Anda di halaman 1dari 9

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN

LEMBAGA LEGISLATIF DAN YUDIKATIF SEBELUM DAN


SESUDAH AMANDEMEN UUD
( Dwi Indra Lesmana :2018010029 )

Kedudukan lembaga legislatif sebelum amandemen UUD 1945


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam susunan ketatanegaraan Republik
Indonesia pernah dikenal istilah lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara. Yang
dimaksud lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara adalah lembaga tertinggi
negara dan lembaga tinggi negara menurut UUD 1945 (Daliyo, 1992 : 56). Lembaga yang
disebut sebagai lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara dalam UUD 1945
adalah :

1. Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)

Dari keenam lembaga negara tersebut, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR
mendistribusikan kekuasaannya kepada lima lembaga yang lain yang kedudukannya sejajar,
yakni sebagai lembaga tinggi negara. Dalam susunan ketatanegaraan RI pada waktu itu, yang
berperan sebagai lembaga legislatif adalah MPR dan DPR.

Kewenangan lembaga legislatif sebelum amandemen UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sebelum amandemen UUD 1945, susunan anggota MPR terdiri dari anggota –
anggota DPR ditambah utusan daerah, golongan politik, dan golongan karya (Pasal 1 ayat 1
UU No. 16 Tahun 1969). Terkait dengan kedudukannya sebagai Lembaga Tertinggi Negara,
MPR diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat
Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil
presiden`

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Keanggotaan DPR sebagai lembaga tinggi negara terdiri dari golongan politik dan
golongan karya yang pengisiannya melalui pemilihan dan pengangkatan. Wewenang DPR
menurut UUD 1945 adalah :

 Bersama presiden membentuk UU (Pasal 5 ayat 1 jo Pasal 20 ayat (1)) dengan kata lain
bahwa DPR berwenang untuk memberikan persetujuan RUU yang diajukan presiden
disamping mengajukan sendiri RUU tersebut. (Pasal 21 UUD 1945)
 Bersama presiden menetapkan APBN (Pasal 23 ayat (1))
 Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban
presiden.

Kedudukan dan Kewenangan Lembaga legislatif Sesudah Amandemen UUD 1945.


Perubahan Kedudukan dan Kewenangan lembaga legislatif pasca amandemen UUD
1945 Setelah adanya amandemen ke IV UUD 1945, (yang selanjutnya akan disebut UUD
NRI 1945), terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar baik dalam sistem ketatanegaraan
maupun kelembagaan negara di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari dihapuskannya
kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara serta adanya beberapa lembaga negara
baru yang dibentuk, yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi. Selain itu,
kedudukan seluruh lembaga negara adalah sejajar sebagai lembaga tinggi negara. Adapun
lembaga – lembaga yang tercantum sebagai lembaga tinggi negara menurut UUD NRI 1945
adalah :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden
5. Mahkamah Agung (MA)
6. Mahkamah Konstitusi (MK)
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Adanya amandemen terhadap UUD 1945 telah menciptakan suatu sistem
konstitusional yang berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and balances) yaitu setiap
kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang berdasarkan fungsi masing-masing. Selain itu
penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga negara
disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern, yaitu salah satunya
menegaskan sistem pemerintahan presidensial dengan tetap mengambil unsur – unsur
pemerintahan parlementer sebagai upaya untuk menutupi kekurangan system pemerintahan
presidensial.

Dalam hal kewenangan lembaga negara, UUD NRI 1945 menekankan adanya beberapa
perubahan pada kewenangan lembaga legislatif yaitu :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Hal yang paling menonjol mengenai MPR setelah adanya amandemen UUD adalah
dihilangkannya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Selain itu, perubahan –
perubahan yang terjadi di lembaga MPR baik mengenai susunan, kedudukan, tugas maupun
wewenangnya adalah :

a. MPR tidak lagi menetapkan GBHN


b. MPR tidak lagi mengangkat presiden. Hal ini dikarenakan presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. (Pasal 6A ayat (1) UUD NRI 1945).
MPR hanya bertugas untuk melantik presiden terpilih sesuai dengan hasil pemilu.
(Pasal 3 ayat 2 Perubahan III UUD 1945).

c. Susunan keanggotaan MPR mengalami perubahan yaitu terdiri dari anggota DPR dan
DPD yang dipilih secara langsung melalui pemilu.

d. MPR tetap berwenang mengubah dan menetapkan UUD (Pasal 3 ayat (1) UUD NRI
1945)
e. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan
atau/Wakil Presiden dalam masa jabatannya, apabila atas usul DPR yang berpendapat
bahwa Presiden/Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden/Wakil Presiden.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Adanya amandemen terhadap UUD 1945, sangat mempengaruhi posisi dan


kewenangan DPR sebagai lembaga legislatif. Salah satunya adalah diberikannya kekuasaan
kepada DPR untuk membentuk UU, yang sebelumnya dipegang oleh presiden dan DPR
hanya berhak memberi persetujuaan saja. Perubahan ini juga mempengaruhi hubungan antara
DPR sebagai lembaga legislatif dan presiden sebagai lembaga eksekutif, yaitu dalam proses
serta mekanisme pembentukan UU. Selain itu, amandemen UUD 1945 juga mempertegas
fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai
mekanisme kontrol antar lembaga negara. (Pasal 20 A ayat (1) UUD NRI 1945)

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Sebagai lembaga negara yang baru dibentuk setelah amandemen UUD, DPD dibentuk
dengan tujuan untuk mengakomodasi kepentingan daerah sebagai wujud keterwakilan daerah
ditingkat nasional. Hal ini juga merupakan tindak lanjut peniadaan utusan daerah dan utusan
golongan sebagai anggota MPR. Sama halnya seperti anggota DPR, anggota DPD juga dipilih
secara langsung oleh rakyat melalui pemilu. (Pasal 22 C ayat (1) UUD NRI 1945). DPD
mempunyai kewenangan untuk mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah. (Pasal 22 D ayat (1) dan (2) UUD NRI 1945)
Kedudukan dan kewenangan lembaga yudikatif sebelum dan sesudah amandemen
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, dikenal beberapa istilah kelembagaan yaitu
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Bahkan, dulu sebelum adanya amandemen UUD
dikenal pula istilah lembaga tertingi negara dan lembaga tinggi negara. Semua lembaga
tersebut memiliki tugas dan wewenang masing – masing yang diatur dalam konstitusi kita
yaitu UUD 1945.

Pada pembahasan kali ini, hanya akan dibahas mengenai lembaga yudikatif. Meskipun
demikian, Karena berbicara mengenai kedudukan, maka paling tidak akan disinggung pula
mengenai lembaga – lembaga lain yang memiliki keterkaitan dan hubungan dengan lembaga
yudikatif. Jadi secara umum yang perlu dibahas mengenai lembaga yudikatif baik sebelum
maupun sesudah amandemen adalah kedudukan, kewenangan, serta lembaga apa saja yang
termasuk dalam lembaga yudikatif.

Seperti telah dikemukakan di atas, sebelum adanya amandemen UUD 1945, sistem
kelembagaan ketatanegaraan kita mengenal istilah lembaga tertinggi negara dan lembaga
tinggi negara. Yang dimaksud lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), dan yang termasuk sebagai lembaga tinggi negara adalah :

1. Presiden
2. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
5. Mahkamah Agung (MA)

Berdasarkan kedudukan lembaga tersebut, maka Mahkamah Agung sebagai satu –


satunya lembaga tinggi yudikatif, termasuk dalam lembaga tinggi negara.

Sebagai lembaga tinggi negara, tugas dan kewenangan Mahkamah Agung sebagai
lembaga yudikatif sebelum amandemen UUD 1945 diatur dalam Pasal 24 UUD 1945.
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara yang merupakan lembaga peradilan tertinggi
di Indonesia. Oleh karena itu MA bertugas mengawasi kegiatan – kegiatan lembaga peradilan
lain yang berada di bawahnya. Tugas MA tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 24 ayat (1)
UUD 1945 yang menetukan bahwa “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan lain – lain badan kehakiman menurut undang – Undang.”

Mahkamah Agung dan badan – badan kehakiman lain bertugas menegakkan tertib
hukum yang sudah digariskan oleh rakyat melalui wakil – wakilnya. Maka dalam
menjalankan tugasnya, lembaga – lembga tersebut bebas dari pengaruh lembaga – lembaga
lain (termasuk pemerintah). Dibebaskannya lembaga – lembaga penegak hukum tersebut dari
pengaruh lembaga atau kekuasaan lain adalah untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan
tugasnya. Dengan demikian diharapkan agar keputusan yang diambil melalui proses peradilan
adalah keputusan yang adil bagi semua pihak.

Kedudukan dan kewenangan lembaga yudikatif sesudah adanya amandemen UUD


1945.

Setelah adanya amandemen UUD 1945 terjadi banyak perubahan dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia. Hal yang paling menonjol adalah dihapuskannya kedudukan
MPR sebagai lembaga tertinggi negara serta adanya beberapa lembaga negara baru yang
dibentuk, yaitu Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.
Adapun lembaga – lembaga yang tercantum sebagai lembaga tinggi negara menurut UUD
1945 yang telah diamandemen adalah :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
8. Komisi Yudisial (KY)

Kedelapan lembaga negara tersebut merupakan lembaga negara yang kedudukannya


sejajar satu sama lain. Dua lembaga yang baru dibentuk yaitu Mahkamah Konstitusi dan
Komisi Yudisial merupakan lembaga yang masuk dalam lingkup lembaga yudikatif. Ini
menandakan bahwa amandemen UUD 1945 memberikan pengaruh besar dalam sistem
kelembagaan ketatanegaraan di Indonesia khususnya terhadap lembaga yudikatif. Selain itu,
perubahan yang dimaksud dan diamanatkan oleh amandemen UUD 1945 juga terjadi pada
kewenangan Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia.

Terkait dengan kewenangan lembaga tinggi negara khususnya lembaga yudikatif, ada
beberapa perubahan pada kewenangan lembaga negara UUD 1945 yang telah di amandemen
yaitu :

1. Mahkamah Agung (MA)


Menurut Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang telah diamandemen, Mahkamah Agung adalah
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini
diimplementasikan dengan kewenangan untuk mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundangundangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
Undang-undang. (Pasal 24 A ayat (1) Perubahan ke III UUD 1945). Selain itu, menurut Pasal
24 ayat (2) UUD 1945 yang telah diamandemen terdapat beberapa badan peradilan yang
berada dibawah lingkup Mahkamah Agung meliputi :

1. Peradilan umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

2. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah konstitusi merupakan lembaga negara yang dibentuk setelah adanya amandemen
UUD 1945. Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian
of the constitution). (Saiz, 2007) Tugas dan wewenang MK diatur dalam pasal 24 C ayat (1)
dan (2) UUD NRI 1945 yaitu :

a. Menguji UU terhadap UUD


b. Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara.
c. Memutus pembubaran partai politikmemutus sengketa hasil pemilu
d. Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran oleh presiden dan / atau
Wakil presiden menurut UUD

Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung,
DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari
3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

3. Komisi Yudisial
Komisi yudisial yang lahir melalui amandemen ketiga UUD 1945 Pasal 24B, merupakan
lembaga negara yang mandiri serta mempunyai kewenangan untuk mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan wewenang lainnya dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim. Walalupun komisi yudisial bukanlah
penyelenggara kekuasaan kehakiman, namun KY memiliki peranan yang sangat penting
dalam mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari campur tangan
penguasa.

Beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum Komisi Yudisial adalah :

1. Pasal 24A ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen :


Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan
dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

2. Pasal 24B UUD 1945 :


(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang mempunyai kewenangan untuk mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan wewenang lainnya dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim

3. UU No. 4 Tahun 2004 :


Pasal 34 ayat (1) : Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan hakim agung
dilakukan oleh Komisi yudisial yang diatur dengan Undang – Undang. Pasal 34 ayat (3) :
Dalam rangka menjaga kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim agung dan
hakim, pengawasan dilakukan oleh Komisi Yudisial yang diatur dalam Udang – Undang.
Berdasarkan dasar hukum tersebut, maka kewenangan Komisi Yudisial meliputi :

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung.


2. Menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim.
3. Memberi penghargaan kepada hakim yang berprestasi

Anda mungkin juga menyukai