dengan

lembaga negara lain seperti DPR, DPD dan Presiden.

2. Rumusan Masalah

Mengapa pemahaman Wewenang MPR Berdasarkan UUD 1945 Pasca

Amandemen penting guna penguatan Kompetensi Profesional Guru PPKn?

3
PEMBAHASAN

B. WEWENANG MPR BERDASARKAN UUD 1945 PASCA AMANDEMEN

1. Kedudukan MPR dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

Perubahan UUD 1945 telah menyebabkan terjadinya pergeseran sistem

ketatanegaraan Indonesia, salah satunya terjadi pergeseran paradigma kelembagaan

negara. Menurut UUD NRI Tahun 1945, semua lembaga negara yang diatur di dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kedudukannya sejajar.

Perubahan kedudukan lembaga-lembaga negara mempunyai konsekuensi pula pada

tugas dan wewenang serta cara pengisian keanggotaan masing-masing lembaga negara.

UUD 1945 setelah amandemen tidak menempatkan MPR sebagai lembaga negara

tertinggi, tetapi sejajar atau sederajat dengan lembaga-lembaga negara lainnya. MPR

juga bukan lagi sebagai pelaku penuh kedaulatan rakyat, dan kewenangannya sangat

terbatas.

Perubahan lembaga MPR terjadi pula pada keanggotaannya. Sebelum UUD

1945 diamandemen, anggota MPR terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah

dan utusan golongan. Komposisi MPR yang demikian itu menurut Penjelasan Pasal 2

UndangUndang Dasar 1945 dimaksudkan supaya seluruh rakyat, seluruh golongan,

seluruh daerah akan mempunyai wakil dalam majelis, sehingga Majelis itu akan betul-

betul dapat dianggap sebagai penjelmaan rakyat. UUD 1945 setelah amandemen

mengubah keanggotaan MPR. Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945, anggota MPR

terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD. Keanggotaan MPR saat sekarang ini belum

mewakili seluruh elemen masyarakat, karena meskipun anggota MPR terdiri dari

anggota DPR dan anggota DPD, dalam kenyataannya mereka yang mewakili daerah

dengan menjadi anggota DPD sebagian dari mereka sebelumnya aktif di partai politik

dan pernah menjadi anggota DPR yang diusung oleh partai politik tertentu. Masih

4
terdapat golongan masyarakat yang belum terwakili dalam keanggotaan MPR.

Golongan tersebut misalnya golongan masyarakat dari unsur keagamaan, kesatuan

masyarakat hukum adat, dan masyarakat yang mempunyai aspirasi tertentu.

2. Wewenang MPR mengubah UUD 1945 Pasca Amandemen

MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD 1945. Dalam mengubah

UUD 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan perubahan terhadap Pembukaan

UUD 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Usulan pengubahan pasal

UUD 1945 diajukan sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR. Setiap usul

perubahan diajukan tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan

diubah beserta alasannya. Sidang paripurna MPR dapat memutuskan perubahan pasal

UUD 1945 dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50 persen dari jumlah anggota

ditambah satu anggota.

3. Wewenang MPR melantik Presiden/Wapres dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

MPR melantik presiden dan wakil presiden hasil pemilihan umum dalam sidang

paripurna MPR. Sebelum reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi yang memiliki

kewenangan untuk memilih presiden dan wakil presiden dengan suara terbanyak. Sejak

reformasi, MPR hanya melantik presiden dan wakil presiden yang dipilih secara

langsung oleh rakyat sesuai dengan Pasal 6A Ayat (1) sejak 9 November 2001.

4. Wewenang MPR dapat Memberhentikan Presiden/Wapres dalam UUD 1945 Pasca

Amandemen

MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam

masa jabatannya menurut UUD 1945. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden

diusulkan oleh DPR. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden

setelah mendapat usul dari Dewan Perwakilan Rakyat melalui sidang paripurna. Usulan

DPR ini harus berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa

5
Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa (i)

pengkhianatan terhadap negara, (ii) korupsi, (iii) penyuapan, dan (iv) tindakan pidana

berat lainnya maupun perbuatan tercela; dan/atau (v) Presiden dan/atau Wakil Presiden

tidak lagi memenuhi syarat menduduki jabatannya.

5. Persamaan Mengenai Wewenang MPR dalam UUD 1945 Pra dan Pasca Amandemen

Setelah Undang-Undang Dasar 1945 diamandemen Wewenang Majelis

Permusyawaratan Rakyat tidaklah banyak berkurang. Saat ini MPR tidak lagi memilih

dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden. MPR juga tidak menetapkan garis-garis

besar haluan negara, baik yang berbentuk GBHN maupun berupa peraturan perundang-

undangan. Hal yang paling mendasar adalah dicabutnya kewenangan memilih presiden

dan wakil presiden. Sehingga Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak lagi menjadi

lembaga lembaga tertinggi negara

melainkan sama dengan kedudukan dengan lembaga negara lainnya.

6. Perbedaan Mengenai Wewenang MPR dalam UUD 1945 Pra dan Pasca Amandemen

1. Kedudukan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Sebelum amandemen : MPR adalah lembaga

negara tertinggi. Sesudah amandemen : MPR adalah lembaga negara yang punya

kedudukan yang sama denga lembaga negara lainnya

2. Kewenangan Pasal 2 dan 6 ayat (2) UUD 1945 Sebelum amandemen : MPR punya

kewenangan untuk mengubah, menetapkan UUD, GBHN, memilih presiden dan

wakil presiden, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden. Sesudah

amandemen : Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD, melantik

preisiden dan wakil presiden, memberhentikan presiden dan wakil presiden setelah

adanya proses hukum di Mahkamah Konstitusi (Pasal 3 ayat (3) , Pasal 7A UUD

1945)

6
C. PENGUATAN KOMPETENSI PROFESIONAL CALON GURU PPKn

1. Kompetensi Guru PPKn

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Kompetensi guru yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan

oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Standarisasi Kompetensi Guru

adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat

kemampuan agar berkelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional Guru, sesuai

bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Persyaratan dimaksud adalah penguasaan

proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. Adapun empat kompetensi guru

menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 yaitu : 1). Kompetensi Pedagogik, 2). Kompetensi

Kepribadian, 3). Kompetensi Sosial, dan 4). Kompetensi Profesional.

2. Kompetensi Profesional Guru

Sebagai seorang guru profesional harus memiliki kapasitas menguasai materi

pembelajaran secara luas dan mendalam , salah satu materi dalam pembelajaran SMA

kelas X adalah Menganalisis kewenangan lembaga negara,yang termuat dalam

kompetensi dasar pada mata pelajaran PPKn di SMA kelas X, meliputi :

3.3. Kewenangan Lembaga Negara Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Tahun 1945.

Sebagai calon guru PKn perlu memahami Lembaga Negara tentang wewenang

MPR berdasarkan UUD 1945 Pasca Amandemen merupakan hal yang sangat penting

bagi calon guru PPKn. Disebabkan calon guru PPKn harus menguasai materi pelajaran

tentang Wewenang MPR berdasarkan UUD 1945 pasca Amandemen agar dapat

7
menyampaikan kepada siswa dengan runtut dan benar. Di Indonesia Wewenang MPR

sangat berpengaruh bagi calon guru PPKn, Karena MPR merupakan salah satu

Lembaga Negara di Indonesia.

3. Pentingnya Kompetensi Profesional Bagi Calon Guru PPKn

Kebutuhan tenaga guru benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat dan

mencerminkan semangat pembaharuan dan pembangunan. Kualifikasi guru yang

dibutuhkan adalah yang mampu dan siap berperan secara profesional, baik di

lingkungan sekolah, maupun di lingkungan yang lebih kompleks yaitu masyarakat.

Oleh karena itu calon guru harus dibekali seperangkat kompetensi yang akan

mendukung tugasnya di masyarakat nanti. Lingkup Kompetensi Guru Pendidikan

Kewarganegaraan Pemula Menurut Standar Kompetensi Guru Lulusan Program Studi

PKn Jenjang SI, Standar Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan dapat

dikelompokkan ke dalam 4 rumpun, yaitu:

1. Penguasaan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan

2. Pemahaman Peserta Didik

3. Penguasaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Mendidik

4. Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan

Keempat rumpun tersebut mencerminkan empat standar kompetensi guru yang

masih bersifat umum dan perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang beriman dan bertaqwa, dan sebagai warga

negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum Mapel PPKn

SMA KD: X. 3.3. Kewenangan Lembaga Negara Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Tahun 1945.

4. Proses Penguatan Kompetensi Profesional Bagi Calon Guru PPKn

8
Kompetensi profesional guru PKn selama ini dapat dilihat dari beberapa hasil

penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ditjen Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Tahun 2008 terhadap guru-

guru yang lolos sertifikasi menunjukan nilai rata-rata berkisar antara 52-64% yaitu

64,34%, kompetensi professional guru yang dinyatakan lulus sertifikasi melalui

penilaian portofolio tidak menunjukan peningkatan mutu guru, bahkan menunjukkan

adanya penurunan sebesar 19,59%. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya guru

yang dinyatakan lolos sertifikasi belum menunjukkan adanya peningkatan kompetensi

professional seperti yang diharapkan.

9
D. PENTINGNYA PEMAHAMAN WEWENANG MPR BERDASARKAN UUD

1945 PASCA AMANDEMEN GUNA PENGUATAN KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU PPKn

Salah satu kompetensi guru adalah kompetensi kepribadian, sebagai calon guru

PPKn pemahaman terhadap wewenang MPR dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

sangat penting, dikarenakan posisi calon guru PPKn merupakan pedoman yang sesuai

untuk memberikan pembelajaran mengenai pemahaman Wewenang MPR dalam UUD

1945 Pasca Amandemen kepada masyarakat ataupun peserta didik. Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kemerdekaan berserikat, berkumpul,

dan mengeluarkan pendapat merupakan hak asasi manusia yang harus dilaksanakan

untuk memperkuat semangat kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang demokratis.

MPR juga masih memiliki kewenangan membuat Undang-Undang Dasar,

memberhentikan presiden, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat dianggap institusi

demokrasi perwakilan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka MPR masih memiliki

wewenang untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, sebab sebagai salah satu lembaga

politik MPR masih memiliki wewenang yang cukup signifikan. Perbedaannya, saat ini

MPR bukan merupakan lembaga satu-satunya yang berhak menjalankan kedaulatan

tersebut, melainkan mesti berbagi dengan lembaga-lembaga poltik dan pemerintahan

yang lain. Selain itu MPR memiliki kedudukan yang setara dengan lembaga negara lain

seperti DPR, DPD dan Presiden. MPR masih bisa dikategorikan sebagai lembaga

perwakilan rakyat. Karena susunan anggota MPR yang ada dalam Undang-Undang

Dasar 1945 menurut pasal 2 UUD 1945 setelah Perubahan Keempat adalah: “Majelis

Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota

10
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut

dengan undang-undang”.

Lembaga negara yang mengeluarkan produk peraturan perundang-undangan

maka kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Dan Majelis Permusyawaratan Rakyat

merupakan lembaga Negara yang mengeluarkan peraturan yang lebih tinggi. Sehingga

Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga Negara yang lebih tinggi dari

lembaga Negara yang lain. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tetap

mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang

Dasar.

Dengan pemahaman mengenai wewenang MPR dalam UUD 1945 Pasca

Amandemen ini guna penguatan kompetensi profesional calon guru PPKn diharapkan

memiliki pemahaman tentang wewenang MPR. Dengan bekal keadaran ini, mereka

akan memberikan kontribusi yang berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang

dihadapi bangsa, seperti konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat

Indonesia, dengan cara-cara yang damai dan cerdas.

Mencetak profesional calon guru PPKn yang bertanggungjawab atas

keselamatan dan kejayaan tanah air adalah tujan berikutnya. Rasa tanggung jawab ini

akan tercermin dalam partisipasi aktif dalam pembangunan. Profesional calon guru

PPKn yang bertanggung jawab akan menyaring pengaruh-pengaruh dari luar,

mengambil sisi positifnya dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai luhur dan

moral bangsa.

Akhirnya, Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan

sikap setia kepada tanah air dan bersedia dengan tulus iklhas untuk menyumbangkan

setiap potensinya demi kemajuan tanah air walaupun mendapat iming-iming

popularitas atau harta dari pihak-pihak lain.

11
Kompetensi profesional guru PPKn yang harus dimiliki salah satunya adalah

menguasai materi mata pelajaran PPKn. Di dalam materi mata pelajaran PPKn, terdapat

materi mengenai Kewenangan Lembaga Negara Menurut UUD Negara Republik

Indonesia 1945. Materi ini terdapat di dalam Kompetensi Dasar 3.3 kelas X yaitu

Menganalisis dan memahami Kewenangan Lembaga Negara Menurut UUD Negara

Republik Indonesia 1945. Oleh karena itu, materi tersebut harus dikuasai sehinga akan

menciptakan guru PPKn yang profesional.

Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya adalah sebuah bentuk

pendidikan untuk generasi penerus yang bertujuan agar mereka menjadi warga negara

yang berpikir tajam dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara, juga bertujuan untuk membangun kesiapan seluruh

warga negara agar menjadi warga dunia (global society) yang cerdas.

Pendidikan Kewarganegaraan penting diberikan agar mahasiswa menjadi

profesional calon guru PPKn menjadi pribadi yang paham tentang hak dan

kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia, berpikir kritis, bertoleransi tinggi,

pribadi yang cinta damai, menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam

kehidupan politik lokal, nasional, dan internasional.

Hal ini sesuai dengan hakikat tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) dikembangkan oleh profesional calon guru PPKn yang baik

yang memiliki rasa kebanggaan terhadap Negara Indonesia, cinta tanah air, jujur,

disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi di

lingkungan rumah, sekolah, dan sekitarnya serta berbangsa dan bernegara.

Sebagai profesional calon guru PPKn akan mempelajari lebih dalam seberapa

pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela

12
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan

jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,

pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap

menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu

mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.

Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk mampu memahami dan

melaksanakan hak dan kewajiban secara sopan santun, jujur, dan demokratis serta

ihklas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warganegara

Republik Indonesia yang bertanggung jawab bersama.

Ini merupakan hal yang mendasar dalam pelajaran pendidikan

kewarganegaraan. Tanggung jawab sangat penting dalam proses ini. Memberikan

pengetahuan kepada para siswa dan pelajar mengenai sistem pemerintahan dan tentang

peraturan negara yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Juga untuk

membuka kesadaran kita akan pentingnya bela dan cinta tanah air. Karena kita hidup

disini dan secara bersama.

Salah satu KD dalam Mata Pelajaran PPKn di SMA kelas X, 3.3 : Kewenangan

Lembaga Negara Menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu

kelembagaan negara tersebut adalah MPR-RI berikutnya wewenangnya, karena itu

penguasaan terhadap materi tersebut merupakan tuntutan kompetensi professional yang

harus dimiliki oleh calon guru PPKn. Karena dalam kompetensi professional guru

PPKn salah satunya harus menguasai materi pembelajaran PPKn. Untuk itu penguasaan

terhadap materi tersebut harus diberikan pada mahasiswa PPKn sebagai calon guru

PPKn yang professional.

13
E. KESIMPULAN

Mahasiswa PPKn sebagai calon guru PPKn sangat penting memahami

Kesetaraan Kedudukan Warga Negara, sebagaimana tuntutan kompetensi professional

guru PPKn sekaligus juga merupakan muatan materi kurikulum PPKn di SMA.

Sebagai calon guru PPKn pemahaman tentang Kesetaraan Kedudukan Warga Negara

itu sangat penting. Karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya menjadi landasan

moral dalam melaksanakan profesinya, khususnya menjalankan dan mengembangkan

kompetensi kepribadiaanya sebagai guru. Dengan pemahaman akan menjadi guru mata

pelajaran PPKn yang bertanggungjawab.

Mahasiswa PPKn sebagai calon Guru PPKn penting memahami hubungan

negara dan warga negara dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai

bagian dalam KD mata pelajaran PPKn Kurikulum Mapel PPKn SMA KD: X. 3.3.

Kewenangan Lembaga Negara Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun

1945. Hal ini menjadi bekal penting untuk mempuk kompetensi professional, ketika

nanti menjadi guru mata pelajaran PPKn.

Calon guru PPkn harus mengerti dan memahami serta memberikan contoh

kepada peserta didik tentang suatu pembelajaran mengenai kesetaraan Kedudukan

Warga Negara. Dengan demikian sebagai seorang calon guru PPkn sangat penting

memahami Kesetaraan Warga Negara sebagai materi pokok yang ada di pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan. Dengan ini, sesungguhnya Pendidikan

Kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan oleh anak idik bangsa kita sendiri.

Sesungguhnya pendidikan kewarganegaraan tidak hanya harus di ajar tetapi juga harus

di leksanakan, karena pendidikan kewarganegaraan juga membawa ajaran dari

pancasila yang juga harus kita amalkan baik perbuatan atau segala macamnya.

14
F. DAFTAR PUSTAKA

Mukhlish dan Moh. Saleh, 2016, Konstitusionalitas Impeachment Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia,

Malang: Setara Press.

Pimpinan MPR dan TIM Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, 2012, Empat Pilar Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

Manan, Bagir, 2004, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta: FH UII Press.

Marzuki, Peter Mahmud, 2009, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Asshiddiqie, Jimly, 2013, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Fatwa, A. M., 2009, Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4cc6a009be454/tugas-dan-wewenang-mpr

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8636/azwizarmi%20fix.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5668/12.Widayanti.pdf?sequence=1

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/141500969/tugas-dan-wewenang-mpr-

ri?page=all#:~:text=MPR%20berwenang%20mengubah%20dan%20menetapkan,bentuk%20Negara%20

Kesatuan%20Republik%20Indonesia.&text=Usulan%20pengubahan%20pasal%20UUD%201945,3%20

dari%20jumlah%20anggota%20MPR.

https://www.mpr.go.id/tentang-mpr/Kedudukan,-Tugas,-dan-Wewenang

https://www.satuhukum.com/2020/05/mpr-sebelum-sesudah-amandemen.html?m=1

15
16
BORANG REVIEW TEMAN SEJAWAT TUGAS MAKALAH
INDIVIDUAL

Judul Makalah : Pentingnya Pemahaman Kesetaraan Kedudukan Warga Negara


Dalam UUD 1945 Guna Penguatan Kompetensi Profesional
Calon Guru PPKn
Nama dan NIM Penulis Makalah : Miftah Amrulloh (A220200004)
Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Nama dan NIM Pelaksana Review : Rosy Hera Nayottama (A220200003)

Terpenuhi/Sesuai atau
Belum
No. UnsurPenilaianMakalah Sudah Belum
1 Rumusan masalah sesuai denganjudul √
2 Latar belakang menggambarkan rumusan masalah √
3 Jumlah halaman latar belakang (Bab 1atau A)sesuai acuan** √
4 Penjabaran Bab2(B)singkron dengan judul √
5 Sub-sub Bab 2(B)sesuai dengan ajuan yang sudahdi ACC √
6 Jumlah halaman Bab 2(B)sesuai acuan*** √
7 Sub-sub Bab 3(C)sesuai dengan ajuan yang sudahdi ACC √
8 Jumlah halaman Bab 3(C)sesuai acuan**** √
9 Uraian Bab 4(D)mengaikanisi Bab 2(B)dengan Bab3(C) √
10. Jumlah halaman Bab 4(D)sesuai acuan***** √
11. Kesimpulan merupakan jawaban rumusan masalah √
12. Jumlah daftar pusta kasesuaiacuan*@ √
13. Setiap Bab dimulai padahalaman baru,termasuk daftar pustaka √
14. Sistimatika sesuai ajuan judul yang di ACC √
15. Nomor halaman dicantumkan √
16. Margin atas,bawah,kanan,dan kiri sesuai standar*@@ √
17. Penyusunan margin kanan rata √
18. Spasi dibuat sesuai acuan(2spasi) √
19. Ukuran huruf (Font 12) dan kertas (A4)sesuai ketentuan √
20. Jumlah maksimal keseluruhan halaman sesuai acuan*@@@ √
21. Persetujuan judul (ACC)dilampirkan √
22. Tidak perlu kata pengantar dan daftarisi √

Berdasarkan review yang saya lakukan, makalah tersebut sudah memenuhi


keseluruhan item review di atas, dengan demikian sudah layak untuk dikumpulkan
pada dosen pengampu.

17
Surakarta, 08 Januari 2022 Pelaksana Review.

Rosy Hera Nayottama (A220200003)

Keterangan :
* : Coret yang tidak sesuai
** : Bab 1 (A) Makalah MK. PKn serta Teori & Hukum Konstitusi : 1-2 Halaman
*** : Bab 2 (B) Makalah MK. PKn : 2-3, sedang Teori & Hukum Konstitusi: 3-4 Halaman
**** : Bab 3 (C) Makalah MK. PKn : 2-3, sedang Teori & Hukum Konstitusi: 3-4 Halaman
***** : Bab 4 (D) Makalah MK. PKn : 3-4, Teori & Hukum Konstitusi: 5-6 Halaman.
*@ : Jumlah Daftar Pustaka Makalah MK. PKn : 10, sedang Teori & Hukum Konstitusi: 15
*@@ : Margin atas dan kiri : 3,5 Cm, sedang margin kanan dan bawah 3 Cm.
*@@@ : Makalah MK. PKn : 15, sedang Teori & Hukum Konstitusi: 21 Halaman, termasuk cover
Penting : Reviewer (sejawat yang mereview) harus jujur dan serius. Jangan ditandatangi jika belum
memenuhi semua item borang ini. Karena akan mengurangi poin nilai makalah saudara
Sendiri.

18

Anda mungkin juga menyukai