Anda di halaman 1dari 5

Tugas Hukum Dagang

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Dagang

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Lastuti Abubakar S.H., M.H.,

Ema Rahmawati S.H., M.H.,

Disusun Oleh :

Nizda Azzima Fauzianti


110110190334

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
2020
Resume Mengenai Prinsip / Asas dalam Hukum Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas merupakan suatu sistem / bentuk perusahaan yang paling banyak dipakai
sebagai sarana untuk melakukan kegiatan-kegiatan usaha, baik di Iingkup nasional maupun di
lingkup internasional. Dimana, istilah Perseroan Terbatas (PT) dikenal juga dalam bahasa
Belanda dengan istilah “Naamloze Vennootsschap disingkat NV”. Perseroan Terbatas juga
terdiri dari dua kata yaitu, perseroan dan terbatas. “Perseroan” sendiri merujuk pada modal PT
yang terdiri dari sero-sero dan saham-saham. Sedangkan, kata “Terbatas” hanya merujuk pada
tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham
yang dimilikinya. Peraturan tentang “Perseroan Terbatas” juga telah diatur didalam UU No 40
Tahun 2007.
Perkembangan pesat yang terjadi pada tata kehidupan perekonomian internasional sejak pasca
Perang Dunia II telah mendorong terjadinya perubahan-perubahan mendasar terhadap prinsip-
prinsip sistem perseroan sebagai pelaku penting di dalam kegiatan ekonomi nasional maupun
antar negara. Oleh karena itu prinsip-prinsip sistem perseroan yang termuat dalam Pasal 36-Pasal
56 KUHD sudah sangat tertinggal dan tidak dapat lagi digunakan sejalan dengan perkembangan
kehidupan perekonomian. Bahkan di negara asalnya ketentuan KUHD ini, yaitu Netherland,
ketentuan-ketentuan tentang Naamloze Vennootschap (N. V.) telah lama mengalami perubahan
sesuai kebutuhan zaman. Maka dari itu, dibuatlah UUPT yang telah mengandung mengandung
prinsip-prinsip sistem perseroan terbatas modern yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
dan tuntutan perkembangan zaman, yaitu meliputi:

1. Prinsip pertanggungjawaban pemegang saham (piercing the coporate veil)


Bahwasannya, pada prinsip ini diterapkan prinsip tanggung jawab bagi pemegang saham
perseroan yang terbatas, tergantung pada besarnya saham yang dimiliki seakan-akan identik
dengan keberadaan dan pengertian perseroan itu sendiri dan menjadi salah satu ciri utama dari
PT (sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UUPT). Tetapi meskipun prinsip ini masih sebagian besar
diakui, namun apabila mengikuti perkembangan zaman justru hal ini telah tergantikan dan
menjadi suatu unsur yang sudah tidak mutlak lagi, dimana dalam keadaan tertentu dan sudah
secara luas hal ini telah diteima sebagai prinsip "piercing the corporate veil yang memungkinkan
pemegang saham perseroan dimintakan pertanggungjawaban yang lebih besar daripada sekedar
besarnya saham yang dimilikinya. Maka artinya, disini pemegang saham dari perseroan dapat
dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi (termasuk kekayaan pribadi) atas kerugian
yang diderita perseroan (jika keadaan-keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Pasal 3 ayat 2
UUPT telah terpenuhi).

2. Prinsip keadilan atau perlakuan setara (fairness or equitable treatment)


Prinsip ini tercantum didalam Pasal 47 UUPT yang menyatakan bahwa “dimana semua
pemegang saham adalah sama kedudukannya”. Didalam prinsip ini, haruslah ada proteksi
terhadap hak-hak dari pemegang saham dan dapat diakui serta hak mengenai kepemilikan
pemegang saham erat hubungannya dengan keadilan dan persamaan. . Di dalam prinsip ini juga,
perlindungan hak bagi pemegang saham tetap diperhatikan walaupun bersifat minoritas
3. Prinsip pertanggungjawaban dan kemampuan pengurus (fiduciary duties)
Pada prinsip ini, seorang pengurus memiliki sifat kompeten untuk dapat menjalankan perseroan
terbatas dan direksi disini dikatakan bukanlah sebagai orang yang memegang saham secara
mayoritas. Kinerja direksi diawasi oleh Komisaris, dan jika direksi tidak menjalankan tugasnya
dengan baik, ia dapat dituntut dan juga dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi.
Direksi bertanggung jawab penuh kepada pemegang saham dan direksi juga harus menjalankan
tugasnya dengan sikap kehati-hatian supaya tidak terjadi kerugian bagi perseroan. UUPT
menganut prinsip "fiduciary duties' ini baik terhadap anggota Direksi (Pasal 97 UUPT) maupun
Komisaris (Pasal 114 UUPT).

4. Prinsip perlindungan bagi kepentingan kreditor (capital maintenance doctrine)


Di dalam perseroan, modalnya merupakan modal saham (shares capital) yang berasal dari
pembayaran atas pengambilan saham oleh pemegang saham itu sendiri dengan modal yang
dipinjam (loan capital) yang merupakan pinjaman dari pihak luar atau dari pemegang saham
sendiri, dimana pada posisi ini keduanya disebut sebagai kreditor. Hubungan antara suatu
perseroan modern dengan kreditor terjalin sangat erat, karena tanpa adanya pinjaman modal dari
kreditor, suatu perseroan akan memenuhi kesulitan modal guna menjalankan kegiatan usahanya.
Sedangkan, Kreditor memberikan perseroan untuk menjalankan usahanya, sehingga perseroan
akan kesulitan jika tidak adanya kreditor sebab mereka memiliki hubungan yang sangat erat.
Disini kedudukan kreditor sifatnya rentan sebab hanya memiliki acuan dari harta kekayaan
perseroan yang disini diposisikan sebagai jaminan atas pengembalian piutangnya tersebut.
Sejalan dengan berkembangnya peranan perseroan sebagai lembaga pengumpulan modal (capital
raising mechanism), maka semakin meningkat pula peranan modal pinjaman, yang pada
gilirannya diantisipasi oleh hukum perseroan modern dengan peningkatan perlindungan bagi
kepentingan kreditor.
Pada dasarnya, UUPT menampung prinsip perlindungan bagi kreditor dengan dianutnya prinsip
perlindungan modal kekayaan perseroan (Capital Maintenance Doctrine), mengingat modal atau
kekayaan perseroan inilah yang merupakan jaminan utama terhadap pembayaran utang kepada
kreditor, sehingga untuk itu baik perseroan, pemegang saham maupun pengurus wajib menjaga
dan memelihara modal dan kekayaan perseroan ini secara baik. Hal ini juga tercantum dalam
Pasal 3 ayat (2) UUPT, Pasal 36 UUPT, Pasal 37 ayat (1) UUPT.

5. Prinsip transparansi (transparency)


Dalam prinsip ini, kinerja, kepemilikan, standar laporan keuangan, dan kepemimpinan
perusahaan sudah diatur dengan sistematis. Dimana keterbukaan Informasi material (disclosure
information) merupakan poin yang utama di dalam prinsip ini. Tentunya hal tersebut harus
disampaikan dengan akurat, memadai dan juga tepat waktu sehingga dapat diantisipasi oleh
stakeholder apabila sewaktu-waktu tidak memperoleh informasi.
6. Prinsip pertanggungjawaban atau akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini didasari dengan adanya itikad baik / bertanggung jawab untuk kepentingan usaha
perseoran dalam memastikan pedoman strategis perusahaan, pengawasan efektif atas
pengelolaan pertanggungjawaban direktur dan komisaris berbasiskan kepercayaan bagi
pemegang saham (sesuai dengan Pasal 37 UUPT, Pasal 97 UUPT, Pasal 102 UUPT, Pasal 116
UUPT, Pasal 138 UUPT, Pasal 139 UUPT)

7. Prinsip keadilan atau perlakuan setara (fairness or equitable treatment)


Prinsip ini mengharuskan proteksi / perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham dan
mengakui hak kepemilikan pemegang saham berhubungan “keadilan”, persamaan, perlindungan
hak pemegang saham minoritas. Prinsip ini sudah tercantum dalam Pasal 47 UUPT dimana
semua pemegang saham adalah sama kedudukannya.

8. Prinsip Tanggung Jawab terbatas (Beperkte Aansprakeljkheid, Limited Liability)


Disini, pemegang saham didalam prinsipnya tidak dapat bertanggung jawab secara pribadi atau
secara individual atas hutang maupun kegiatan perseroan baik yang timbul dari kontrak maupun
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh kegiatan Perseroan. Maka, melalui prinsip Tanggung
Jawab Terbatas (Beperkte Aansprakeljkheid, Limited Liability) pemegang saham tidak perlu
memikul resiko atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan hingga menjangkau harta
pribadinya dan bebas dari segala tuntutan maupun gugatan atas pihak ketiga yang merasa
dirugikan oleh tindakan Perseroan.
9. Prinsip Keterbukaan (disclosure)
Prinsip ini dianut oleh hukum perseroan modern yang mengandung dua unsur yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu:
- Accessibility : kemudahan bagi pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh
informasi dan data tentang perseroan yang diperlukan.
- Accuracy : ketepatan atau kebenaran informasi dan data tentang perseroan yang
disiapkan/disediakan oleh Direksi (pengurus)
Hal ini sudah sebagaimana tercantum didalam Pasal 75 UUPT, Pasal 77 UUPT, Pasal 79
UUPT.

10. Prinsip Berwawasan Lingkungan


Di dalam prinsip ini, tujuan dari perseroan terbatas ialah harus memperhatikan lingkungan.
Sebab di dalam menjalankan usaha, manusia sudah pasti selalu berdampingan dengan alam. Oleh
sebab itu, di dalam menjalankan perusahaan, tidak boleh mencemari lingkungan dan juga tidak
boleh merusak alam. Hal ini seharusnya menjadi poin penting karena menyangkut masa depan
bersama.

Anda mungkin juga menyukai