Anda di halaman 1dari 17

TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM PERSEROAN

TERBATAS MENURUT HUKUM POSITIF

Kurniawan*

Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram


Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat 83125

Abstract

Limited Liability Companies have completeness instrument called organ corporation which consists of
General Meeting of Shareholders (GMS), the board of directors, and the board of commissioners.
Accord- ing to Commercial Law (KUHD), Act No. 1 of 1995 jo. Act No. 40 of 2007 on Limited Liability
Companies, the principle liability of General Meeting of Shareholders (GMS) is limited on their share.
But, if it is proven that, among others, there has been a mixing of the shareholder’s personal assets and
the Company’s assets, so the limited liability turns into unlimited liability or personal liability.
Keywords: GMS, limited liability companies, limited liability.

Intisari
Perseroan Terbatas (PT) memiliki alat kelengkapan yang disebut organ perseroan terdiri dari Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Da- gang (KUHD), UU PT No. 1 Tahun 1995 jo. UU PT No. 40 Tahun 2007, tanggung jawab
Pemegang Saham (RUPS) pada prinsipnya adalah bersifat terbatas pada saham yang dimiliki. Akan
tetapi, apabila dapat dibuktikan bahwa telah terjadi pembauran harta kekayaan pribadi Pemegang Saham
dengan harta kekayaan perseroan, maka tanggung jawab terbatas tersebut akan berubah menjadi
tanggung jawab tidak
terbatas atau tanggung jawab pribadi.
Kata Kunci: RUPS, perseroan terbatas, tanggung jawab terbatas.

Pokok Muatan

A. Pendahuluan......................................................................................................................................71
B. Pembahasan.......................................................................................................................................71
1. Istilah dan Pengertian Perusahaan...............................................................................................71
2. Pengertian, Anggaran Dasar, dan Status Badan Hukum PT.........................................................72
3. Pengertian, Kedudukan dan Kewenangan Pemegang Saham.....................................................73
4. Tanggung Jawab Pemegang Saham PT menurut Hukum Positif.................................................75
5. Beralihnya Tanggung Jawab Terbatas Menjadi Tanggung Jawab Tak Terbatas Pemegang
Saham Perseroan Terbatas...........................................................................................................78
C. Penutup..............................................................................................................................................81

*
Alamat korespondensi: kurniawan3377@yahoo.co.id
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 71
A. Pendahuluan sendiri yang terpisah dengan kekayaan pengu-
Perusahaan merupakan salah satu sendi uta- rusnya. Tanggung jawab pemegang saham terbatas
ma dalam kehidupan masyarakat modern, karena pada saham yang dimilikinya, akan tetapi jika da-
merupakan salah satu pusat kegiatan manusia un- pat dibuktikan bahwa telah terjadi pembauran
tuk memenuhi kehidupan kesehariannya. Kegiatan harta kekayaan pribadi pemegang saham dengan
perusahaan merupakan bagian dari kegiatan harta kekayaan perseroan, maka tanggung jawab
ekono- mis yang dilakukan oleh suatu organisasi, terbatas akan berubah menjadi tanggung jawab
secara terbuka dan berkesinambungan, mengenai tidak ter- batas, artinya pemegang saham ikut
suatu barang baik yang bergerak dan tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
bergerak mau- pun bidang jasa, bersaing mutu atau kerugian perseroan, tidak lagi sebatas saham yang
kualitas dengan tujuan untuk memperoleh laba dimilikinya dalam perseroan saja sebagaimana
atau keuntungan. prinsip pertanggung- jawaban yang dianut sebuah
Usaha perusahaan atau yang menjalankan badan hukum. Per- masalahan yang diangkat
pe- rusahaan, sesungguhnya merupakan padanan dalam penelitian ini ada- lah bagaimana tanggung
kata dari pedagang atau kegiatan perdagangan, jawab pemegang saham dalam perseroan terbatas
yang maknanya melakukan kegiatan terus- menurut hukum positif dan bilamana terjadi
menerus, se- cara terang-terangan dalam rangka peralihan tanggung jawab pe- megang saham
mencari keun- tungan.1 Membicarakan tentang secara terbatas menjadi tak terbatas?
perusahaan, tidak akan terlepas dari bahasan
tentang bentuk-bentuk badan usaha tersebut. Pada B. Pembahasan
Hukum Dagang Indo- nesia dikenal bentuk-bentuk 1. Istilah dan Pengertian Perusahaan
badan usaha seperti Perseroan Firma (Fa), Istilah perusahaan (bedrijf atau
Perseroan Komanditer (CV/ Commanditaire ondernering) merupakan suatu pengertian
Vennootschap), dan Perseroan Ter- batas (PT). ekonomi yang termuat dalam Pasal 6 KUHD,
Perseroan Terbatas sebagai perusahaan bis- namun demikian apabila ditelusuri dalam KUHD
nis sedikitnya memiliki lima karakteristik yang demikian luasnya tidak membuat rumusan
struktural yaitu: (1) legal personality (badan atau penafsiran otentik atau penjelasan resmi
hukum); (2) li- mited liability (tanggung jawab secara yuridis mengenai arti dari perusahaan.
terbatas); (3) trans- ferable shares (saham dapat H.M.N. Purwosutjipto, mengemu- kakan bahwa
dialihkan); (4) centra- lized management istilah perusahaan lahir sebagai wu- jud
(manajemen terpusat); dan (5) shared ownership perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha
(pemilikan saham oleh pemasuk modal).2 yang kemudian diakomodir dalam KUHD. Mas-
Perseroan Terbatas mempunyai alat yang disebut uknya, istilah Perusahaan dalam KUHD diawali
organ perseroan, yang bermanfaat untuk dengan ditemukannya beberapa kekurangan atau
menggerakkan perseroan agar badan hukum dapat kelemahan dalam KUHD. Namun, istilah Perusa-
berjalan sesuai dengan tujuannya. Organ perseroan haan ini tidak dirumuskan secara eksplisit seperti
terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang apa yang terjadi dalam istilah Pedagang dan
Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. Pebua- tan Perdagangan.3 Sebagai wujud
Perseroan sebagai badan hukum berarti keberadaan dan penerimaan istilah Perusahaan
pers- eroan merupakan subyek hukum, sehingga dalam KUHD, bisa diperhatikan rumusan pasal-
pers- eroan tersebut dapat dibebani hak dan pasal antara lain seba- gai berikut:
kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. a. Pasal 6 ayat (1) KUHD: “Setiap orang yang
Sebagai badan hukum, perseroan mempunyai menyelenggarakan perusahaan diwajibkan
kekayaan

1
Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, hlm. v.
2
Henry Hansmann, et al., “What is: Corporate Law?”, dalam Reiner Kraakman, et al., 2004, The Anatomy of Corporate Law A Comparative
and Functional Approach, Oxford University Press, New York, hlm. 1.
3
H.M.N. Purwosutjipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1: Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta,
7 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
hlm. 5.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 73
untuk membuat catatan-catatan menurut haan adalah setiap bentuk usaha yang men-
syarat-syarat perusahaannya tentang jalankan usaha yang bersifat tetap, terus me-
keadaan hartanya dan tentang apa saja yang nerus dan berkedudukan di wilayah RI
berhubun- gan dengan perusahaannya, untuk memperoleh keuntungan dan atau
dengan cara yang demikian sehingga dari laba.
catatan-catatan yang diselenggarakan itu d. Pasal 1 butir 2 UU No. 8 Tahun 1997 ten-
sewaktu-waktu da- pat diketahui segala hak tang Dokumen Perusahaan, pengertian pe-
dan kewajibannya”. rusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
b. Pasal 16 KUHD: “Firma adalah suatu pe- melakukan kegiatan secara tetap dan terus-
rusahaan yang didirikan untuk menjalankan menerus dengan tujuan memperoleh keun-
suatu usaha dengan nama bersama”. tungan atau laba, baik yang diselenggarakan
c. Pasal 36 ayat (1) KUHD: “Perseroan Ter- oleh orang perorangan maupun badan usaha
batas tidaak mempunyai Firma, dan tidak yang berbentuk badan hukum ataubukan
memakai nama salah seorang atau lebih dari badan hukum, yang didirikan dan
para persero, melainkan mendapat namanya berkedudu- kan dalam wilayah Negara
hanya dari tujuan perusahaan saja”. Kesatuan Repu-
Istilah “Perusahaan” adalah istilah yang blik Indonesia.
lahir sebagai akibat adanya pembaharuan dalam
2. Pengertian, Anggaran Dasar, dan Status
Hukum Dagang. Oleh karena itulah, sejak
Badan Hukum PT
beberapa pasal dalam Buku I KUHD dicabut,
Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat
maka sejak saat itu pula istilah dan pengertian
PT) berasal dari istilah hukum Dagang Belanda
pedagang dan per- buatan perdagangan
Wetboek van Koophandel (WvK) yaitu Naamloze
(perniagaan) tidak layak lagi mewakili
Vennootschap dengan singkatan NV. Istilah pers-
kepentingan kaum pedagang khususnya dan
eroan terbatas terdiri dari dua kata, yaitu perseroan
masyarakat pada umumnya yang kemungkinan
dan terbatas. Perseroan merujuk pada modal PT
memiliki hubungan, kepentingan dan atau ikut am-
yang terdiri atas sero-sero atau saham-saham. Ada-
bil bagian dalam aktivitas perusahaan. Berikut ini
pun kata terbatas merujuk pada tanggung jawab
dikemukakan beberapa pengertian perusahaan baik
peme-gang saham yang luasnya hanya terbatas
menurut ahli maupun menurut perundang-unda-
pada nilai nominal semua saham yang
ngan, yaitu:
dimilikinya.6 Perseroan Terbatas pertama kali
a. Mahkamah Agung Belanda (Hoge Raad)
telah memberi definisi dalam arrest 25 No- diatur di Indonesia melalui Pasal 36 sampai
vember 1925, bahwasanya “dianggap ada dengan Pasal 56 KUHD.
suatu perusahaan kalau seseorang menye- Menurut Sri Redjeki Hartono, perseroan ter-
lenggarakan sesuatu secara teratur (sifatnya batas adalah sebuah persekutuan untuk menjalan-
terus-menerus; ada pembukuan, penulis),
kan perusahaan tertentu dengan menggunakan sua-
yang ada hubungannya dengan menjalankan
perdagangan untuk mendapatkan keuntu- tu modal dasar yang dibagi dalam sejumlah saham
ngan berupa uang”.4 atau sero tertentu, masing-masing berisikan jumlah
b. Rachmadi Usman, mengemukakan perusa- uang tertentu pula ialah jumlah nominal, sebagai
haan adalah badan usaha yang menjalankan ditetapkan dalam akta notaris pendirian perseroan
kegiatan di bidang perekonomian
(keuangan, industri, dan perdagangan), yang terbatas, akta mana wajib dimintakan pengesahan-
dilakukan secara terus-menerus atau teratur nya oleh Menteri Kehakiman, sedangkan untuk
(regel- matig), terang-terangan (openlijk), jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan
dan de- ngan tujuan memperoleh me- nyetor jumlah nominal dari sehelai saham atau
keuntungan dan atau laba (wints oogmerk).5
le- bih.7
c. Pasal 1 huruf b UU No. 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan, Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 1 Ta-
pengertian perusa- hun 1995 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya
4
R. Suryatin, 1982, Hukum Dagang, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 12.
5
Rachmadi Usman dalam Abdul R Saliman, et al., 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta. hlm. 54.
6
Ridwan Khairandy, “Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 3, 2007, hlm. 5.
7
Sri Redjeki Hartono, 1985, Bentuk Bentuk Kerjasama dalam Dunia Niaga, Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Semarang, hlm.47.
7 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
disingkat UU PT No. 1 Tahun 1995), memberikan ha perseroan;
definisi Perseroan Terbatas adalah badan hukum c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan d. Besarnya jumlah modal dasar, modal
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruh- ditempat dan modal disetor;
e. Jumlah saham, klasifikasi saham apa-
nya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyara-
bila ada berikut jumlah saham untuk
tan yang ditetapkan dalam UU ini.8 Pengertian ini tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat
kemudian disempurnakan dalam Pasal 1 Undang- pada setiap saham, dan nilai nominal
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan setiap saham;
Ter- batas (selanjutnya akan disingkat UU PT No. f. Nama dan jumlah anggota Direksi,
dan Dewan Komisaris;
40 Ta- hun 2007), dimana definisi Perseroan g. Penetapan tempat dan tata cara penye-
Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah lenggaraan RUPS;
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, h. Tata cara pengangkatan, penggantian,
didirikan ber- dasarkan perjanjian, melakukan pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris;
kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya
i. Tata cara penggunaan laba dan
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan pemba- gian deviden.
yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
Selain ketentuan hal-hal yang harus dimuat
peraturan pelaksanaannya. Anggaran Dasar
sebagaimana Pasal 15 ayat (1) di atas, ayat (2) dan
(selanjutnya disingkat AD) merupakan bagian
(3) juga menyatakan bahwa AD PT juga dapat me-
dari akta pendirian PT. Seba- gai bagian dari
muat ketentuan lain yang tidak bertentangan
akta pendirian, AD memuat aturan main dalam
dengan UU PT. Selain itu, AD PT tidak boleh
perseroan, yang menentukan setiap hak dan
memuat ke- tentuan tentang penerimaan bunga
kewajiban dari pihak-pihak dalam AD, baik
tetap atas sama, dan ketentuan tentang pemberian
perseroan itu sendiri, Pemegang Saham, Dewan
manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.
Komisaris maupun pengurus (Direksi) PT terse-
Setelah mendapatkan pengesahan dari Men-
but. Hal ini diperkuat dengan adanya ketentuan
Pasal 18 UU PT No. 40 Tahun 2007, yang menya- teri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), maka
takan bahwa “Perseroan harus mempunyai maksud PT telah sah sebagai badan hukum dan menjadi
dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-
dalam AD perseroan sesuai dengan ketentuan pe- perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari
rundang-undangan”.9 AD merupakan aturan main kekayaan pemiliknya. Sejak sebuah PT berstatus
perseroan, yang tidak hanya mengikat para pihak sebagai badan hukum, maka sejak saat itu hukum
yang mengadakannya, tetapi juga pihak ketiga memperlakukan Pemegang Saham dan pengurus
lain- nya yang berhubungan hukum dengan (Direksi) terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal
perseroan, termasuk di dalamnya para pemegang dengan istilah: “separate legal personality” yaitu
saham, pen- gurus (Direksi) dan Dewan Komisaris sebagai individu yang berdiri sendiri. Dengan de-
perseroan.10 Pasal 15 ayat (1) UU PT No. 40 mikian pemegang saham yang tidak mempunyai
Tahun 2007, men- jelasakan bahwa AD suatu PT kepentingan dalam kekayaan PT, juga tidak ber-
harus memuat hal- tanggung jawab atas utang-utang perusahaan atau
PT.12
hal sebagai berikut:11
3. Pengertian, Kedudukan dan Kewenangan
a. Nama dan tempat kedudukan PT;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usa-
8
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
1995, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587).
9
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 207 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).
10
Ahmad Yani, et al., 1999, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, RajaGrafindo, Jakarta, hlm. 30.
11
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).
12
I.G. Widjaja, 2003, Hukum Perusahaan, Mega Poin, Blanc, Jakarta, hlm. 6.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 75
Pemegang Saham c. Kewenangan yang ada pada forum ra-
Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pe- pat ini (sebagaian) dapat
megang Saham (selanjutnya disingkat RUPS) ada- didelegasikan kepada organ yang lain,
lah alat perlengkapan perseroan, yang merupakan yaitu Direksi dan Dewan Komisaris.
Keleluasaan kewenangan yang
kekuasaan yang tertinggi13 dalam perseroan, yang
didelegasikan dapat diatur dalam UU
melaksanakan pimpinan tertinggi atas perusahaan.14 PT dan/atau Angga- ran Dasar PT
Pasal 1 butir 4 UU PT No.40 Tahun 2007 atau melalui keputusan RUPS.
menjelas- kan bahwa “Rapat Umum Pemegang Kewenangan yang didelegasi- kan
sejatinya apa yang bersifat se-
Saham (se- lanjutnya disebut RUPS) adalah organ
mentara dan ada yang bersifat tetap.
perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak Kewenangan pendelegasian yang
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris bersifat tetap misalnya kepengurusan
dalam batas yang ditentukan dalam Undang- perusahaan (secara umum) dan fungsi
Undang ini dan/ atau Anggaran Dasar”.15 Namun refresentasi (mewakili perusahaan di
dalam maupun di luar pengadilan).
wewenang yang diberikan Undang-Undang Sedangkan pendelegasian yang ber-
kepada RUPS tidak be- rarti RUPS dapat sifat sementara sewaktu-waktu dapat
melakukan tugas dan wewenang yang diberikan dicabut.
Undang-Undang kepada Direksi dan Komisaris. Hal ini senada dengan pendapat Munir
Dari pengertian Pasal 1 butir 4 UU PT No. 40 Fuady, bahwa secara prinsip yang merupakan
Tahun 2007, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu organ peru- sahaan bukan pemegang sahamnya,
sebagai berikut:16 tetapi Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.17
a. Organ ini berupa rapat. hal yang Sebab dalam banyak hal (walaupun tidak
harus dicermati adalah forum rapat selamanya), peme- gang saham hanya dapat
berbeda dengan individu pemegang
saham. Jadi, sekalipun seseorang bertindak lewat meka- nisme RUPS, hanya dalam
misalnya menjadi pemegang saham beberapa hal saja pe- megang saham dapat
mayori- tas, secara individu tidak bertindak lewat mekanisme RUPS, sehingga dalam
memegang kekuasaan (tertinggi) hal ini, pihak pemegang sa- ham (bukan Rapat
dalam perseroan. Kekuasaan tertinggi
Umum Pemegang Saham) juga telah cenderung
baru muncul apa- bila
diselenggarakan rapat dan rapat menjadi organ perusahaan yang keempat di
tersebut harus memenuhi persyaratan samping Direktur, Dewan Komisaris, dan Rapat
formalitas tertentu yang telah diatur Umum Pemegang Saham. Sebagai or- gan
dalam UU PT. perseroan yang paling tinggi dan berkuasa un- tuk
b. Kewenangan atau otoritas yang dimi-
liki oleh forum rapat ini adalah ke- menentukan arah dan tujuan perseroan, RUPS
wenangan yang tersisa berdasarkan memiliki segala wewenang yang tidak diberikan
teori residual. kewenangan ini pada kepada Direksi dan Dewan Komisaris PT. RUPS
dasarnya lahir dari status kepemilikan mempunyai hak untuk memperoleh segala macam
perseroan yang ada di tangan pemeg-
keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan
ang saham. pemegang saham adalah
(bagian) pemilik perseroan. Secara kepentingan dan jalannya perseroan. Kewenangan
teoritis, sebagai pemilik ia memegang tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang
hak untuk melakukan tindakan apa tidak dapat diserahkan kepada organ lain
saja terhadap benda yang dimilikinya.
Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya

13
Kekuasaan tertinggi merupakan istilah yang digunakan pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Ne-
gara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13).
14
H.M.N. Purwosutjipto, 2005, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-bentuk Perusahaan, Cet. 10, Intan Sejati Klaten, Jakarta,
hlm 130.
15
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756).
16
Tri Budiyono, 2011, Hukum Perusahaan, Telaah Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Gria Media, Salatiga,
hlm. 148-149.
17
Munir Fuady, 2002, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung , hlm. 43.
7 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
perseroan terbatas dapat memiliki segala hak dan wenangan yang tidak diberikan kepada Direksi
kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang- atau Dewan Komisaris, namun dalam batas yang
perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang diten- tukan dalam Undang-Undang ini dan/atau
bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan Angga- ran Dasar (AD) PT. Kemudian
oleh orang-perorangan yang dalam hubungan ter- kewenangan RUPS tersebut, dikemukakan ulang
tentu dengan PT. Pemegang saham yang tergabung lagi pada Pasal 75 ayat
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (1) yang berbunyi: RUPS mempunyai wewenang
merupakan organ dari suatu perseroan terbatas se- yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
bagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 2 UU Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Un-
PT No. 40 Tahun 2007 bahwa organ perseroan ter- dang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar.
diri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), RUPS sering disebut sebagai organ tert-
Direksi dan Dewan Komisaris. Penempatan RUPS inggi dalam perseroan. Namun, pada dasarnya
sebagai organ perseroan yang utama tidak terlepas ketiga organ perseroan PT (RUPS, Direksi dan De-
dari esensi pendirian suatu PT itu sendiri. wan Komisaris) memiliki kedudukan yang sejajar
Berdasar- kan Pasal 1 UU PT tampak jelas bahwa dan berdampingan sesuai dengan pemisahan ke-
PT merupa- kan persekutuan modal dari para wenangan (separation of power) yang diatur dalam
pendiri PT. Seba- gai pendiri PT dan sekaligus Undang-Undang dan Anggaran Dasar. Dengan de-
Pemegang Saham PT yang telah memberikan mikian, tidak dapat dikatakan RUPS lebih tinggi
kontribusi modal awal (ini- tial capital) untuk dari Direksi dan Dewan Komisaris. Masing-
menjalankan kegiatan usaha, su- dah seyogyanya masing organ mempunyai posisi dan kewenangan
setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang
(original objective) para pendiri dalam mendirikan mereka mi- liki. Ketentuan UU PT No. 40 Tahun
PT berada di tangan mereka melalui lembaga 2007, berbeda dengan ketentuan UU No. 1 Tahun
RUPS. Alasan lain penempatan pemegang saham 1995, dimana dalam UU PT No. 1 Tahun 1995
pada unsur utama adalah organ PT lainnya yaitu dijelaskan RUPS adalah organ perseroan yang
Direksi dan Dewan Komisaris diangkat dan memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan
diberhentikan oleh RUPS. yang memegang segala wewenang yang tidak
UU PT No. 40 tahun 2007, pada Pasal 1 ayat diserahkan kepada direksi dan komisaris.
(4) menjelaskan mengenai gambaran kedudukan Sedangkan dalam UU PT No. 40 Tahun 2007,
RUPS dalam sebuah perseroan terbatas sebagai ketentuan mengenai RUPS sebagai kekuasaan
berikut: “Rapat Umum Pemegang Saham selan- tertinggi dalam perseroan terbatas dihi- langkan
jutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang sehingga kedudukan RUPS adalah sama sebagai
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepa- organ perseroan (PT) yang lain yaitu Di- reksi dan
da direksi atau dewan komisaris dalam batas yang Dewan Komisaris.
ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau ang- 4. Tanggung Jawab Pemegang Saham PT
garan dasar”. Dari pengertian Pasal 1 ayat (4) ini, menurut Hukum Positif
tampak jelas bahwa melalui RUPS tersebutlah para Apabila status suatu PT sudah ditetapkan
pemegang saham sebagai pemilik (eigenaar, own- sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan
er) perseroan melakukan kontrol terhadap kepen- HAM, maka sejak saat itu hukum memberlakukan
gurusan yang dilakukan Direksi maupun terhadap pemilik atau pemegang saham terpisah dari PT itu
kekayaan serta kebijakan kepengurusan yang di- sendiri yang dikenal dengan istilah “separate legal
jalankan manajemen perseroan.18 personality” yaitu sebagai individu yang berdiri
Secara umum, menurut Pasal 1 angka 4, sendiri. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 9
RUPS sebagai organ perseroan, mempunyai ke- ayat (1) UU PT No. 40 Tahun 2007, dengan
demiki- an, pemegang saham tidak mempunyai
kepentingan

18
M. Yahya Harahap, 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 306.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 77
dalam kekayaan PT, sehingga pemegang saham berikan hukum kepadanya, dan
tidak bertanggungjawab secara pribadi atas berwenang berbuat dan bertin-
perbua- tan hukum yang dilakukan atas nama PT dak sesuai dengan kewenangan
tersebut. yang diberikan, dalam Angga-
ran Dasar (AD).
Suatu perusahaan mempunyai personalitas
2) Mempunyai kekuasaan diatur
atau kepribadian “corporate personality” berbeda secara tegas (express power)
dari orang yang menciptakannya, meskipun orang seperti untuk memiliki ke-
yang menjalankan perusahaan tersebut atau peme- kayaan, menggugat, dan digu-
gat tas nama perseroan.
gang saham terus berganti, perusahaan tetap
3) Tetapi ada juga kekuasaan yang
memi- liki identitas sendiri terlepas dari adanya bersifat (implicit power) yakni
pergantian para anggota pengurus atau pemegang berwenang melakukan apa saja,
sahamnya. PT merupakan badan usaha dan asal dilakukan secara reason-
besarnya modal perseroan tercantum dalam able dan penting (reasonably
necessary) untuk perseroan,
Anggaran Dasar (AD). Kekayaan perusahaan
seperti menguasai atau men-
terpisah dari kekayaan priba- di pemilik transfer barang, meminjamkan
perusahaan sehingga memiliki harta ke- kayaan uang, memberi sumbangan, dan
sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu sebagainya.
saham yang menjadi bukti pemilikan peru- sahaan. Tindakan yang jatuh di luar kekuasaan yang
Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang disebut dengan tegas (express power) maupun
terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. kekuasaan implisit (implicit power), dapat dikat-
Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan egorikan ultra virus yang berarti berada di luar
peru- sahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak kegiatan dan di luar wewenang (unauthorized ac-
menja- di tanggung jawab para pemegang saham. tivities). Menurut ketentuan hukum perusahaan ter-
Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka jadi pemisahan (separate) dan perbedaan (distinct)
keuntu- ngan tersebut dibagikan sesuai dengan antara perseroan dengan pemilik atau pemegang
ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan saham? Pemisahan dan perbedaan terjadi,
memperoleh bagian keuntungan yang disebut terhitung sejak perseroan mendapat keputusan
dividen yang be- sarnya tergantung pada besar- pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang
kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan digariskan Pasal 9 ayat (1) UU PT No. 40 Tahun
terbatas. 2007: (1) se- jak tanggal pengesahan tersebut,
Hukum perseroan seperti yang dirumuskan perseroan terpisah (separate) dari pemegang
pada Pasal 3 ayat (1) UU PT No.40 Tahun 2007, saham, pendiri dan pe- ngurus dan,; (2) juga sejak
secara imajiner membentangkan tembok pemisah saat itu perseroan ber- beda (distinct) dari person
antara perseroan dengan pemegang saham untuk hukum yang lain
melindungi pemegang saham dari segala tindakan, Sutan Remy Sjahdeni mengemukakan per-
perbuatan dan kegiatan perseroan berupa:19 seroan merupakan legal entity yang berbeda dan
a. Tindakan, perbuatan dan kegiatan terpisah dari pemegang saham PT. Oleh sebab itu,
perseroan, bukan tindakan pemegang perseroan dalam melakukan fungsi hukumnya bu-
saham. kan bertindak sebagai kuasa dari para pemegang
b. Kewajiban dan tanggung jawab pers- saham tetapi bertindak untuk dan atas nama
eroan bukan kewajiban dan tangung
jawab pemegang saham. Jika demiki- dirinya sendiri. Para pemegang saham bukan
an halnya, perseroan sebagai badan merupakan para pihak dari perjanjian yang dibuat
hukum, adalah makhluk hukum (a oleh PT de- ngan pihak lain. Oleh karena itu,
creature of the law) yang memiliki pemegang saham juga tidak berhak memaksa
hal-hal berikut:
pihak lain untuk me-
1) Kekuasaan (power) dan kapasi-
tas yang dimilikinya karena di-

19
Philip J. Scaletta Jr., dalam Zarman Hadi, 2011, Karakteristik Tanggung Jawab Pribadi Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi dalam
7 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
Perseroan Terbatas, UB Press, Malang, hlm. 31.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 79
laksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam
perjanjian itu. Sebagai konsekuensinya, pihak a. Pemegang saham perseroan, tidak
ketiga tidak dapat menagih dan menggugat PT ber- tanggung jawab secara pribadi
atas kewajiban hukum dari pemegang saham per- (per- sonal liability) atas perikatan
seroan itu. Sebaliknya, ia juga tidak berhak yang dibuat atas nama perseroan
maupun atas kerugian yang dialami
menagih pihak ketiga atas kewajiban yang harus
perseroan;
dibayarkan kepada pemegang saham perseroan itu. b. Risiko yang ditanggung pemegang sa-
Dengan demikian, maka antara pemegang saham ham, hanya sebesar investasinya atau
dan PT merupakan pihak yang terpisah. Para tidak melebihi saham yang dimilikin-
pemegang saham tidak bisa dituntut untuk ya pada perseroan;
c. Dengan demikian, pada prinsipnya
melunasi hutang- hutang perseroan, walaupun pemegang saham tidak bertanggung
dirinya adalah pemi- liknya.20 Hal ini disebabkan jawab secara pribadi atau secara indi-
para pemegang saham sudah mengadakan vidual atas utang perseroan.
perjanjian yang isinya masing- masing pihak telah
memisahkan atau melepaskan sebagian harta Prinsip ini dipertegas lagi dalam penjelasan
kekayaan milik pribadinya menjadi harta kekayaan Pasal 3 ayat (1) UU PT 2007, bahwa pemegang sa-
perseroan terbatas yang dipisahkan dari harta ham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas
kekayaan pribadinya, sehingga tanggung- jawab seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi
pemegang saham hanya terbatas pada harta harta kekayaan pribadinya. Prinsip separate entity
kekeyaan milik pribadinya yang telah dimasukkan dan corporate entity yang melahirkan tanggung
ada PT. jawab terbatas (limited liability) pemegang saham,
Saham yang dimiliki pemegang saham seba- menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:21
gai bukti kepemilikannya atas sebagian perseroan, a. Peseroan sebagai bahan hukum meru-
pakan unit hukum (legal unit) dengan
pada umumnya hanya memberi hak kepada
kewenangan dan kapasitas yang ter-
pemeg- ang saham untuk mengeluarkan suara pisah dari pemegang saham untuk
dalam RUPS, menerima deviden, menerima me- nguasai kekayaan (property),
persentase aset per- seroan secara proporsional mem- buat kontrak, menggugat dan
digugat, melanjutkan hidup dan
sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki, apabila
eksistensi meskipun pemegang saham
perseroan dilikuidasi. Selanjutnya, pemegang berubahan Direksi diberhentikan atau
saham sebagai pemilik, hanya mempunyai hak diganti.
kontrol tidak langsung atas operasional sehari-hari b. Harta kekayaan, hak dan kepentingan,
perseroan dan atas segala kebijaksanaan Direksi. serta tanggung jawab perseroan terpi-
sah dari pmegang saham.
Akan tetapi, pemegang sa- ham tidak memikul
c. Selanjutnya pemegang saham
tanggung jawab atas pelaksa- naan fungsi Direksi. menurut hukum sesuai dengan
Memang semakin banyak sa- ham yang dimiliki ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU PT
seorang pemegang saham, se- makin besar 2007, mempunyai imunitas
(immunity) dari kewajiban dan
kekuasaan kontrol yang dapat dilaku- kannya.
tanggung jawab perseroan, karena
Selain hal-hal yang dijelaskan di atas, salah antara pemegang saham dengan per-
satu keuntungan yang paling besar diperoleh dan seroan terdapat perbedaan (distinc-
dinikmati (enjoy) pemegang saham, adalah tang- tion) dan pemisahan (separation) per-
gung jawab terbatas (limited liability). Keuntungan sonalitas hukum (legal personality).
ini, diberikan undang-undang kepadanya, sebagai-
Selain UU PT 1995 dan UU PT 2007, dalam
mana yang ditegaskan Pasal 3 ayat (1) UU PT No.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
40 Tahun 2007 yaitu:
juga dijelaskan mengenai tanggungjawab terbatas
pemegang saham sebagaimana diatur dalam Pasal

20
Sutan Remy Sjahdeni, “Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 14, Juli 2001, hlm. 108.
21
Ibid.
8 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
40 ayat (2) KUHD yang berbunyi: “Persero-pesero kekayaan itu berasal dari para pesero atau peme-
atau pemegang-pemegang saham atau sero tidak gang saham, harta itu terpisah sama sekali dengan
bertanggungjawab lebih pada jumlah penuh dari harta kekayaan masing-masing pesero atau peme-
saham-saham itu”. Pasal 40 KUHD ini menunjuk- gang saham.
kan adanya pembatasan tanggung jawab terhadap 5. Beralihnya Tanggung Jawab Terbatas
para pemegang saham. Ini berarti segala risko Menjadi Tanggung Jawab Tak Terbatas
keru- gian sepenuhnya dibebankan kepada Pemegang Saham Perseroan Terbatas
kumpulan modal yang berasal dari pendiri dan Pada keadaan dan peristiwa tertentu, prinsip
atau orang- orang pemegang saham yang keterpisahan (separate) perseroan dari pemegang
dipisahkan dari harta kekayaannya dan merupakan saham, secara kasuistik perlu disingkirkan dan di-
kekayaan PT bukan kepada harta kekayaan hapus dengan cara menembus tembok atau tabir
pemegang sahamnya. Pasal 40 KUHD ini perseroan atas perisai tanggung jawab terbatas atau
dipertgeas kembali dalam Pasal 3 UU PT No. 1 (limited liability). Konsekuensi hukum atas pe-
Tahun 1995 maupun UU PT No. 40 Tahun 2007. nyingkapan tabir atau tembok perlindungan itu,
Pasal 3 UU PT Tahun 1995 berbunyi: “Pemegang yang lazim disebut piercing the corporate veil.22
saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas Dengan kata lain, prinsip tanggung jawab terbatas
perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak Pemegang Saham tidak berlaku secara mutlak.
bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi nilai
Dalam hukum positif Indonesia, kemungki-
saham yang diambilnya”. Sedangkan Pasal 3
nan untuk mengecualikan prinsip tanggung jawab
ayat (1) UU PT tahun 2007 berbunyi: “Peme- gang
terbatas tersebut dimungkinkan dalam hal-hal
saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas
seba- gaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (2)
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan
UU PT No. 40 Tahun 2007 yaitu sebagai berikut:23
tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan
a. Persyaratan perseroan atau PT sebagai
melebihi saham yang dimiliki”.
badan hukum belum atau tidak terpenuhi.
Dari penjelasan tersebut, maka PT mempu- Keten- tuan tentang tanggung jawab
nyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dari perbuatan hu- kum atas nama perseroan
harta kekayaan perseronya, dan didapat dari yang belum mem- peroleh status badan
pemasu- kan para pesero (pemegang saham) yang hukum, merujuk pada Pasal 14 UU Nomor
berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan 40 Tahun 2007 yang dapat diklasifikasi
modal yang disetor penuh. Harta kekayaan ini sebagai berikut:
sengaja di- adakan dan diperlukan sebagai alat 1) Perbuatan hukum dilakukan semua
untuk menge- jar tujuan perseroan dalam anggota Direksi bersama-sama se-
hubungan hukumnya di masyarakat, misalnya mua pendiri dan semua anggota De-
dalam rangka membuat perjanjian-perjanjian wan Komisaris. Pasal 14 ayat (1) UU
dengan pihak ketiga. Harta kekayaan ini menjadi PT No. 40 Tahun 2007, menjelaskan
jaminan perikatan yang telah dibuat oleh perseroan bahwa perbuatan hukum atas nama
dengan pihak ketiga. Dengan demikian, apabila perseroan yang belum memperoleh
dikemudian hari timbul tanggung jawab hukum status badan hukum, harus atas per-
yang harus dipenuhi oleh suatu PT, maka setujuan semua pendiri, anggota Di-
pertanggungjawabannya semata-mata dibe- reksi dan anggota Dewan Komisaris.
bankan pada harta yang terkumpul dalam Akibatnya menjadi tanggung jawab
perseroan tersebut. Oleh karenanya, secara hukum secara tanggung renteng (hoofdeljk,
PT mem- punyai pertanggungjawaban sendiri,
walapun harta

22
Piercing the corporate veil adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa ada kemungkinan membebankan tanggung jawab atas pihak lain
yang bukan perusahaan itu sendiri, sungguhpun perbuatan tersebut dilakukan secara sah oleh dan atas nama perusahaan sebagai badan
hukum. Munir Fuady, Op.cit, hlm. 7.
23
M. Yahya Harahap, “Separate Entity, Limited Liability dan Piercing The Corporate Veil”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 3, 2007, hlm.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 81
45-47.
8 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
aansprakeljk, jointly and severally li- lain:
able) dari semua pendiri, anggota Di- 1) Menipu kreditor (defrauding credi-
reksi dan anggota Dewan Komisaris. tor).
2) Perbuatan hukum dilakukan oleh pen- 2) Kapital tipis (thin capatalization)
yak- ni perseroan kekurangan modal
diri atas nama perseroan. Apabila per-
atau berada dalam keadaan “under
buatan hukum dilaukan pendiri atas capi- talization”.
nama perseroan yang belum mem- 3) Perampokan (looting) yakni
peroleh status badan hukum, maka mentrans- fer aset perseroan kepada
menurut Pasal 14 ayat (2) UU PT pemegang saham transfer mana tiada
lain dari perjanjian transaksi yang
2007, perbuatan hukum itu menjadi berlawanan dengan hukum antar
tanggung jawab pribadi (persoonljke perseroan de- ngan pemegang saham,
aansprakeljkheid, personal liability) untuk menipu kreditor.
pendiri yang bersangkutan, dan tidak 4) Mengakali peraturan perundang-
undangan (circumventing a statute),
mengikat perseroan.
misalnya perseroan dilarang melaku-
Pasal 3 ayat (2) huruf a UU PT No. 40 kan usaha retail disuatu tempat.
Tahun 2007 yang menyatakan bahwa pemeg- Untuk mengakali larangan itu, dimana
ang saham bertanggungjawab pribadi bila per- selu- ruh asetnya dimiliki perseroan
terse- but.
syaratan perseroan sebagai badan hukum belum
5) Menghindari kewajiban yang ada
atau tidak terpenuhi sama dengan Pasal 3 ayat (evoiding an existing obligation),
(2) huruf a UU PT No. 1 Tahun 1995. keten- misalnya untuk menghindari meme-
tuan UU PT Tahun 1995 dan UU PT Tahun nuhi tanggung jawabnya atas pejan-
2007, serta sama juga dengan Pasal 39 KUHD jian yang dibuat dengan pihak ketiga
(kreditor). Cara yang sering dilakukan
yang menyatakan: “Selama pendaftaran dan pe-
dengan jalan mendirikan perseroan
ngumuman tersebut belum diselengarakan, anak (subsidiary). Perseroan baru itu
sekalian pengurusnya adalah orang demi orang atau perseroan anak tadi mengklaim,
dan masing- masing bertanggungjawab untuk bahwa dia tidak ada sangkut pautnya
dengan perseroan lama. (parent com-
seluruhnya, atas tindakan mereka terhadap pihak
pany) dan tidak bertanggung jawab
ketiga”. terhadap kontrak yang dibuat per-
Dalam KUHD, tidak ada ketentuan peme- seroan lama, meskipun dirinya melan-
gang saham bertanggungjawab secara pribadi, jutkan usaha persoalan lama.
bila ia satu-satunya pemegang saham. Akan tetapi, c. Pemegang Saham yang bersangkutan terli-
Mahkamah Agung Republik Indonesia pada tahun bat dalam perbuatan melawan hukum yang
1973 (sebelum lahirnya UU No. 1 Tahun 1995), dilakukan oleh perseroan. Apabila peme-
berpendapat sama dengan Pengadilan Tinggi Ja- gang saham terlibat atau bersekongkol den-
karta, perseroan yang pemegang sahamnya 1 (satu) gan perseroan melakukan perbuatan mela-
orang, maka harta pribadi pemegang saham terse- wan hukum, yang menimbulkan kerugian
but dapat disita untuk pembayaran utang yang kepada pihak lain. Penerapan alasan ini
dibuat perseroan.24 tidak rumit. Hal yang perlu dibuktikan ada
b. Pemegang Saham yang bersangkutan baik fakta yang menunjukkan keterlibatan
langsung maupun tidak langsung dengan iti- pemegang saham dalam perbuatan melawan
kad buruk memanfaatkan perseroan semata- hukum yang dilakukan perseroan.
mata untuk kepentingan pribadi. Itikad d. Pemegang Saham yang bersangkutan baik
buruk atau penggunaan tidak wajar langsung maupun tidak langsung secara me-
dianggap ter- jadi, apabila terdapat indikasi
berikut, antara
24
Erman Rajagukguk, “Pengelolaan Perusahaan Yang Baik: Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi”, Jurnal Hukum Bisnis,
Vol. 26, No. 3, 2007, hlm. 15-16.
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 83
lawan hukum menggunakan kekayaan per- perseroan,dan lain sebagainya;
seroan, yang mengakibatkan kekayaan per- 2) Hal kedua terkait dengan teori kea-
seroan menjadi tidak cukup untuk melunasi genan, di mana pemegang saham de-
utang perseroan. ngan itikad buruk telah
memanfaatkan perseroan untuk
Dari keempat isi Pasal 3 UU PT tersebut, kepentingan dirinya pribadi.Dalam
Gunawan Widjaya, mengemukakan hal yang me- konteks yang demiki- an, berarti
nyebabkan terjadinya piercing the corporate veil perseroan semata-mata hanya
yaitu:25 melaksanakan apa yang men- jadi
tujuan dan objektif dari pemegang
1) Dalam hal yang pertama, jelas pe- saham. Pemegang saham dalam hal
megang saham, tidak secara serius ini berlindung di balik pertanggung-
menghendaki status pertanggung- jawaban terbatas perseroan,sedangkan
jawaban terbatas, yang hanya dapat perseroan sendiri dimanfaatkan untuk
diperoleh segera setelah perseroan kepentingan pribadinya. Jadi jelaslah
ter- batas didirikan tersebut dalam konteks ini,pemegang saham
memperoleh pengesahan dari Menteri yang tidak memiliki itikad baik dan
Hukum dan Hak Asasi Manusia. dilindungi oleh hukum. Piercing the
Dengan meng- abaikan proses dan corporate veil belaku dalam hal ini
formalitas yang selayaknya dan bagi pemegang saham yang meman-
seharusnya ditempuh, pendiri faatkan perseroan untuk kepentingan-
perseroan terbatas daoat dika- takan nya pribadi.
tidak bermaksud untuk secara 3) Hal ketiga ini menunjukkan pada tin-
sungguh-sungguh mendirikan suatu dakan pemegang saham yang secara
peerseroan terbatas. Bahkan dalam bertentangan dengan hukum (fraud).
ketentaun Pasal 10 ayat (9) UU PT Dalam hal ini perlu diperhatikan
No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan adagium bahwa siapa yang telah me-
bahwa jika dalam jangka waktu 60 nerbitkan kerugian pada seseorang
(enam puluh) hari terhitung sejak lain,bertanggung jawab atas kerugian
tanggal akta pendirian ditandatangani yang diterbitkannya tersebut. Seba-
permohonan untuk pengesahan dan gai suatu artificial person, perseroan
memperoleh status badan hukum terbatas tidaklah memiliki kehendak.
tidak dimajukan kepada Menteri Dalam keadaan di mana kehendak
Hukum dan HAM, maka pendirian perseroan adalah kehendak pemegang
menjadi batal sejak lewatnya jangka saham,maka jelas yang bertanggung
waktu tersebut dan Perseroan yang jawab adalah pemegang saham terse-
belum memper- oleh status badan but.
hukum bubar karena hukum dan 4) Hal keempat terkait dengan dengan
pemberesannya dilakukan oleh penggunaan harta kekayaan secara
pendiri. Tidak diperolehnya sta- tus tidak sah yang menyebabkan harta ke-
badan hukum tersebut, bukan han- ya kayaan perseroan menjadi berkurang
semata-mata terjadi karena tidak sehingga perseroan tidak dapat me-
diajukannya permohonan pengesahan lunasi seluruh kewajibannya kepada
sebagai badan hukum, melainkan da-
pat terjadi karena berbagai hal. Hal- kreditor perseroan.
hal tersebut dapat terjadi misalnya, Ketentuan Pasal 3 ayat (2) UU PT No. 40
karena pendiri tidak mau melakukan
Ta- hun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak ada
penyetoran modal sebagaimana telah
ditentukan sebelumnya,pendiri tidak satu ketentuanpun yang menyatakan pihak mana
memberikan kuasa kepada pengurus yang sebenarnya dilindungi dengan
perseroan untuk melakukan kegiatan diberlakukannya prinsip piercing the corporate
yang diperlukan sedangkan pendiri itu veil. Namun demiki- an dengan melihat pada
sendiri tidak mau bertindak atas nama
ketentuan yang dinyatakan

25
Gunawan Widjaya, 2008, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan Pemilik PT, Forum Sahabat, Jakarta, hlm. 38-40.
8 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
dalam Pasal 3 ayat (2) UU PT No. 40 tahun 2007 pat lagi dibedakan.
dapat diketahui bahwa perlindungan diberikan ke-
pada kreditor PT. Sebagai perbandingan dengan C. Penutup
ketentuan UU PT di atas, yurisprudensi Common Tanggung jawab pemegang saham menurut
Law menyimpulkan adanya tiga doktrin umum hukum positif pada prinsipnya adalah terlihat ter-
bagi kemungkinan dapat dilanggarnya prinsip batas pada modal (saham) yang disetorkan atau di-
tanggung jawab terbatas atau dimungkinkannya miliki. Hal ini dapat diketahui dari 3 (tiga) keten-
Piercing The Corporate Veil, yakni:26 tuan Undang-Undang yaitu Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD), UU PT No. 1 Tahun
1. Doktrin “Instrumentality”, yang pen-
dekatannya mengacu pada 3 (tiga) 1995 dan UU PT No. 40 Tahun 2007, yang
fak- tor sebagai berikut: masing- masing berbunyi sebagai berikut:
a. Adanya kontrol/pengendalian Pertama, Pasal 40 ayat (2) KUHD yang berbunyi
atas PT, sehingga PT tidak “Persero-pesero atau pemegang-pemegang saham
mempunyai eksistensi yang
atau sero tidak bertanggungjawab lebih pada
mandiri.
Pengendalian tersebut berpen- jumlah penuh dari saham-saham itu”; Kedua,
27
b.
garuh atas dilakukannya tinda- Pasal 3 UU PT No. 1 Tahun 1995 berbunyi
kan melalaikan kewajiban. “Pemegang saham tidak bertanggungjawab secara
c. Atas tindakan lalai tersebut pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT
menimbulkan kerugian.
2. Doktrin “Alter Ego”, yang berpenda- dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT
pat bahwa Piercing The Corporate melebihi nilai saham yang diambilnya”; dan
28

Veil dapat diterapkan dalam hal: Ketiga, Pasal 3 UU PT No. 40 tahun 2007
a. Kepentingan Pemilik Saham berbunyi “Pemegang saham tidak ber-
mengalahkan kepentingan PT;
tanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang
dan
b. Sulit untuk membedakan atau dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung
mengenali entitas pribadi Pe- jawab atas kerugian perseroan melebihi saham
megang Saham dari entitas PT yang dimiliki”.29
yang bersangkutan.
Bilamana Pemegang Saham bertanggung
3. Doktrin “identity”, yang menyerahkan
permasalahan kesatuan atau pemisa- jawab secara pribadi terhadap kerugian suatu Pers-
han kekayaan perseroan dalam pem- eroan Terbatas dimungkinkan dalam hal-hal seba-
buktian di pengadilan secara per gaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (2) UU PT
kasus. No. 1 Tahun 1995 dan UU PT No. 40 Tahun 2007,
Tujuan dari dimungkinkannya penghapusan yaitu apabila persyaratan perseroan atau PT seba-
tanggung jawab terbatas suatu PT sebagaimana di- gai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; Pe-
simpulkan dari penjelasan Pasal 3 ayat (2) adalah megang Saham yang bersangkutan baik langsung
agar suatu PT didirikan tidak semata-mata sebagai maupun tidak langsung dengan itikad buruk me-
alat yang dipergunakan untuk memenuhi tujuan manfaatkan perseroan semata-mata untuk kepen-
pribadi Pemegang Saham, sehingga terjadi pem- tingan pribadi; Pemegang Saham yang bersangku-
bauran harta kekayaan pribadi Pemegang Saham tan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dan harta kekayaan PT, atau antara harta kekayaan dilakukan oleh perseroan; dan Pemegang Saham
Pemegang Saham dan harta kekayaan PT tidak da- yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan
ke-

26
James D. Cox, et al., 1997, Corporations, Aspen Law & Business, New York, hlm. 112-113.
27
Pasal 40 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Staatsblad (Stb) Tahun 1938 No. 276 tanggal 17 Juli 1938).
28
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587).
29
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4756).
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif 85
kayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan yang menyatakan: “Selama pendaftaran dan pen-
perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi gumuman tersebut belum diselengarakan, sekalian
utang perseroan. Selain ketentuan Pasal 3 ayat (2) pengurusnya adalah orang demi orang dan masing-
huruf a UU PT No. 1 Tahun 1995 dan UU PT No. masing bertanggungjawab untuk seluruhnya, atas
40 Tahun 2007, juga diatur dalam Pasal 39 KUHD tindakan mereka terhadap pihak ketiga”.30

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta.


Budiyono, Tri, 2007, Hukum Perusahaan, Telaah Suryatin, R., 1982, Hukum Dagang, Penerbit
Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun 2007 Pradnya Paramita, Jakarta.
ten- tang Perseroan Terbatas, Gria Media, Widiyono, Try, 2008, Direksi Perseroan Terbatas,
Sa- latiga. Keberdaan, Tugas, Wewenang dan
Daniel V. Davidson, et al., 1987, Comprehensive Tanggung Jawab, Edis Kedua, Ghalia
Business Law, Principle and Cases, Kent Indonesia, Bo- gor.
Publishing Company, Boston Widjaya, I.G. Rai, 2003, Hukum Perusahaan, Me-
Massachusetts, Second Edition. gaPoin, Blanc, Jakarta.
Fuady, Munir, 2002, Doktrin-doktrin Modern Wijaya, Gunawan, 2009, Risiko Hukum Sebagai
dalam Corporate law, Citra Aditya bakti, Direksi, Komisaris & Pemegang Saham,
Bandung. Penerbit Forum Sahabat, Jakarta.
, 2003, Hukum Perusahaan Dalam Para- Yani, Ahmad et al., 1999, Seri Hukum Bisnis Pers-
digma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, eroan Terbatas, Raja Grafindo, Jakarta.
Bandung.
Hadi, Zarman, 2011, Karakteristik Tanggung B. Artikel dalam Antologi
Jawab Pribadi Pemegang Saham, Henry Hansmann, et al., “What is: Corporate
Komisaris dan Direksi dalam Perseroan Law?”, dalam Reiner Kraakman, et al.,
Terbatas, UB Press, Malang 2004, The Anatomy of Corporate Law A
Harahap, M. Yahya, 2009, Hukum Perseroan Ter- Compara- tive and Functional Approach,
batas, Sinar Grafika, Jakarta. Oxford Uni- versity Press, New York.
Hartono, Sri Redjeki, 1985, Bentuk Bentuk Ker-
C. Artikel Jurnal
jasama Dalam Dunia Niaga, Semarang.
Harahap, M. Yahya, “Separate Entity, Limited Li-
, 2000, Kapita Selekta Hukum Perusa-
ability, dan Piercing The Corporate Veil”,
haan, CV. Mandar Maju, Bandung.
Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 3, 2007.
James, D Cox, et al., 1997, Corporations, Aspen
Khairandy, Ridwan, “Perseroan Terbatas Sebagai
Law & Business, New York.
Badan Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.
Purwosutjipto, H.M.N., 1995, Pengertian Pokok
26, No. 3, 2007.
Hukum Dagang Indonesia 1: Pengetahuan
Rajagukguk, Erman, “Pengelolaan Perusahaan
Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta.
Yang Baik: TanggungJawab Pemegang Sa-
, 2005, Pengertian Pokok Hukum Da-
ham, Komisaris dan Direksi”, Jurnal Hukum
gang Indonesia 2: Bentuk-bentuk Perusa-
Bisnis, Vol. 26, No. 3, 2007.
haan, Cet. 10, Percetakan Intan Sejati Klat-
Sjahdeni, Sutan Remy, “Tanggung Jawab Pribadi
en, Jakarta.
Direksi dan Komisaris”, Jurnal Hukum Bis-
Saliman, Abdul R, et al., 2004, Esensi Hukum Bis-
nis, Vol. 14, Juli 2001.
nis Indonesia, Kencana, Jakarta.
Simanjuntak, Cornelius, 2009, Organ Perseroan

30
Pasal 39 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1938 No. 276 tanggal 17 Juli 1938).
8 MIMBAR HUKUM Volume 26, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 70-
D. Peraturan Perundang-undangan Tambahan Lembaran Negara Republik
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indo- nesia Nomor 3587).
(Staatsblad Tahun 1938 No. 276 tanggal 17 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Juli 1938). Perseroan Terbatas (Lembaran Negera Re-
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang publik Indonesia Nomor 106 Tahun 2007,
Perseroan Terbatas (Lembaran Negera Re- Tambahan lembaran Negara Republik Indo-
publik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995, nesia Nomor 4756).

Anda mungkin juga menyukai