Kementerian Indonesia
Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945, Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri. Keberadaan
menteri-menteri tersebut telah diatur secara jelas dan tegas dalam sebuah payung
hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Menteri-
menteri tersebut mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan tertentu dalam
pemerintahan sehingga dapat diartikan bahwa semua fungsi pemerintahan sudah
terbagi habis dalam tugas Kementerian. Saat ini, terdapat 34 (tiga puluh empat)
Kementerian yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (di bawah Kementerian
Keuangan); dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (di bawah Kementerian
Perdagangan)
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (UU 39 1999, di bawah Kementerian
Komunikasi dan Informatika)
Badan Pengatur Jalan Tol (UU 38 tahun 2004, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat)
Lembaga Daerah[sunting | sunting sumber]
Di samping itu, ada pula lembaga-lembaga daerah yang diatur dalam Bab VI UUD 1945
tentang Pemerintah Daerah. Dalam ketentuan tersebut diatur adanya beberapa organ
jabatan yang dapat disebut sebagai organ daerah atau lembaga daerah yang
merupakan lembaga negara yang terdapat di daerah.
Negara Indonesai adalah negara yang menganut asas demokrasi yang mengacu pada
pelaksanaan teori Trias Politica dari Montesqiueu. Menurut Trias Politica, kekuasaan
negara dibagi menjadi 3 yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Tiga bidang kekuasaan ini memiliki kedudukan yang sejajar dan ketiganya saling
bekerja sama serta saling melengkapi dalam sistem pemerintahan negara.
•Badan Legislatif bertugas membuat undang undang. Kekuasaan ini dipegang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
•Badan Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Fungsi ini
dipegang oleh presiden dan wakil presiden beserta para menteri yang membantunya.
•Badan Yudikatif bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang. Fungsi ini dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi
(MK).
Pada awal reformasi, telah dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Hal
ini dilakukan agar undang-undang yang berlaku tetap sesuai dengan kehidupan
masyarakat dan mendukung pencapaian tujuan nasional. Hingga saat ini, UUD 1945
telah mengalami amandemen sebanyak empat kali. Amandemen UUD 1945 pertama
kali dilakukan pada tahun 1999 dan berlanjut pada tahun 2000, 2001, dan 2002. Hasil
amandemen UUD 1945 antara lain dengan dibentuknya beberapa lembaga negara yang
baru. Lembaga baru tersebut diantaranya yaitu Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi
Yudisial (KY), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Selain itu, keberadaan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) sebagai penasihat presiden dihapuskan sejak amandemen
UUD 1945.
Lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD 1945 dijabarkan sebagai berikut :
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa anggota MPR terdiri atas
anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu secara langsung untuk masa
jabatan selama lima tahun. Berdasarkan keanggotaannya, MPR menggunakan sistem
bicameral atau dua kamar. Hal ini mengingat keanggotaan MPR terdiri dari anggota
DPR dan DPD, sehingga sidangnyapun disebut sebagai joint session antara kedua
lembaga tersebut. Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam UU No. 23
Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Masa
jabatan anggota MPR dalam satu periode adalah lima tahun dan melaksanakan sidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun tersebut di ibu kota negara.
Menurut (Pasal 20A UUD 1945) DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut.
1. Hak Interpelasi, adalah hak untuk meminta keterangan kepada presiden.
2. Hak Angket, adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan
pemerintah/presiden.
3. Hak Inisiatif, adalah hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada
pemerintah/presiden.
4. Hak Amandemen, adalah hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas RUU
(Rancangan Undang-Undang).
5. Hak Budget, adalah hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
6. Hak Petisi, adalah hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan
pemerintah/presiden.
7. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk
komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD merupakan salah satu lembaga negara yang kedudukannya ada di setiap provinsi.
Keanggotan DPD ditentukan empat orang untuk tiap-tiap provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota DPD secara langsung juga menjadi anggota MPR. DPD
merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah adanya amandemen UUD
1945. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.
6. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.
MA diketuai oleh seorang Hakim Agung dan dibantu oleh hakim-hakim agung. Jumlah
Hakim Agung paling banyak 60 orang. Hakim Agung merupakan pejabat tinggi negara
setingkat menteri negara yang diangkat oleh Presiden atas usul DPR. Hakim Agung
yang diusulkan oleh DPR berasal dari usulan Komisi Yudisial.
7. MK (Mahkamah Konstitusi)
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah
amandemen UUD 1945. Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh presiden. Yang mana, tiga orang diajukan oleh MA, tiga orang
diajukan oleh DPR, dan tiga orang lagi diajukan oleh presiden.
Disusun oleh :
Rizky Rahmad .A
Kelas :
XI IIS-1
Tahun Ajaran :
2016-2017