Anda di halaman 1dari 10

Kementerian Negara

Kementerian Indonesia
Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945, Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri. Keberadaan
menteri-menteri tersebut telah diatur secara jelas dan tegas dalam sebuah payung
hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Menteri-
menteri tersebut mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan tertentu dalam
pemerintahan sehingga dapat diartikan bahwa semua fungsi pemerintahan sudah
terbagi habis dalam tugas Kementerian. Saat ini, terdapat 34 (tiga puluh empat)
Kementerian yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

Lembaga Pemerintah Non Kementerian


Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tertentu di bidang
pemerintahan, Presiden dengan mengacu kepada kewenangannya berdasarkan Pasal 4
UUD 1945, juga membentuk Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang
merupakan special agency yang melaksanakan tugas dan fungsi spesifik tertentu dalam
rangka mendukung kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementerian. Saat ini
telah dibentuk dua puluh tujuh Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selain itu,
terdapat 5 dipimpin oleh pejabat setingkat menteri, yakni Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Sekretariat Kabinet, Kejaksaan Agung, Tentara Nasional Indonesia, dan
Badan Intelijen Negara. Jumlah pejabat setingkat menteri ditentukan oleh Presiden saat
pembentukan Kabinet.

Lembaga Non Struktural


Lembaga Non Struktural
Di luar Kementerian Negara, LPNK, dan lembaga yang dipimpin Pejabat setingkat
Menteri tersebut, dalam praktik penyelenggaraan negara dan pemerintahan, juga
terdapat lembaga-lembaga lain, yaitu Lembaga Non Struktural (LNS) sebagai
perwujudan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. LNS merupakan lembaga di
luar struktur organisasi instansi pemerintah, yang bersifat independen serta memiliki
otonomi dalam menjalankan mandatnya sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Lembaga Penyiaran Publik


Lembaga Penyiaran Publik
Untuk memberikan pelayanan penyiaran radio dan televisi juga telah dibentuk Lembaga
Penyiaran Publik (LPP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran. LPP merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang
didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi
memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. LPP yang ada yaitu LPP Televisi
Republik Indonesia dan LPP Radio Republik Indonesia

Lembaga Struktural di Bawah Kementerian Negara


Lembaga ini dibentuk melalui Undang-Undang akan tetapi secara struktural
bertanggungjawab kepada Menteri yang bertanggungjawab diurusan tertentu.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (di bawah Kementerian
Keuangan); dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (di bawah Kementerian
Perdagangan)
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (UU 39 1999, di bawah Kementerian
Komunikasi dan Informatika)
Badan Pengatur Jalan Tol (UU 38 tahun 2004, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat)
Lembaga Daerah[sunting | sunting sumber]
Di samping itu, ada pula lembaga-lembaga daerah yang diatur dalam Bab VI UUD 1945
tentang Pemerintah Daerah. Dalam ketentuan tersebut diatur adanya beberapa organ
jabatan yang dapat disebut sebagai organ daerah atau lembaga daerah yang
merupakan lembaga negara yang terdapat di daerah.

Lembaga-lembaga daerah itu adalah:

Pemerintahan Daerah Provinsi (terdiri atas Gubemur & DPRD Provinsi);


Pemerintahan Daerah Kabupaten (terdiri atas Bupati & DPRD Kabupaten); dan
Pemerintahan Daerah Kota (terdiri atas Walikota & DPRD Kota);

Negara Indonesai adalah negara yang menganut asas demokrasi yang mengacu pada
pelaksanaan teori Trias Politica dari Montesqiueu. Menurut Trias Politica, kekuasaan
negara dibagi menjadi 3 yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Tiga bidang kekuasaan ini memiliki kedudukan yang sejajar dan ketiganya saling
bekerja sama serta saling melengkapi dalam sistem pemerintahan negara.
•Badan Legislatif bertugas membuat undang undang. Kekuasaan ini dipegang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
•Badan Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Fungsi ini
dipegang oleh presiden dan wakil presiden beserta para menteri yang membantunya.
•Badan Yudikatif bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang. Fungsi ini dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi
(MK).

Pada awal reformasi, telah dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Hal
ini dilakukan agar undang-undang yang berlaku tetap sesuai dengan kehidupan
masyarakat dan mendukung pencapaian tujuan nasional. Hingga saat ini, UUD 1945
telah mengalami amandemen sebanyak empat kali. Amandemen UUD 1945 pertama
kali dilakukan pada tahun 1999 dan berlanjut pada tahun 2000, 2001, dan 2002. Hasil
amandemen UUD 1945 antara lain dengan dibentuknya beberapa lembaga negara yang
baru. Lembaga baru tersebut diantaranya yaitu Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi
Yudisial (KY), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Selain itu, keberadaan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) sebagai penasihat presiden dihapuskan sejak amandemen
UUD 1945.
Lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD 1945 dijabarkan sebagai berikut :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 


Perubahan mendasar akibat amandemen UUD 1945 adalah perubahan kedudukan,
tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Sebelum amandemen, MPR merupakan lembaga tertinggi negara bahkan kedudukan
presiden sebagai mandataris MPR. Sebelum amandemen, MPR memegang penuh
kendali kedaulatan rakyat. Namun setelah amandemen UUD 1945, kedudukan MPR
menjadi sejajar atau setingkat dengan lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dengan
demikian, MPR bersifat saling bekerja sama dan melengkapi dengan lembaga negara
yang lain. 

Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa anggota MPR terdiri atas
anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu secara langsung untuk masa
jabatan selama lima tahun. Berdasarkan keanggotaannya, MPR menggunakan sistem
bicameral atau dua kamar. Hal ini mengingat keanggotaan MPR terdiri dari anggota
DPR dan DPD, sehingga sidangnyapun disebut sebagai joint session antara kedua
lembaga tersebut. Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam UU No. 23
Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Masa
jabatan anggota MPR dalam satu periode adalah lima tahun  dan melaksanakan sidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun tersebut di ibu kota negara.

Tugas dan wewenang MPR 


Menurut Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 hasil amandemen, MPR mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
2. Melantik presiden dan/wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam Sidang
Paripurna MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden
dan/wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang
Paripurna MPR.
2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Dewan perwakilan rakyat (DPR) merupakan tempat bergabungnya wakil-wakil rakyat
dan mengemban amanat seluruh rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan.
Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII pasal 19 UU 1945 hasil
amandemen. Keanggotaan DPR berasal dari partai politik yang dipilih melalui Pemilu
setiap lima tahun sekali. DPR menjadi saran penting, karena melaui lembaga negara ini
rakyat dapat menyalurkan segala aspirasi dan kehendak rakyat. Lembaga ini tidak
hanya sebagai penampung aspirasi rakyat, tetapi juga sebagai penjelmaan dari
kedaulatan rakyat dalam kehidupan bernegara. Selain DPR, ada pula DPRD. DPR
berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD
provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.

Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:


a. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang.
b. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak
100 orang;
c. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-
banyaknya 50 orang.

Tugas dan wewenang DPR


DPR adalah lembaga yang memegang kekuasaan legislatif. Artinya lembaga ini sebagai
pemegang kekuasaan membuat undang-undang (pasal 20 A UUD 1945). Dalam sistem
pemerintahan, DPR dilengkapi 3 fungsi penting sebagai berikut.
1. Fungsi legislasi, yaitu kekuasaan dalam membuat undang-undang yang kemudian
dijadikan pedoman oleh pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pemeritahan. DPR
membuat undang-undang bersama presiden.
2.    Fungsi anggaran, yaitu DPR sebagai pemegang kekuasaan mengesahkan
rancangan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang diajukan Presiden. Jika
RAPBN ini tidak disetujui oleh DPR maka yang diberlakukan adalah APBN tahun
sebelumnya.
3.    Fungsi pengawasan, yaitu DPR berkewajiban dalam mengawasi jalannya
pemerintahan. Jika diketahui adanya pelanggaran undang-undang yang dilakukan
pemerintah dalam hal ini presiden, maka DPR berhak mengajukannya kepada
Mahkamah Konstitusi.

Menurut (Pasal 20A UUD 1945) DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut.
1.    Hak Interpelasi, adalah hak untuk meminta keterangan kepada presiden.
2.    Hak Angket, adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan
pemerintah/presiden.
3.    Hak Inisiatif, adalah hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada
pemerintah/presiden.
4.    Hak Amandemen, adalah hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas RUU
(Rancangan Undang-Undang).
5.    Hak Budget, adalah hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
6.    Hak Petisi, adalah hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan
pemerintah/presiden.
7.    Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk
komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD merupakan salah satu lembaga negara yang kedudukannya ada di setiap provinsi.
Keanggotan DPD ditentukan empat orang untuk tiap-tiap provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota DPD secara langsung juga menjadi anggota MPR. DPD
merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah adanya amandemen UUD
1945. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.

Tugas dan wewenang DPD 


Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
1.    Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya,
juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.
2.    Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3.    Melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang
otonomi daerah serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk
ditindaklanjuti.

4. Presiden dan Wakil Presiden


Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial, oleh karena itu presiden juga
memegang peranan yang sangat penting dalam pemerintahan. Fungsi yang dijalankan
oleh presiden antara lain sebagai berikut.
1) Legislatif yaitu wewenang dalam mengajukan rancangan undang-undang bersama-
sama dengan DPR.
2) Eksekutif yaitu memegang kekuasaan untuk menjalankan pemerintahanyang dibantu
oleh wakil presiden dan para menteri. Menurut (pasal 7 UUD 1945 hasil amendemen),
masa jabatan presiden dan wakil presiden adalah lima tahun, selanjutnya dapat dipilih
kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan. Dalam menjalankan
pemerintahan, presiden memiliki dua kedudukan yaitu sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan. 
Presiden sebagai Kepala Negara
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut: 
1. Presiden merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Presiden memegang
kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (pasal 10
UUD 1945).
2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).
4. Mengangkat duta dan konsul.
5. Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi. Grasi adalah pengampunan yang
diberikan oleh kepala negara kepada orang yang dijatuhi hukuman. Rehabilitasi adalah
pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah
atau dilanggar kehormatannya. Grasi dan rehabilitasi diberikan dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung. Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan
hukuman yang diberikan oleh negara kepada para tahanan, terutama tahanan politik
Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana. Amnesti dan abolisi diberikan
dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain sebagai tanda kehormatan.

Presiden sebagai Kepala Pemerintahan


Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Wewenang, hak dan kewajiban Presiden sebagai
kepala pemerintahan sebagai berikut.
1.    Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
2.    Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR.
3.    Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.
4.    Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
  
Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden dan beberapa
menteri yang tergabung dalam kekuasaan. Menteri-menteri tersebut merupakan
implementasi dari hak prerogatif presiden, sehingga yang berhak mengangkat dan
memberhentikannya juga presiden. Menteri-menteri tersebut harus mempertanggung
jawabkan tugasnya kepada presiden.

5. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)


BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat bebas dan mandiri. Badan
ini sekaligus berperan sebagai lembaga audit keuangan negara. Tugas BPK adalah
memeriksa dan mengawasi penggunaan keuangan negara. Hasil kerja dari BPK
kemudian diserahkan kepada DPR/DPRD, atau DPD sesuai dengan kewenangannya.
Badan ini berdomisili di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Lembaga ini juga dikenal sebagai lembaga eksaminatif. Anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan  pertimbangan-pertimbangan dari DPD dan ditetapkan oleh presiden.

6. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.
MA diketuai oleh seorang Hakim Agung dan dibantu oleh hakim-hakim agung. Jumlah
Hakim Agung paling banyak 60 orang. Hakim Agung merupakan pejabat tinggi negara
setingkat menteri negara yang diangkat oleh Presiden atas usul DPR. Hakim Agung
yang diusulkan oleh DPR berasal dari usulan Komisi Yudisial.

Tugas dan wewenang MA


1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang. 
2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi; 
3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

7. MK (Mahkamah Konstitusi)
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah
amandemen UUD 1945. Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh presiden. Yang mana, tiga orang diajukan oleh MA, tiga orang
diajukan oleh DPR, dan tiga orang lagi diajukan oleh presiden.

Tugas dan wewenang MK 


Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 24 C, Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang
sebagai berikut.
1.  Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar.
3. Memutus perselisihan hasil pemilu
4.Membubarkan partai politik
5. Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan/wakil presiden menurut UUD.

8. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah adanya
amandemen UUD 1945.  Lembaga ini dibentuk untuk mengawasi perilaku para hakim.
Selain itu lembaga ini dibentuk untuk mengawasi praktik kotor dalam
penyelenggaraan/proses peradilan. Dalam UUD 1945 hasil amandemen, kedudukan
Komisi Yudisial diatur dalam pasal 24 B. Lembaga ini bersifat mandiri. Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial
adalah lima tahun. Keanggotaan yang ada dalam Komisi Yudisial dipilih guna mencapai
tujuan lembaga ini yaitu :
1. Mendukung terwujudnya kekuasaan kehakiman yang mandiri untuk menegakkan
hukum dan keadilan.
2. Meningkatkan integritas, kapasitas, dan professionalitas hakim dalam menjalankan
kewenangan dan tugasnya.

Tugas dan wewenang KY


Menurut UUD 1945 Pasal 24 B, "Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim"

HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD 1945


Dalam kehidupan kenegaraan kita dan sesuai dengan ketentuan ketentun
dalam UUD 1945, kita tidak menganut ajaran Trias politica dengan adanya
pemisahan kekuasaan. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan
penjelasannya, pemegang kekuasaan itu di Negara kita adalah sebagai berikut:
Kekuasaan eksekutif, dipegang oleh presiden Kekuasaan legislatif, dipegang oleh
Presiden dengan persetujuan DPR Kekuasaan yudikatif, dipegang oleh Mahkamah
agung danbadan-badanperadilanlainnya.
1. Hubungan Antara MPR dan Presiden
Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah majelis yang memegang kekuasaan
Negara yang tertinggidan pelaksana dari kedaulatan rakyat, sedangkan presiden
sebagai mandataris DPR yaitu penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah
majelis yang harus menjalankan ghaluan Negara menurut garis-garis besar yang
telah ditetapkan oleh MPR. Sebagaimana diketahui MPR bertugas dan berwenang
untuk menetapkan garis-garis besar haluan negara dan memilih Presiden dan Wakil
Presidenuntuk lima tahun berikutnya. 

2.Hubungan Antara MPR dan DPR


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat semuanya merangkap menjadi anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa
mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam ramgka pelaksanaan haluan negara,
dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan
Negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau Majelis
Permusyawaran Rakyat, maka Majelis itu dapat diundang untuk persidangan
istimewa agar supaya bisa minta pertanggungan jawab kepada Presiden.
3.Hubungan Antara DPR dan Presiden
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk
Undang-undang (pasal 5 ayat 1,20 dan 21) dan untuk menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (pasal 23 ayat 1).
Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa,Presiden berhak menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undan-undang(pasal 22 ayat 1)yang mempunyai
kekuatan yang sama dengan Undang-Undang walaupun tanpa mendapat
persetujuan  Dewan Perwakilan Rakyat sebalumnya (Pasal 22 ayat (2)).
Oleh karena itu, Presiden harus bekerja bersama-sama dengan Dewan,berarti
juga Presiden tidak tergantung kepada dewan.
4. Hubungan Antara DPR dengan Menteri-Menteri
Menteri Negaratidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Menteri-menteri tidak dapat dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR, akan tetapi
dikarenakan kedududkan Presiden harus memperhatikan suara DPR,maka menteri-
menteri pun tidak terlepas dari keberatan-keberatan DPR, yang berakibat di
berhentikannya menteri oleh Presiden.
5. Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-menteri
Menteri-menteri adalah pembantu Presiden. Presiden mengangkat
danmemberhentikan Menteri-menteri,kedudukannya tergantung pada Presiden
( pasal 17 ayat 1 dan 2). Menteri-menteri sebagai pemimpin Departemen (pasal 17
ayat 3). Para menteri mempunyai pengaruh besar terhadap presiden dalam
menuntun politik Negara yang menyangkut departemennya.
6. Hubungan Antara Mahkamah Agung dengan Lembaga Negara Lainnya
Kekuasaan kehakiman yang merdeka dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan lain-lain Badan kehakiman menurut susunan dan kekuasaan Badan-
badan Kehakiman tersebut diatur menetapkan hubungan antara Mahkamah Agung
dengan Lembaga-lembaga lainnya (pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan pemerintah ataupun kekuasaan serta kekuatan
lainnya. Mahkamah Agung sebagai Lembaga Tinggi Negara dalam bidang
kehakiman dari tingkat yang lebih tinggi, berwenang menyatakan tidak sah peraturan
perundangan dari tingkat yang lebih tinggi.
7. Hubungan Antara BPK dengan DPR
Badan Pemeriksa Keungan (BPK) bertugas memeriksa langsung tanggung
jawab tentang keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya itu diberitahukan kepada
DPR, DPD dan DPRD (pasal 23E ayat 2) untuk mengikuti dan menilai kebijaksanaan
ekonomis finansial pemerintah yang dijalankan oleh aparatur administrasi Negara
yang dipimpin olehpemerintah.
Jadi, BPK bertugas memeriksa pertanggungjawaban pemerintah tentang keuangan
Negara atau pengawasan  dan bahan pembahasan Rancangan Anggaran dan
Belanja Negara tahun Berikutnya.dan memeriksa semua pelaksanaan APBN yang
hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR< Dewan Perwakilan Daerah dan
DPRD
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disusun oleh :

Rizky Rahmad .A

Kelas :

XI IIS-1

SMA NEGERI 82 JAKARTA

Tahun Ajaran :
2016-2017

Anda mungkin juga menyukai