Anda di halaman 1dari 13

TANGGUNGJAWABxDPSxATASxPELANGGARANxHUKUMxOLEH

PTxYANGxBERPRINSIPxSYARIAH

FanixPratiwi

ProgramZStudiZHukumZEkonomiZSyariah
UniversitasZIslamZNegriZSumateraZUtara
Email: fanyyp05@gmail.com

iABSTRAK
Untuk memastikan bahwa semua pihak yang berkepentingan menerima tingkat perlindungan
terbesar, diperlukan pengawasan operasi perseroan terbatas yang mengikuti prinsip syariah.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas mengendalikan perseroan terbatas syariah. DPS
harus merupakan organisasi yang sah dan bertanggung jawab jika PT melanggar hukum
sesuai standar syariah. Tanggung jawab DPS antara lain melakukan pengawasan terhadap
pengurus PT dan memberikan pembinaan agar menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan
fatwa DSN MUI, ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan PT
dengan prinsip syariah, dan ketentuan terkait lainnya. DPS bertanggung jawab sepenuhnya
jika PT tidak mengindahkan atau melanggar hukum syariah. Jika DPS tidak melakukan
kewajibannya, mereka dapat menghadapi sanksi administratif dan kemungkinan tindakan
hukum. Salah satu struktur bisnis yang paling signifikan dan yang paling sering digunakan
dalam lingkungan korporasi kontemporer di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (en:
perseroan terbatas, PT). Meninjau hukum Islam mengungkapkan bahwa hanya sedikit orang
yang memikirkan legal standing PT. Pada kenyataannya, PT berfungsi sebagai landasan
kelembagaan bagi perusahaan keuangan yang mengadopsi predikat "Islami". Teori kontrak
menunjukkan bahwa PT setara dengan satu di mana beberapa menerima dan yang lain
menyangkal keabsahan syirkah ini. PT dapat dianggap sah sebagai salah satu komponen akad
syirkah berdasarkan pemeriksaan terhadap mekanisme pembentukan akad dan model
pengelolaannya karena memiliki ciri khas akad syirkah dan memenuhi syarat dan ketentuan
akad yang ditentukan oleh Islam. Hanya saja, harus dilakukan perubahan cara pengelolaan
perusahaan agar sejalan dengan prinsip muamalah Islam. Apabila syarat ini dipenuhi, PT
dapat dianggap sepenuhnya diakui sebagai Perseroan Terbatas Syariah, suatu badan hukum
menurut Islam.
Kerword: Perseroan Terbatas (PT), Hukum Islam, Dewan Pengawas Syariah.

A. PendahuluanX

Pengertian perseroan terbatas diberikan dalam Pasal 1 UU No. 40 Tahun 2007 sebagai
berikut: “Menurut Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007, pengertian PT adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan permodalan, didirikan berdasarkan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal awal yang seluruhnya terbagi atas saham dan
memenuhi persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya. 1

Satu-satunya jenis instrumen ekonomi terpenting yang sekarang digunakan adalah


perusahaan yang berbasis pada Perseroan Terbatas, atau disingkat PT. PT adalah alat koperasi
yang berfungsi sebagai modal yang menerima pemerintah sebagai modal. Dalam UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT didefinisikan sebagai badan hukum yang
merupakan modal persekutuan, didirikan berdasarkan perjanjian, menjalankan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terdapat dalam saham, dan meniadakan persyaratan yang
diakui. dalam undang-undang dan pelaksanaannya.

Jika kita melihat konteks historisnya, kita dapat melihat bahwa firma jenis ini mulai
muncul dan berkembang di dunia barat pada abad ke-15. Akibatnya, korporasi ini tidak
dibahas oleh para ahli hukum Islam dalam fikih Islam klasik. Sebagian besar fatwa dan
pendapat hukum yang selama ini mengemuka, khususnya di Indonesia, lebih banyak berkutat
pada persoalan saham dan pasar modal yang notabene merupakan “buah” berdirinya PT dan
tidak validitas bentuk PT tertentu dalam Islam. Padahal, landasan kelembagaan PT
dimanfaatkan oleh bank syariah yang telah menjadi tumpuan pembangunan ekonomi syariah.
Akibatnya, terasa janggal ketika produk bank syariah sering disinggung namun struktur bank
itu sendiri diabaikan.

Naamloze Vennootschap, yang disingkat menjadi PT (Perseroan Terbatas), adalah nama


awal organisasi tersebut. Sebagai pengecualian aturan Pasal 16 KUHD, kata "NV" awalnya
digunakan dalam Pasal 36 KUHD, yang secara harfiah berarti "kemitraan anonim". Pasal 36
KUHP Belanda tentang larangan penggunaan nama telah ditinggalkan selama evolusi
undang-undang ini. 2 Meskipun frasa Perseroan Terbatas yang terkadang disingkat PT tidak

1
Pasal 1 angak 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
2
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hlm. 69

2
dapat ditelusuri kembali makna aslinya, namun telah menjadi istilah umum dalam percakapan
sehari-hari. 3

Beberapa komponen yang dipisahkan menjadi lima membentuk definisi perseroan


terbatas, yaitu:

1. PT adalah bisnis yang sah.


2. PT didirikan sesuai dengan kontrak.
3. PT melakukan kegiatan usaha
4. Saham merupakan modal dasar PT.
5. PT harus mematuhi standar hukum.4

PT adalah organisasi yang diakui oleh hukum yang ada dan mendukung hak dan
kewajiban tertentu. kadang-kadang disebut sebagai "orang tiruan", yang menunjukkan bahwa
ia dapat diperlakukan secara hukum sebagai orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban
untuk melakukan kegiatan hukum. 5

Selain bersifat kontraktual, pendirian Perseroan juga bersifat konsensual berupa


perjanjian mengadakan perjanjian pendirian Perseroan, artinya pendirian Perseroan bersifat
kontraktual (berdasarkan kontrak). , yaitu pendirian Perseroan merupakan hasil yang lahir
dari perjanjian. 6

Tanggung Jawab Terbatas Untuk menghasilkan uang atau keuntungan, bisnis juga
terlibat dalam operasi bisnis sektor ekonomi. Menjalankan bisnis memerlukan menjalankan
bisnis yang sebenarnya. Perusahaan harus mendaftar sesuai dengan persyaratan hukum dan
peraturan dan menerima izin usaha dari pemerintah terkait agar operasinya sah. 7

Mata uang perdagangan untuk PT disebut saham. Perubahan dalam struktur internal
perusahaan dapat dilakukan tanpa berdampak buruk pada kemampuannya untuk beroperasi.
Hal ini disebabkan modal yang mendasarinya adalah surat berharga yang dapat dijual secara
tunai. Setiap bisnis membutuhkan seperangkat dana, yang terdiri dari sumber hukum asetny

3
BinotoxNadapdap,xHukumxPerseroanxTerbatas.xJakarta:xJala PermataxAksara, 2009, hlm. 4
4
AdibxBahari,xProsedurxCepatxMendirikanxPerseroanxTerbatas,xYogyakarta:xPustakaxYustisia, 2010,xhlm.
7
5
ibid, hlm. 7
6
M.xYahyaxHarahap.xHukumxPerseroanxTerbatas. Jakarta: Sinar Grafika,x2009, hlm. 35
7
AdibxBahari, op. cit., hlm.x8

3
yang dapat dipercaya. Dalam situasi ini, PT Aset berbeda dengan penegak hukum, komunitas
hukum, dan pelaku pasar.

Setiap bisnis harus mematuhi ketentuan dan pedoman yang ditetapkan oleh undang-
undang, aturan, dan peraturan pelaksanaan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Yang
Mengatur Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan tentunya Anggaran Dasar PT itu sendiri
merupakan salah satu aturan yang mengatur PT. Badan hukum, orang recht, hukum purusa,
awak hukum, dan badan hukum tidak diatur secara ketat di bawah KUH Perdata; sebaliknya,
buku III KUHPerdata, yang memuat Pasal 1653 sampai dengan 1665, hanya memuat undang-
undang tentang organisasi. 8

B. Metode Penelitian

Teknik penelitian adalah prosedur ilmiah yang dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
pemilihan subjek, pengumpulan data, dan analisis data, untuk mengkaji lebih lanjut suatu
topik, fenomena, atau masalah tertentu. dalam hal ini, penulis menggunakan metodologi
yuridis normatif untuk mengkaji tanggungjawabxDPSxatasxpelanggaranxhukumxoleh
PTxyangxberprinsipxsyariah dengan menggunakan bahan-bahan dari analisis data
perpustakaan, hukum Islam dan Undang-undang Perseroan Terbatas.

C. Organ Perseroan Terbatas

Sebuah perseroan terbatas mungkin tidak dapat bertindak sendiri karena merupakan orang
buatan atau subjek hukum buatan. Manusia, yang secara inheren diperlengkapi untuk
melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-hari, berbeda dari situasi ini. Karena perseroan
terbatas adalah entitas buatan, ia membutuhkan individu dengan motivasi untuk menjalankan
tujuan pembentukan organisasi. Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas, orang-orang
yang akan menjalankan, mengurus, dan mengurus perseroan ini disebut sebagai organ
perseroan. Menurut Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas, terdapat tiga organ (perlengkapan) perseroan terbatas: RUPS, direksi,
dan komisaris. Oleh karena itu, manajemen perseroan terbatas adalah yang dimaksud ketika
istilah seperti "organ perusahaan" digunakan.

1. RUPS

8
HandrixRaharjo,xzHukumxxPerusahaan.xYogyakarta:xPenerbitxPustakavYustisia,x2009,xhlm. 18

4
“Rapat Umum Pemegang Saham, disebut juga RUPS, adalah Organ Perseroan yang
menurut parameter yang ditetapkan dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar,
mempunyai wewenang yang tidak dilimpahkan kepada Direksi atau Dewan Komisaris.” 9

RUPSXadalah wadah di mana pemegang saham dapat menggunakan pengaruh atas


keputusan manajemen yang dibuat oleh Direksi dan administrasi aset dan kebijakan
perusahaan. Dengan kata lain, pemegang saham tidak memiliki wewenang sama sekali di
dalam Perusahaan (di luar forum), tetapi pemegang saham baru memiliki wewenang atas PT
ketika mereka hadir di ruang rapat yang dikenal sebagai Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Hal ini menunjukkan bahwa kehendak RUPS sama dengan kehendak kolektif
pemegang saham. 10

Menurut Pasal 75 Angka 1, RUPS sebagai organ perseroan memiliki kewenangan yang
tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. tetapi hanya sepanjang diperbolehkan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau anggaran dasar perseroan.
Akibatnya, RUPS dapat dianggap sebagai organ tertinggi Perusahaan. Namun kenyataannya,
bukan itu masalahnya. terutama karena pemisahan kekuasaan yang diatur oleh undang-
undang dan AD tercermin dalam susunan ketiga organ tersebut, yang sejajar dan
berdampingan.11

RUPS memiliki hak dan wewenang sebagai berikut:

a. Setelah bisnis menjadi badan hukum, kewajiban perusahaan untuk menyetujui tindakan
hukum yang dilakukan oleh pendiri atas nama perusahaan pemula yang belum didirikan.
Pasal 13, bagian 1.
b. Pasal 19 ayat 1 anggaran dasar harus diubah.
c. Memberikan kuasa kepada Dewan Komisaris untuk memberikan keputusan RUPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 1, persetujuan untuk dilaksanakan paling
lama satu tahun.
d. Menyetujui rencana kerja untuk perusahaan. Paragraf 3 Pasal 64.
e. Verifikasi akun keuangan perusahaan, termasuk laporan laba rugi, neraca, dan laporan
arus kas, sebelum dipublikasikan di surat kabar. Paragraf 4 Pasal 68

9
Pasal 1 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007
10
HandrixRaharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: PustakaxYustisia, 2009, hlm. 91
11
M. Yahya Harahap (ed). HukumxPerseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. ke-3, 2011, hlm. 306-307

5
f. Memilih cara membelanjakan pendapatan bersih juga melibatkan pemilihan berapa
banyak uang cadangan yang akan disisihkan. Paragraf 1 Pasal 71.
g. Buat keputusan tentang pembubaran Perseroan Terbatas Pasal 142 kalimat pertama huruf
a.12

Kebutuhan kuorum RUPS adalah pemegang saham berhak menghadiri dan


menggunakan hak suaranya sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya, baik secara
langsung maupun melalui pihak ketiga (baik advokat maupun non advokat: berdasarkan
kuasa dari pengacara).

Satu saham satu suara merupakan pedoman pemungutan suara dalam RUPS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 angka 1 yang berbunyi: "Setiap saham yang dikeluarkan
mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain."

Hak suara terbatas pada saham yang dimiliki atau dikelola oleh pemegang saham.
Sebaliknya, saham yang dimiliki atau dikendalikan oleh Perusahaan secara langsung atau
tidak langsung tidak memiliki hak suara. Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 84 Angka 2
yang menyatakan bahwa mereka tidak hanya didiskualifikasi dari pemungutan suara tetapi
juga tidak diperhitungkan dalam kuorum. 13

RUPS adalah tempat para pemegang saham dapat mengajukan pertanyaan kepada
Direksi dan Dewan Komisaris serta memperoleh jawaban tentang Perseroan. Kecuali AD
menentukan lain, RUPS ini dapat diadakan jika paling sedikit 50% dari jumlah saham yang
beredar dengan hak suara hadir.

2. Direksi

Yang dimaksud dengan “Direksi” adalah suatu organisasi profesi yang mempunyai
semangat dan tekad untuk membimbing para anggotanya dalam mencapai maksud dan tujuan
serta mengusahakan agar segala kegiatan, baik di dalam maupun di luar lingkungannya,
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur. peraturan
undangan. frase kunci anggaran dasar.

RUPS mengangkat anggota direksi. Untuk pertama kalinya, pendiri mengangkat anggota
direksi dalam perjanjian pendirian perusahaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (2)

12
BinotoxNadapdap (ed). Hukum PerseroanxTerbatas. Jakarta: Jala Permata Aksara. x2009, hlm. 106-107
13
M. Yahya Harahap (ed). Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. Cet. ke-3. 2011, hlm. 328

6
huruf b UU No. 40 Tahun 2007. Anggota dewan direksi pada awalnya diangkat untuk jangka
waktu tertentu dan berhak untuk diangkat kembali.

Peran dewan direksi bersifat sementara. Baik awal maupun akhir memiliki waktu yang
tepat. Dengan demikian, karena RUPS mengatur pengangkatan Direksi, maka RUPS juga
mengatur kewenangan memberhentikan Direksi. RUPS dapat memutuskan untuk
memberhentikan seorang anggota direksi sewaktu-waktu, dengan alasan yang sah. Paragraf 1
Pasal 92.

Berikut hak-hak Direksi:

a. Diizinkan untuk mengelola usaha untuk keuntungan perusahaan dan sejalan dengan
tujuannya, dengan memperhatikan kebijakan yang diperlukan, dan dalam parameter
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan ini dan/atau anggaran dasar.
ayat 1 dan 2 Pasal 92.
b. Dapatkan bayaran dan dapatkan keuntungan sesuai dengan rapat umum pemegang
saham. Pasal 96, ayat 1.
c. Mengadvokasi bisnis baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pasal 98, ayat
pertama
d. Memberikan justifikasi pada paragraf 2 dan 3 RUPS pasal 105.

Keputusan RUPS digunakan untuk mengklarifikasi kebingungan tentang pentingnya gaji


dan tunjangan untuk anggota tim Direksi. Untuk tujuan memberikan gaji dan tunjangan untuk
Direksi, Dewan Komisaris dapat diberikan izin oleh RUPS. Dalam hal ini, Dewan Komisaris
menerima wewenang RUPS limpahan. Pernyataan Dewan Komisaris pada pertemuan
tersebut menyoroti gaji dan tunjangannya yang menonjol..

Pengelolaan Perseroan menjadi tanggung jawab Direksi. Apabila ada anggota Direksi
yang melanggar persyaratan atau lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya, maka masing-
masing anggota Direksi bertanggung jawab penuh atas kerugian Perseroan. Direksi memiliki
tugas sebagai berikut:

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan rapat Direksi
(lihat pasal 100 ayat 1 huruf a).
b. Membuat laporan tahunan yang dimaksud dalam pasal 66 dan surat-surat
keuangan perseroan yang dimaksud dalam Undang-Undang tentang Surat-surat
Perseroan. ayat 1 huruf b pasal 100.

7
c. Memelihara semua daftar, risalah, surat-surat keuangan, dan catatan Perseroan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b. Kependudukan perseroan
adalah tempat penyimpanan semua buku risalah, catatan keuangan, dan dokumen
perusahaan lainnya. Pasal 100 kalimat pertama huruf C.
d. Direktorat memberikan izin kepada pemegang saham untuk melihat daftar
pemegang saham, daftar khusus, RUPS dan laporan tahunan atas permintaan
pemegang saham, serta untuk mendapatkan RUPS dan RUPS tahunan. kalimat 3
Pasal 100.
e. Anggota Direksi diharapkan untuk memberitahukan kepada Perusahaan tentang
setiap saham dalam Perusahaan dan perusahaan lain yang mereka miliki sendiri,
serta milik keluarga mereka, dan yang harus didaftarkan dalam daftar khusus.
Pasal 101, kalimat 1.

Direksi adalah entitas bisnis dengan komitmen yang kuat terhadap keberhasilan bisnis
dan kesadaran yang terus-menerus akan pentingnya hal tersebut bagi semua pihak yang
terkena dampak, termasuk lembaga keuangan dan pemangku kepentingan utama lainnya,
seperti pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Arahan untuk menjunjung
tinggi semua undang-undang PT berlaku untuk setiap orang Perseroan di dalam maupun di
luar gedung.

3. Komisaris

Dewan Komisaris adalah badan pemerintahan yang berwenang melakukan pengawasan


secara seragam dan/atau secara khusus sesuai dengan anggaran dasar dan memberikan
perintah langsung. 14 Dewan Komisaris diakses dan dimasukkan ke dalam Rapat Umum
Pemegang Saham, khususnya dalam kasus untuk pertama kalinya. Pengangkatan anggota
Dewan Komisaris dilakukan oleh direktur selama bertindak lemah. Ayat 2 dalam Pasal 8
Huruf B. 15

14
Zaeni Asyhadie. Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan & Kepailita. Jakarta: PT. Gelora Aksara Permata, 2012,
Hlm. 99
15

AdibxBahari,xProsedurxCepatxMendirikanxPerseroanXTerbatas,xYogyakarta:xPustakaxYustisia,x2010,xhlm.
12

8
Mengawasi pengurus kebijakan, pengurus pengurus pada umnya, baik mengenai
Perseroan atau usaha Perseroan, dalam mandat pokok komisaris, dan nasihat anggota kepada
Direksi. Seperti biasa, tugas dan perhatian Komite tercantum di bawah ini:

a. Membuat poin tentang pengurusan secara umum, apakah itu tentang perseroan
atau perseroa dan memberikan pemberitahuan kepada orang yang tepat. Pasal
108.
b. Perlu dilakukan penilaian yang sehat, kehati-hatian, dan ketetapan hati dalam
melancarkan upaya untuk memperoleh dan menyampaikan nasihat bagi penerima
yang dituju.
c. Jika seseorang yang dalam keadaan waspada atau malas memulai tugas yang ada,
saya harus mengungkapkan keprihatinan pribadi saya tentang kerugian per orang.
Ayat 3 Pasal 114
d. Dalam hal dewan komisaris, ada dua (atau lebih) anggota yang bertanggung
jawab secara renteng.
e. Memberikan izin atau hadiah kepada Direksi dalam rangka melaksanakan
perbuatan hukum yang bersangkutan. ayat 1 Pasal 117.
f. Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam sidang
saat ini berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS. Ayat 1 Pasal 118.

Sebagai berikut: Hak dan wewenang Komisaris

a. Menerima segala pembayaran dari RUPS, termasuk honorarium dan tunjangan lainnya.
Pasal 113
b. Dalam anggaran dasar, dimungkinkan untuk menyebutkan pengiriman yang berwenang
kepada dekan Komisaris untuk memberikan bimbingan atau dukungan kepada Direksi
dalam menjalankan perbuatan hukum yang bersangkutan. Ayat 1 Pasal 117.
c. Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam Keadaan yang
bersangkutan selama Jangka Waktu yang bersangkutan berdasarkan anggaran dasar atau
RUPS. Ayat 1 Pasal 118.

Setiap badan usaha yang berurusan dengan syariah harus memiliki Dewan Pengawas
Syariah selain Dewan Komisaris. Dewan ini terdiri dari satu ahli syariah atau berlangsung
oleh RUPS tahun atas rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia. Dalam hal ini, tujuan

9
Dewan Pengawas Syariah adalah memastikan inisiatif PT sejalan dengan prinsip syariah
selain memberikan nasihat dan perlindungan kepada Direksi. 16

Dewan Komisaris merupakan badan yang mempertemukan para pemegang saham untuk
membahas strategi bisnis dan pelaksanaan kebijakan yang dijalankan oleh Direksi. Agar ada
kabar baik bagi masyarakat umum maupun pelaku pasar saham, Bertugas juga memberikan
pengarahan kepada Direktur dalam perencanaan bisnis.

D. Kedudukan, Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah pada Perseroan


Terbatas berprinsip Syriah

Menurut informasi yang ada, DPS kini melanjutkan kerja samanya dengan DSN untuk
mengeksekusi fatwa yang sebelumnya dikeluarkan DSN. DPS berfungsi sebagai organisasi
utama yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap bank syariah beroperasi
sesuai dengan hukum Islam. Ini termasuk memastikan kelancaran operasional setiap bank
halal serta perusahaan asuransi halal, bursa halal, dan entitas terkait lainnya. DPS tidak
mengambil tindakan apa pun terkait pendirian bank syariah karena masalah ini sudah lama
menjadi polemik antara dirjen terkait dan bank syariah. DPS wajib memberikan
pendampingan kepada mucikari Otoritas Keuangan Syariah (Sultoni 2019, 108). DPS
merupakan organisasi independen yang merekrut para profesional perbankan syariah yang
juga memiliki pengalaman di bidangnya. Hal ini juga memastikan bahwa prosedur DSN
diikuti oleh organisasi yang berkomitmen terhadap perbankan syariah..

DPS merupakan organisasi yang independen, sehingga untuk menjamin agar gaji
terdistribusi secara adil, perlu mempertimbangkan beberapa faktor: (a) DPS bukan pegawai
bank, dengan prinsip tidak tunduk pada tekanan administratif. (b) Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) adalah sumber DPS. (c) Honorarium DPS diketahui oleh RUPS. (d) DPS
memiliki sistem kerja dan tugas yang relevan, seperti aspek lain dari badan pengawas
lainnya.

DPS memiliki pendekatan yang strategis dan penting untuk menerapkan prinsip-prinsip
perseroan terbatas syariah. DPS berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap produk dan
prosedur PT sesuai dengan prinsip syariah. Karena pentingnya DPS ini, dua undang-undang

16
AdibxBahari,xProsedurxCepatxMendirikanxPerseroanxTerbatas,xYogyakarta: xPustakaxYustisia,x2010,
hlm. 13x

10
Indonesia, masing-masing yang berkaitan dengan perseroan terbatas dan perbankan syariah,
mempertanyakan perlunya DPS dalam bisnis syariah dan lembaga perbankan syariah.

Menurut Undang-Undan No. 40 Tahun 2007 Pasal 109: (1) Setiap organisasi yang
menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah selain memiliki dewan komisaris harus
memiliki DPS. (2) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada satu orang
penganut syariah atau lebih khusus atas petunjuk RUPS atas usul MUI. (3) DPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab memberikan nasihat dan dukungan kepada
Direksi serta memastikan Proyek Seroan dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. Setiap
badan usaha yang menjalankan hukum perseroan terbatas wajib memiliki DPS, sesuai dengan
ketentuan tersebut di atas.

Menurut Pasal 21 PBI No. 6/24/PBI/2004, ketua DPS harus melaksanakan kewajiban
sebagai berikut: (1) Integritas diartikan sebagai memiliki standar moral dan perilaku yang
baik, serta memiliki kemauan untuk mengikuti aturan yang berlaku. mengatur transaksi
peraturan-undangan. (c) Memiliki komitmen yang kuat terhadap operasional pembiayaan
bank yang jujur. (d) Misalnya pernyataan yang dibuat tidak sesuai dengan kesepakatan yang
telah dicapai oleh bank Indonesia. (2) Kompetensi, yang mencakup pengetahuan dan
pengalaman di bidang pencucian uang yang sah, perbankan, dan/atau perdagangan mata uang
yang tidak dibatasi. (3) Reputasi keuangan yaitu pihak-pihak yang tidak terlihat dalam
kredit/pembiayaan macet dan tidak pernah ditemukan pailit atau menjadi direktur atau
komisaris yang ditemukan bersalah menyebabkan suatu masalah ditemukan.

DPS telah mengungkapkan fungsi-fungsi berikut sesuai dengan informasi yang diberikan
MUI tentang status pengurus DSNMUI No. Kep-98/MUI/III/2001: (a) Untuk mencerahkan
dan memberikan nasihat kepada organisasi yang berkomitmen untuk menegakkan syariah
hukum, kantor cabang syariah akan membahas hal-hal khusus yang berkaitan dengan hukum
syariah. (b) Bekerja sama sebagai mitra dalam komunikasi tentang spesifikasi dan ketentuan
produk, dan jika perlu, mengesahkan kajian dan fatwa DSN. (c) Sebagai salah satu fitur DSN
yang terdapat pada bank yang berafiliasi dengan syaria.

Tugas DPS, antara lain: (a) Mengawasi pengawasan lembaga keuangan syariah sehari-
hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah, (b) Membuat pernyataan secara
berkala bahwa lembaga keuangan syariah yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan
ketentuan syariah, (c) Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari lembaga
keuangan syariah yang diawasinya. (d) Bersama dengan panitia dan di bawah arahan mereka,

11
mempromosikan dan menegakkan syariat Islam dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah. (e) Melalui pemanfaatan media-media yang sudah ada dan
digunakan di masyarakat, mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang lembaga
keuangan syariah.

Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, anggota DPS harus memiliki kualifikasi
esensial di bidang ekonomi Islam dan fikih muamalah. Masalah utama perbankan syariah saat
ini adalah DPS terganggu karena populisme dan khrisma masyarakat tengah, bukan karena
masalah ekonomi dan perbankan syariah.

Dalam kedudukannya sebagai pengawas dan juru bicara Direksi, DPS wajib menegakkan
hukum setiap kali PT melakukan kegiatan hukum, khususnya kegiatan hukum yang
menyangkut prinsip syariah. DPS tidak harus sesuai dengan setiap tugas yang dilakukan PT.
Namun, jika pelanggaran hukum tersebut terkait dengan peran DPS sebagai badan usaha,
maka DPS harus benar-benar terbuka. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, DPS
harus memastikan pelaku usaha atau PT tidak melanggar ketentuan Perundang-Undangan
yang dimaksudkan untuk melindungi pelaku usaha yang berpegang pada hukum syariah,
fatwa DSN MUI, dan prinsip hukum syariah.

E. Kesimpulan

Integritas DPS sangat penting dalam menjalankan perencanaan agar PT dapat menjamin
seluruh kegiatan usaha, termasuk produksi dan penjualan, dilakukan sesuai dengan
Perundang-Undangan Perseroan Terbatas, Fatwa DSN MUI, dan ketentuan terkait lainnya.

DPS wajib meninjau undang-undang setiap kali PT melakukan perbuatan hukum,


khususnya yang menjunjung tinggi prinsip syariah, sebagai bagian dari tugasnya sebagai
pengawas dan juru bicara Direksi. DPS tidak harus sesuai dengan setiap tugas yang dilakukan
oleh PT. Namun, DPS harus jelas kacau jika pelanggaran hukum tersebut dikaitkan dengan
peran DPS sebagai badan usaha. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, DPS harus
memastikan bahwa pemilik usaha atau PT tidak melanggar klausul Perundang-Undangan
yang telah dibuat untuk melindungi pemilik usaha yang berpegang pada syariat Islam, fatwa
DSN MUI, dan prinsip syariat Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo Handri, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.


Nadapdap Binoto, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009.
Adib Bahari, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2010.
Yahya, M Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika.
HandrixRaharjo,xHukumxPerusahaan.xYogyakarta:xPenerbitxPustakaxYustisia, 2009.
Pasal 1 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.
YahyaxM. Harahapx(ed).xHukum xPerseroanx Terbatas, xJakarta: xSinarxGrafika, xCet.
ke-3, 2011.

Binoto Nadapdap (ed). Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Jala Permata Aksara. 2009.
M. Yahya Harahap (ed). Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. Cet. ke-3.
2011.
Zaeni Asyhadie. Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan & Kepailita. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Permata.
Adib Bahari, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2010.
Adib Bahari, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.

Kita Undang-Undang Pasal 1 angaka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas

13

Anda mungkin juga menyukai